Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran tuhan yang maha esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesempatan batin penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini
dengan judul “Kerajaan Sriwijaya” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang
Kerajaan Sriwijaya sehingga pembaca mampu memahami fenomena dan kenyataan yang
telah terjadi pada masa lampau.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya terhadap komponen
yang berperan dalam menundukung penulisan ini sehinga tulisan ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih saya pertama :

Ibu : Yennisda

Ayah : Adrianto

Guru pembimbing : Jhoni Seprisal Lubis

Penulis menyadari bahwasanya tulisan ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

Panti, 20 November 2023

Hormat saya,

(Azzahra Salsabila)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................... 3


B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN..................................................................................... 4
D. MANFAAT PENELITIAN................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 6

A. PEMBAHASAN TEORI.................................................................................... 6
B. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................... 16
C. PENGAJUAN HIPOTESIS................................................................................ 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................................... 20

BAB V PENUTUP......................................................................................................... 21

A. KESIMPULAN................................................................................................... 21
B. SARAN............................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Tidak terdapat
catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang
terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang
mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George
Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan
Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”,
sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada
kekaisaran yang sama.

Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber utama; catatan
sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang telah ditemukan dan
diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching sangat penting, terutama dalam
menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada
tahun 671. Sekumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan
Pulau Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting.

Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan
tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada
abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran
pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa
peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun
990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun
1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.Setelah Sriwijaya
jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun
1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient

3
B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, perumusan masalah menjadi tahap
selanjutnya yang penting dalam penelitian ini. Beberapa pertanyaan pokok yang akan
menjadi fokus utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya?


2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan Sriwijaya?
3. Kapankah masa keemasan kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang
Kerajaan Sriwijaya dan peran serta kontribusinya dalam sejarah Indonesia. Berikut adalah
tujuan-tujuan penelitian yang ingin dicapai:

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya


2. Untuk mengetahui kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan Sriwijaya
3. Untuk mengetahui masa keemasan kerajaan Sriwijaya
4. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai Kerajaan Sriwijaya memiliki manfaat yang signifikan dalam


berbagai aspek, baik dari segi sejarah, budaya, maupun pemahaman masyarakat. Berikut
adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini:

1. Pemahaman Sejarah yang Lebih Mendalam: Penelitian ini akan memberikan


pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah awal Indonesia, khususnya periode
Kerajaan Sriwijaya. Hal ini akan membantu memperkaya pengetahuan sejarah
Indonesia dan memahami akar-akar peradaban di wilayah ini.
2. Pelestarian Warisan Budaya: Dengan menganalisis pengaruh budaya dan agama
dalam Kerajaan Sriwijaya, penelitian ini dapat membantu dalam pelestarian warisan
budaya Indonesia. Ini termasuk seni, arsitektur, bahasa, dan praktik keagamaan yang
berkembang pada masa itu.
3. Pengembangan Pendidikan: Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum sejarah di lembaga pendidikan. Guru-guru sejarah dapat

4
menggunakan informasi ini untuk mengajar generasi muda mengenai sejarah
Indonesia yang kaya.
4. Mendorong Pariwisata Budaya: Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat
digunakan untuk mempromosikan pariwisata budaya di daerah yang pernah menjadi
wilayah Kerajaan Sriwijaya. Ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan
mendukung ekonomi lokal.
5. Pemberian Wawasan tentang Pemimpin dan Sistem Pemerintahan: Analisis mengenai
sistem pemerintahan dan kepemimpinan di Kerajaan Sriwijaya dapat memberikan
wawasan yang berguna bagi praktisi politik dan para pemimpin masa kini dalam
memahami perkembangan politik dan kepemimpinan.
6. Pelajaran dari Kemunduran Kerajaan: Studi tentang kemerosotan dan runtuhnya
Kerajaan Sriwijaya dapat memberikan pelajaran berharga tentang faktor-faktor yang
dapat menyebabkan keruntuhan sebuah kerajaan atau negara. Ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk menghindari kesalahan serupa di masa depan.

Dengan manfaat-manfaat ini, penelitian mengenai Kerajaan Sriwijaya diharapkan akan


memberikan kontribusi yang berarti dalam memahami dan melestarikan warisan sejarah
dan budaya Indonesia serta memberikan wawasan yang berguna dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMBAHASAN TEORI

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari, namun

kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia

Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar

sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang

menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini

biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi

ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah

pendukungnya diperintah oleh datu setempat.

1. Perjalanan Siddhayatra

Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing.

Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di

bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Bahwa beliau berangkat dalam

perjalanan suci siddhayatra untuk “mengalap berkah”, dan memimpin 20.000

tentara dan 312 orang di kapal dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari

Minanga Tamwan menuju Jambi dan Palembang. Diketahui, Prasasti Kedukan

Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli

berpendapat bahwa prasasti ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis

prasasti ini. Pada abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua

kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.

6
Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau

Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau

Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa

Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi

Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan

runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah

yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang

dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan

berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat

Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

2. Penaklukan Kawasan

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan

Sriwijaya mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di Asia Tenggara.

Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di

Thailand dan Kamboja. Pada abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah timur

Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk

mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan

ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di

awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan

dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri

kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad

yang sama.

Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan

Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini

7
pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana. Pada

abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan.

Pada masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah

utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Setelah

Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada

periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis,

Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk

memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya,

ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

2. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, Politik Kerajaan Sriwijaya

1. Kehidupan Politik

Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang

memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.

Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya

dipindahkan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan

Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti

Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional,

Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa

Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah

berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat

Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-

8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki

Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.

8
Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk

menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada

daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur

perdagangan antara Cina dan India. Hubungan dengan luar negeri. Kerajaan

Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah

Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti

Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa

menghadiahi sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari

nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.

2. Kehidupan Sosial

Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di

samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi

perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai

perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat

Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai

negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk

menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas

perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan

keuntungan yang besar dan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat

yang hidup dari pelayaran dan perdagangan.

3. Kehidupan Ekonomi

Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara

India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat

Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas

9
seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan

timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang

melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-

vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau

pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan,

dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok,

Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai

urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.

Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya

dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di

negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang

mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar

pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam

mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka,

Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah,

dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar

pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.

Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan

angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa

dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada

Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari

mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin

monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar

pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan

sedari tahun 670 hingga 1025 M.

10
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan

Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari

lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk

menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda

adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang

membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania,

dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief

Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan

Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang

menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga

menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri

Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz

dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah

Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok

disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-‘o-pa-mo (Sri

Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa

ts’engchi (bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya

dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian,

kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak

diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada

masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka

(Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masuk melalui

perdagangan mereka.

11
4. Kehidupan Agama

Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak

peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari

Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan

studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing

melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga

menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat

berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang

pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal

di Sriwijaya.

Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta

mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari

semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual

mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di India]. Apabila

seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk

mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya

tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan

vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya

Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama

Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di

Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui

perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9,

12
sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta

kebudayaannya di Nusantara.

3. Masa Keemasan Kerajaan Sriwijaya

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama

Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus

sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu,

digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan

tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua

tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil

bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,

kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini

disimpulkan dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid

Hasan yang mendapat keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab.

Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya

oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaan

yang luas hingga ke seberang lautan.

1. Hubungan dengan Wangsa Sailendra

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah

melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara,

antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,

Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda,

menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan

13
perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang

lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang

perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

2. Sriwijaya Berkuasa di Jawa

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi Maharaja Sriwijaya berikutnya.

Dia memerintah sebagai penguasa pada kurun 792-835. Berbeda dari

Dharmasetu yang ekpansionis, Samaratungga tidak terjun dalam kancah

ekspansi militer, melainkan lebih suka untuk memperkuat pemerintahan dan

pengaruh Sriwijaya atas Jawa. Dia secara pribadi mengawasi pembangunan

candi agung Borobudur; sebuah mandala besar dari batu yang selesai pada

825, di masa pemerintahannya. Menurut George Coedes, “pada paruh kedua

abad kesembilan, Jawa dan Sumatra bersatu di bawah kekuasaan wangsa

Sailendra yang memerintah di Jawa.

Dengan pusat perdagangan di Palembang.” Samaratungga seperti Rakai

Warak, tampaknya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Buddha Mahayana

yang cinta damai. Beliau berusaha untuk menjadi seorang penguasa yang

welas asih. Penggantinya adalah Putri Pramodhawardhani yang bertunangan

dengan Rakai Pikatan yang menganut aliran Siwa. Dia adalah putra Rakai

Patapan, seorang rakai (penguasa daerah) yang cukup berpengaruh di Jawa

Tengah. Langkah politik ini tampaknya sebagai upaya untuk mengamankan

perdamaian dan kekuasaan Sailendra di Jawa, dengan cara mendamaikan

hubungan antara golongan Buddha aliran Mahayana dengan penganut Hindu

aliran Siwa.

