Anda di halaman 1dari 65

Indonesia Pada Masa

Hindu-Budha
 Setelah mempelajari bab ini kalian diharapkan
dapat:
• mendeskripsikan proses masuknya kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia
 • menunjukkan daerah-daerah di Indonesia yang
dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha
 • menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan
yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia
 • menguraikan peninggalan-peninggalan yang
bercorak Hndu-Budha di Indonesia
1. PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA
KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

Masyarakat Indonesia telah menerima budaya


baru dari negeri India, namun tidak
melupakan tradisi budayanya. Hal ini
karena masyarakat Indonesia memiliki
lokal genius, yaitu kemampuan suatu
masyarakat untuk menyaring dan mengolah
budaya asing yang masuk untuk disesuaikan
dengan kebudayaan dan adat kebiasaan
setempat
 Menurut Dr.J.L.A.Brandes, sepuluh unsur budaya asing
yang dimiliki masyarakat Indonesia yaitu:
 1. Kepandaian bersawah

 2. Kemampuan dalam berlayar

 3. Mengenal prinsip dasar pertunjukan wayang

 4. Kemampuan dalam seni gamelan

 5. Kepandaian membatik

 6. membuat barang dari logam

 7. Menggunakan aturan metrik

 8. Menggunakan alat tukar uang logam

 9. Mengenal sistem perbintangan

 10. telah terbentuknya susunan masyarakat yang teratur.


 Pada saat agama Hindu-Buddha belum masuk
ke Nusantara , nenek moyang kita
mempercayai kekuatan yang bersifat
animisme dan dinamisme. Animisme adalah
kepercayaan kepada roh nenek moyang,
sedangkan dinamisme adalah kepercayaan
kepada benda-benda yang memiliki kekuatan
gaib, kasaktian atau tuah
 Pengama agama dan budaya Buddha
diperkirakan telah memasuki nusantara antara
abad ke-2 sampai 5 Masehi, sedangkan
pengaruh Hindu pada awal abad ke-5.
Beberapa pendapat ahli mengenai golongan
yang membawa pengaruh Hindu ke nusantara
adalah sebagai berikut:
 1.Hipotesis Brahmana
 Hipotesis Brahmana menyatakan bahwa kaum
brahmanalah yang berperan dalam upaya
penyebaran agama Hindu di Indonesia dengan
cara mengajarkan ajaran Hindu setelah
diundang penguasa di nusantara untuk
memimpin upacara –upacara keagamaan.
Pendukung hipotesis ini adalah J.C. Van Leur.
2 . Hipotesis Kstria
 Hipotesis Kstria menyatakan masuknya
agama dan budaya Hindu merupakan peran
dari kaum Kstria yang jenuh menghadapi
perang-perang di negerinya. Mereka
kemudian melakukan migrasi ke nusantara
dan menyebarkan agama dan budaya Hindu.
Pendukung hipotesis ini antara lain C.C.Berg.
 3.Hipotesis Waisya
 Hipotesis Waisya menyatakan kaum
waisya(pedagang) telah berperan dalam
menyebarkan budaya Hindu di nusantara.
Salah satu pendukung hipotesis ini adalah
N.J.Krom.
 4.Teori Arus Balik
 Teori arus balik menyatakan bahwa penyebar
budayadan agama Hindu adalah masyarakat
nusantara sendiri, yakni mereka yang telah
belajar di India kemudian ketika pulang,
mereka menyebarkan kembali budaya itu.
Tokoh yang mengemukakan pendapat ini
adalah F.D.K.Bosch.
 Pengaruh agama dan budaya Hindu-Buddha dibawa ke
nusantara melalui jalur laut dan jalur darat
 a. Jalur Laut

 Mereka yang mengikuti rombongan kapal-kapal pedagang


yang biasa berlalu lalang dalam kegiatan pelayaran dari Asia
Selatan ke Asia Timur. Rute perjalanan para penyebar agama
dan budaya Hindu-Buddha ,yaitu sebagai berikut:
 India Myanmar Thailand Semenanjung
Malaya nusantara
Kamboja Vietnam Cina Korea Jepang

 Di antara mereka ada yang langsung berlayar ke nusantara


pada saat berlangsungnya angin muson barat
 b.
Jalur Darat
 Para penyebar agama dan budaya Hindu-Buddha
yang menggunakan jalur darat ada yang menumpang
kepada para kafilah melalui jalur jalan sutera, yaitu
dari India ke Tibet terus ke utara hingga sampai ke
Cina. Rutenya adalah : India Tibet Cina
Korea Jepang . Di samping itu ada yang
melakukan perjalanan sebagai berikut: India Utara
Bangladesh Myanmar Thailand
Semenanjung Malaya Nusantara
2. DAERAH HINDU-BUDDHA DI
INDONESIA
 a. Daerah-daerah yang dipengaruhi unsur
Buddha di Nusantara.
 Berdasarkan temuan-temuan arca Buddha,
diduga daerah –daerah nusantara yang
dipengaruhi unsur Buddha antara lain sebagai
berikut: Daerah Sempaga (Sulawesi Selatan),
Jember(Jawa Timur), Bukit Sigontang
( Sumatera Selatan), Kota Bangun
(Kalimantan Timur), Krajaan Melayu, Ker.
Sriwijaya, Ker. Mataram, Ker. Singasari, Ker.
Majapahit
 b.Daerah-daerah yang dipengaruhi unsur
Hindu di Nusantara.
 Daerah –daerah nusantara yang dipengaruhi
unsur Hindu antara lain sebagai berikut:
Kerajaan Kutai, Ker.Tarumanegara, Ker. Ho-
Ling, Ker. Mataram, Ker. Kanjuruhan,
Ker.Kediri, Ker. Singasari, Ker. Majapahit,
Ker.Sunda, Ker, Bali.
 c. Daerah- daerah yang tidak dipengaruhi unsur
Hindu-Buddha di Nusantara
 Daerah yang tidak dipengaruhi unsur –unsur
Hindu-Buddha di Nusantara adalah Maluku dan
sekitarnya, pulau-pulau di Nusa Tenggara, serta
Papua, dan sekitarnya. Pengaruh Hindu-Buddha
tidak memasuki daerah-daerah tersebut karena,
wilayah nusantara bagian timur letaknya di luar
jalur perdagangan internasional dan dianggap
terlalu jauh untuk dijangkau pada saat itu
3. KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI
INDONESIA
 a Kerajaan Kutai
 Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500
Masehi, dengan pusat kerajaan terletak pada
aliran Sungai Mahakam Kalimantan Timur.
 Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di
Indonesia
 Raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman,
anak dari Aswawarman, cucu dari Kudungga, raja
pertama Kutai.
 Raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman, anak dari
Aswawarman, cucu dari Kudungga, raja pertama Kutai.
 Raja Mulawarman adalah penganut Hindu Syiwa.

 Hal ini ditunjukkan dengan adanya bukti dari salah satu


prasastinya yang menyebutkan tempat suci
Waprakeswara, yaitu tempat suci yang selalu disebut
berhubungan dengan Trimurti, yaitu Brahma, Wisnu, dan
Syiwa.
 Bukti yang mendukung adanya Kerajaan
Kutai adalah diketemukannya tujuh buah
Yupa (tugu batu bertulis untuk peringatan
upacara korban) di daerah aliran Sungai
Mahakam.
 Yupa dibuat atas perintah Raja Mulawarman.
Kerajaan Kutai mengalami perkembangan
yang pesat karena letaknya yang strategis,
yaitu sebagai persinggahan kapal-kapal yang
menempuh perjalanan melalui Selat
Makassar.
 Masyarakat Kutai makmur dan bermata
pencaharian sebagai petani dan berternak.
 Bukti lainnya adalah adanya tulisan dengan
huruf palawa yang pada prasasti Yupa dan
bahasa yang digunakan yaitu sansekerta.
 b. Kerajaan Tarumanegara
 Kerajaan Tarumanegara berdiri kurang
lebih pada abad ke-5 Masehi, di Jawa
Barat dengan rajanya bernama
Purnawarman.
 Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan
yang mendapat pengaruh agama Hindu.
 Bukti yang mendukung adanya Kerajaan
Tarumanegara, yaitu dengan diketemukannya
tujuh buah prasasti di daerah Bogor, di
Jakarta, dan di Lebak Banten, serta adanya
berita dari Cina.
 Prasasti-prasasti tersebut adalah Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Pasir Koleangkak atau
Prasasti Jambu, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti
Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara
Cianten, dan Prasasti Cidanghiang atau
Lebak.
 Prasasti Tugu sebagai salah satu bukti yang
mendukung adanya Kerajaan Tarumanegara, isinya
menyatakan letak ibukota Kerajaan Tarumanegara.
 Prasasti ini juga menerangkan penggalian Sungai
Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian
Sungai Gomati oleh Purnawarman pada masa
pemerintahannya.
 Penggalian ini dimaksudkan untuk menghindari
bencana alam berupa banjir dan kekeringan yang
terjadi pada musim kemarau.
 3.Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah dan Jawa Timur
 Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa
Tengah, dengan pusat lembah Kali Progo,
yang meliputi Magelang, Muntilan, Sleman,
dan Yogyakarta.
 Ibukotanya Medang Kamulan, dengan raja
yang pertama kali memerintah adalah Raja
Sanjaya, penganut Hindu.
 Sumber berita adanya Kerajaan Mataram
Kuno adalah Prasasti Canggal yang berangka
tahun 732 Masehi, dikeluarkan oleh Raja
Sanjaya, berisi tentang pendirian sebuah
Lingga di Desa Kunjarakunja.
 Prasasti Canggal menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta.
 Keadaan masyarakatnya sudah lebih maju,
karena sebenarnya sudah ada kerajaan di Jawa
Tengah, namun bukti yang menunjukkannya
kurang jelas.
 Demikian pula perkembangan kebudayaan
juga sudah lebih maju. Sedangkan
perkembangan pemerintahannya, dapat
diketahui dari peninggalan sejarah yang ada,
sejak zaman Raja Sanjaya.
 Sanjayamenaklukkan daerah sekitar Mataram
Kuno, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, bahkan
memerangi juga Sriwijaya dan Kerajaan
Melayu. Setelah Sanjaya wafat, digantikan
oleh putranya yang bernama Panangkaran.
Pada masa pemerintahan Raja Panangkaran,
agama Buddha mulai masuk ke Jawa Tengah
sehingga keturunan Syailendra sudah ada
yang memeluk agama Buddha.
 Setelah Raja Panangkaran wafat, Kerajaan
Mataram Kuno terpecah menjadi dua.
 Keturunan Syailendra yang beragama Hindu
membangun Kerajaan Mataram di Jawa
Tengah bagian utara. Mereka membangun
candi-candi Hindu, antara lain di kompleks
Candi Dieng, yang terdiri atas Candi Bima,
Candi Arjuna, Candi Puntadewa, Candi
Nakula, dan Candi Sadewa.
 KeturunanSyailendra yang beragama Buddha
membangun Kerajaan Mataram di Jawa
Tengah bagian selatan. Mereka membangun
candi-candi Buddha, antara lain Candi Pawon,
Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sari,
dan Candi Borobudur. Candi Borobudur
dibangun pada saat pemerintahan Raja
Samaratungga sekitar tahun 850 Masehi.
 Raja Samaratungga yang memerintah Mataram Kuno
di Jawa Tengah bagian selatan, mempunyai dua
orang putera dari isteri yang berlainan.
 􀁺 Pramodhawardhani, yang kemudian dikawinkan
dengan Rakai Pikatan, pengganti Rakai Garung yang
memerintah Jawa Tengah bagian utara.
 􀁺 Balaputradewa, hasil perkawinan Raja
Samaratungga dengan seorang puteri dari Kerajaan
Sriwijaya. Balaputradewa memerintah Jawa Tengah
bagian selatan tahun 833-856 Masehi.
 Setelah Raja Samaratungga wafat,
kedudukannya digantikan oleh
Balaputradewa. Beberapa saat kemudian,
terjadi perang saudara di Mataram Kuno
dengan wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
 Perang saudara tersebut antara
Pramodhawardhani dengan suaminya (Rakai
Pikatan) di satu pihak, melawan
Balaputradewa di pihak yang lain.
 Pada tahun 856 M, Rakai Pikatan berhasil
mengusir Balaputradewa, yang kemudian
melarikan diri ke Sriwijaya. Akhirnya
Pramodhawardhani bersama-sama suaminya
(Rakai Pikatan) dapat memerintah kerajaan
dengan tenang.
 Pramodhawardhani mendirikan Candi Plaosan
(Candi Sewu) yang bersifat Buddha.
Sedangkan suaminya (Rakai Pikatan)
mendirikan bangunan yang bersifat Hindu,
dan memprakarsai pem-bangunan Candi
Prambanan.
 Setelah
Rakai Pikatan wafat, berturut-turut
yang menggantikannya adalah Rakai
Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, Rakai
Watukura Dyah Balitung, Raja Daksa, Raja
Tulodong, Raja Wawa (merupakan Dinasti
Sanjaya yang terakhir).
 Pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno
dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur
oleh Mpu Sindok, dengan pusat
pemerintahannya di antara Gunung Semeru
dan Gunung Wilis. Kerajaan baru ini tidak
lagi disebut Mataram, melainkan disebut
Medang. Mpu Sindok merupakan raja pertama
dari Dinasti Isyana yang memerintah tahun
929-947 M di Kerajaan Medang.
 Sebelum pusat pemerintahan Kerajaan
Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur,
sebenarnya Mpu Sindok sudah sering
ditugaskan ke Jawa Timur, termasuk
memperoleh kemenangan yang gilang
gemilang melawan tentara Sriwijaya di bumi
Anjuk Ladang pada tahun 927M.
 Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti
Anjuk Ladang di Nganjuk Jawa Timur, yang
berangka tahun 937 M.
 Prasasti Anjuk
Ladang adalah Tugu
Kemenangan Mpu Sindok melawan tentara
Sriwijaya yang melibatkan rakyat Anjuk
Ladang yang telah membantu perjuangan
Mpu Sindok sepuluh tahun sebelumnya
 Raja yang memerintah Mataram Kuno setelah
Mpu Sindok adalah Sri Isyanatunggawijaya,
Makutawangsawardhana, Dharmawangsa
Teguh Anantawikramatunggadewa, dan
Airlangga.
 Kerajaan Medang dengan meninggalnya Mpu
Sindok seakan tenggelam dalam sejarah,
karena raja-raja penggantinya sangat pelit
mewariskan bukti peninggalan sejarah bagi
generasi sekarang, sehingga menyulitkan
penelusurannya.
 Namun Prasasti Bandar Alim yang ditulis
oleh Kaki Manta tahun 907 Caka (985
Masehi), yang ditemukan di Bandar Alim,
Desa Demangan, Kecamatan Tanjunganom,
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang
sekarang disimpan di Museum Trowulan,
Mojokerto, paling tidak telah memberikan
sumbangan yang tiada terhingga bagi
penelusuran sejarah, khususnya Kerajaan
Medang.
 4.Kerajaan Sriwijaya di Sumatera
 Sumber pengetahuan tentang Kerajaan Sriwijaya ada
dua, yaitu dari prasasti dan dari berita Cina.
 Prasasti-prasasti yang merupakan sumber sejarah
keberadaan Kerajaan Sriwijaya ditulis dengan huruf
Pallawa dengan menggunakan Bahasa Melayu Kuno.
 Prasasti-prasasti tersebut antara lain Prasasti Kedukan
Bukit (683 M), Prasasti Talang Tuo (684 M), Prasasti
Palas Pasemah, Prasasti Kota Kapur (686 M), Prasasti
Karang Berahi (686 M), dan Prasasti Nalanda (India).
 Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak
kejayaan pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi,
terutama saat diperintah oleh Raja
Balaputradewa, yang berasal dari Jawa
Tengah.
 Balaputradewa adalah anak Samaratungga,
Raja Mataram Kuno. Ia melarikan diri ke
Sriwijaya karena kalah perang melawan
saudaranya (satu ayah lain ibu), yaitu
Pramodhawardhani dengan suaminya Rakai
Pikatan.
 Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari
keberhasilannya di beberapa bidang, antara
lain di bidang maritim, menguasai jalur
perdagangan melalui Selat Malaka, Selat
Sunda, Semenanjung Malaya, dan sebagainya.
 Sriwijaya pun juga menjalin hubungan dagang
yang baik dengan India, Cina, dan bangsa-
bangsa lain.
Dalam bidang politik, Kerajaan Sriwijaya
adalah negara nasional pertama Indonesia,
karena wilayahnya luas, meliputi berbagai
kepulauan di Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, Kerajaan Sriwijaya
menguasai perdagangan di wilayah perairan
Asia Tenggara.
Dalam bidang agama Buddha, Kerajaan
Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha
Mahayana di Asia Tenggara, dengan salah satu
gurunya yang terkenal bernama Sakyakirti.
 Masa keruntuhan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad
ke-12, disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut.
a. Berulangkali diserang Kerajaan Golamandala dari
India.
b. Terdesak dari dua jurusan, yaitu Kerajaan Thailand
dan Kerajaan Singosari.
c. Banyak raja-raja taklukan yang melepaskan diri,
antara lain Ligor, Tanah Genting Kra, Kelantan,
Pahang, Jambi, dan Sunda.
d. Mengalami kemunduran perekonomian dan
perdagangan, karena bandar-bandar penting
melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
 5.Kerajaan Kediri di Jawa Timur
 Airlangga memecah Kerajaan Kahuripan menjadi
dua, yaitu Jenggala dan Kediri untuk dua orang
putranya agar tidak terjadi pertumpahan darah atau
perang saudara.
 Namun usaha ini tidak berhasil, mereka selalu
berselisih.
 Perang saudara tersebut dimenangkan oleh Kediri.

 Kerajaan Kediri akhirnya tumbuh menjadi kerajaan


besar.
 Raja Kediri yang terkenal adalah Raja
Jayabaya (1135- 1157 ).
 Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, telah
ditulis sebuah Kitab Kakawin dengan nama
Bharatayudha oleh Empu Sedah yang
diteruskan oleh Empu Panuluh karena Empu
Sedah meninggal dunia.
 Kitab Kakawin Bharatayudha
menggambarkan perang saudara antara
Pandawa dan Kurawa
 6.Kerajaan Singosari
 Tumapel di daerah Malang yang masuk wilayah
Kerajaan Kediri, dikepalai seorang Akuwu yang
bernama Tunggul Ametung, yang mati dibunuh Ken
Arok dengan Keris Mpu Gandring.
 Ken Arok mengadakan pemberontakan dan berhasil
membunuh semua penguasa Kediri, termasuk rajanya
saat itu, yaitu Kertajaya.
 Kerajaan dipindah ke Singosari dengan Ken Arok
sebagai raja yang pertama, dan pendiri Dinasti
Rajasa atau Dinasti Girindra.
 Ken Arok adalah cikal bakal raja-raja di Singosari
dan Majapahit.
 Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun
(1222-1227), karena ia pada tahun 1227 dibunuh
oleh seorang pengalasan atas perintah Anusopati
(anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung), dengan
menggunakan Keris Empu Gandring. Setelah Ken
Arok, yang menjadi raja Singosari
 berturut-turut adalah Anusopati (1227-1248 M),
Tohjaya (1248 M), Ranggawuni/Wisnuwardhana
(1248-1268 M), dan Kertanegara (1268-1292 M).
 Pada zaman Raja Kertanegara, wilayah kekuasaan
Kerajaan Singosari menjadi sangat luas, meliputi
seluruh Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Melayu, dan
Semenanjung Malaya.
 Ketika Kertanegara sedang gencar-gencarnya
melakukan ekspansi ke luar Jawa, Raja Kecil di
Kediri Jayakatwang, mengadakan
pemberontakan tahun 1292, mengakibatkan para
pembesar kerajaan dan Raja Kertanegara gugur.
 Kerajaan Singosari yang besar itu akhirnya runtuh
setelah pemberontakan Jayakatwang pada tahun
1292.
 7.Kerajaan Majapahit
 Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya
dengan bantuan Arya Wiraraja, setelah berhasil
mengalahkan Jayakatwang dengan bantuan tentara
Mongolia, dan setelah membinasakan tentara
Mongolia yang kena tipu muslihat Raden Wijaya
 Perkembangan masyarakat, perkembangan
kebudayaan, dan perkembangan pemerintahan masa
Kerajaan Majapahit terbilang sangat maju
bersamaan dengan kebesaran Kerajaan Majapahit itu
sendiri.
Raja-raja yang pernah memerintah di Majapahit adalah
sebagai berikut.
 a. Raden Wijaya (1293-1309 M)

 Raden Wijaya dinobatkan sebagai Raja Majapahit


yang pertama pada tahun 1293 M. Dari istrinya yang
bernama Dara Petak, Raden Wijaya mempunyai anak
bernama Jayanegara (Kalagemet).
 Sedang perkawinan Raden Wijaya dengan Gayatri,
lahir Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan) dan
Pujadewi Maharajasa (Bhre Daha).
 Keturunan dari Gayatri inilah yang melahirkan raja-
raja di Majapahit.
 b. Jayanegara (1309-1328 M)
 Pada masa pemerintahannya banyak muncul
pemberontakan. Paling berat adalah
pemberontakan Kuti (1319) yang hampir
meruntuhkan Majapahit.
 Kuti berhasil menduduki ibukota Majapahit
dan Jayanegara menyingkir ke Bedander.
Namun akhirnya pemberontakan dapat
dipadamkan dan Jayanegara dapat
diselamatkan oleh Pasukan Bhayangkari di
bawah pimpinan Gajah Mada.
 Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai
patih di Kahuripan pada tahun 1321, lalu
sebagai Patih di Daha pada tahun 1323.
 Pada tahun 1328, Jayanegara wafat karena
dibunuh oleh Tabib Tanca. Pemberontakan
inipun dapat dipadamkan oleh Gajah Mada
dan Tabib Tanca dibunuh.
 c. Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani
(1328- 1350 M)
 Ia memerintah bersama suaminya Bhre Singasari,
dan dibantu Patih Gajah Mada.
 Dalam Kitab Negarakertagama, antara lain
dijelaskan bahwa pada masa pemerintahan
Tribhuwanatunggadewi, telah terjadi
pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun
1331, namun dapat ditumpas oleh Gajah Mada
 Kemudian Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih
Majapahit.
 d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
 Hayam Wuruk diserahi tahta Kerajaan
Majapahit dengan gelar Sri Rajasanegara.
 Saat itu ia masih berusia 16 tahun. Dalam
menjalankan pemerintahan, Hayam Wuruk
didampingi Mahapatih Gajah Mada, yang
menjalankan pemerintahan sipil dan militer
secara lengkap.
 Kerajaan Majapahit mencapai puncak
kejayaannya ketika rajanya Hayam Wuruk
dan patihnya Gajah Mada.
 Saat itu wilayah kekuasaan Majapahit hampir
meliputi seluruh nusantara, termasuk
Tumasik (Singapura) dan Semenanjung
Melayu.
 Pengaruhnya bahkan sampai ke Filipina
Selatan, Thailand (Champa), dan Indocina.
 Peninggalan Hayam Wuruk yang berupa candi
adalah Candi Penataran, Candi Sawentar, Candi
Sumber Jati (di daerah Blitar), Candi Tikus di
Trowulan, Candi Jabung didekat Kraksaan, Candi
Tlagawangi dan Candi Surawana di dekat Pare,
Kediri.
 Peninggalan berupa kesusastraan, yaitu Kitab
Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca,
berisi sejarah Kerajaan Singosari dan Majapahit
sampai masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Karya sastra lain, yaitu Kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular.
 Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran sejak
meninggalnya Mahapatih Gajah Mada pada 1364
dan meninggalnya Hayam Wuruk pada 1389. Di
samping itu, juga terjadi perang saudara yang
terkenal dengan nama Perang Paregreg.
 Di samping itu, pengaruh agama Islam mulai
berkembang di pesisir utara Pulau Jawa, yang diikuti
dengan berkembangnya Kerajaan Demak yang
beragama Islam. Banyak pejabat Demak keturunan
Majapahit yang sudah memeluk agama Islam.
4. PENINGGALAN-PENINGGALAN
SEJARAH KERAJAAN YANG BERCORAK
HINDU-BUDDHA DI BERBAGAI DAERAH
 Peninggalan sejarah berupa prasasti
 􀁺 Yupa (batu bertulis) peninggalan Kerajaan Kutai.

