KERAJAAN SRIWIJAYA
DISUSUN OLEH :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kerajaan Sriwijaya”. Makalah ini disusun guna mengikuti tugas mata
kuliah Sejarah Indonesia masa Hindu-Budha Penyusunan makalah ini dapat
terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak yang memberikan
bantuan, bimbingan, pengarahan, serta saran. Untuk itu penulis menyampaikan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Indonesia masa Hindu-Budha yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini, serta semua
pihak yang telah memberikan dukungan dalam membantu penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami dan
mahasiswa yang lain. Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………………………….
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………………………
Bab I
Pendahuluan………………………………………………………………………………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………
…
Bab II
Pembahasan…………………………………………………………………………………………
A. Historiografi………………………………………………………………………………….
B. Sumber Sejarah………………………………………………………………………………
C. Negara Maritim………………………………………………………………………………
D. Kehidupan Politik…………………………………………………………………………..
E. Struktur Birokrasi…………………………………………………………………………..
F. Kehidupan Ekonomi……………………………………………………………………….
G. Kehidupan Sosial dan Budaya…………………………………………………………
H. Hubungan Regional dan Luar Negeri………………………………………………..
I. Masa Keemasan……………………………………………………………………………..
J. Masa Kemunduran………………………………………………………………………….
Bab III
Penutup………………………………………………………………………………………………
1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………..
2. Saran…………………………………………………………………………………………….
.
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan
laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama
penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas
perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia,
bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah
Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan melalui
laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan dagang
China dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada daerah-
daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia yang
strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang China dengan Romawi, maka
terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China beserta India.
C. Tujuan
4. Mengetahui aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya dalam
pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.
PEMBAHASAN
A. Historiografi
Nama Kerajaan : Sriwijaya
1. Lokasi Kerajaan
Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa
kejayaan kepulauan Nusantara di masa lampau. Bukan saja dikenal di wilayah
Indonesia, tetapi hampir setiap bangsa yang berada jauh di luar Indonesia mengenal
Kerajaan Sriwijaya. Hal ini disebabkan karena letak Sriwijaya yang sangat strategis
dan dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat Malaka. Selat Malaka
pada masa itu adalah jalur perdagangan ramai yang menghubungkan pedagang-
pedagang Cina dengan India maupun Romawi.
George Coedes, seorang sejarawan, menulis karangan berjudul Le Royaume de
Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa Sriwijaya
adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga
menetapkan bahwa letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar
pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago
and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I
adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai
Musi atau sekitar kota Palembang sekarang.
Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya semakin
meluas. Mencakup wilayah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa
bagian barat, Bangka, Jambi Hulu, Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung
Malaya hingga ke Tanah Genting Kra.
C. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal
dari berita asing dan prasasti-prasasti.
Sumber dari Luar Negeri
a. Sumber Cina
Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama kali pada tahun 671
M. Dalam catatannya disebutkan bahwa saat itu terdapat lebih dari seribu orang
pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama
dengan aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di pusat ajaran
agama Budha, India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa
Sansekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di
Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya dan tinggal selama beberapa tahun
untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.
Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara
rutin ke Cina, yang terakhir pada tahun 988 M.
b. Sumber Arab
Orang-orang Arab sering menyebut Sriwijaya dengan nama Sribuza, Sabay atau
Zabaq. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya
pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah
kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah
kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir dan
beberapa hasil bumi lainya. Bukti lain yang mendukung adalah ditemukannya
perkampungan-perkampungan Arab sebagai tempat tinggal sementara di pusat
Kerajaan Sriwijaya.
c. Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-
kerajaan di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan
Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal
dengan nama Prasasti Nalanda. Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Raja
Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 desa dari
pajak. Sebagai gantinya, kelima desa tersebut wajib membiayai para mahasiswa
dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Di samping
menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin
hubungan dengan Kerajaan Chola (Cholamandala) yang terletak di India Selatan.
Hubungan ini menjadi retak setelah Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat
Malaka.
d. Sumber lain
Pada tahun 1886, Beal mengemukakan pendapatnya bahwa Shih-li-fo-shih
merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi. Sumber lain, yakni Kern,
pada tahun 1913 M telah menerbitkan tulisan mengenai Prasasti Kota Kapur,
prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu,
Kern menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama seorang
raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja.
c. Talangtuo
Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman
Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.
e. Prasasti Ligor
Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang
difungsikan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.
f. Prasasti Nalanda
Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti
Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan
Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada
Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu,
prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan
5 buah desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di
Nalanda.
