Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERAJAAN SRIWIJAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

GURU PENGAJAR : Rahayu Dinda Anjani S.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 2


Anggota :
Riki S
Dimas
Ripan

SMK PADAKEMBANG
TASIKMALAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirot Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sehingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan keritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, November 2013

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. latar belakang...........................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................5
C. Tujuan penulisan......................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Sejarah berdirinya kerajaan sriwijaya.......................................................6
1. Perjalanan Siddhayatra ...............................................................7
2. Penaklukan Kawasan.................................................................. 7
B. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, Politik Kerajaan Sriwijaya..............8
1. Kehidupan Politik..........................................................................8
2. Kehidupan Sosial...........................................................................9
3. Kehidupan Ekonomi......................................................................9
4. Kehidupan Agama.......................................................................10
C. Masa Keemasan Kerajaan Sriwijaya................................................10
1. Hubungan dengan Wangsa Sailendra.......................................13
2. Sriwijaya Berkuasa di Jawa.......................................................13
D. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.........................14
BAB III PENUTUP....................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................16
B. Saran...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.


Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah
Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana
asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai
Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès
mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda
dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap
“San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam
Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.

Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam


sumber utama; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia
Tenggara yang telah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan
bhiksu peziarah I Ching sangat penting, terutama dalam menjelaskan
kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada
tahun 671. Sekumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di
Palembang dan Pulau Bangka juga merupakan sumber sejarah primer
yang penting.

Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad


ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi
Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua
mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan
Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa
peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari
Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari

4
Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah
kendali kerajaan Dharmasraya.Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini
terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun
1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française
d’Extrême-Orient

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya?

2. Bagaimana kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama kerajaan


Sriwijaya?

3. Kapankah masa keemasan kerajaan Sriwijaya?

4. Bagaimana penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya

2. Untuk mengetahui kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan agama


kerajaan Sriwijaya?

3. Untuk mengetahui masa keemasan kerajaan Sriwijaya?

4. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara


bahari, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah
kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk
populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih
memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya,
selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat
pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah
secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya
diperintah oleh datu setempat.

1. Perjalanan Siddhayatra

Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan


I Tsing. Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium
ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Bahwa beliau berangkat
dalam perjalanan suci siddhayatra untuk “mengalap berkah”, dan
memimpin 20.000 tentara dan 312 orang di kapal dengan 1.312 prajurit
berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju Jambi dan Palembang.
Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis
dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti ini
mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Pada abad ke-7
ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu
dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.

Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686


ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian
selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti
ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi
militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada
Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di
Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan
besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang dimaksud dengan
Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil
mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda,
Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

2. Penaklukan Kawasan

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya,


menjadikan Sriwijaya mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di
Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi
Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Pada abad ke-7, pelabuhan Champa di
sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari
Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu
melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota
Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah
kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja,
sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer,
memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama.

Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain


Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut
catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah
dan berkuasa di sana. Pada abad ini pula, Langkasuka di semenanjung
Melayu menjadi bagian kerajaan. Pada masa berikutnya, Pan Pan dan
Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di
bawah pengaruh Sriwijaya. Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi

7
penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti
Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi
militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di
Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di
Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

B. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, Politik Kerajaan Sriwijaya

1. Kehidupan Politik

Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja


yang memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar
negeri. Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya
dipindahkan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan
Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya
seperti Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan
internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan
mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M,
Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan
perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka,
dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan
Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya
dan Tanah Genting Kra.

Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan


untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan
pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk
menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Hubungan
dengan luar negeri. Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan
kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-
kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala.
Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah untuk

8
pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi
‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.

2. Kehidupan Sosial

Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-


Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang
merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya
berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan
Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap
perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-
kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan
makanan dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat
perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari pelayaran
dan perdagangan.

3. Kehidupan Ekonomi

Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur


perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas
Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya
memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala,
kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya
raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan
Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia
Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di
Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan
dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya
senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat
nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.

9
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi
perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi
pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli
perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer
untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan
menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi,
Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa
Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di
semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan
dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.

Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan


angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di
Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud
adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah
bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk
menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan
menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya
dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.

Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu


menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan
bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi.
Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu.
Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa
Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa
Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra
Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur
mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan
Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang
menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

10
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok,
Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan
utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada
khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke
Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam),
dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan
rajanya Shih-li-t-‘o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan
hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts’engchi (bermaksud sama dengan Zanji
dalam bahasa Arab).

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang


dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak,
terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri
kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan
keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat
Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.)
Matsum. & Nakai), yang masuk melalui perdagangan mereka.

4. Kehidupan Agama

Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik


banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain
pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera
dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671
dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana
Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain
berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan
bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada
Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.

Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar


serta mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan

11
mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya
dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di
India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas
Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah
Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1
atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan
tepat.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh


budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya
dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan
agama Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan
Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga
abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa
Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

C. Masa Keemasan Kerajaan Sriwijaya

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut


dengan nama Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir
(pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang
Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah
kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak.
Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup
untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah
kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir
dan beberapa hasil bumi lainya.

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris.


Ini disimpulkan dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu
Zaid Hasan yang mendapat keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang
Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan

12
Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan
kekuasaan yang luas hingga ke seberang lautan.

1. Hubungan dengan Wangsa Sailendra

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya
telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand,
Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat
Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan
rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas
setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa
pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan
India.

2. Sriwijaya Berkuasa di Jawa

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi Maharaja Sriwijaya


berikutnya. Dia memerintah sebagai penguasa pada kurun 792-835.
Berbeda dari Dharmasetu yang ekpansionis, Samaratungga tidak terjun
dalam kancah ekspansi militer, melainkan lebih suka untuk memperkuat
pemerintahan dan pengaruh Sriwijaya atas Jawa. Dia secara pribadi
mengawasi pembangunan candi agung Borobudur; sebuah mandala besar
dari batu yang selesai pada 825, di masa pemerintahannya. Menurut
George Coedes, “pada paruh kedua abad kesembilan, Jawa dan Sumatra
bersatu di bawah kekuasaan wangsa Sailendra yang memerintah di Jawa.

Dengan pusat perdagangan di Palembang.” Samaratungga seperti


Rakai Warak, tampaknya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan Buddha
Mahayana yang cinta damai. Beliau berusaha untuk menjadi seorang
penguasa yang welas asih. Penggantinya adalah Putri Pramodhawardhani

13
yang bertunangan dengan Rakai Pikatan yang menganut aliran Siwa. Dia
adalah putra Rakai Patapan, seorang rakai (penguasa daerah) yang cukup
berpengaruh di Jawa Tengah. Langkah politik ini tampaknya sebagai
upaya untuk mengamankan perdamaian dan kekuasaan Sailendra di Jawa,
dengan cara mendamaikan hubungan antara golongan Buddha aliran
Mahayana dengan penganut Hindu aliran Siwa.

D. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh


beberapa hal berikut.

Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M, ketika itu yang


berkuasa di Sriwijaya ialah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun
serangan ini tidak berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya.

Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintahkan oleh Raja


Rajendracoladewapada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini
ditujukan ke semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja
Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan
olehWirarajendra, cucu Rajendracoladewa.

Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara,


1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi),
Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.

Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai yang


mengambil alih posisi Sriwijaya.

Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah


Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1377 yang mengakibatkan
Sriwijaya menjadi taklukan Majapahit. Pendudukan yang dilakukan
Kerajaan Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun 1377.

14
Pendudukan tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan
Nusantara.

Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut. Akibat pengendapan


lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya
Kota Palembang semakin jauh dari laut.

Berkurangnya kapal dagang yang singgah. Akibat semakin jauhnya


Kota Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut tidak
strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat
lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang
dan pendapatan kerajaan dari pajak menurun.

Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Akibat semakin


melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa
kerajaan tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya.
Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri
adalah Jawa Tengah dan Melayu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau
Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan
berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Dalam bahasa Sanskerta, sri
berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”,
maka nama Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”.

Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan
tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga
berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut
dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I
dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali
kerajaan Dharmasraya.

B. Saran

Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-sriwijaya.html

http://kakakpintar.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-peninggalan-pendiri-prasasti-letak-
penyebab-runtuhnya

http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-kerajaan-maritim-
terbesar.html

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

https://doc.lalacomputer.com/makalah-kerajaan-sriwijaya/

17

Anda mungkin juga menyukai