KERAJAAN SRIWIJAYA
Kelas : X Akuntansi 1
No. Absen : 17
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tidak henti-
hentinya melimpah kan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua
makhluk-nya. Atas izin-Nya pulalah kegiatan membuat makalah
dengan judul ‘ Kerajaan Sriwijaya ’ dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari (maritim) yang berdiri
di pulau Sumatera dan salah satu kedatuan bahari historis yang berasal
dari Palembang dan banyak memberi pengaruh di Asia Tenggara
(terutama dalam kawasan Nusantara barat) dengan daerah kekuasaan
yang membentang dari Sumatra, Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Singapura, Semenanjung Kra (kini Thailand dan Malaysia), Kamboja,
Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat dan Jawa Tengah.[4][5]
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan
wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”,[5] maka nama Sriwijaya
bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”. Lokasi ibukota Sriwijaya
dekat dengan Kota Palembang, tepatnya di pinggir Sungai Musi.
Sriwijaya terdiri dari sejumlah pelabuhan yang saling berhubungan di
sekitar Selat Malaka.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7;
seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia
mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada
pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh
682.[9]
Sebelum abad ke-12, Sriwijaya merupakan negara berbasis darat
daripada kekuatan maritim, armada laut memang tersedia tetapi
bertindak sebagai dukungan logistik untuk memfasilitasi proyeksi
kekuatan darat. Menanggapi perubahan ekonomi maritim Asia, dan
terancam oleh hilangnya negara bawahannya, Sriwijaya
mengembangkan strategi angkatan laut untuk menunda
kemerosotannya. Strategi angkatan laut Sriwijaya bersifat menghukum
untuk memaksa kapal-kapal dagang datang ke pelabuhan mereka.
Kemudian, strategi angkatan laut Sriwijaya merosot menjadi armada
perompak.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai
menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025
serangan Rajendra Chola I dari Koromandel,
selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan
Dharmasraya Setelah keruntuhannya, kerajaan ini terlupakan dan
keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari
sejarawan Prancis George Cœdès dari École française d’Extrême-
Orient.[1]
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh bapak Tri Joko,S.pd selaku guru yang menampuh mata
pelajaran sejarah.
BAB I
PEMBAHASAN
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M),
Kadatuanya Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di
tepian Sungai Musi. Prasasti ini menyebutkan bahwa Dapunta Hyang
berasal dari Minanga Tamwan. Lokasi yang tepat dari Minanga Tamwan
masih diperdebatkan. Teori Palembang sebagai tempat di mana
Sriwijaya pertama kali bermula diajukan oleh Coedes dan didukung oleh
Pierre-Yves Manguin. Selain Palembang, tempat lain seperti Muaro
Jambi (Sungai Batanghari, Jambi) dan Muara Takus (pertemuan Sungai
Kampar Kanan dan Kiri, Riau) juga diduga sebagai ibu kota Sriwijaya.
Mandala terkenal dalam sejarah klasik Asia Tenggara (sekitar abad ke-5 hingga ke-15). Dari
utara ke selatan; Bagan, Ayutt haya, Champa, Angkor, Sriwijaya dan Majapahit.
Akan tetapi, pada tahun 2013, penelitian arkeologi yang digelar oleh
Universitas Indonesia menemukan beberapa situs keagamaan dan
tempat tinggal di Muaro Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa pusat awal
Sriwijaya mungkin terletak di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi pada
tepian sungai Batang Hari, dan bukanlah di Sungai Musi seperti
anggapan sebelumnya.[44] Situs arkeologi mencakup delapan candi
yang sudah digali, di kawasan seluas sekitar 12 kilometer persegi,
membentang 7,5 kilometer di sepanjang Sungai Batang Hari, serta 80
menapo atau gundukan reruntuhan candi yang belum dipugar. Situs
Muaro Jambi bercorak Buddha Mahayana-Wajrayana.
Isi Prasasti Kedukan Bukit terdiri dari sepuluh baris, yang diterjemahkan
sebagai berikut.
Tahun Saka telah lewat 605, pada hari ke sebelas paro-terang bulan
Waisakha Dapunta Hiyang naik di sampan mengambil siddhayatra.
Pada hari ke tujuh paro-terang bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas
dari Minanga untuk membawa bala tentara 20.000 dengan perbekalan
200 peti di sampan dengan diiringi sebanyak 1.312 orang berjalan kaki
datang ke hulu Upang dengan sukacita.
Pada 15 hari pertama bulan asadha dengan lega gembira datang
membuat benua... srivijaya jaya siddhayatra subhiksa nityakala!
Setelah ditafsirkan, isi prasasti itu memuat informasi bahwa pada 23
April 682, Raja Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang naik perahu dari
suatu tempat untuk bergabung bersama tentaranya yang baru saja
menaklukkan Minanga.
Oleh karena Dapunta Hyang disertai puluhan ribu bala tentara yang
lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanannya adalah sebuah
ekspedisi militer untuk menaklukkan daerah.
Tulang-Bawang (Lampung)
Kedah
Pulau Bangka
Jambi
Tanah Gentung Kra
Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno
Samaratungga
4. Sri Marawijayatunggawarman
Selain kedua raja kerajaan Sriwijaya diatas, ternyata masih banyak raja-
raja lain. Namun, sumber mengenai kehidupan politik kerajaan Sriwijaya
pada masa raja-raja lainnya kurang lengkap. Nama raja-raja tersebut
seperti Sri Indra Waraman 724 M (berasal dari berita China),
Rudrawikrama 727 (berita China), Wishnu 775 M (Prasasti Ligor),
Maharaja 851 M (Berita Arab), Sriudayadityawarman 960 (Berita
Chiana), Marawijayatunggawarman 1044 M (Prasasti Leiden), dan Sri
Sanggarama Wijayatunggawarman 1044 (dalam prasasti Chola)
Bea masuk ke pelabuhan dan kondisi politik di Asia Barat dan Asia
Tengah mengakibatkan lesunya pelayaran di wilayah kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya. Bea masuk pelabuhan merupakan sumber
perekonomian penting bagi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, seperti
dikutip dari Sejarah Islam Indonesia I oleh Prof. Dr. Ahwan Mukarrom,
MA.
Ekspedisi Singasari
Ekspedisi Pamalayu dari Singasari, Jawa Timur terjadi pada 1275 M.
Ekspedisi ini merupakan siasat untuk melemahkan kekuasaan politik
dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya atas Selat Malaka dan daerah
jajahannya. Di samping itu, ekspedisi ini merupakan alat Kerajaan
Singasari untuk meluaskan wilayah kekuasaan ke Sumatera.
Candi
Sunting
Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer,
Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung
negerinya di Sumatra. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di
Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak
membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan
Borobudur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayasana
yang sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Sriwijaya, di daerah Palembang,
Sumatera Selatan. Dalam prasasti Kedukan Bukit tercatat bahwa tahun 682
Masehi menjadi tahun dimana kerajaan ini resmi didirikan. Kerajaan Sriwijaya
adalah salah satu kemaharajaan bahari (maritim) yang berdiri di pulau
Sumatera dan salah satu kedatuan bahari historis yang berasal dari Palembang
dan banyak memberi pengaruh di Asia Tenggara (terutama dalam kawasan
Nusantara barat) dengan daerah kekuasaan yang membentang dari Sumatra,
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Singapura, Semenanjung Kra (kini Thailand
dan Malaysia), Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat dan Jawa
Tengah.[4][5] Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau
“gemilang”, dan wijaya berarti “kemenangan” atau “kejayaan”,[5] maka nama
Sriwijaya bermakna “kemenangan yang gilang-gemilang”. Lokasi ibukota
Sriwijaya dekat dengan Kota Palembang, tepatnya di pinggir Sungai Musi.
Sriwijaya terdiri dari sejumlah pelabuhan yang saling berhubungan di sekitar
Selat Malaka.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan saat diperintah oleh Raja
Balaputradewa, yang berasal dari Jawa Tengah. Balaputradewa adalah anak
Samaratungga, Raja Mataram Kuno, yang masih keturunan Dinasti Syailendra.
Dalam prasasti Nalanda, Balaputradewa adalah raja besar Kerajaan Sriwijaya.
Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang,
seperti bidang maritim, politik, dan ekonomi.
Dan ada berbagai faktor mundurnya Kerajaan Sriwijaya, dan ini diantaranya :
Peperangan dengan Jawa, serangan Cholamandala, serta masuknya pengaruh
Islam.
B. Saran
Sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya kita mempelajari dan
budaya yang sudah ada. Seperti halnya sejarah kerajaan-kerajaan terdahulu
yang banyak sekali pengetahuan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/30/204231679/kerajaan-
sriwijaya-letak-raja-raja-masa-kejayaan-dan-peninggalan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
https://soalfismat.com/kerajaan-sriwijaya/