D. Negara Maritim
Dalam upaya mewujudkan cita-cita agar Sriwijaya menjadi kerajaan Maritim,
perluasan kerajaan dilakukan untuk menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka
dan Selat Sunda yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran yang sangat
penting. Keberhasilan Sriwijaya berkuasa atas semua selat itu menjadikan Kerajaan
Sriwijaya sebagai penguasa tunggal jalur aktivitas perdagangan dunia yang melalui
Asia Tenggara.
Armada Sriwijaya yang kuat dapat menjamin keamanan aktivitas pelayaran dan
perdagangan. Armada Sriwijaya juga dapat memaksa perahu dagang untuk singgah
di pusat atau di bandar-bandar Kerajaan Sriwijaya. Semakin ramainya aktivitas
pelayaran dan perdagangan menjadikan Sriwijaya sebagai tempat pertemuan para
pedagang atau pusat perdagangan di Asia Tenggara. Pengaruh dan peranan
Kerajaan Sriwijaya semakin besar di lautan. Bahkan para pedagang dari Kerajaan
Sriwijaya juga melakukan hubungan sampai di luar wilayah Indonesia, sampai ke
China di sebelah utara, dan Laut Merah serta Teluk Persia di sebelah barat.
E. Kehidupan Politik
Salah satu cara untuk memperluas pengaruh kerajaan adalah melakukan
perkawinan dengan kerajaan lain. Hal ini dilakukan oleh penguasa Sriwijaya,
Dapunta Hyang pada tahun 664 M dengan Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan
Tarumanegara.
1. Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684
M)
Berita mengenai raja ini diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M dan
Prasasti Talangtuo tahun 684 M. Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta
Hyang Sri Yayanaga telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke
wilayah Minangatamwan, Jambi. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang
telah mencita-citakan agar Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
F. Struktur Birokrasi
Kerajaan Sriwijaya menerapkan struktur birokrasi yang bersifat langsung, karena
raja berperan penting dalam pengawasan terhadap tempat-tempat yang dianggap
strategis. Raja dapat memberikan penghargaan terhadap penguasa daerah yang
setia dan sebaliknya dapat menjatuhi hukumanterhadap penguasa daerah yang
tidak setia kepada kerajaan.
Menurut catatan asing, bumi Sriwijaya menghasilkan cengkeh, kapulaga, pala, lada,
pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu
hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau
dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi dagang dengan Cina,
India, Arab dan Madagaskar.
J. Masa Keemasan
Pada paruh pertama abad ke-10 yaitu antara masa jatuhnya Dinasti Tang dan
naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak,
terutama Fujian, Kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, Kerajaan Nan Han. Tak
diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun
903, penulis Muslim Ibn Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya.
Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit Seguntang), Muara
Jambi dan Kedah.
K. Masa Kemunduran
Tahun 1025, Rajendra Chola, Raja Chola dari Koromandel, India selatan menaklukkan
Kedah dari Sriwijaya dan menguasainya. Kerajaan Chola meneruskan penyerangan
dan penaklukannya selama 20 tahun berikutnya ke seluruh imperium Sriwijaya.
Meskipun invasi Chola tidak berhasil sepenuhnya, invasi tersebut telah melemahkan
hegemoni Sriwijaya yang berakibat terlepasnya beberapa wilayah dengan
membentuk kerajaan sendiri, seperti Kediri, sebuah kerajaan yang berbasiskan pada
pertanian.
Antara tahun 1079 – 1088, orang Tionghoa mencatat bahwa Sriwijaya mengirimkan
duta besar dari Jambi dan Palembang. Tahun 1082 dan 1088, Jambi mengirimkan
lebih dari dua duta besar ke China. Pada periode inilah pusat Sriwijaya telah
bergeser secara bertahap dari Palembang ke Jambi. Ekspedisi Chola telah
melemahkan Palembang, dan Jambi telah menggantikannya sebagai pusat
kerajaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12. Sejarah harus selalu kita kaji agar menjadi sebuah pengetahuan dan motivasi dalm
mengisi kenerdekaan
13. Lestarikan terus nilai-nilai budaya sejarah bangsa.