Anda di halaman 1dari 53

1.

Secara sederhana, metode ilmiah ini adalah cara bagi para saintis untuk merumuskan solusi
dari masalah yang dihadapi.

Tentu, melalui tahapan-tahapan antara lain:

1. Merumuskan masalah
2. Penyusun hipotesis
3. Mengumpulkan data
4. Melakukan percobaan untuk menguji hipotesis
5. Menarik kesimpulan
Peneliti atau saintis bekerja dengan mengembangkan metode dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah
tersebut adalah rasa ingin tahu dan mengembangkan keingintahuan, terbuka, dan jujur
terhadap fakta.

2.

Teori Atom Dalton


Teori atom Dalton menyatakan bahwa:

1. Setiap unsur tersusun dari partikel yang sangat teramat kecil yang disebut atom.
2. Semua atom dari satu unsur yang sama adalah identik, namun atom unsur satu
berbeda dengan atom unsur-unsur lainnya.
3. Atom dari satu unsur tidak dapat diubah menjadi atom dari unsur lain melalui reaksi
kimia; atom tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan dalam reaksi kimia.
4. Senyawa terbentuk dari kombinasi atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda dengan
rasio atom yang spesifik.
Teori atom Dalton ini memberikan gambaran model atom seperti model bola pejal atau
model bola billiard.
Teori Atom J.J. Thomson
Pada tahun 1897, J.J. Thomson melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Eksperimen
tersebut menunjukkan bahwa sinar katoda terdefleksi (terbelokkan) oleh medan magnet
maupun medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan radiasi partikel
yang bermuatan listrik. Pada eksperimen dengan medan listrik, sinar katoda terbelokkan
menuju ke arah kutub bermuatan positif. Hal ini menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan
radiasi partikel bermuatan negatif. Selanjutnya, partikel sinar katoda ini disebut sebagai
elektron. Penemuan elektron ini kemudian mengacu pada kesimpulan bahwa di dalam atom
terdapat elektron yang bermuatan negatif. Menurut model atom Thomson, elektron
bermuatan negatif tersebar dalam bola bermuatan positif seperti model roti kismis, di mana
kismis-kismis adalah elektron-elektron, dan roti adalah bola bermuatan positif.
Teori Atom Rutherford
Pada tahun 1911, Ernest Rutherford melakukan eksperimen menembakkan partikel α —
partikel bermuatan positif — pada lempeng emas tipis. Ia menemukan bahwa sebagian besar
partikel-partikel α tersebut menembus melewati lempeng emas, namun ada sebagian yang
mengalami pembelokan bahkan terpantulkan. Hal ini mengacu pada kesimpulan model atom
Rutherford: model inti, di mana dalam atom yang sebagian besar merupakan ruang kosong
terdapat inti yang padat pejal dan masif bermuatan positif yang disebut sebagai inti atom; dan
elektron-elektron bermuatan negatif yang mengitari inti atom.

Teori Atom Bohr


Pada tahun 1913, Niels Bohr mengajukan model atom untuk menjelaskan fenomena
penampakan sinar dari unsur-unsur ketika dikenakan pada nyala api ataupun tegangan listrik
tinggi. Model atom yang ia ajukan secara khusus merupakan model atom hidrogen untuk
menjelaskan fenomena spektrum garis atom hidrogen. Bohr menyatakan bahwa elektron-
elektron bermuatan negatif bergerak mengelilingi inti atom bermuatan positif pada jarak
tertentu yang berbeda-beda seperti orbit planet-planet mengitari matahari. Oleh karena itu,
model atom Bohr disebut juga model tata surya. Setiap lintasan orbit elektron berada tingkat
energi yang berbeda; semakin jauh lintasan orbit dari inti, semakin tinggi tingkat energi.
Lintasan orbit elektron ini disebut juga kulit elektron. Ketika elektron jatuh dari orbit yang
lebih luar ke orbit yang lebih dalam, sinar yang diradiasikan bergantung pada tingkat energi
dari kedua lintasan orbit tersebut.
Teori Atom Mekanika Kuantum
Pada tahun 1924, Louis de Broglie menyatakan hipotesis dualisme partikel-gelombang —
semua materi dapat memiliki sifat seperti gelombang. Elektron memiliki sifat seperti partikel
dan juga sifat seperti gelombang. Pada tahun 1926, Erwin Schrödinger merumuskan
persamaan matematis yang kini disebut persamaan gelombang Schrödinger, yang
memperhitungkan sifat seperti partikel dan seperti gelombang dari elektron. Pada tahun 1927,
Werner Heisenberg mengajukan asas ketidakpastian Heisenberg yang menyatakan bahwa
posisi elektron tidak dapat ditentukan secara pasti, namun hanya dapat ditentukan peluang
posisinya. Teori-teori — dualisme partikel gelombang, asas ketidakpastian Heisenberg, dan
persamaan Schrödinger—ini kemudian menjadi dasar dari teori atom mekanika kuantum.
Penyelesaian persamaan Schrödinger menghasilkan fungsi gelombang yang disebut orbital.
Orbital biasanya digambarkan seperti awan elektron, di mana kerapatan awan tersebut
menunjukkan peluang posisi elektron. Semakin rapat awan elektron maka semakin tinggi
peluang elektron, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, model atom mekanika kuantum
disebut juga model awan elektron.
3.
Kaidah Oktet dan Duplet
Walter Kossel dan Gilbert Lewis, pada tahun 1916 menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara stabilnya gas mulia dengan cara atom-atom unsur saling berikatan.

Lewis mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan
berubah sedemikian rupa sehingga susunan elektron kedua atom tersebut sama dengan
susunan elektron gas mulia.

Kecenderungan atom-atom untuk memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia


disebut kaidah Oktet dan kaidah duplet. Kaidah oktet dipenuhi apabila atom memiliki 8
elektron pada kulit terluar sedangkan kaidah duplet dipenuhi apabila atom memiliki 2
elektron pada kulit terluar.

Untuk atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hidrogen sampai dengan boron
cenderung memiliki konfigurasi elektron seperti gas helium atau
mengikuti kaidah Duplet, selebihnya mengikuti kaidah oktet.

Konfigurasi elektron dari gas mulia seperti yang tertera pada Tabel

Period Unsur Nomor K L M N O P


e atom

1 He 2 2

2 Ne 10 2 8

3 Ar 18 2 8 8

4 Kr 36 2 8 18 8

5 Xe 54 2 8 18 18 8

6 Rn 86 2 8 18 32 1 8
8

tabel konfigurasi gas mulia

Unsur-unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk mencapai kestabilan seperti gas
mulia cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif. Unsur-
unsur yang mempunyai kecenderungan membentuk ion positif termasuk unsur elektropositif.

Unsur-unsur dari golongan halogen dan khalkogen mempunyai kecenderungan menangkap


elektron untuk mencapai kestabilan, sehingga membentuk ion negatif. Unsur-unsur yang
demikian termasuk unsur elektronegatif.

4.
SIFAT PERIODIK UNSUR
Sifat-Sifat Periodik Unsur

Sifat-sifat periodik unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan letak unsur pada
sistem periodik. Sifat-sifat tersebut berubah dan berulang secara periodik sesuai dengan
perubahan nomor atom dan konfigurasi elektron.
1. Jari-jari atom
Jari-jari atom merupakan jarak elaktron terluar ke inti atom dan menunjukan ukuran suatu
atom. Jari-jari atom sukar diukur sehingga pengukuran jari-jari atom dilakukan dengan cara
mengukur jarak inti antar dua atom yang berikatan sesamanya.
Dalam suatu golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi
karena semakin ke atas, kulit elektron semakin kecil. Dalam suatu periode, semakin ke kanan
jari-jari atom cenderung semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke kanan jumlah
proton dan jumlah elektron semakin banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi
elekteron tetap sama sehingga tarikan inti terhadap elektron terluar semakin kuat.
2. Energi ionisasi
Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar subkulit yang mantab, elektron ini
cenderung mudah lepas supaya mempunyai konfigurasi seperti gas mulia. Namun, untuk
melepaskan elektron dari suatu atom dperlukan energi. Energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari suatu atom di namakan energi ionisasi. Dalam suatu periode
semakin banyak elektron dan proton gaya tarik menarik elektron terluar dengan inti semakin
besar (jari-jari kecil) Akibatnya, elektron sukar lepas sehingga energi untuk melepas elektron
semakin besar. Hal ini berarti energi ionisasi besar.
Jika jumlah elektronnya sedikit, gaya tarik menarik elektron dengan inti lebih kecil (jari-
jarinya semakain besar). Akibatnya, energi untuk melepaskan elektron terluar relatif lebih
kecil berarti energi ionisasi kecil.
Unsur-unsur yang segolongan : energi ionisasi makin ke bawah makin kecil, karena elektron
terluar akin jauh dari inti (gaya tarik inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin
mudah di lepaskan.
Unsur-unsur yan seperiode : energi ionisai pada umumnya makin ke kanan makin besar,
karena makin ke kanan  gaya tarik inti makin kuat.
Kekecualian :
unsur-unsur golongan II A memiliki energi ionisasi yang lebih besar dari pada golongan III
A, dan energi ionisasi golongan V A lebih besar dari pada golongan VI A.
3. Keelektronegatifan
Kelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain.
Faktor yang mempengaruhi keelektronegatifan adalahgaya tarik dari inti terhadap elektron
dan jari-jari atom.
Unsur-unsur yang segolongan : keelektronegatifan makin ke bawah makin kecil,
karena gaya taik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur bagian bawah dalam sistem
periodik cenderung melepaskan elektron.
Unsur-unsur yang seperiode : keelektronegatifan makin kekanan makin
besar.keelektronegatifan terbesar pada setiap periode dimiliki oleh golongan VII A (unsur-
unsur halogen). Harga kelektronegatifan terbesar terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan
harga terkecil terdapat pada fransium (Fr) yakni 0,7.
Harga keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi ( biloks ) unsur dalam
sutu senyawa. Jika harga kelektronegatifan besar, berati unsur yang bersangkutan cenderung
menerim elektron dan membentuk bilangan oksidasi negatif. Jika harga keelektronegatifan
kecil, unsur cenderung melepaskan elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif.
Jumlah atom yang diikat bergantung pada elektron valensinya.
4. Sifat Logam
Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain : mengkilap, menghantarkan panas dan
listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat /
kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur bukan
logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin
ke kanan makin berkurang.
Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan logam
di sebelah kanan pada system periodic sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris
tebal.
Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan sifat
ganda.
5. Kereaktifan
Reaktif  artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke bawah
makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada
sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap
electron.
Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron.
Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen).
Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah
hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif. 
6. Afinitas Elektron
Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu atom
menerima elektron.
Jika ion negatif yeng terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai
pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negative. Akan tetapi jika
ion negative yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan
membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur
yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar
menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negative
nilai afinitas elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elktron.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semkain kecil dangaya tarik inti terhadap
elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga
afinitas elektron semakin besar.
Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik inti
terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga
afinitas elektron semakin kecil.
5.
Diagram susunan partikel dari unsur A dan B adalah sebagai berikut:

Berdasarkan diagram tersebut, notasi unsur A dan B yang benar adalah ….

Notasi suatu unsure adalah A X Z, dengan Z= nomor atom dan A = nomor massa

Nomor atom = jumlah proton

Nomor Massa = jumlah proton dan neutron

Proton dan neutron terletak dalam inti atom.

Jumlah electron dari suatu atom = jumlah proton

Electron berada pada lintasan kulit atom dengan rumus 2. dan n adalah nomor kulit.

Maka pada kulit pertama maksimal ditempati oleh  2. = 2 elektron.

Kulit kedua maksimal ditempati oleh 2. = 8 elekron


Kulit ketiga maksimal ditempati oleh 2. = 8 elektron

Electron boleh menempati kulit selanjutnya juga dikulit tersebut sudah terisi penuh oleh
electron. Electron pada kulit terluar tidak boleh lebih dari 8.

            Kunci Jawaban : B

6.
4 Jenis Ikatan Kimia

Ikatan kimia merupakan senyawa kimia yang dibentuk oleh bergabungnya dua atau lebih
atom. Ada beberapa jenis ikatan dalam ikatan kimia, namun kali ini akan menyampaikan 4
jenis ikatan kimia saja diantaranya ikatan ikatan ionik, ikatan hidrogen, ikatan kovalen dan
ikatan logam. Selamat menyimak!

1. Ikatan ionik

Ikatan ionik merupakan jenis ikatan kimia yang terjadi akibat adanya serah terima elektron
pada atom-atom yang berikatan. Atom-atom yang melepaskan elektron akan bermuatan
positif (kation), sedangkan atom-atom yang menerima elektron akan bermuatan negatif
(anion). Salah satu contoh ikatan ionik yang cukup populer adalah ikatan yang terjadi pada
pembentukan garam natrium klorida, yakni reaksi antara senyawa NaOH dan senyawa HCl
yang menghasilkan senyawa NaCl.

Untuk lebih memperjelas seperti apa contoh senyawa yang terbentuk dari hasil ikatan ionik
tersebut. Beberapa sifat-sifat dari senyawa yang terbentuk atas dasar ikatan ion adalah secara
fisik, senyawa yang terbentuk dari ikatan ionik pada suhu kamar akan berwujud padat,
memiliki bentuk struktur kristal agak rapuh, mempunyai angka titik didih dan titik leleh yang
cukup tinggi, dapat larut pada pelarut air namun tidak larut pada jenis pelarut organik serta
pada fase padat tidak menghantarkan arus listrik, namun saat terhidrolisis dalam air akan
dapat menghantarkan arus listrik. Inilah karakter fisik yang dibangun oleh senyawa dengan
jenis ikatan ionik. Contoh:

NaOH + HCl —> NaCl + H2O

2. Ikatan hidrogen

Ikatan kimia jenis ikatan hidrogen merupakan ikatan yang terbentuk antara unsur H dengan
atom F,O dan N. Suatu zat yang memiliki ikatan hidrogen yang lebih banyak biasanya akan
lebih cepat mendidih saat dipanaskan. Secara umum ikatan hidrogen terbagi ke dalam dua
jenis yakni ikatan hidrogen intra molekuler dan ikatan hidrogen ekstra molekuler. Ikatan
hidrogen intra molekuler merupakan ikatan antara atom H dan atom F,O,N yang terjadi di
dalam sebuah molekul, misalnya ikatan antara atom H dan atom O pada senyawa H2O.
Sementara untuk ikatan hidrogen ekstra molekuler adalah ikatan hidrogen yang terjadi antar
senyawa, misalnya antara molekul H2O yang satu dengan molekul H2O lainnya.
3. Ikatan kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi akibat adanya penggunaan bersama pasangan
elektron oleh atom-atom yang saling berikatan satu sama lainnya. Ikatan kovalen terdiri dari
bermacam-macam jenis diantaranya adalah ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap
dua, ikatan kovalen rangkap tiga, ikatan kovalen koordinasi, ikatan kovalen polar dan ikatan
kovalen non polar. Secara umum, senyawa yang memiliki ikatan kovalen memiliki beberapa
sifat fisik sebagai berikut: pada suhu kamar dapat berwujud gas, cair dan padatan, untuk yang
berwujud padat biasanya lunak namun tidak rapuh, memiliki titik didih dan titik leleh yang
rendah, pada umumnya tidak menghantarkan arus listrik, larut pada pelarut organik dan tidak
larut dalam air.

4. Ikatan logam

Ikatan logam merupakan ikatan kimia yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik yang
kuat antara ion positif dari logam terhadap elektron-elektron valensi yang bergerak bebas.
Ikatan logam tersebut menyebabkan sifat-sifat logam diantaranya adalah pada suhu kamar
rata-rata berwujud padat terkecuali logam Hg, keras namun dapat ditempa, menjadi
konduktor atau penghantar panas yang baik, memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi
serta wujud fisiknya yang mengkilap.

7.

Daftar Nama dan Rumus Senyawa Kimia


Berikut adalah tabel daftar nama dan rumus senyawa kimia lengkap

Rumus Rumus
no Nama Senyawa No. Nama Senyawa
Kimia Kimia

1 Air H2O 51 Tembaga (II) Oksida CuO

2 Etanol C2H5OH 52 Etanal C2H4O

3 Glukosa C6H12O6 53 Magnesium Oksalat MgC2O4

4 Perak Nitrat AgNO3 54 Kalium Iodida KI

5 Kalsium Nitrat Ca(NO3)2 55 Kalium Permanganat KMnO4

6 Kalium Sulfat K2SO4 56 Kromium (III) Klorida CrCl3

7 Magnesium Mg(OH)2 57 Natrium Kromat Na2CrO4


Hidroksida

8 Kalsium Karbonat CaCO3 58 Kalium Dikromat K2Cr2O7

9 Perak Klorida AgCl 59 Besi (III) Oksida Fe2O3

10 Propanon C3H6O 60 Asam Etanoat C2H4O2

11 Tembaga (II) Sulfat CuSO4 61 Barium Hidroksida Ba(OH)2

12 Karbon Dioksida CO2 62 Amonium Klorida NH4Cl

13 Natrium Klorida NaCl 63 Seng (II) Sulfat ZnSO4

14 Asam Klorida HCl 64 Barium Sulfat BaSO4

Magnesium Hidrogen
15 Magnesium Oksida MgO 65 Mg(HCO3)2
Karbonat

16 Barium Klorida BaCl2 66 Raksa (I) Bromida Hg2Br2

17 Litium Fluorida LiF 67 Nikel (III) Fosfat NiPO4

18 Barium Sulfida BaS 68 Emas (III) Klorida AuCl3

19 Tembaga (I) Oksida Cu2O 69 Mangan (II) Oksida MnO

20 Besi (III) Klorida FeCl3 70 Aluminium Oksida Al2O3

Amonium
21 NH4OH 71 Karbon Monoksida CO
Hidroksida

22 Natrium Karbonat Na2CO3 72 Nitrogen (I) Oksida N2O

23 Amonium Nitrat NH4NO3 73 Titanium (III) Karbonat Ti2(CO3)3


24 Besi (II) Sulfida FeS 74 Perak Oksalat Ag2C2O4

25 Metana CH4 75 Besi (II) Sulfat FeSO4

26 Amonia NH3 76 Dimetil Eter C2H6O

27 Natrium Hidroksida NaOH 77 Benzena C6H6

28 Kalium Fosfat K3PO4 78 Anilina C6H5NH2

29 Rubidium Oksalat Rb2C2O4 79 Asam Nitrat HNO3

30 Sesium Bromida CsBr 80 Amonium Fosfat (NH4)3PO4

31 Timbal (II) Iodida PbI2 81 Difosfor Pentaoksida P2O5

32 Besi (III) Bromida 3-Feb 82 Kriolit Na3AlF6

33 Hidrogen Sulfida H2S 83 Seng Oksida ZnO

Aluminium
34 AlBr3 84 Asam Sulfat H2SO4
Bromida

35 Barium Oksida BaO 85 Karbon Tetraklorida CCl4

36 Silika SiO2 86 Metanol CH4O

37 Etilena C2H2 87 Aluminium Hidroksida Al(OH)3

38 Butana C4H10 88 Nitrogen Dioksida NO2

39 Hidrogen Peroksida H2O2 89 Kalsium Sulfida CaS

40 Kalium Tiosulfat K2S2O3 90 Stronsium Fosfat Sr3(PO4)2

41 Timbal (II) Nitrat Pb(NO3)2 91 Litium Flourida LiF


Tembaga (II)
42 CuS 92 Belerang Heksaklorida SCl6
Sulfida

43 Asam Oksalat H2C2O4 93 Fosfin PH3

44 Besi (III) Sulfat Fe2(SO4)3 94 Etilen Glikol C2H6O2

45 Belerang Trioksida SO3 95 Barium Iodida BaI2

46 Asam Salisilat C7H6O3 96 Fosfor Pentaklorida PCl5

47 Aspirin C9H8O4 97 Oleum H2S2O7

48 Kalsium Klorida CaCl2 98 Fenol C6H5OH

49 Litium Bromida LiBr 99 Kalium Asetat CH3COOK

50 Natrium Sulfit Na2SO3 100 Ozon O3

8.

Bentuk molekul, rumus, dan contoh senyawa yang dapat diramalkan menggunakan teori
domain elektron dapat dilihat pada tabel 1.
Bentuk molekul menggunakan teori domain electron

9.

ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena
zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha =
1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:


a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,
Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

ELEKTROLIT LEMAH

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain


b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

larutan yang termasuk elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit.
10.

hukum-hukum dasar kimia dan persamaan reaksi

STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari
komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.
1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER
“Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap”.

Contoh:
hidrogen + oksigen ® hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)

2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST


“Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap”

Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3

Keuntungan dari hukum Proust:


bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa
tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.

Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%

3. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON


“Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur
yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana”.
Contoh:

Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,


NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16

Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada
senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2

4. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT

dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi
tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:

5. HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2

Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada temperatur tersebut 0.5 mol
NH3 mempunyai volume 5 liter den tekanan 2 atmosfir ?

Jawab:
P1 V1 = P2 V2
2.5 = P2 . 10 ® P2 = 1 atmosfir

6. HUKUM GAY-LUSSAC
“Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile diukur pada suhu dan
tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat den sederhana”.

Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2

Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi tersebut 1 liter gas hidrogen
(H2) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14

Jawab:
V1/V2 = n1/n2 ® 10/1 = (x/28) / (0.1/2) ® x = 14 gram

Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.

7. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC


Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan keadaan harga n =
n2 sehingga diperoleh persamaan:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2

8. HUKUM AVOGADRO
“Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung jumlah mol
yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol
setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini disebut sebagai volume molar gas.

Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)

Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol

Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter

Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27) ® V2 = 12.31 liter
Zat-zat pereaksi = reaktan

Zat-zat hasil reaksi = produk

Reaktan ditulis disebelah kiri tanda panah

Produk ditulis disebelah kanan tanda panah

Perhatikan gambar di bawah ini :

pereaksi (reaktan) + reaktan –> produk + produk


12.
13.

Cara Menentukan dan Menghitung Perubahan Entalpi ∆H, Rumus, Energi Reaksi, Contoh


Soal, Pembahasan, Praktikum Kimia - Perubahan ΔH reaksi dapat ditentukan dengan
beberapa cara, yakni dari hasil eksperimen, dari penerapan Hukum Hess, atau dengan data
entalpi pembentukan dan energi ikatan.

1. Berdasarkan eksperimen / percobaan

Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur perubahan entalpi reaksi adalah dengan
kalorimetri, yaitu proses pengukuran jumlah panas dari sistem reaksi menggunakan
kalorimeter. Berdasarkan fungsinya, kalorimeter dibedakan menjadi :

a. Kalorimeter tipe reaksi (sederhana), adalah kalorimeter untuk menentukan kalor reaksi dari
semua reaksi, kecuali reaksi pembakaran. Kalorimeter tipe ini memiliki bejana yang terbuat
dari Styrofoam, namun ada pula yang terbuat dari aluminium. Kalorimeter tipe reaksi dapat
juga digunakan untuk menentukan kalor jenis logam.
b. Kalorimeter tipe Bom, berfungsi untuk menentukan jumlah kalori dalam bahan makanan
berdasarkan reaksi pembakaran (biasanya dioksidasi dengan oksigen).

Gambar 1. (a) Kalorimeter tipe reaksi (b) Kalorimeter tipe Bom.


c. Kalorimeter Thiemann, digunakan untuk menentukan kalor bahan bakar yang berfase cair
seperti metanol atau etanol.
d. Kalorimeter listrik, untuk menentukan kalor jenis zat cair

Nah, karena yang akan kita ukur adalah banyaknya kalor dari reaksi kimia, maka kalorimeter
yang kita pelajari adalah kalorimeter tipe reaksi.

Prinsip kerja dari kalorimeter ini menggunakan Azas Black, yaitu jumlah kalor yang dilepas
suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diterima oleh benda lain, atau q dilepas = q
diterima. Adapun besarnya transfer kalor tersebut tergantung pada faktor-faktor berikut.

a. jumlah zat
b. kalor jenis zat
c. perubahan suhu
d. kapasitas kalor dari kalorimeter
Gambar 2. Kalorimeter es dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas kalor spesifik dari air.
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah kalor bila kalor dari kalorimeter diabaikan
adalah sebagai berikut.

q = m x c x ΔT

Namun, bila kalor dari kalorimeter diperhitungkan, rumusnya menjadi :

q = (m x c x ΔT) + (C x ΔT)

Keterangan :

q = kalor reaksi (J)


m = massa zat( g)
c = kalor jenis zat (J/g oC atau J/gK)
ΔT = perubahan suhu ( oC atau K)
C = kapasitas kalor zat (J/ oC atau J/K)

Perlu diketahui juga, yang dimaksud dengan kalor jenis (c) adalah jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1 oC sedangkan kapasitas kalor adalah
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar 1 oC atau 1. Untuk
mempermudah pemahaman kalian, mari kita lakukan tugas di rubrik Aktivitas berikut.

Praktikum Kimia Menentukan Perubahan Entalpi Secara Kalorimetris :

Dasar Teori 

Perubahan panas yang dihasilkan dad suatu reaksi sering disebut sebagai panas reaksi dan
dinyatakan dalam satuan joule atau kalori. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur panas
reaksi ini adalah kalorimeter. Salah satu jenis kalorimeter yang sederhana dan dapat
digunakan untuk eksperimen di laboratorium adalah kalorimeter reaksi. Saat ini, kalorimeter
reaksi menggunakan cangkir styrofoam (suatu isolator yang baik), namun masih ada juga
kalorimeter buatan lama yang menggunakan cangkir aluminium. Tahap awal cara
pemakaiannya adalah mengukur suhu pereaksi. Sesaat setelah pereaksi dicampurkan, maka
reaksi selesai dan suhu hasil campuran diukur. Berdasarkan perbedaan suhu inilah, panas
reaksi dapat diperkirakan. Syukri S., 1999, hlm. 85-86 (dengan pengembangan) 

14.

Dalam melakukan penelitian ilmiah selain perlu menyiapakn alan dan bahan kimia juga perlu
ditentukan terlebih dahulu variabel penelitian. Variabel penelitian ada 3 macam yaitu variabel
bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.

Variabel bebas atau yang sering disebut sebagai variabel penyebab merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya suatu perubahan. Variabel bebas ini dapat
ditentukan oleh peneliti sesuai dengan landasan teori penelitian. Variabel bebas merupakan
faktor-faktor yang dipilih, diukur atau dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat hubungan
fenomena yang diteliti

variabel terikat atau yang sering juga disebut dengan variabel tergantung merupakan faktor-
faktor yang diukur dandiamati oleh peneliti dalam sebuah penelitian sebagai respon atas
variabel bebas. Dalam sebuah penelitian peneliti harus mengamati apakah faktor tersebut
muncul, tidak muncul atau berubah seperti yang diperkirakan.

Variabel kontrol disebut juga sebagai variabel kendali merupakan variabel yang diupayakan
untuk dinetraisasi dalam penelitian.

15.

Pengertian Laju Reaksi


Laju reaksi merupakan laju penurunan reaktan (pereaksi) atau laju bertambahnya
produk (hasil reaksi). Laju reaksi ini juga menggambarkan cepat lambatnya suatu reaksi
kimia, sedangkan reaksi kimia merupakan proses mengubah suatu zat (pereaksi) menjadi zat
baru yang disebut dengan produk.

Beberapa reaksi kimia ada yang berlangsung cepat. Natrium yang dimasukkan ke dalam air
akan menunjukkan reaksi hebat dan sangat cepat, begitu pula dengan petasan dan kembang
api yang disulut. Bensin akan terbakar lebih cepat daripada minyak tanah. Namun, ada pula
reaksi yang berjalan lambat. Proses pengaratan besi, misalnya, membutuhkan waktu sangat
lama sehingga laju reaksinya lambat.

Cepat lambatnya proses reaksi kimia yang berlangsung dinyatakan dengan laju reaksi.
Dalam mempelajari laju reaksi digunakan besaran konsentrasi tiap satuan waktu yang
dinyatakan dengan molaritas. Apakah yang dimaksud molaritas? Simak uraian berikut.

Molaritas sebagai Satuan Konsentrasi dalam Laju Reaksi

Molaritas menyatakan jumlah mol zat dalam 1 L larutan, sehingga molaritas yang dinotasikan
dengan M, dan dirumuskan sebagai berikut.
M = n/V

Keterangan :

n = jumlah mol dalam satuan mol atau mmol


V = volume dalam satuan L atau mL

16.

Rumus tetapan kesetimbangan (KC)


Rumus tetapan kesetimbangan KC secara garis besar merupakan perbandingan (hasil bagi)
antara konsentrasi molar ([ ]) zat-zat ruas kanan dengan konsentrasi molar zat ruas kiri yang
dipangkatkan dengan koefisiennya.
Karena fasa padat (s) dan cair (l) tidak memiliki konsentrasi, maka kedua fasa ini tidak
dilibatkan dalam rumus tetapan kesetimbangan KC (diberi nilai=1).
Perlu diingat:
tanda kurung siku ([  ]) merupakan simbol untuk konsentrasi molar zat.

[zat ruas kanan]koefisien


KC  = 
[zat ruas kiri]koefisien

Mari kita perhatikan contoh berikut:

Contoh Menentukan Rumus KC:

1. Diketahui persamaan reaksi kesetimbangan sebagai berikut:

CaCO3 (s) + 2 H2O (l)   Ca(OH)2 (aq) + H2CO3 (aq)

Tentukan rumus tetapan kesetimbangannya!

Penyelesaian:

Koefisien persamaan reaksi: 1 - 2 - 1 -1

[Ca(OH)2]1 x [H2CO3]1
KC  = 
1x1
 
 =  [Ca(OH)2][H2CO3]

Catatan:
CaCO3 dan H2O tidak disertakan dalam rumus tetapan kesetimbangan, karena
memiliki fasa padat (s) dan cair (l). Masing-masing diberi nilai = 1.

17.

Pergeseran Kesetimbangan Kimia


Terdapat beberapa faktor yang menjadi pengaruh kesetimbangan kimia, antara lain
konsentrasi zat, temperatur, dan tekanan atau volume.

Pengaruh Konsentrasi Zat Terhadap Kesetimbangan Kimia


Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menuju
arah (menjauhi) zat yang ditambah konsentrasinya. Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi,
maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat dikurangi konsentrasinya.

Contoh: Di persamaan reaksi berikut

N2(g) + 3H2(g) <==> 2NH3(g) H = -92 kJ.

Apabila konsentrasi N2 ditambah jadi reaksi kesetimbangan akan geser ke kanan, karena jika
konsentrasi zat ditambah maka reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah konsentrasi
yang ditambah.

Apabila konsentrasi N2 dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan geser ke kiri, karena jika
konsentrasi zat dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan bergeser dari arah konsentrasi
yang dikurangi.

18.

MENGHITUNG pH LARUTAN BASA.


2. pH Basa Lemah
•Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya α ≠ 1,maka untuk menyatakan
konsentrasi ion OH-digunakan rumus:
[OH-] = √ (Mb . Kb)
 •Dimana :
M b = konsentrasi basa lemah & Kb = tetapan ionisasibasa lemah.•
Contoh:
Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4
OH, jika diketahuitetapan ionisasinya = 10-5

Jawab:
•[OH-] = √ (Mb . Kb) = √10-3
. 10-5= 10-4
MpOH = - log [OH-] = - log 10-4= 4
Jadi pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10

pH Larutan Basa Lemah


Bagi basa-basa lemah, memiliki harga derajat ionisasinya (0 < α < 1) yang berarti senyawa
ini terionisasi tidak sempurna sehingga masih ada molekul yang tidak terionisasi.

19.
20. 21.
22.

1. Larutan Penyangga Ekstrasel

 Larutan Penyangga Karbonat dalam Darah

Penyangga karbonat dalam darah merupakan reaksi antara asam karbonat dengan asam
konjugasi bikarbonat. Larutan ini berfungsi agar PH darah dalam keadaan stabil, di mana
perbandingan keduanya dalam darah selalu 20 : 1. Dengan demikian, PH selalu berada di 7,4.

Contoh penggunaan larutan penyangga adalah ketika seseorang mendaki gunung. Semakin
tinggi gunung, semakin sedikit oksigen yang ada. Mereka dapat mengalami alkalolisis,
peningkatan PH darah yang mengakibatkan bernapas berlebihan dan histeris. Kebalikannya,
orang yang berlari marathon dalam mengalami asidosis, penurunan PH darah yang jika tidak
diatasi dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, dan diare.

 Larutan Penyangga pada Asam Amino

Pada asam amino terdapat cairan H+ dan OH- yang selalu menjaga kestabilan PH dalam
asam amino.

 Larutan Penyangga pada Mulut

Air ludah menghasilkan larutan penyangga yang menjaga keasaman di daerah gigi dan
sekitarnya, sekitar 6,8. Hal ini penting karena terkadang makanan yang dikonsumsi
mengandung asam tinggi yang dapat merusak gigi.

 Larutan Penyangga pada Ginjal

Dalam ginjal, meski jumlahnya sedikit mempunyai fungsi mempertahankan PH urin yang
dibentuk.

2. Larutan Penyangga Intrasel


Penyangga intrasel tidak sebanyak dalam cairan ekstrasel. Contoh larutan ini adalah
penyangga posfat dalam cairan sel darah merah atau hempglobin. Meskipun demikian larutan
ini jumlahnya lebih banyak daripada penyangga pada ginjal dan urin. Fungsinya adalah
menjaga PH darah agar selalu berada di 7,4.

Reaksi kimia larutan penyangga posfat intrasel ini adalah :


H2PO4 – (aq) + H + (aq) –> H2PO4 (aq)
H2PO4 – (aq) + OH – (aq) –> (HPO4)2- (aq) ) + H2O (aq)
23.

Jenis Larutan Garam


Garam terdiri dari 4 jenis

1. Terbentuk dari asam kuat dan basa kuat ,bersifat netral contohnya NaCl,K2SO4
2. Terbentuk dari asam kuat dan basa lemah ,bersifat asam, contohnya NH4Cl dan
Al2(SO4)3
3. Terbentuk dari asam lemah dan basa kuat , bersifat basa, contohnya
CH3COONa,HCOOK,Na2CO3
4. Terbentuk dari asam lemah dan basa lemah, sifatnya tergantung harga Ka dan Kb,
contohnya (NH4)2CO3

Garam yang berasal dari Asam kuat dan Basa kuat tidak mengalami hidrolisis. pH = 7

Garam yang berasal dari Asam lemah dan Basa kuat hanya mengalami hidrolisis sebagian
dalam air.
Jenis Garam Dapat Terhidrolisi, Garam terdiri dari empat jenis, yang terbagi berdasarkan
komponen asam basa pembentuknya

24.

Penerapan Sifat Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari


Lalu seperti apa dan contoh dari penerapan koloid tersebut dalam keseharian kita? Berikut
beberapa perisitiwa kimia yang termasuk dalam penerapan dari adanya koloid.

1. Pada produk kosmetik dan perawatan kulit

Penerapan ini berupa penggunaan emulsi.yang melibatkan zat cair seperti lotion untuk
pelebap kulit.
2. Penyerapan pada produk berwarna

Dalam industri tekstil, koloid diterapkan dalam jenis sol agar proses penyerapan warna lebih
baik serta maksimal.

3. Pembuatan obat-obatan

Obat-obatan yang kita konsumsi juga terbuat dari banyak proses dan sistem, salah satunya
adalah koloid.

4. Pada produk pembersih

Koloid juga diterapkan dalam pembuatan produk pembersih seperti deterjen dan sabun agar
produk tersebut mampu membersihkan noda lebih sempurna.

5. Dalam makanan liquid

Makanan liquid di sini contohnya adalah kecap dan saus.

6. Pemutihan pada gula tebu

Seperti yang kita ketahu, sebenarnya gula yang kita konsumsi sehari-hari tidak asli berwarna
putuh, melainkan berwarna seperti tebu yaitu putih gading kemasan. Maka agar gula terlihat
lebih menarik, dilakukanlah sistem kooid untuk memutihkannya.

7. Untuk proses pembuangan asap pabrik

8. Indentifikasi DNA.

Penerapan koloid ini merupakan agar DNA dapat dikenali dan disesuaikan dengan yang
bersangkutan.

Bagaimana? Sudah memahami apa itu koloid, sifat-sifat koloid dan contohnya, juga
penerapan sifat koloid dalam kehidupan kita sehari-hari? Ada banyak benda yang dibuat
dengan sistem koloid dan kita gunakan dalam sehari-hari seperti produk makanan seperti
susu, keju, mentega.

Atau juga produk lainnya seperti sabun mandi dan sabun cuci. Koloid juga memiliki jenis-
jenis yang termasuk dalam fase yaitu Sol, Emulsi, dan Buih.

Ketiga jenis koloid tersebut berbeda dari mulai ciri-ciri, proses, pelaku, hingga hasil.

25.

Aturan Bilangan Oksidasi (Biloks)


Berikut aturan standar yang belaku dalam penentuan bilangan oksidasi.
1. Biloks Unsur Bebas adalah = 0
Contoh:  biloks Na, Al, H2, P4, O2, Cl2, Br2 adalah = 0
2. Biloks Ion Unsur = Muatan Ion
Contoh: biloks Na+ adalah = +1, biloks Al3+adalah = +3, biloks Cl– adalah = -1
3. Biloks Logam Gol IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr) dalam Senyawa = +1
Contoh: biloks K dalam senyawa KCl adalah = +1
4. Biloks Logam Gol IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra) dalam Senyawa adalah = +2
Contoh: biloks Ba dalam senyawa Ba(OH)2 adalah = +2
5. Biloks Logam Gol IIIA (Al, Ga, In, Tl) dalam Senyawa adalah = +3
Contoh: Biloks Al dalam senyawa Al2(SO4)3 adalah = +3
6. Biloks Unsur Gol VIIA (F, Cl, Br, I, At) dalam Senyawa Biner (terdiri 2 jenis unsur)
adalah = -1
Contoh: biloks Cl dalam senyawa AlCl3 adalah = -1
7. Biloks Unsur H bila Berikatan dengan Non-Logam adalah = +1 tetapi bila H
berikatan dengan Logam Biloks H = -1
Contoh: biloks H dalam senyawa HNO3 adalah = +1. Biloks H dalam senyawa AlH3 adalah =
-1
8. Biloks O bila dalam Senyawa Non-Peroksida adalah = -2 tetapi bila dalam Senyawa
Peroksida; Biloks O = -1
Contoh:  biloks O dalam senyawa H2O adalah = -2. Biloks O dalam senyawa H2O2, dan
BaO2 adalah = -1
9. Jumlah Biloks Unsur-Unsur yang Membentuk Senyawa = 0
Contoh: Jumlah biloks Na dan Cl adalah = 0 karena biloks Na = +1 sedangkan biloks Cl = -1
(jika dijumlah maka +1 plus -1 = 0).
10. Jumlah Biloks Unsur-Unsur yang Membentuk Ion = Muatan Ion
Contoh: Jumlah biloks S dan O pada ion SO42- adalah = -2 (biloks S = +6, biloks O = -2 dikali
4 atom)

26.

Penyetaraan Reaksi Redoks


Ada 2 metode dalam menyetarakan persamaan reaksi redoks:

Metode Perubahan Biloks


1. Menentukan biloks masing-masing substansi dan mengidentifikasi atom/ion mana yang
mengalami perubahan biloks.

2. Menuliskan jumlah elektron yang dilepaspada oksidasi dan jumlah elektron yang diterima
pada reduksi berdasarkan jumlah perubahan biloks (bisa dibantu dengan menggambar garis
antara atom/ion yang mengalami oksidasi dan yang mengalami reduksi)
3. Menghitung koefisien reaksi reaktan dengan bilangan bulat terkecil yang dapat
menyetarakan jumlah elektron yang ditransfer selama oksidasi dan selama reduksi, lalu
menyetarakan koefisien reaktan dan produk.

4. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)

Untuk reaksi redoks dalam larutan suasana basa:


5. Menambahkan OH−(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan jumlah H+
(aq)

6. Mengkombinasi H+(aq) dan OH−(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan
menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi

Metode Setengah-Reaksi (metode ion-elektron)


1. Membagi persamaan reaksi ke dalam 2 setengah-reaksi: oksidasi dan reduksi

2. Menyetarakan atom-atom selain H dan O pada masing-masing setengah-reaksi

3. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)

4. Menyetarakan muatan dengan elektron (e−)


5. Mengalikan koefisien masing-masing setengah-reaksi dengan bilangan bulat tertentu agar
jumlah e−yang dilepas dalam setengah-reaksi oksidasi sama dengan jumlah e− yang diterima
dalam setengah-reaksi reduksi

6. Menggabungkan kedua setengah-reaksi yang sudah setara tersebut menjadi satu persamaan
reaksi, lalu menghilangkan jumlah spesi-spesi yang sama pada kedua sisi

Untuk reaksi redoks dalam larutan suasana basa:

7. Menambahkan OH−(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan jumlah H+
(aq)

8. Mengkombinasi H+(aq) dan OH−(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan
menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi

27.