14
4. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa

hal berikut.

1. Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M, ketika itu yang

berkuasa di Sriwijaya ialah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun

serangan ini tidak berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya.

2. Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintahkan oleh Raja

Rajendracoladewapada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke

semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan

ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan olehWirarajendra,

cucu Rajendracoladewa.

3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-

1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu

(Jambi), Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.

4. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai yang

mengambil alih posisi Sriwijaya.

5. Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah

Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1377 yang mengakibatkan Sriwijaya

menjadi taklukan Majapahit. Pendudukan yang dilakukan Kerajaan

Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun 1377. Pendudukan

tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.

6. Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut. Akibat pengendapan

lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya Kota

Palembang semakin jauh dari laut.

15
7. Berkurangnya kapal dagang yang singgah. Akibat semakin jauhnya Kota

Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut tidak strategis lagi.

Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut

menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan

dari pajak menurun.

8. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Akibat semakin

melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa kerajaan

tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan

Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan

Melayu.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

C. PENGAJUAN HIPOTESIS

Hipotesis Penelitian Mengenai Kerajaan Sriwijaya:

"Dalam kerangka penelitian tentang Kerajaan Sriwijaya, diasumsikan bahwa


perkembangan awal kerajaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, politik, dan
budaya yang kompleks. Sistem pemerintahan yang efektif, kepemimpinan yang kuat,

16
serta pengaruh budaya dan agama menjadi penentu dalam membentuk struktur sosial
dan politik kerajaan. Konflik internal dan eksternal, bersama dengan perubahan-
perubahan dalam dinamika budaya dan agama, memainkan peran penting dalam
perkembangan dan kemunduran kerajaan ini. Dengan menganalisis faktor-faktor ini,
penelitian ini akan memperkaya pemahaman kita tentang peran Kerajaan Sriwijaya
dalam sejarah Indonesia serta memungkinkan kita untuk menggali pelajaran berharga
dari masa lalu."

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian Mengenai Kerajaan Sriwijaya

Metodologi penelitian adalah panduan mengenai langkah-langkah yang akan


diambil dalam penelitian. Dalam studi mengenai Kerajaan Sriwijaya, ada beberapa
tahap dan metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menyajikan data dengan akurat. Berikut adalah metodologi penelitian yang dapat
digunakan:

1. Penelitian Pustaka (Literatur Review):


Melakukan studi literatur mendalam untuk mengumpulkan informasi dari
sumber-sumber sekunder seperti buku, artikel, dokumen sejarah, dan riset
terdahulu yang relevan dengan Kerajaan Sriwijaya.
Menganalisis dan menyusun data dari literatur terdahulu untuk memahami
kerangka dasar dan kerangka sejarah Kerajaan Sriwijaya.

2. Sumber Data Primer:


Mengidentifikasi sumber-sumber data primer yang relevan seperti prasasti,
artefak arkeologis, dokumen resmi, dan catatan sejarah.
Mengumpulkan data primer tersebut dengan melakukan studi lapangan, survei,
atau pencarian arkeologi jika memungkinkan.

a. Wawancara dan Kuesioner:


Melakukan wawancara dengan ahli sejarah, arkeolog, atau pakar bidang
terkait untuk mendapatkan wawasan yang mendalam.
Mungkin juga merancang kuesioner yang akan diberikan kepada ahli atau
informan terkait untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai topik yang
diteliti.

b. Analisis Data:
Mengorganisir dan menganalisis data dari berbagai sumber, baik data primer
maupun data sekunder, menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
18
Menyusun data untuk menciptakan narasi kronologis perkembangan Kerajaan
Sriwijaya.

c. Interpretasi dan Konteks Historis:


Menginterpretasikan data yang telah dianalisis dalam konteks sejarah dan
budaya masa itu, serta dalam konteks sejarah Indonesia secara lebih luas.
Memahami pengaruh kerajaan ini dalam perkembangan sejarah Indonesia dan
bagaimana faktor-faktor tertentu memengaruhi kejadian-kejadian penting.

d. Penyusunan Laporan Penelitian:


Menyusun laporan penelitian yang mencakup pendahuluan, kerangka teoretis,
metodologi, hasil penelitian, analisis, temuan, dan kesimpulan.
Menyajikan informasi dengan jelas dan sistematis, menggunakan referensi
yang tepat.

e. Validasi dan Peer Review:


Melibatkan ahli sejarah atau pakar bidang terkait untuk melakukan validasi
dan peer review terhadap penelitian, sehingga memastikan akurasi dan
validitas temuan.

f. Diseminasi Hasil:
Menyebarkan hasil penelitian melalui publikasi ilmiah, presentasi dalam
konferensi, atau media lainnya agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat akademik dan masyarakat umum.

19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
berdasarkan kerangka pemikiran dan metodologi penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, hasil penelitian mengenai Kerajaan Sriwijaya mungkin mencakup
informasi tentang:

1. Perkembangan Awal Singasari: Analisis tentang bagaimana Kerajaan


Sriwijaya muncul dari pemukiman kecil dan faktor-faktor yang mendukung
pertumbuhannya.
2. Sistem Pemerintahan dan Kepemimpinan: Informasi tentang struktur
pemerintahan, pemimpin-pemimpinnya, serta bagaimana kepemimpinan
mereka memengaruhi pengelolaan kerajaan.
3. Konflik dan Peperangan: Penjelasan tentang konflik internal dan eksternal
yang dihadapi oleh Kerajaan Sriwijaya, termasuk musuh-musuhnya dan
strategi yang digunakan.
4. Pengaruh Budaya dan Agama: Pengungkapan tentang pengaruh budaya, seni,
arsitektur, serta agama yang berkembang selama masa Kerajaan Sriwijaya.
5. Kemerosotan dan Akhir Singasari: Faktor-faktor yang menyebabkan
kemunduran dan akhir kerajaan ini, serta dampaknya terhadap sejarah
Indonesia selanjutnya.

20
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan Mengenai Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau
Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Dalam bahasa
Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya berarti
“kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan
yang gilang-gemilang”.
1. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671
dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai
Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang,
bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya
mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025
serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan
Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
B. SARAN

Saran untuk Kerajaan Sriwijaya akan bertumpu pada pemeliharaan dan pengembangan
kerajaan serta kesejahteraan rakyatnya.

1. Pelestarian Warisan Budaya: Upayakan pelestarian dan pemeliharaan situs-situs


bersejarah dan artefak budaya Kerajaan Sriwijaya. Ini dapat meningkatkan nilai
pariwisata budaya dan memastikan warisan budaya tetap hidup.
2. Pengembangan Pendidikan: Tingkatkan sistem pendidikan dan penelitian dalam
bidang sejarah dan budaya lokal, termasuk pendidikan di sekolah-sekolah tentang
sejarah Kerajaan Sriwijaya. Ini akan membantu memahami dan menghargai warisan
sejarah.

21
3. Promosi Pariwisata Berkelanjutan: Promosikan pariwisata yang berkelanjutan
dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan budaya. Ini dapat menciptakan
lapangan kerja dan sumber pendapatan tambahan untuk masyarakat setempat.
4. Pemberdayaan Masyarakat: Libatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian
warisan budaya dan pengembangan pariwisata. Ini dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam menjaga dan memelihara warisan mereka.
5. Kerja Sama dengan Negara Tetangga: Jalin kerja sama dengan negara-negara
tetangga yang memiliki hubungan sejarah dengan Kerajaan Sriwijaya. Ini dapat
menciptakan peluang untuk pertukaran budaya dan penelitian bersama.
6. Promosi Pengembangan Ekonomi: Fokus pada pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan di wilayah sekitar Kerajaan Sriwijaya. Ini dapat menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Kelestarian Lingkungan: Lindungi lingkungan alam di sekitar situs bersejarah untuk
mempertahankan keindahan alam dan mencegah kerusakan yang dapat
memengaruhi situs bersejarah.
8. Penelitian dan Eksplorasi Lanjutan: Melanjutkan penelitian dan eksplorasi
arkeologi serta sejarah untuk mengungkap lebih banyak tentang Kerajaan Sriwijaya.
Penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang masa lalu yang dapat
digunakan untuk pendidikan dan promosi budaya.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-sriwijaya.html
http://kakakpintar.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-peninggalan-pendiri-prasasti-letak-
penyebab-runtuhnya
http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-kerajaan-maritim-
terbesar.html
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html
https://doc.lalacomputer.com/makalah-kerajaan-sriwijaya/

23

Anda mungkin juga menyukai