 􀁺 Tujuh prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara, 5


ditemukan di Bogor, 1 di Cilincing, dan 1 di Lebak Banten,
yaitu Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti
Jambu, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi dan Muara Ciaten,
dan Prasasti Lebak.
 􀁺 Prasasti Canggal (732 M), Prasasti Kalasan (778 M),
Prasasti Karangtengah (824 M), Prasasti Argapura (963 M),
merupakan sumber sejarah yang mengungkapkan keberadaan
Kerajaan Mataram Kuno.
􀁺 Prasasti Anjuk Ladang berangka tahun 937
M, sumber sejarah yang mengungkapkan
keberadaan Mpu Sindok (raja pertama
Medang dan pendiri Dinasti Isyana).
 􀁺 Prasasti-prasasti sebagai sumber sejarah
Kerajaan Sriwijaya di Sumatera, berangka
tahun 684-775M, antara lain Prasasti
Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuwo,
Prasasti Telaga Batu Prasasti Kota Kapur,
dan Prasasti Karang Berahi.
 Peninggalan sejarah berupa candi
 􀁺 Candi-candi di Jawa Tengah selatan, yaitu Candi
Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Sewu,
Candi Lumbung, Candi Plaosan, Candi Sajiwan,
Candi Boko, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi
Pawon, dan Candi Sukuh.
 􀁺 Candi-candi di Jawa Tengah utara, yaitu candi-
candi di Dataran Tinggi Dieng, Candi Gatutkoco,
Candi Arjuno, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi
Puntadewa, Candi Sembadra, dan candi-candi yang
ada di lereng Gunung Ungaran yang jumlahnya
sembilan, disebut Candi Gedong Songo.
􀁺 Candi-candi di Jawa Timur, yaitu Candi Badut,
Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singosari
(semuanya di daerah Malang), Candi Jawi di kaki
Gunung Welirang, Candi Penataran, Candi
Sawentar, Candi Naga (semuanya di daerah Blitar),
Candi Rimbi di Jombang, Candi Bajang Ratu, Candi
Bangkal, Candi Kendalisongo (semuanya di daerah
Mojokerto).
 􀁺 Candi-candi di luar Jawa, yaitu Candi Muara
Takus di Riau Sumatera, kelompok Candi Gunung
Tua di Tapanuli Selatan, kelompok Candi Padas di
Gunung Kawi Tampaksiring Bali.
 Peninggalan sejarah berupa kitab
 Masa Kerajaan Kediri

 􀁺 Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sedah


dan Mpu Panuluh
 􀁺 Kitab Kakawin Hariwangsa danGatotkacasraya,
karya Mpu Panuluh
 􀁺 Kitab Smaradhana, karya Mpu Darmaja

 􀁺 Kitab Lubdaka dan Kitab Wartasancaya, karya


Mpu Tanakung
 􀁺 Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna

 􀁺 Kitab Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa


 Masa Kerajaan Majapahit
 􀁺 Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca

 􀁺 Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular

 􀁺 Kitab Pararaton, menceritakan raja-raja Singosari


dan Majapahit
 􀁺 Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
Damar
􀁺 Kitab Ranggalawe, menceritaka
Pemberontakan Ranggalawe
 􀁺 Kitab Sorandaka, menceritakan
Pemberontakan Sora
 􀁺 Kitab Usana Jawa, menceritakan penaklukan
Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar

Anda mungkin juga menyukai