Soal Sifat Koligatif Larutan UN 2013


Bagan berikut ini adalah gambaran molekuler larutan dengan berbagai konsentrasi.
Gambar yang menunjukkan titik didih larutan paling besar adalah nomor ….

A.   I
B.   II
C.   III
D.   IV
E.   V
Pembahasan
Perhatikan rumus kenaikan titik didih berikut ini!

Berdasarkan rumus di atas, kenaikan titik didih (Δtb) berbanding lurus dengan jumlah mol
partikel zat terlarut (gr/Mr). Artinya, semakin besar jumlah mol partikel zat terlarut semakin
besar pula kenaikan titik didihnya.

Jadi, titik didih larutan paling besar ditunjukkan oleh gambar yang mempunyai partikel zat
terlarut (bulatan hitam) yang paling banyak, yaitu gambar II (B).

28.
Kenaikan Titik Didih
Titik didih dari suatu larutan adalah temperatur ketika tekanan uapnya sama dengan tekanan
eksternal. Oleh karena terjadinya penurunan tekanan uap larutan oleh keberadaan zat terlarut
non-volatil, dibutuhkan kenaikan temperatur untuk menaikkan tekanan uap larutan hingga
sama dengan tekanan eksternal. Jadi, keberadaan zat terlarut dalam pelarut mengakibatkan
terjadinya kenaikan titik didih; titik didih larutan, Tb, lebih tinggi dari titik didih pelarut
murni, Tb°. Kenaikan titik didih, ΔTb, yaitu Tb−Tb° berbanding lurus terhadap konsentrasi
(molalitas, m) larutan, sebagaimana:

di mana Kb adalah konstanta kenaikan titik didih molal (dalam satuan °C/m) dan m adalah
molalitas larutan.

29.
Tabel 1. Nilai Potensial Reduksi Standar Beberapa Elektroda
Kopel (oks/red) Reaksi katoda (reduksi) E°, Potensial
reduksi, volt
(elektroda
hidrogen standar =
0)
Li+/Li Li+ + e-  Li -3,04
K+/K K+ + e-  K -2,92
Ca2+/Ca Ca2+ + 2e-  Ca -2,87
Na+/Na Na+ + e-  Na -2,71
Mg2+/Mg Mg2+ + 2e-  Mg -2,37
Al3+/Al Al3+ + 3e-  Al -1,66
Zn2+/Zn Zn2+ + 2e-  Zn -0,76
Fe2+/Fe Fe2+ + 2e-  Fe -0,44
PbSO4/Pb PbSO4 + 2e-  Pb + 2SO4 -0,36
Co2+/Co Co2+ + 2e-  Co -0,28
Ni2+/Ni Ni2+ + 2e-  Ni -0,25
Sn2+/Sn Sn2+ + 2e-  Sn -0,14
Pb2+/Pb Pb2+ + 2e-  Pb -0,13
D+/D2 2D+ + 2e-  D2 -0,003
H+/H2 2H+ + 2e-  H2 0,000
Sn4+/Sn2+ Sn4+ + 2e-  Sn2+ +0,15
Cu2+/Cu Cu2+ + 2e- Cu +0,34
I2/I- I2 + 2e-  2I- +0,54
O2/H2O2 O2 + 2H+ + 2e-  H2O2 +0,68
Fe3+/Fe2+ Fe3+ + e-  Fe2+ +0,77
Hg2 2+/Hg Hg2 2+ + 2e-  2Hg +0,79
Ag+/Ag Ag+ + e-  Ag +0,80
NO3 -/N2O4 2NO3 - + 4H+ + 2e-  N2O4 + 2H2O +0,80
NO3 -/NO NO3 -+ 4H+ + 3e-  NO + 2H2O +0,96
Br2/Br Br2 + 2e-  2Br +1,07
O2/H2O O2 + 4H+ + 4e-  2H2O +1,23
Cr2O7 2-/Cr3+ Cr2O7 2- + 14H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O +1,33
Cl2/Cl- Cl2 + 2e-  2Cl- +1,36
PbO2/Pb2+ PbO2 + 4H+ + 2e-  Pb2+ + H2O +1,46
Au3+/Au Au3+ + 3e-  Au +1,50
MnO4 -/Mn2+ MnO4 - + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O +1,51
HClO/CO2 2HClO + 2H+ + 2e-  Cl2 + 2H2O +1,63
PbO2/PbSO4 PbO2 + SO4 2- + 4H+ + 2e-  PbSO4 + 2H2O +1,68
H2O2/H2O H2O2 + 2H+ + 2e-  2H2O +1,78
F2/F F2 + 2e-  2F +2,87

Pada sel volta yang tersusun dari elektroda Zn dan Cu, ternyata elektroda Zn mengalami
oksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa logam Zn lebih cenderung mengalami oksidasi
dibandingkan logam Cu. [1]

30.
Kespontanan reaksi redoks dapat diprediksi dari nilai potensial reaksi redoks tersebut. Nilai
potensial reaksi redoks sama dengan nilai potensial sel, yaitu selisih antara potensial reduksi
katode (reaksi reduksi) dengan potensial reduksi anode (reaksi oksidasi). Suatu reaksi redoks
akan berlangsung spontan ke arah pembentukan produk bila potensial reaksinya bernilai
positif.

Redoks spontan: E°redoks > 0


31.
Berdasarkan data potensial elektrode standar, reaksi elektrolisis larutan elektrolit pada
keadaan standar dapat diprediksikan mengikuti ketentuan berikut.

32.
Bila ke dalam larutan NiSO4 dialirkan listrik sebesar 0,1 F dan Ar Ni = 59, maka di katode
akan diperoleh logam Ni berapa gram?

Pembahasan Soal #3:


Larutan NiSO4 terurai menurut persamaan berikut:
NiSO4 → Ni2+ + SO42–
Katoda (reduksi kation): Ni2+ + 2e– → Ni

Diketahui dari soal bahwa muatan listrik (F) = 0,1 Faraday


Massa ekuivalen (e) Ni = Ar Ni : muatan Ni = 59 : 2 = 29,5 g
Jadi massa Ni → w = e.F = 29,5 × 0,1 = 2,95 g
Dalam elektrolisis larutan Cu(NO3)2 dengan elektroda inert, 1,27 gram Cu (Ar Cu 63,5)
diendapkan, volume gas yang dihasilkan di anode pada 1 atm, 0 oC adalah ....

Pembahasan Soal #4:


Elektolisis larutan Cu(NO3)2 :
Katoda  : 2Cu2+ + 4e ⟶ 2Cu
Anoda   : 2H2O ⟶ 4H+ + O2 + 4e
2Cu2+ + 2H2O ⟶ 2Cu + 4H+ + O2
Jumlah Cu yang diendapkan dengan massa 1,27 gram = 1,27 g : 63,5 g/mol = 0,02 mol Cu

Perbandingan koefisien = perbandingan jumlah mol


Koefisien Cu : Koefisien O2 = jumlah Cu : jumlah O2
2 : 1 = 0,02 mol : jumlah O2
Jumlah O2 = ½ × 0,02 mol = 0,01 mol
Karena volume gas diukur pada keadaan STP maka
volume O2 = 0,01 mol × 22,4 L/mol = 0,224 L
33.
Cara Pembuatan Logam Transisi Periode 4
1. Skandium (Sc): dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3 yang dicampurkan dengan
klorida-klorida lain.
2. Titanium (Ti): Salah satu metode yang digunakan dalam proses pembuatan titanium
adalah Metode Kroll yang banyak menggunakan klor dan karbon. Hasil reaksinya adalah
titanium tetraklorida yang kemudian dipisahkan dengan besi triklorida dengan
menggunakan proses distilasi. Senyawa titanium tetraklorida, kemudian direduksi oleh
magnesium menjadi logam murni. Udara dikeluarkan agar logam yang dihasilkan tidak
dikotori oleh unsur oksigen dan nitrogen. Sisa reaksi adalah antara magnesium dan
magnesium diklorida yang kemudian dikeluarkan dari hasil reaksi menggunakan air dan
asam klorida sehingga meninggalkan spons titanium. Spon ini akan mencair dibawah
tekanan helium atau argon yang pada akhirnya membeku dan membentuk batangan titanium
murni.
3. Vanadium (V):  frevonadium (logam campuran dengan besi) dihasilkan dari reduksi
V2O5  dengan campuran silikon (Si) dan besi (Fe), reaksinya:
2V2O5(s)   + 5 Si(s) + Fe(s)                4V(s) + Fe(s) + 5 SiO2(s)
Senyawa SiO2 ditambah dengan CaO menghasilkan suatu terak yaitu bahan yang dihasilkan
selama pemurnian logam.
4. Krom (Cr): logam krom dibuat menurut proses goldschmidt dengan jalan
mereduksi  Cr2O3 dengan logam aluminium. Reaksinya:
Cr2O3  (s) + 2Al(s)                    Al2O3(s) + 2Cr(s)
5. Mangan (Mn): pembuatan feromangan dilakukan dengan mereduksi MnO2 dengan
campuran besi oksida dan karbon. Reaksinya:
MnO2 + Fe2O3  + 5C                  Mn + 2Fe + 5CO
6. Besi (Fe): proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan
dalam tanur tinggi. Prinsip kerjanya dengan mereduksi oksida besi dengan gas karbon
monoksida.
7. Kobalt (Co): Unsur cobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan timbul hipoklorit
sodium ( NaOCl) . Berikut reaksinya :
2Co2+(aq) + NaOCl(aq) + 4OH-(aq) + H2O                              2Co(OH)3(s) +
NaCl(aq)
Trihydroxide Co(OH)3  yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk membentuk oksida dan
kemudian ditambah dengan karbon sehingga terbentuklah unsur kobalt metal. Berikut
reaksinya
2Co(OH)3 (heat) Co2O3  + 3H2O

2Co2O3 + 3C              4Co(s) + 3CO2(g)


8. Tembaga (Cu): proses pengolahan tembaga diawali dengan pemanggangan
kalkopirit (CuFeS2) atau bijih tembaga lain. Hasil pemanggangan dioksidasi dalam oksigen.
Tembaga yang dihasilkan dimurnikan secara elektrolisis dan flotasi (proses pemisahan yang
digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas).

9.   Seng (Zn): pembuatan logam seng dilakukan dengan pemanggangan seng sulfida


(ZnS) kemudian oksida seng direduksi dengan karbon pijar.

34.
Macam – Macam Unsur Periode Ketiga
Unsur periode ketiga dalam sistem periode unsur terdiri dari delapan unsur yaitu
natrium(Na), magnesium(Mg), aluminium(Al), silikon(Si), fosfor(P), sulfur(S), klorin(Cl)
dan argon(Ar). Unsur tersebut terletak dalam golongan yang berlainan, berikut tabel
mengenai letak unsur periode 3;
a.         Natrium (Na)
Natrium atau sodium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Na dan
nomor atom 11. Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin, yang
termasuk ke logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam (terutama halite). Dia
sangat reaktif, apinya berwarna kuning, beroksidasi dalam udara, dan bereaksi kuat dengan
air, sehingga harus disimpan dalam minyak. Karena sangat reaktif, natrium hampir tidak
pernah ditemukan dalam bentuk unsur murni.
Natrium banyak ditemukan di bintang-bintang. Garis D pada spektrum matahari sangat jelas.
Natrium juga merupakan elemen terbanyak keempat di bumi, terkandung sebanyak 2.6% di
kerak bumi. Unsur ini merupakan unsur terbanyak dalam grup logam alkali.
b.        Magnesium (Mg)
Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang terletak pada golongan
IIA,  memiliki simbol Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah
elemen terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi, serta merupakan unsur
terlarut ketiga terbanyak pada air laut. Logam alkali tanah ini terutama digunakan sebagai zat
campuran (alloy) untuk membuat campuran alumunium-magnesium yang sering disebut
"magnalium" atau "magnelium".
c.         Aluminium (Al)
Aluminum ialah unsur kimia dalam tabel periodik unsur yang  terletak pada golongan IIIA,
dengan simbol Al dan nomor atom 13.  Aluminium adalah  logam yang paling berlimpah,
merupakan konduktor listrik yang baik, terang dan kuat serta tahan terhadap korosi.
Aluminium dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi
batangan dengan bermacam-macam penampang. Aluminium banyak digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi, bingkai jendela dan badan pesawat terbang, ditemukan di
rumah  sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu. Aluminium juga digunakan
untuk melapisi lampu mobil.
d.        Silikon (Si)
Silikon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Si dan nomor
atom 14. Merupakan unsur terbanyak kedua di bumi. Senyawa yang dibentuk
bersifat paramagnetik. Unsur kimia ini dtemukan oleh Jöns Jakob Berzelius. Silikon hampir
25.7% mengikut berat. Biasanya dalam bentuk silikon dioksida (silika) dan silikat. Silikon
sering digunakan untuk membuat serat optik dan dalam operasi plastik digunakan untuk
mengisi bagian tubuh pasien dalam bentuk silikone.
e.         Fosfor (P)
Fosfor ialah zat yang dapat berpendar karena mengalami fosforesens (pendaran yang terjadi
walaupun sumber pengeksitasinya telah disingkirkan). Fosfor di lambangkan dengan
huruf  P  dengan nomor atom 15. Fosfor berupa berbagai jenis senyawa logam transisi atau
senyawa tanah langka seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan zink
silikat (Zn2SiO4)yang dicampur dengan mangan. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah
pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampu fluoresen, sementara fosfor dapat
ditemukan pula pada berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the
dark).
f.          Sulfur (S)
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau
dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di
alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-
mineral sulfide dan sulfate. Sulfur adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan
dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga
dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
g.         Klorin(Cl)
Klor (bahasa Yunani: Chloros, "hijau pucat"), adalah unsur kimia dengan simbol Cl dan
nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen (VIIA). Dalam
bentuk ion klorida, unsur ini adalah pembentuk garam dan senyawa lain yang tersedia di alam
dalam jumlah yang sangat berlimpah dan diperlukan untuk pembentukan hampir semua
bentuk kehidupan, termasuk manusia. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan,
dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan,
pemutih, atau desinfektan.
h.         Argon(Ar)
Argon adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ar dan nomor atom
18. Gas mulia ke-3, di periode 8, argon membentuk 1% dari atmosfer bumi.
Nama "argon" berasal dari kata Yunani αργον berarti "malas" atau "yang tidak aktif", sebuah
referensi untuk fakta bahwa elemen hampir tidak mengalami reaksi kimia. Oktet lengkap
(delapan elektron) di kulit atom terluar membuat argon stabil dan tahan terhadap ikatan
dengan unsur-unsur lainnya. Titik triple suhu 83,8058 K adalah titik tetap yang menentukan
dalam Skala Suhu Internasional 1990.

35.
Golongan IA

Golongan IA disebut juga logam alkali. Sifat-sifat unsur golongan IA, antara lain :

- Bersifat sangat reaktif, sehingga ketika beraksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas
yang mudah terbakar atau menimbulkan ledakan dan menyala. Kereaktifan unsur-unsur alkali
disebabkan karena energi ionisasi yang kecil. Kereaktifan semakin bertambah seiring
bertambahnya nomor atom.

- Memiliki daya oksidasi sangat besar.

- Reduktor yang sangat kuat.

- Kurang keelektronegatifannya.
- Apabila bereaksi dengan oksigen akan membentuk senyawa oksida (O2-), peroksida (O22-)
dan superoksida (O2-). Jika jumlah oksigen terbatas, maka akan membentuk senyawa oksida.
Jika jumlah oksigen berlebih, maka akan membentuk senyawa peroksida dan superoksida.
Senyawa oksidanya mudah larut dalam air dan menghasilkan larutan bersifat basa (alkali).

- Apabila bereaksi dengan air akan membentuk senyawa hidroksida dengan sifat basa yang
kuat dan gas H2. Semakin bertambah nomor atom, maka reaksi unsur logam alkali dengan air
semakin kuat. Hal ini disebabkan karena jumlah kulit yang semakin banyak, sehingga
semakin mudah melepaskan elektron dari kulit terluar. Dalam satu golongan dari atas ke
bawah, sifat basa yang dihasilkan semakin kuat.

- Apabila bereaksi dengan halogen akan membentuk garam halida karena unsur-unsur
halogen adalah unsur oksidator, sedangkan logam alkali adalah unsur reduktor.

- Apabila berekasi dengan hidrogen akan membentuk senyawa hidrida.

- Dalam golongan alkali, hanya unsur litium yang dapat bereaksi dengan nitrogen dengan
suhu kamar, yaitu 20o-25o C. Hal ini disebabkan karena ukuran kedua atom ini tidak berbeda
jauh.

- Ketika dibakar di udara, semua logam alkali menghasilkan warna yang khas, seperti :
a. Litium menghasilkan warna merah jingga
b. Natrium menghasilkan warna kuning keemasan
c. Kalium menghasilkan warna ungu
d. Rubidium menghasilkan warna merah
e. Cesium menghasilkan warna biru
f. Untuk fransium belum diketahui warna yang dihasilkannya karena  jarang dipelajari karena
fransium adalah unsur radioaktif yang tidak stabil dan cenderung meluruh membentuk unsur
baru lainnya.

Golongan II A

Golongan II A disebut juga logam alkali tanah. Sifat-sifat unsur golongan II A, antara lain :
- Logam alkali tanah cukup reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan dengan logam
alkali. Sama halnya dengan logam alkali, tingkat kereaktifan logam alkali tanah akan semakin
bertambah seiring bertambahnya nomor atom.

- Energi ionisasi kedua relatif rendah, sehingga mudah membentuk kation +2.

- Logam alkali tanah lebih memiliki sifat keelektronegatifan dibandingkan logam alkali.

- Logam alkali tanah dapat membentuk basa kuat, kecuali berilium yang bersifat amfoter
(dapat berekasi sebagai asam dan basa).

- Berilium tidak dapat bereaksi dengan air, sedangkan magnesium bereaksi sangat lambat.

- Apabila berilium dan magnesium bereaksi dengan oksigen akan membentuk senyawa
oksida dan nitrida (untuk magnesium), sedangkan barium akan membentuk senyawa
peroksida. Karena dapat menghasilkan senyawa nitrida, maka disimpulkan bahwa
magnesium dapat bereaksi dengan nitrogen.
- Apabila bereaksi dengan halogen akan membentuk garam halida, kecuali berilium.

- Alkali tanah dapat membentuk garam melalui reaksi logam, oksida logam dan senyawa
karbonat dengan asam.

- Logam alkali tanah menghasilkan warna khas ketika dibakar di udara, seperti :
a. Berilium menghasilkan warna putih
b. Magnesium menghasilkan warna putih terang
c. Kalsium menghasilkan warna merah bata
d. Stronsium menghasilkan warna merah crimson
e Barium menghasilkan warna hijau apel
f. Radium menghasilkan warna merah crimson

Golongan III A

Golongan III A disebut juga golongan Boron-Aluminium. Sifat-sifat unsur golongan III A,
antara lain :

- Tidak memiliki kecenderungan reaktivitas, kecuali aluminium.

- Memiliki potensial reduksi yang negatif, terutama unsur aluminium.

- Boron dapat bereaksi dengan halogen dan terbakar dalam gas fluor.

- Boron dapat bereaksi dengan oksigen dengan pembakaran yang sangat eksotermik (melepas
energi panas, energi cahaya, energi listrik atau energi suara), hingga menghasilkan senyawa
oksida yang bersifat asam.

- Boron dapat bereaksi dengan air dan menghasilkan larutan yang bersifat basa.

- Aluminium bersifat amfoter dan sebagai reduktor yang baik.


- Aluminium dapat bereaksi dengan air, hingga membentuk hidrogen dan senyawa oksida.
Senyawa oksida dibentuk untuk melapisi unsur aluminium pada anoda dalam sel elektrolitik
(arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks).

- Golongan aluminium dapat bereaksi dengan oksigen pada suhu ruangan atau melalui
pemanasan, hingga membentuk oksida aluminium yang tidak berwarna. Tetapi, akibat adanya
pengotor, oksida aluminium menjadi berwarna safir (berwarna biru) dan ruby (berwarna
merah tua).

- Apabila bereaksi dengan halogen akan membentuk senyawa trihalida dan fluoride.

- Ketika bereaksi dengan hidrogen, golongan aluminium tidak dapat membentuk hidrida
secara langsung, melainkan dibentuk melalui reaksi senyawa hidrida dari logam airnya.

- Ketika dibakar di udara, beberapa unsur dalam golongan aluminium dapat menghasilkan
warna yang khas, seperti :
a. Aluminium menghasilkan warna biru terang
b. Boron menghasilkan warna hijau terang
c. Talium menghasilkan warna hijau murni
Untuk warna yang dihasilkan galium dan indium belum diketahui. Galium dan indium
termasuk logam miskin.

Golongan IV A

Golongan IV A disebut juga golongan karbon. Sifat-sifat unsur golongan IV A, antara lain :
- Di alam bebas, golongan karbon terdapat dalam bentuk alotrop karbon, yaitu dapat berubah
bentuk atau modifikasi struktural. Alotrop karbon terbagi dua, yaitu alotrop kristalin (grafit,
intan dan fuleran) dan nonkristalin (amorf).
a. Grafit berbentuk serbuk dan berwarna hitam.
b. Intan adalah padatan berikatan kovalen paling keras dan tidak dapat menghantarkan arus
listrik.
c. Fuleran memiliki bentuk yang mirip dengan grafit, tetapi dengan susunan berupa
pentagonal (segilima), heksagonal (segienam) dan heptagonal (segitujuh).
d. Amorf adalah padatan non kristalin yang tidak memiliki keteraturan kisi (susunan titik-titik
yang teratur dan berkala di dalam ruangan), seperti arang dan karbon hitam.
- Silikon bersifat semikonduktor, yaitu memiliki daya hantar yang kecil dalam suhu kamar,
tetapi memiliki daya hantar kuat dalam suhu tinggi.
- Karbon aktif merupakan material amorf berkarbon yang dibentuk melalui proses
karbonisasi (proses konversi dari zat organik menjadi karbon) dan aktivasi.

Berdasarkan bentuknya, karbon aktif terbagi menjadi empat jenis, yaitu :


a. Karbon aktif serbuk dengan ukuran partikel < 0,8 mm.
b. Karbon aktif granular dengan ukuran partikel 0,2-5,0 mm.
c. Karbon aktif silinder dengan ukuran partikel 0,8-5,0 mm.
d. Karbon aktif terlapisi polimer

Berdasarkan pori-porinya, karbon aktif terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :


a. Makropori adalah bagian terluar dari unsur karbon aktif. Makropori memiliki jari-jari >25
nm, volume 0,2-0,5 cm3.g-1 dan luas permukaan 0,2-2 m2.g-1.
b. Mesopori adalah cabang dari makropori. Mesopori memiliki jari-jari 1-25 nm dengan
volume 0,02-0,01 cm3.g-1 dan luas permukaan 1-100 m2.g-1.
c. Mikropori adalah pori-pori terkecil. Mikropori memiliki jari-jari < 1 nm, volume 0,15-0,5
cm3.g-1 dan luas permukaan 100-1000 m2.g-1.

- Ketika dibakar di udara, beberapa unsur dalam golongan aluminium dapat menghasilkan
warna yang khas, seperti :
a. Germanium menghasilkan warna biru pucat.
b. Timah menghasilkan warna biru dan putih.
c. Timbal menghasilkan warna biru dan putih.

Golongan V A

Golongan VA disebut juga golongan nitrogen. Sifat-sifat unsur golongan VA, antara lain :
- Pada suhu kamar, golongan nitrogen kurang reaktif karena memiliki ikatan yang kuat.
Tetapi, pada suhu tinggi dapat bereaksi dengan unsur lain.

- Nitrogen dapat membentuk senyawa dalam semua bilangan oksidasi, yaitu dari 3 sampai 5.
- Senyawa nitrogen dapat mengalami reduksi dan oksidasi.

- Nitrogen dapat bereaksi dengan oksigen dengan bantuan pemanasan atau listrik tegangan
tinggi.

- Nitrogen dapat bereaksi dengan fluor membentuk nitrogen trifluorida.


- Fosfor dapat membentuk tiga ikatan kovalen.

- Fosfor dapat bersenyawa dengan unsur logam dan non logam yang reaktif.

- Apabilan bereaksi dengan halogen, fosfor akan menghasilkan trihalida dan pentahalida.

- Fosfor dapat membentuk asam okso, yaitu asam fosfit dan asam fosfat.

- Ketika dibakar di udara, beberapa unsur dalam golongan aluminium dapat menghasilkan
warna yang khas, seperti :
a. Fosfor menghasilkan warna hijau kebiruan yang pucat.
b. Arsen menghasilkan warna biru.
c. Antimon menghasilkan warna hijau pucat.
d. Bismut menghasilkan warna biru langit.

Golongan VI A

Golongan VI A disebut juga golongan oksigen. Sifat-sifat unsur golongan VI A, antara lain :
- Oksigen memiliki bentuk alotrop berupa ozon (O3).

- Belerang merupakan zat padat.

- Hampir semua logam dapat bereaksi dengan oksigen dan membentuk oksida logam.

- Dapat membentuk ikatan tetravalen atau heksavalen, kecuali oksigen.

- Dapat berikatan dengan fluor.

- Dapat membentuk asam lemah dengan berikatan dengan hidrogen. Dalam satu golongan,
dari atas ke bawah, memiliki bentuk asam yang semakin kuat.

- Apabila bereaksi dengan hidrogen dapat membentuk senyawa yang bersifat racun dan
berbau tidak sedap, kecuali oksigen.

- Apabila bereaksi dengan air akan mudah larut, kecuali telurium.

- Ketika dibakar di udara, beberapa unsur dalam golongan aluminium dapat menghasilkan
warna yang khas, seperti :
a. Selenium menghasilkan warna biru langit
b. Telurium menghasilkan warna hijau pucat

Golongan VII A
Golongan VII A disebut juga golongan halogen. Sifat-sifat unsur golongan VII A, antara
lain :

- Unsur-unsur dalam golongan VII A merupakan unsur pembentuk garam.

- Golongan VII A sangat reaktif. Dari atas ke bawah, kereaktifannya akan semakin
berkurang. Kereaktifan golongan VII A tergantung dari afinitas elektronnya. Jika semakin
besar afinitas elektronnya, maka semakin reaktif.

- Tidak dapat ditemukan di alam dalam bentuk atomnya, tetapi dapat membentuk senyawa
dengan berbagai unsur termasuk unsur sejenisnya.

- Merupakan molekul diatomik (molekul yang hanya terdiri dari dua atom).

- Fluor dan klor berwujud gas. Bromin mudah menguap. Iodin berupa zat padat.

- Unsur dalam golongan halogen mudah dikenali dari bau dan warnanya. Halogen umumnya
berbau menyengat terutama klor dan bromin.

- Klor dan bromin bersifat racun. 

- Golongan VII A larut dalam air.

- Dapat beraksi dengan hidrogen dan membentuk senyawa hidrogen halida (gas tidak
berwarna).

- Fluor berwarna kuning pucat, klor berwarna kuning kehijauan, bromin menghasilkan cairan
dan uap berwarna cokelat kemerahan, sedangkan iodin merupakan zat padat berwarna hitam
mengkilap yang dapat menghasilkan uap berwarna ungu.

Golongan VIII A

Golongan VIII A disebut juga golongan gas mulia. Sifat-sifat unsur golongan VIII A, antara
lain :

- Golongan VIII A bersifat stabil karena memiliki elektron valensi penuh, yaitu 8 elektron.

- Tidak bersifat reaktif.

- Bersifat monoatomik (atom tunggal).


- Dapat bereaksi dengan fluor, kecuali helium dan neon. Jika bereaksi dengan fluor, maka
akan timbul kereaktifannya yang semakin meningkat dari atas ke bawah.

- Semakin besar energi ionisasi unsur-unsur dalam golongan VIII A, semakin sulit unsur-
unsur tersebut bereaksi.

- Argon, kripton dan xenon dapat sedikit larut dalam air, sedangkan helium dan neon tidak
dapat larut dalam air.
- Radon dapat bereaksi secara spontan dan bersifat radioaktif. Radon memiliki waktu paruh
yang relatif pendek, sehingga dapat meluruh menjadi unsur lain. Waktu paruh adalah waktu
yang dibutuhkan suatu unsur dengan jumlah yang berkurang menjadi setengahnya.

- Xenon memerlukan pemanasan untuk dapat bereaksi secara langsung.

- Kripton dapat bereaksi apabila diberi muatan listrik atau sinar X pada suhu yang sangat
rendah.

- Helium dan neon tidak dapat mengalami reaksi kimia.

- Unsur-unsur golongan gas mulia dapat ditemukan di udara, kecuali radon. Radon berasal
dari peluruhan radioaktif/peluruhan nuklir radium dan uranium. Peluruhan radioaktif adalah
proses saat sebuah inti atom yang tidak stabil kehilangan energi dengan memancarkan
radiasi.

- Argon merupakan unsur yang paling banyak terdapat di udara kering.

- Pada suhu 4o K, Helium bersifat super konduktor (tidak memiliki hambatan ataupun medan
magnet untuk menghantarkan listrik dan panas). Helium dapat menghantarkan listrik 800 kali
lebih cepat daripada kawat tembaga. 

36.
1. REAKSI SUBSTITUSI
Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom / gugus atom pada
molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa
jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristik (tetap jenuh). Suatu reaksi
subtitusi terjadi bila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah
atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Subtitusi dapat terjadi pada karbon jenuh
maupun tidak jenuh.
R – X + R’ – Y —> R – Y + R’ – X
Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini bisa
mudah diserang oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang elektron menyendiri
(unshared) dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi subtitusi ion atau gugus disubstitusikan
untuk (menggantikan) atom, atau gugus lain. Beberapa reaksi substitusi pada senyawa
karbon:

 Reaksi pembentukan haloalkana


 Reaksi alkil halida dengan basa kuat
 Reaksi alkohol dengan PCl3
 Reaksi alkohol dengan logam Natrium
 Reaksi klorinasi
 Reaksi esterifikasi (pembentukan ester)
 Reaksi saponifikasi (penyabunan)
2. REAKSI ADISI
Reaksi adisi adalah reaksi senyawa karbon yang melibatkan penggabungan molekul-molekul.
Reaksi adisi juga dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap (tak jenuh)
menjadi ikatan tunggal (jenuh). Reaksi adisi ini terjadi pada senyawa tidak jenuh
(mempunyai ikatan rangkap). Molekol tidak jenuh dapat menerima tambahan atom atau
gugus dari pereaksi tanpa melebihi angka koordinasi maksimum dari atomnya sendiri. Ikatan
rangkap dua dan rangkap tiga karbon-karbon dan rangkap dua karbon-oksigen merupakan
jenis struktur yang paling umum yang mengalami reaksi adisi.

3. REAKSI ELIMINASI
Reaksi eliminasi merupakan reaksi peruraian suatu molekul menjadi molekul-molekul lain di
mana salah satu molekul dikatakan tereliminasi. Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi pembentukan ikatan rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi).
Beberapa atom dipisahkan dari sebuah molekol untuk membentuk ikatan ganda atau siklis.
Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilangan atom bukan karbon. Reaksi
penggantian ikatan berubah dari ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap. Pada reaksi ini
molekul senyawa yang berikatan tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi senyawa berikatan
rangkap (ikatan tak jenuh) dengan melepaskan molekul yang kecil.
4. REAKSI OKSIDASI
Reaksi melibatkan oksidator seperti O2, O3, dan KMnO4. Reaksi oksidasi yang penting adalah
reaksi dengan O2 yang dikenal sebagai pembakaran.
5. REAKSI POLIMERISASI
Reaksi polimerisasi melibatkan penggabungan molekul-molekul kecil yang disebut monomer
menjadi suatu molekul rantai panjang atau yang disebut polimer.
37.
38.
ISOMER RANGKA

Dari namanya, udah jelas kalau yang membedakan dari dua senyawa ini
adalah kerangkanya. Biasanya, terjadi antarsenyawa rantai lurus dan senyawa yang memiliki
cabang.

Butana, misalnya, yang mempunyai rumus kimia C4H10.

ISOMER POSISI

Kalau isomer rangka adalah bentuk dari kerangka yang berbeda, pada isomer posisi, yang
membedakannya adalah posisi dari gugus fungsi. Ingat ya, hanya posisinya yang berbeda. 
Mau itu nomor cabang, nomor ikatan rangkap, pokoknya posisinya berbeda. Bukan gugus
fungsinya. Salah satu cirinya, isomer ini hanya terjadi pada senyawa hidrokarbon tak jenuh
(alkena dan alkuna).

ISOMER GUGUS FUNGSI

Isomer gugus fungsi adalah senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama, tapi atom-
atomnya terhubung dengan cara lain, sehingga membentuk gugus fungsinya berbeda. 

Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh keterbatasan rotasi bebas pada suatu
ikatan dalam molekul. Berbeda dengan isomer struktur, isomer ini hanya terjadi pada
senyawa yang memiliki ikatan yang kaku dengan dua sisi berlainan dan, biasanya terjadi pada
senyawa alkena.
39.
Reaksi-Reaksi pada Alkohol

                 Gugus –OH merupakan gugus fungsi dari alkohol oleh sebab itu sebagian besar
reaksi terjadi pada gugus tersebut. Berikut merupakan beberapa reaksi yang terjadi pada
alkohol: reaksi oksidasi, penggantian gugus –OH, penggantian atom H pada gugus –OH oleh
gugus asam, logam aktif dan gugus alkil.

Oksidasi

                    Alkohol dengan oksidator kuat seperti NA2Cr2O7 + H2SO4 dapat mengalami


reaksi oksidasi. Hasil yang diperoleh dari reaksi oksidasi berbeda-beda tergantung pada jenis
alkoholnya. Akohol primer jika teroksidasi menghasilkan aldehida apabila jumlah oksidator
masih berlebih akan terjadi oksidasi berlanjut memebntuk asam karboksilat, alkohol sekunder
menghasilkan keton sedangkan alkohol tersier menghasilkan campuran asam karboksilat dan
keton. Reaksi antara alkohol primer, sekunder dan tersier dengan NA2Cr2O7 + H2SO4 dapat
dilihat pada contoh.

Penggantian Gugus –OH

                      Gugus –OH pada alkohol dapat digantikan oleh atom-atom halogen apabila
direaksikan dengan fosfor halida dan asam halida. Fosfor halida dapat berupa PX3 dan
PX5 sedangkan asam halogen berupa HX.

        laju reaksi alkohol dengan asam halogen adalah alkohol tersier > alkohol sekunder >
alkohol primer.

Penggantian Atom H pada Gugus –OH oleh Gugus Asam, Logam Aktif dan Gugus
Alkil
                      Reaksi diatas merupakan reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat.
Bila dipanaskan dengan penambahan sedikit asam sulfat pekat maka akan terbentuk
sebuah ester dan H2O. H2O yang diperoleh dari reaksi diatas dibentuk dari H dari alkohol dan
OH dari asam asetat. Apabila digunakan alkohol tersier H diperoleh dari asam asetat dan OH
dari alkohol.

                   Apabila alkohol direaksikan dengan asam-asam anorganik produk yang diperoleh
berupa ester anorganik. Produk yang diperoleh dari reaksi antara etanol dengan asam sulfat
berupa etil hidrogen sulfat dan air, sedangkan produk yang diperoleh dari reaksi antara etanol
dengan asam nitrit berupa etil nitrit dan air.

                       Atom H pada gugus –OH dapat digantikan oleh logam aktif seperti Na. Reaksi
antara alkohol dan Na menghasilkan garam natrium alkoksida dan pembebasan gas hidrogen.
Garam yang diperoleh dari reaksi ini apabila dihidrolisis akan diperoleh kembali alkohol
asalnya. Laju pergantian atom H oleh logam aktif yaitu alkohol primer > alkohol sekunder >
alkohol tersier.

                       Setelah pergantian atom H oleh logam aktif apabila direaksikan lagi dengan
alkil halida akan terjadi pergantian logam aktif oleh gugus alkil. Logam aktif yang didesak
keluar akan bereaksi dengan halogen dari alkil halida membentuk garam.

40.

Jenis Makanan yang Mengadung Protein

1. Spirulina

Mungkin nama ini asing di telingamu. Namun orang-orang sering menyebut spirulina sebagai
ganggang hijau. Makanan ini mengandung protein. Bahkan spirulina yang telah dipotong
kecil-kecil dan dikeringkan bisa menjadi makanan alternatif pengganti telur. Sebabnya,
spirulina mengandung delapan gram protein untuk 40 kalorinya. Cara mengonsumsinya
adalah dengan mencampurnya dengan salad.

2. Yogurt
Jika berbicara tentang makanan yang mengandung kandungan protein tinggi, yogurt bisa
menjadi alternatif yang bagus. Pilihlah yogurt plain yang tanpa lemak. Dalam satu cup kecil
yogurt mengandung 17 gram protein.

3. Keju

Keju yang selama ini menjadi topping berbagai makanan ternyata juga termasuk makanan
yang mengandung protein tinggi. Dalam satu onsnya ada sekitar 8 gram kandungan protein.
Meski begitu, jangan terlalu banyak juga mengonsumsinya karena kalorinya juga cukup
tinggi.

4. Biji labu kering

Saat memakan labu biasanya bijinya akan dibuang dan hanya memakan daging buahnya saja.
Padahal itu keliru, biji labu ternyata juga punya banyak manfaatnya, apalagi jika sudah
dikeringkan. Satu cup kecil biji labu kering mengandung 10 gram protein.

5. Kedelai panggang

Kacang-kacangan memang terkenal sebagai salah satu makanan yang mengandung protein
tinggi. Terutama kacang kedelai. Dalam seperempat cangkir kedelai ada sekitar 15 gram
protein. Cara penyajian terbaik kedelai adalah dengan memanggangnya.

6. Udang

Hampir semua makan laut merupakan sumber protein yang sangat baik karena biasanya
rendah lemak. Meskipun udang rendah kalori tetapi sarat dengan berbagai nutrisi seperti
selenium, vitamin B12 dan lemak omega-3. Dalam 1 ons udang mentah mengandung 24
gram protein dan 99 kalori.

7. Dada ayam

Makanan yang mengandung protein lainnya adalah dada ayam, dengan catatan kamu mampu
memasaknya dengan benar. Kadar protein yang terkandung dalam 1 dada ayam tanpa kulit
sebanyak 53 gram dan 284 kalori.

8. Gandum

Gandum juga termasuk makanan paling sehat karena banyak mengandung serat sehat,
magnesium, mangan, vitamin B1 dan beberapa nutrisi lainnya. Kadar protein yang
terkandung dalam gandum mentah adalah 13 gram dan 303 kalori.

9. Daging sapi

Daging sapi tanpa lemak memiliki protein yang tinggi, terlebih rasanya pun juga lezat.
Makanan yang menandung protein daging sapi seberat 85 ons yang di masak dengan lemak
10% mengandung 22 gram protein dan 184 kalori.

10. Ikan tuna


Ikan tuna memiliki lemak dan kalori yang rendah sehingga sebagian besar yang terkandung
dalamnya adalah protein. Seperti ikan lainnya, tuna mengandung nutrisi yang kaya akan
lemak omega – 3. Dalam 1 ons tuna mengandung 30 gram protein dan 157 kalori.

11. Kacang almond

Almond merupakan salah satu jenis kacang yang paling populer karena mengandung nutrisi
penting termasuk serat, vitamin E, mangan dan magnesium. Kadar protein yang ada pada
kacang almond sebanyak 6 gram per 1 ons.

12. Buncis

Makanan yang mengandung protein selanjutnya adalah buncis. Bahan makanan satu ini
memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan dapat merangsang tubuh menghasilkan
hormon penekan rasa lapar, cholecystokinin. Selain itu, mengonsumsi buncis secara terautur
mampu meminimalkan peradangan usus akibat gula. Jadi makanan ini sangat cocok
dikonsumsi bagi para penderita diabetes.

13. Biji Rami

Biji rami merupakan salah satu makanan yang dapat kamu olah seperti mengonsumsi sereal.
Makanan ini mengandung protein 6,3 gram dalam dua sendok makan saja. Makanan yang
menandung protein biji rami juga menyimpan asam alpha-linolenat yang merupakan sumber
utama dari asam lemak omega-3.

14. Chickpeas

Makanan yang mengandung protein lainnya adalah chickpeas. Ia tak hanya tinggi protein
namun juga nutrisi sehat yang mampu merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon
penekan rasa lapar yaitu cholecystokinin sehingga mengonsumsinya secara teratur akan
membuatmu terhindar dari kebiasaan untuk makan berlebihan. Selain itu, chicpeas juga
berkhasiat untuk mengurangi peradangan usus karena konsumsi gula.

15. Kacang Edamame

Kacang edamame lekat dengan pola makan sehat. Sebab, kacang ini tinggi protein serta asam
amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk membangun otot.

Anda mungkin juga menyukai