Disusun Oleh:
SMK N 1 PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ KERAJAAN SRIWIJAYA”.
Penulis berharap dengan menyelesaikan makalah ini bisa menjadi bahan pembelajaran
atau referensi untuk karya tulis lainnya. Penulis meminta maaf jika masih terdapat kesalahan
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis memberikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan selama ini terutama kepada:
2. Rekan kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................IV
BAB I
PENDAHULUAN
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.Tidak terdapat
catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia;masa lalunya yang
terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak adaorang Indonesia modern yang
mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès
mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès
menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”,
dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumberutama; catatan
sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yangtelah ditemukan dan
diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Chingsangat penting, terutama dalam
menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika iamengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun
671. Sekumpulan prasastisiddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau
Bangka jugamerupakan sumber sejarah primer yang penting.
2. Untuk mengetahui kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya kerajaan sriwijaya
I.4 Manfaat
Untuk mengetahui catatan lebih lanjut mengenai kerajaan sriwijaya dalam sejarah Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari (maritim) bercorak Buddha yang
pernah berdiri di Pulau Sumatra dan memberi banyak pengaruh di Nusantara. Daerah
kekuasaan nya membentang dsri Kamboja, Thailand selatan, Semenanjung Malaya, Sumatra,
Jawa, dan pesisir Kalimantan. Didalam bahasa Sanskerta sri berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan" maka Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-gemilang". Berdasarkan sumber tertulis serta berita Tiongkok dan
Arab Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad VII. I Tsing, pendeta Tiongkok yang melakukan
kunjungan ke Sumatra dalam perjalanan studi nya ke Nalanda, India, pada tahun 671 dan
695, malaporkan Sriwijaya menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Terdapat 1000 orang
pendeta yang belajar agama Buddha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Bukti tertulis lainnya adalah prasasti-prasasti seperti Kota Kapur, Kedukan Bukit, Talang
Tuo, Telaga Batu, Karang Berahi dan Ligor. prasasti tertua kota kapur ditemukan di pulau
Bangka dan berangkat tahun 686 m, "Sriwijaya" dikenal melalui prasasti ini, di dalamnya
disebutkan "Bumi Jawa tidak mau tunduk pada Sriwijaya" (yang dimaksud Bumi jawa adalah
kerajaan tarumanegara). Prasasti berikutnya adalah kedukan bukit yang berangka tahun 605
saka atau 688 m prasasti ini berisi 10 baris kalimat yang antara lain mengatakan:
"Seseorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddayatra) dengan
perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang."
Tentang isi prasasti ini ada dua catatan. Pertama, kendati Dapunta Hyang berhasil
memperluas kekuasaan Sriwijaya dari hasil perjalanan, jumlah tentara yang sebegitu banyak
masih disangsikan kebenarannya. Kedua, Minangatamwan adalah sebuah daerah pertemuan
Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar kiri (Riau). Pernyataan ini didukung temuan
arkeologis berupa stupa di Muara Takus. Pada abad VII, Sriwijaya berhasil menguasai jalur
jalur kunci perdagangan, seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa
bagian barat.
Prasasti lain yang menyebut nama Dapunta Hyang (beristrikan Sobakancana putri
kedua dari raja terakhir Tarumanagara Sri Maharaja Linggawarman) adalah Prasasti Talang
Tuo (684 M). Di dalamnya disebutkan tentang selesainya pembangunan sebuah taman oleh
Dapunta Hyang Jayanasa yang diberi nama Srikserta.
Masyarakat Sriwijaya sebagian besar hidup dari perdagangan dan pelayaran. Letaknya
strategis, yaitu berada di jalur perdagangan antara India dan Tiongkok. Hal ini menjadi salah
satu faktor Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritim yang penting di Sumatra, bahkan
menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok.
Hasil bumi yang diperdagangkan, antara lain kemenyan, lada, damar, penyu, dan barang-
barang logam seperti emas dan perak, dan gading gajah. Orang Arab bahkan menyebut aneka
komoditas lain seperti kapur, barus, kayu gaharu, cengkih, pala, kepulaga, gading, emas, dan
timah. Sementara itu, pedagang asing menukar barang-barang tersebut dengan keramik, kain
katun, dan sutra.
Menurut berita dari Tibet, Pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023
M) untuk belajar agama Buddha dari seorang guru bernama Dharmapala.
Sejarah mencatat, Sejak abad ke-7, Nusantara secara ekonomi disatukan oleh Kerajaan
Sriwijaya dengan penguasaan lalu-lintas perdagangan dari barat ke timur, dari utara dan
selatan di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan Laut Jawa. Secara politik, konsep penyatuan
Nusantara berbasis maritim diletakkan oleh raja Singasari yaitu Kertanagara melalui visi
Cakrawala Mandala Dwipantara-nya. Kesadaran pentingnya bersatu menghadapi dominasi
kekuatan dari luar diperkuat lagi oleh Patih Gajah Mada (Majapahit) melalui Sumpah Palapa
pada tahun 1336 dan konsep Nusantara.
