Anda di halaman 1dari 11

KERAJAAN SRIWIJAYA

oleh :
kelompok 6

1. Hanny Bunga Viantin


2. M. Ibrahim Yusuf
3. Maharani Putri
4. Sherly Febriyanti

Guru pembimbing : M. Rizky Febrian, S. PD

SMA NEGERI 14
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "kerajaan Sriwijaya" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Rizky Febrian selaku guru Mata Pelajaran
Sejarah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………… ¡
KATA PENGANTAR………………………………………………………..¡¡
DAFTAR ISI……………………………………………………………...…¡¡¡
PEMBAHASAN……………………………………………………………….
● Latar Belakang Berdirinya Kerajaan……………………….…….
● Masa Masa Raja dan Nama-Nama Raja………………………….
● Masa kejayaan Dalam Bidang…………………………………....
- Politik,
- Sosial,
- Ekonomi, dan
- Budaya.
● Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya……………………………………..
● Bukti bukti Peninggalan………………………………………….....
PENUTUP………………………………………………………………………..
● Kesimpulan……………………………………………………...…
● Saran…………………………………………………………....…...
Daftar Pustaka……………………………………………………………….

2
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN SRIWIJAYA


Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama Depunta
Hyang. Bukti fisik berupa kronik berita memberitahu bahwa pada tahun 682 Masehi atau
abad ke-6 ada seorang pendeta Buddha dari Tiongkok yang ingin memperdalam agamanya d
tanah india.
Sebelum keberangkatannya, ia harus sudah menguasai bahasa sanskerta, karena itu
pendeta bernama I-Tsing mempelajarinya selama setengah tahun di sriwijaya. Kronik ini
sekaligus memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat
keagamaan yang mumpuni di kawasan Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing juga berhasil
menerjemahkan kitab-kitab agama Buddha ke bahasa nenek moyangnya setelah mempelajari
secara mendalam agama Buddha di Sriwijaya.
Bukti yang kedua ini memperkuat teori awal pendirian kerajaan Sriwijaya di abad ke-7.
Sebuah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang diberi nama Kedukan Bukit memiliki
angka 683 Masehi. Pada tahun tersebut Sriwijaya sedang dipimpin oleh seorang raja bernama
Dapunta Hyang yang sedang berusaha memperluas wilayah. Ia menyiapkan bala tentara
sampai jumlah 20.000 orang. Penaklukan ini menghasilkan setelah 8 hari di medan perang.
Pada akhirnya beberapa yang kekuatan militernya tak menerima tawaran memberikan upeti
ke Sriwijaya sebagai tanda takluk.
Tidak ada kronik maupun prasasti lagi menjelaskan asal-usul keluarga Dapunta Hyang
Srijayanaga sehingga menduduki tahta pertama kerajaan. Dalam sejarah berdirinya Sriwijaya,
ada sekitar 11 raja yang silih berganti mengurusi negara internasional ini. Nantinya, nama
Sriwijaya yang artinya kemenangan yang mulia benar-benar terwujud.
Setelah Dapunta Hyang berhasil mencapai kesuksesan bersama 20.000 pasukannya, ada
sebuah prasasti yang ditemukan di pulau Bangka, sebuah pulau kecil di dekat Sumatera.
Prasasti kota kapur adalah nama prasasti yang menyebutkan keinginan Dapunta Hyang
melakukan ekspedisi ke jawa. Dan prasasti yang berangka 686 Masehi itu pun bukti sejarah
berhasilnya Sriwijaya menaklukkan jawa yang saat itu dikuasai kerajaan Tarumanegara.
Prasasti-prasasti lainnya yang menjadi peninggalan kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa
melayu kuno dan berhuruf pallawa.

B. MASA-MASA RAJA DAN NAMA-NAMA RAJA


• Sri Indrawarman, penerus dari Sri Jayanasa. Pada masa pemerintahannya membangun
kuil di Ligor, serta Hsin-tang-hsu.
• Raja Dharanindra bergelar Sailendrawamsatilaka Sri Wirawairimathana atau Permata
Keluarga Sailendra.
• Raja Samaratungga. Dikenal sebagai raja yang tidak gemar berperang, dan memilih fokus
pada kerajaan.

3
• Balaputradewa (856 M), memimpin Sriwijaya dengan mendukung pendidikan pendeta
budhis di Nalanda. Di masa kepemimpinannya, Sriwijaya menjadi pengusaha perdagangan di
Melayu.

4
• Sri Udayadityawarman (960 M)
• Sri Wuja atau Sri Udayaditya (961 M)
• Hsiae-she (980 M)
• Sri Cudamani Warmadewa (988 M)
• Malayagiri atau Suwarnadwipa (990 M)
• Sri Marawijayottunggawarman (1008 M)
• Sumatrabhumi (1017 M)
• Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M)
• Sri Dewa (1028 M)
• Dharmawira (1064 M)
• Sri Maharaja (1156 M)
• Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)

C. MASA KEJAYAAN DALAM BIDANG POLITIK, SOSIAL, EKONOMI, dan


BUDAYA
1. POLITIK
Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai kerajaan maritim karena armada laut dari
kerajaan Sriwijaya sangat kuat. Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Sriwijaya, antara
lain sebagai berikut.
A. Dapunta Hyang Sri Jayanasa
Berita mengenai raja ini diketahui melalui prasasti kedukan Bukit (683 M). Pada masa
pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya
sampai ke wilayah jambi, yaitu dengan menduduki daerah Minangatamwan. Daerah ini
memiliki arti yang sangat strategis dalam bidang perekonomian karena daerah ini dekat
dengan jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal
pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah Mencita-citakan agar kerajaan Sriwijaya
menjadi kerajaan Maritim.
B . Balaputradewa
Pada awalnya, Raja Balaputradewa adalah raja dari Kerajaan Syailendra (di Jawa
Tengah). Perang saudara di Kerajaan Syailendra antara Balaputradewa dan Rakai Pikatan
(Dinasti Sanjaya), suami dari Pramodawardhani (kakaknya) berakhir dengan kekalahan
Balaputradewa . Akibat kekalahan itu , ia lari ke Sriwijaya. Di Kerajaan Sriwijaya berkuasa
Raja Dharma Setru (kakek dari Raja Balaputradewa) yang tidak memiliki keturunan sehingga
kedatangan Raja Balaputradewa di Kerajaan Sriwijaya disambut baik. Selanjutnya
Balaputradewa diangkat menjadi raja. Pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa,
Kerajaan Sriwijaya berkembang semakin pesat. Raja Balaputradewa meningkatkan kegiatan
pelayaran dan perdagangan rakyat Sriwijaya Di samping itu, Raja Balaputradewa menjalin
hubungan dengan kerajaan - kerajaan yang berada di luar wilayah Indonesia, terutama dengan
kerajaan - kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Benggala (Nalanda) dan Kerajaan
Cholamandala. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan
dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.

5
C. Sanggrama Wijayatunggawarman
Pada masa pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman, Kerajaan Sriwijaya
mendapat ancaman dari Kerajaan Colamandala. Di bawah pemerintahan Raja Rajendra
Coladewa, Kerajaan Colamandala melakukan serangan dan berhasil merebut Kerajaan
Sriwijaya. Raja Sriwijaya yang bernama Sanggrama Wijayatunggawarman berhasil ditawan
Namun, pada masa pemerintahan Raja Kulotungga I, Raja Sanggrama Wijayatunggawarman
dibebaskan kembali.

2. SOSIAL
Kerajaan Sriwijaya karena letaknya yang strategis dalam lalu lintas perdagangan
internasional menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai pengaruh
asing. Masyarakat Sriwijaya juga telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam
dunia perdagangannya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa
pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi, dan Semenanjung
Malaysia.

3. EKONOMI
Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang sangat
strategis, yaitu di tengah - tengah jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Di
samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malaka yang merupakan urat nadi
perhubungan bagi daerah - daerah di Asia Tenggara. Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya
merupakan modal utama bagi masyarakatnya untuk terjun dalam aktivitas pelayaran dan
perdagangan.

4. BUDAYA
Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat agama Buddha yang terkenal di Asia Tenggara
Pendeta agama Buddha di Sriwijaya yang terkenal, antara lain Sakyakirti, Dharmakirti, dan
Dharmapala. Di Sriwijaya terdapat sebuah perguruan tinggi agama Buddha. Banyak pendeta
Buddha dari mancanegara yang belajar agama di perguruan tersebut, di antaranya l - Tsing
dan Tiongkok dan Atisa dari Tibet. Sebagai pusat agama Buddha, Kerajaan Sriwijaya tidak
banyak bangunan suci. Hal ini karena Sriwijaya termasuk kerajaan maritim. Banyak pemuda
yang dikirim untuk belajar agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda, Benggala ( India ).
Banyak penganut agama Buddha dari Tiongkok yang akan belajar agama ke India, terlebih
dahulu harus belajar di Sriwijaya selama dua atau tiga tahun. Sebagai pusat agama Buddha
Mahayana untuk Asia Tenggara, ribuan pendeta dan pelajar sudah pernah belajar di Sriwijaya
Selain belajar agama, para pelajar belajar mengenai bahasa Sanskerta. Pada tahun 1011 1023,
datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet bernama Atisa untuk memperdalam
pengetahuan agama Buddha. Sriwijaya menjadi pendidikan dasar sebelum melanjutkan
pendidikan ke India guna memperdalam ilmu agama Buddha.

D. RUNTUHNYA KERAJAAN SRIWIJAYA

6
Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah runtuhnya kerajaan. Berdasarkan catatan
sejarah, kerajaan Sriwijaya mulai melemah dan mengalami kemunduran sejak tahun
1178-1225. Melemahnya kekuatan militer menyebabkan beberapa daerah melepaskan diri.
Selain itu, faktor runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah serangan Majapahit pada tahun 990
Masehi terhadap kerajaan Sriwijaya, serangan kerajaan Chola pada tahun 1025 Masehi,
kondisi alam yang berubah, dan masuknya pengaruh Islam.
Letak Kota Palembang sebagai ibukota Kerajaan Sriwijaya semakin jauh dari laut dan
tidak strategis. Hal ini terjadi karena pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi
yang menyebabkan proses pendangkalan dasar sungai pada Sungai Musi.
Salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah berkurangnya kapal dagang
yang singgah. Semakin sedikitnya kapal dagang yang singgah berakibat pada aktivitas
jual-beli dan perdagangan semakin berkurang. Sehingga, pendapatan Kerajaan Sriwijaya dari
pajak kapal juga semakin menurun.

E. BUKTI-BUKTI PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA


Berikut ini beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dapat membuktikan
keberadaan dan kebesarannya.
1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Palembang,
pada 29 November 1920. Prasasti berangka tahun 683 Masehi ini ditulis dengan huruf
Pallawa dan Bahasa Sanskerta. Prasasti Kedukan Bukit berisi tentang berdirinya Kerajaan
Sriwijaya dan raja pertamanya yang bernama Sri Jayanegara, melakukan perjalanan suci
menggunakan perahu bersama 20.000 tentaranya.
2. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat oleh J.K Van der Meulen
pada 1892. Isi prasasti ini menceritakan tentang kutukan bagi orang yang berani melanggar
titah dari Raja Sriwijaya.
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur II, Kota
Palembang. Isinya menyebutkan tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di
kedatuan Sriwijaya.
4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin, Jambi, pada 1904.
Isinya menjelaskan tentang kutukan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan dan tidak
setia dengan raja Kerajaan Sriwijaya.
5. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung
Selatan. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dalam 13 baris dan berhuruf Pallawa
dengan Bahasa Melayu Kuno. Isi prasasti ini hampir sama dengan beberapa prasasti
peninggalan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Lampung, yaitu tentang kutukan bagi
mereka yang tidak patuh kepada penguasa Kerajaan Sriwijaya.
6. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Buddha yang
dipakai pada masa Sriwijaya, yaitu Mahayana. Selain itu, prasasti yang memiliki 14 baris

7
kalimat ini menceritakan tentang pembangunan taman oleh Sri Jayanasa, yang dibuat untuk
rakyat pada abad ke-7.

7. Prasasti Hujung Langit


Prasasti Hujung Langit atau Prasasti Bawang ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung.
Meski sebagian besar tulisannya sudah sangat aus, prasasti berangka tahun 997 Masehi ini
berkaitan dengan penetapan suatu daerah menjadi sima, daerah perdikan, seperti pada
prasasti-prasasti yang ada di zaman Hindu-Buddha.
8. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor ditemukan di Thailand bagian Selatan oleh Nakhon Si Thammarat.
Prasasti ini menceritakan tentang Raja Sriwijaya yang merupakan raja dari semua raja di
dunia yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Karaja.
9. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden ditulis pada lempengan tembaga dalam Bahasa Sanskerta serta Tamil.
Isi prasasti yang disimpan di museum Belanda ini menceritakan tentang hubungan baik dari
Dinasti Chola dengan Dinasti Syailendra dari Sriwijaya.

Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya


1. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Kompleks percandian ini bercorak Buddha, dibuktikan dengan bentuk stupa dan temuan
fragmen yang berisi mantra agama Buddha. Di dalam kompleks Candi Muara Takus, terdapat
empat bangunan berukuran besar lainnya, yaitu Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa
Mahligai, dan Palangka.
2. Candi Biaro Bahal III
Candi Biaro Bahal III adalah candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di
Padang Lawas, Sumatera Selatan.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Hindu terbesar di Indonesia, bahkan
dijuluki sebagai pusat agama Hindu di luar India.
2. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat kuat dan kaya raya. Terbukti dari sebutan
negara maritimnya.
3, Sejarah Kerajaan Sriwijaya dapat diakses dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan baik
di dalam maupun di luar negeri serta dari berita-berita asing
4. Faktor penyebab keruntuhan
a. Berulang kali diserang kerajaan Colamandala
b. Kerajaan taklukan Sriwijaya banyak yang melepaskan diri
c. Terdesak perkembangan kerajaan di Thailand
d. Terdesak pengaruh kerajaan Singosari
e. Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya
f. Tidak adanya raja yang cakap dan berwibawa
g. Serangan Majapahit dalam upaya penyatuan nusantara

B. Saran
1. Sejarah harus selalu kita kaji agar menjadi sebuah pengetahuan dan motivasi
dalam mengisi kemerdekaan.
2. Lestarikan terus nilai-nilai budaya sejarah bangsa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia foundation. 2017. Kerajaan Sriwijaya. Diambil dari:


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya_

Tulas, pratama. Kerajaan Sriwijaya. Diambil dari:


http://tulastulispratama.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kerajaan-sriwijaya.html%20

Peninggalan kerajaan Sriwijaya. Diambil


dari:https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/11/150000779/peninggalan-kerajaan-sriwij
aya?amp=1&page=2&jxconn=1*1b9czs3*other_jxampid*S0tkMEtzV3JPYTB4ZUtCRGFH
c3hFUklTekZXM1JBUUc5aVRHRDV3R3pwZXRIRG9VSEtEUC1HNjloTDJ1OUJoRg

10

Anda mungkin juga menyukai