Disusun Oleh :
Iif Latifah
Kelas : X IPS 2
MAN 1 SUBANG
2020
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kami hadiahkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
dan rahmat-Nya,
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas sekolah untuk menambah
pengetahuan tentang Kesejarahan Nusantara. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa mendatang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Masuknya agama Buddha di Indonesia terjadi sekitar awal abad pertama atau saat
dimulainya perdagangan melalui jalur laut. Kerajaan Srivijaya (Sriwijaya) merupakan asal
mula peranan kehidupan Agama Buddha di Indonesia, dimulai pada zaman Srivijaya di
Suvarnadvipa (Sumatera) pada abad ke-7. Hal ini terlihat pada catatan seorang sarjana
dari China bernama I-Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta
mencatat perkembangan agama Buddha di sana. Biarawan Buddha lainnya yang
mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang Profesor dari Nalanda, dan
Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari India Selatan.
Sriwijaya berasal dari dua suku kata yaitu Sri yang artinya bercahaya atau
gemilang dan Wijaya yang berarti kemenangan. Jadi, Sriwijaya mempunyai arti
kemenangan yang gemilang. Berikut ini beberapa fakta sejarah dari Kerajaan Sriwijaya
yang sampai bisa membuatnya menguasai hampir seluruh Asia tenggara.
2
a. Raja yang memerintah (yang terkenal)
b. Wilayah kekuasaan
3
kerajaan Kaling agar dapat mengusai pantai utara Jawa sebab adalah jalur perdagangan
yang penting. Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai
seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat
Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya
menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh Asia Tenggara.
Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di
Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar
yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di
luar India. Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak
banyak peninggalan purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebaga tanda
kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam bidang kebudayaan.
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa
silam. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang
pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-
abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan
perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah
Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung
Malaysia, dan Muangthai Selatan.
Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari
komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan
milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading
gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.
Dengan kekuasaan yang begitu luas, ternyata Kerajaan Sriwijaya juga dapat
mengalami keruntuhan. Berakhirnya kejayaan kerajaan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
4
Kerajaan Sriwijaya menerima serangan yang berhasil menghancurkan armada
perangnya. Kejadian itu terjadi pada tahun 1017 dan 1025. Sriwijaya diseraung oleh
Rajendra Chola I, seseorang dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Kedua
serangan tersebut membuat perdagangan di wilayah Asia tenggara jatuh pada Raja
Chola. Namun, walaupun telah habis-habisan tetapi Kerajaan Sriwijaya masih tetap
berdiri.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prasasti tersebut adalah prasasti kedukan bukit, tulang tuo, telaga batu,kota kapur
dankarung berahi. Nama sriwijaya juga terdapat dalam berita tiongkok yang disebut
shih-lo-to-shih atau fo-shih. Sementara itu dalam berita arab sriwijaya disebut
zabag,zabay atau sribuza.
6
DAFTAR PUSTAKA
[8 agustus 2016]
Rihadatul,rifdah.{2016}.Kerajaan sriwijaya.Indramayu :