Disusun Oleh
Kelompok 9
Apriandanu : 1714090045
Maar Alqif Tia : 1714090047
Rio Andika : 1714090081
Delvi Fajriani Putri : 1714090085
Dosen Pembimbing
Suryadi Fajri, M.Pd
JURUSAN TADRIS IPS (KONSENTRASI SEJARAH) B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1439 H/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita samapanjatkan kepada Allah SWT yang
senantiasamelimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahini.Salawat beriringan
salam tidak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah sampai
kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Makalah ini kami susun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliahSejarah Indonesia Zaman Hindu
Budha yang bertujuan sebagai tugas kelompok.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepadapembaca dan kami juga meminta
maaf jika ada kesalahan-kesalahan yang terdapat dalammakalah ini.
Daftar isi
Bab II Pembahasan
a. Awal Berdirinya Kerajaan Sriwijaya ......................................... 2
b. Tahun Berdiri dan Proses Berdirinya ..................................... 3
c. Struktur Pemerintahan Sriwijaya ............................................ 5
d. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan ............................................ 6
e. Raja-Raja Terkenal di Sriwijaya ...........................................7
f. Masa Kejayaan Sriwijaya........................................................... 8
g. Masa Kemunduran/Keruntuhan ........................................... 9
Bab III
Penutup............................................................................................................... 12
Daftra Pustaka................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia diperkirakan pada abad ke- 4 masehi mulai meninggalkan zaman Pra sejarah. Ini ditandai
dengan ditemukannya prasati Yupa. Hal tersebut lantas menjadikan Indonesia memasuki babak baru
dalam sejarah. Masyarakat mulai mengenal hal baru yakni ajaran agama yaitu Hindu-Budha. Hindhu
Budha sendiri berasal dari negara India. Indonesia dan India sebenarnya sudah menjalin hubungan
dagang jauh sebelum masuknya ajaran Hindu-Budha. Ini dikarenakn faktor geografis Indonesia yang
terletak diantara Asia barat dan Asia Timur. Indonesia menjadi jembatan penghubung sekaligus wilayah
singgahan negara-negara barat yang ingin berdagang ke wilayah timur.
Masuknya Hindhu-Budha kemudian merubah warna dari Indonesia. Selain faktor religi, faktor politik
juga ikut berubah dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat mulai mengenal sistem kerajaan. Berdirinya
kerajaan-kerajaan bercorak hindhu budha membuat masyarakat hidup dalam suasana baru.
Pada masa ini pula muncul kerajaan-kerajaan besar Hindhu-Budha. Salah satunya kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat di wilayah Sumatera. Beberapa faktor membuat kerajaan sriwijaya
maju pada zamannya serta menjadi salah satu kerajaan Terbesar di wilayah Nusantara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana berdirinya kerajaan Sriwijaya?
2. Bagaiman struktur pemerintahan Sriwijaya?
3. Siapa saja raja yang memerintah di kerajaan Sriwijaya?
4. Apa yang melatar belakangi runtuhnya kerajaan Sriwijaya?
.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber Lokal:
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci dan
Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan
serta 1213 tentara yang berjalan kaki. Sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukkan
bumi jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya. Prasasti kota Kapur di temukan di pulau Bangka.
2. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang
membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukkan Minangatamwan. Dengan kemenangan
itu, kerajaan Sriwijaya semakin makmur daerah yang di maksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah
daerah Binaga yang terletak di Jambi. Daerah itu sangat srategis untuk perdagangan.
3. Prasasti Talang Tuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang perbuatan taman Srikesetra atas perintah raja
Dapunta Hyang.
4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Berangka tahun 686 M itu di temukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukkan
penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.
5. Prasasti Ligor
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang di fungsikan untuk mengawasi
pelayaran perdagangan di selat Malaka.
6. Prasasti Nalanda
Prasati ini menyebutkan raja Balaputradewa sebagai raja terakhir dari dinasti Sailendra yang terusir dari
jawa tengah akibat kekalahannya melawan kerajaan Mataram dari dinasti Sanjaya. Dalam prasati itu,
Balaputra dewa meminta kepada raja Nalanda agar mengakui haknya atas kerajaan Sailendra. Disamping
itu, prasasti ini juga menyebutkan Baladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari pajak untuk
membiayai para mahasiswa yang belajar di Nalanda.
7. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan disekitar Palembang pada tahun 1918 M. Berbentuk batu lempeng mendekati segi
lima, ditasnya ada tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil
tempat keluar air) dibawahya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara
sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah meminum
air yang dialirkan ke batu dan keluar dari cerat tersebut. sebagai sarana untuk upacara persumpahan,
prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan, mka diduga kuat Palembang merupakan pusat
kerajaan Sriwijaya.
G. Masa Kemunduran/Keruntuhan
Pada akhir abad ke-13 M, kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh
faktor politik dan ekonomi.
1. Faktor Politik
Kedudukan kerajaan Sriwijaya semakin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga
memiliki kepentingan dalam dunia peragangan, seperti kerajaan Siam di sebelah Utara. Kerajaan Siam
memperluas wilayah kekuasaannya ke arah Selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung
Malaya termasuk tanah Genting Kra. Jatuhnya tanah Genting Kra kedalam kekuasaan kerajaan Siam
mngakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.
Dari arah Timur, kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan kerajaan Singasari, yang pada waktu itu
diperintah oleh raja Kertanegara. Kerajaan Singasari yang bercita-cita memnguasai seluruh wilayah
Nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah Barat yang dikenal dengan istilah Pamalayu. Dalam ekspedisi
ini, kerajaan Singasari mengadakan pendudukan terhadap kerajaan Melayu, Pahang, dan Kalimantan,
sehingga mengakibatkan kedudukan kerajaan Sriwijaya semakin terdesak.
2. Faktor ekonomi
Para perdagang melakukan aktivitas perdagangan di kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, karena
daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya telah jatuh kedalam kekuasaan dari
raja-raja sekitarnya. Akibatnya, para pedagang yang melakukan penyeberangan ke tanah Genting Kra atau
yang melakukan kegiatan sampai ke daerah Melayu (sudah dikuasai kerajaan Singasari) tidak lagi
melewati wilayah kekuasaan Sriwijaya. Keadaan seperti ini tentu mengurangi sumber pendapatan
kerajaan.
Dengan faktor politik dan ekonomi itu, maka sejak akhir abad ke-13 M, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Pelembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya
dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 13 M.
Kejayaan kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai awal abad ke-11. Sebagiamana telah
dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan tetangganya. Entah apa
sebabnya, hubungannya dengan kerajaan Cola (India menjadi buruk). Pada tahun 1024 M, Cola
menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak kapal Sriwijaya tenggelam
dan hancur akibat peperangan tersebut. tidaklah heran kalau peperangan itu melemahkan angkatan laut
Sriwijaya.
Semakin rapunya kekuatan militer mengakibatkan kontrol terhadapt wilayah bawahanpun menjadi
semakin lemah. Kelemahan itu terbukti dari sikap kerajaan Melayu yang melepaskan diri dari Sriwijaya.
Dari berita Cina diketahui bahwa pada abad ke-11, Melayu mengirim utusannya sendiri ke Cina. Setelah itu
daerah kekuasaan Sriwijaya yang lain ikut melepaskan diri pula. Wilayah Sriwijaya semakin ciut. Akan
tetapi, Sriwijaya sendiri tidak mampu bertindak tegas terhadap wilayah-wilayah yang membangkang. Ia
tidak lagi memiliki angkatan laut yang kuat.
Keamanan wilayah yang kacau tentunya berpengaruh pada merosotnya arus perdagangan. Para
pedagang enggan singgah lagi di Sriwijaya. Sriwijaya yang dulunya menjadi pusat perdagangan kini telah
menjadi sarang bajak laut. Akhirnya pada tahun 1377 M, tidak lagi terdengar berita tentang Sriwijaya. Saat
itu bersamaan dengan tampilnya kerajaan perkasa di Jawa, yakni Majapahit.[3].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terbatasnya sumber yang ditemukan, membuat awal berdirinya kerajaan Sriwijaya masih menjadi
pertanyaan sampai saat ini. Penelitian terus dilakukan oleh sejarawan untuk mengungkap asal mula
Sriwijaya. Yang paling terdekat adalah didalam berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-fo-she.
Pendapat bahwa She-li-fo-she adalah sebuah kerajaan di pantai timur Sumatra Selatan, di tepi sugai Musi,
dekat Palembang, juga pernah dikemukakan oleh Samuel Beal pada tahun 1884. Hanya di saat itu orang
belum mengenal nama Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya merupakan Kerajaan yang kuat dalam hal kemaritiman. Ini dibuktikan dengan
wilayahnya yang strategis dan merupakan pusat perdagangan nasional dan internasional. Dalam bidang
kebudayaan khususnya keagamaan kerajaan Sriwijaya menjadi pusat dari Agama Budha di Asia Tenggara
dan Asia Timur. Agama budha berkembang di Sriwijaya adalah Agama Budha Mahayana. Salah satu tokoh
yang terkenal adalah Dharmakirti.
ذ Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada akhir abad ke 11. Ini dikarenakan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Kejayaan kerajaan Sriwijaya semakin pudar mulai awal abad ke-11.
Sebagiamana telah dikemukakan, Sriwijaya selalu mengadakan hubungan baik dengan kerajaan
tetangganya. Entah apa sebabnya, hubungannya dengan kerajaan Cola (India menjadi buruk). Pada tahun
1024 M, Cola menyerang Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1030. Banyak kapal
Sriwijaya tenggelam dan hancur akibat peperangan tersebut. tidaklah heran kalau peperangan itu
melemahkan angkatan laut Sriwijaya.
DAFTAR PUSTAKA
Marwati Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta. 1984. Balai
Pustaka.
Slamet Mulyana, Sriwijaya, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2008.
George Coedes, Dkk, Kedutaan Sriwijaya, Depok: Komunitas Bambu, 2014.