Setelah Kertanagara dan Gajah Mada, pada 1957 Perdana Menteri Juanda mengumumkan
Deklarasi Juanda. Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa seluruh laut di sekeliling dan di
sekitar pulau-pulau Indonesia adalah wilayah kedaulatan Indonesia. 10 tahun kemudian,
tahun 1967, deklarasi ini disebut Wawasan Nusantara, sebuah konsep geopolitik bangsa
Indonesia sekaligus melandasi wawasan kebangsaannya.
Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus,
kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yangmembuat raja Sriwijaya
sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya
membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya diseluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai
entreport atau pelabuhan utamadi Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan,
dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya
senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat nadi pelayaran antara
Tiongkok dan India.Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga
dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pes
aing di negara jirannya.
Dengan kenyataan ini, masyarakat Sriwijaya diperkirakan sangat majemuk. Mereka juga
telah mengenal pembagian (stratifikasi) sosial walaupun tidak begitu tegas. Hal ini bisa kita
lihat dari beberapa istilah dalam Prasasti Kota Kapur yang menunjukkan kedudukan para
bangsawan terdiri dari para putra raja dan kerabat istana. Adanya istilah yuwaraja (putra
mahkota) , Pratiyuwaraja (putra kedua) dan rajakuman (putra raja ketiga) menunjukkan hal
itu. Ditemukan juga istilah-istilah yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan tertentu
seperti jabatan nahkoda kapal yang disebut puhavam atau puhawan, bupati, dan Senopati.
Prasasti kota kapur juga menggambarkan adanya kelompok masyarakat memiliki profesi
tertentu sebagai tenaga kerja, seperti saudagar, tukang cuci, juru tulis, pembuat pisau, dan
budak berlian yang diberikan oleh raja.
Sebagai negara maritim, yang diyakini bahwa perdagangan merupakan bidang andalan
Sriwijaya. Hal ini bisa dilihat dari cetak geografisnya yang berada di tengah-tengah jalur
perdagangan antara India dan Cina. Apalagi setelah selat Malaka berhasil dikuasai Sriwijaya
banyak kapal asing yang singgah di pelabuhan ini untuk menambah perbekalan (nasi, daging,
air minum), beristirahat, dan melakukan perdagangan. Untuk mengontrol aktivitas
perdagangan di selat Malaka penguasa Sriwijaya membangun sebuah bandar di ligor atau
(Malaysia). Hal ini diketahui oleh prasasti ligor yang berumur 775 M.
Pengiriman hadiah dari pedagang dan upeti dari raja-raja taklukan kepadaraja Sriwijaya
merupakan ketentuan hukum. Sriwijaya sebagai tuan rumah sekaligus negara niaga dan
maritim, yang sering dikunjungi oleh pedagang asing maka Sriwijaya berhak menentukan
jumlah atau harga pajak yang harus dipatuhi oleh para pedagang bersangkutan. Selain
perdagangan, rakyat Sriwijaya mengandalkan pertanian. Hal ini bisa kita simpulkan dari
tulisan Abu Zaid Hasan, pelaut Persia, yang mendapat keterangan dari seorangpedagang Arab
bernama Sulaiman. Abu Zaid Hasan menceritakan bahwa Zabaq (Sriwijaya) memiliki tanah
yang subur dan wilayah kekuasaan yang luashingga ke seberang lautan. Dengan tanah yang
subur, Sriwijaya kemungkinan memiliki hasil pertanian yang cukup diminati para pedagang
asing. Apalagi wilayah Sriwijaya demikian luas hingga mencapai ke pedalaman Sumatera
dan Jawa. Sementara itu, masalah penguasaan tanah pada masa Sriwijaya dapat dilihat dari
Prasasti Kedukan Bukit yang membahas taman Sriksetra. Diduga,masalah kepemilikan tanah
ini sepenuhnya hak raja. Kehidupan ekonomi dansosial Kerajaan Melayu tak jauh berbeda
dengan Sriwijaya. Kaum bangsawannya memeluk Buddha, masyarakatnya sebagian besar
memeluk keyakinan tradisional.
Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki kebudayaan yang tinggi adalah dari prasasti-
prasasti yang ditemukan. Prasasti tersebut tidak lagi menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi
sudah menggunakan bahasa Melayu Kuno. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
Kerajaan Sriwijaya tidak menerima budaya asing begitu saja, tetapi disesuaikan dengan
budaya setempat. Hasil budaya peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa prasasti, arca Buddha
di Bukit Siguntang, bangunan suci di Jambi, kompleks Candi Muara Takus, beberapa
bangunan suci di Gunung Tua (padang lawas), dan Arca Awalokiteswara yang ditemukan di
Tapanuli Selatan.
Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza.
Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik
menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah
kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang
tercepat dalam waktu duatahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau
wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana,
pala,kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya
Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari
seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan
dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj
(Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu) memiliki tanah yang subur
dan kekuasaan yang luas hingga ke seberang lautan.
Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M, ketika itu yang berkuasadi Sriwijaya
ialah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak berhasil, tetapi telah
melemahkan Sriwijaya.
2. Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintahkan oleh Raja Rajendra cola dewa
pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan kesemenanjung Malaka dan berhasil
menawan raja Sriwijaya. Seranganketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan
olehWirarajendra,cucu Rajendracoladewa.
3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-1292, yang diterima
dengan baik oleh Raja Melayu(Jambi), Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan
Sriwijaya.
4. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai yangmengambil alih posisi
Sriwijaya.
5. Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintahMahapatih Gajah
Mada pada tahun 1377 yang mengakibatkan Sriwijayamenjadi taklukan Majapahit.
Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun
1377. Pendudukan tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.
6. Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut. Akibat pengendapan lumpur yang dibawa
oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari laut.
7. Berkurangnya kapal dagang yang singgah. Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari
laut menyebabkan daerah tersebut tidak strategis lagi.Kapal-kapal dagang lebih memilih
singgah di tempat lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan
pendapatan kerajaandari pajak menurun.
8. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Akibat semakin melemahnya
perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi mengontrol
daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri
adalah Jawa Tengah danMelayu.
Kerajaan Sriwijaya hanya menyisakan beberapa peninggalan dan silsilah raja yang
berkuasa pun banyak terputus.
Berikut ini daftar raja-raja yang diduga kuat pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya.
Indrawarman (702 M)
Sangramadhananjaya (775 M)
Dharmasetu (790 M)
Balaputradewa (856 M)
Sri Udayadityawarman (960 M)
Hsiae-she (980 M)
Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M)
Sumatrabhumi (1017 M)
Dharmawira (1064 M)
Berdasarkan prasasti Kota Kapur, Sriwijaya menguasai bagian selatan Sumatera hingga
Lampung. Kerajaan ini menguasai perdagangan di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut
Jawa, dan Selat Karimata. Perluasan wilayah ke Jawa dan Semenanjung Melayu (Malaysia),
menjadikan Sriwijaya menguasai dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Catatan
atau bukti peninggalan Sriwijaya memang tersebar di berbagai negara yang berada dalam
kekuasaannya. Ada di Thailand, Kamboja, Vietnam, selain dibeberapa provinsi di Sumatera,
Jawa dan Kalimantan.Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di
bawah kendali Palembang. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja
Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan kerajaan di
abad yang sama.Samaratungga dan Borobudur Pada masa Samaratungga berkuasa, 792
sampai 835, ia lebih memusatkan perhatian pada penguasaan wilayah di Pulau Jawa. Pada
masa kepemimpinannya itulah Candi Borobudur di Jawa dibangun dan selesai pada tahun
825. Pada abad ke-12, luas wilayah Sriwijaya meliputi Sumatera, Sri Lanka,Malaysia
(Kelantan, Kedah, Pahang, misalnya), Jawa Barat, Sulawesi, Maluku,Kalimantan, dan
Filipina. Dengan penguasaan tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim besar
hingga sekitar tahun 1200.Kekuatan Sriwijaya mulai pudar pada sekitar tahun 1000. Rajendra
Chola, Raja Chola dari Koromandel, India Selatan menyerang Sriwijaya dalam
tiga gelombang. Yang pertama tahun 1017. Pada penyerangan kedua tahun 1025 pasukan
India Selatan menaklukkan Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Pada tahun 1068 hampir
seluruh wilayah Sriwijaya diserang.Meskipun serbuan Chola tidak berhasil sepenuhnya,
tetapi serangan-serangannya memberi dampak yang sangat besar. Beberapa negara kecil
yang tadinya berada di bawah kekuasaan Sriwijaya Kadiri di Jawa misalnya -melepaskan
diri. Pada tahun 1288, Kerajaan Singhasari (penerus kerajaan Kadiri di Jawa) melakukan
―Ekspidisi Pamalayu‖. Ekspidisi di sini bisa berarti ―penyerangan‖. Ekspidisi Pamalayu
berhasil meruntuhkan Palembang dan Jambi
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri
di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerahkekuasaan
berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan
wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna“kemenangan
yang gilang-gemilang”.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7;seorang pendeta
Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijayatahun 671 dan tinggal selama 6
bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tuamengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7,
yaitu prasasti Kedukan Bukit diPalembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan
beberapa peperangan diantara nya 1025 serangan Rajendra1 Chola 1 dari Koromandel,
selanjutnya tahun 1183 kekuasaan sriwijaya dibawah kendali Dharmasraya.
B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan berusaha
menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA