Disusun Oleh:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Daftar isi
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………… 8
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………….. 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara, Tulang
Bawang digambarkan merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia,
disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. Meskipun
belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini,
namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang
pejiarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah
kerajaan yang makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di
pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera). Sampai saat ini belum ada yang
bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang
Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km
dari pusat kota Menggal.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie
(Sriwijaya), nama dan kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin
pudar. Akhirnya sulit sekali mendapatkan catatan sejarah mengenai
perkembangan kerajaan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kerajaan Tulang Bawang?
2. Bagaimana kehidupan sosial budaya kerajaan Tulang Bawang?
3. Bagaimana kehidupan agama kerajaan Tulang Bawang?
4. Bagaimana kehidupan ekonomi kerajaan Tulang Bawang?
5. Bagaimana sejarah kerajaan kota kapur?
BAB II
PEMBAHASAN
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di
mana pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W.
Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang,
yaitu antara Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km
dari pusat Kota Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini
terletak di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Sekitar abad ke-15,
Kota Manggala dan alur Sungai Tulang Bawang dikenal sebagai pusat
perdagangan yang berkembang pesat, terutama dengan komoditi pertanian
lada hitam. Konon, harga lada hitam yang ditawarkan kepada serikat dagang
kolonial Belanda atau VOC (Oost–indische Compagnie) lebih murah
dibandingkan dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang-pedagang
Banten.
Terletak di Desa Kota Kapur Kecamatan Mendo, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka
Belitung. Untuk mencapai lokasi, dapat mengambil transportasi umum dari jantung K
abupaten Bangka Barat - Kecamatan Mendo . Sayangnya, akses ke Desa Kota Kapur
melalui Kecamatan Mendo sulit dijangkau.
6). Saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-
perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar
pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang.
7). supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum
langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar
pelaku perbuatan tersebut.
8). mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya
diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya.
9). dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk
semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686
Masehi), pada saat itulah.
10). kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru berangkat untuk
menyerang bhūmi jāwa yang tidak takluk kepada Śrīwijaya. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang
berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar dan 19 cm pada
bagian puncak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri
di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang,
Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan
keterangan mengenai kerajaan ini. Dalam perkembangan selanjutnya,
kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih ditandai dengan kegiatan
ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15, daerah Tulang Bawang
dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di nusantara.
Mereka masih meyakinkan bahwa roh-roh itu masih aktif, masih bekerja
masih tetap mengawasi anak-cucunya di mana saja berada. Mereka masih
meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai
penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan animisme.
B. Saran
Saran untuk para siswa agar jangan melupakan sejarah bangsa kita, dan
berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia.