Anda di halaman 1dari 13

DAN KERAJAAN DINASTI MAWARDEWA DI

BALI,KERAJAAN TULANG BAWANG,DAN KERAJAAN


KOTA MAKALAH
KERAJAAN BULELENG KAPUR.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV

KETUA :SELLYATUL JANNAH

ANGGOTA :1.RURI WAHYU UTAMI

2.BILHAKKI

3.CYNTIA DEWI SAPUTRI

4.ANGGUN SUTRA AULIA

GURU PEMBIMBING:ROSMI ZAINITA S.Pd.I

SMK NEGERI 3 MERANGIN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Alhamdulillah.Puji syukur kehadirat Allah SWT.Atas segala rahmat dan hidayah-


Nya.Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT.Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, serta petunjuk-Nya sungguh tiada terkira besarnya. Tak lupa
shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang, dari
alam jahiliyah menuju ke alam yang pernuh berkah ini.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak ROSMI ZAINITA S.Pd.I
selaku dosen pembimbing Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya berupa materi maupun
non materi, karena tanpa bantuan pihak-pihak tersebut saya tidak mungkin dapat
menyelesaikan makalah ini.Selain itu, saya pun mengucapakn terima kasih kepada para
penulis yang kami kutip tulisannya sebagai bahan rujukan penyusunan makalah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kerajaan Buleleng Dan Kerajaan
Dinasti Mawardewa Di Bali,Kerajaan Tulang Bawang,Dan Kerajaan Kota Kapur”.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca khususnya buat saya selaku penulis.Amiin ya Robbal ‘alamin

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Tiga Alur, 11 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. PENDAHULUAN 1
1. Latar belakang 1
2. Rumusan masalah 1
3. Tujuan 1
B. PEMBAHASAN 2
1. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali 2
2. Tulang Bawang 4
3. Kerajaan Kota Kapur 7
C. PENUTUP 8
1. Kesimpulan 8
2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kerajaan di Indonesia yang pertama berkembang di Indonesia yaitu kerajaan
Hindu dan Buddha sedangkan sistem perekonomian yang digunakan pada waktu itu
adalah perdagangan, sehingga hubungan dengan negara-negara tetangga maupun yang
lebih jauh seperti India, Cina dan wilayah Timur Tengah pun dapat terjalin. Pada
zaman kerajaan berkembang Agama Hindu yang pertama masuk ke Indonesia dengn
diperkirakan pada awal Tarikh Masehi dan terus berkembang sampai kerajaan-
kerajaan Islam bermunculan.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali?
2. Apa itu Kerajaan Tulang Bawang?
3. Apa itu Pengetahuan Kerajaan Kota Kapur?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali.
2. Untuk Mengetahui Kerajaan Tulang Bawang.
3. Untuk Pengetahuan Kerajaan Kota Kapur.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali
Menurut berita dari Cina di sebelah timur kerajaan Kalingga ada daerah Po-li
atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Dalam sejarah kerajaan Bali,
nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada zaman
kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa perkembangan Dinasti
Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaannya. Letak
kerajaan Buleleng yang berada di sekitar pantai dengan mudah menjadikan Buleleng
sebagai pusat perdagangan laut. Perdagangan dengan daerah sebrang berkembang
pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini
diceritakan pada prasasti yang di simpan di desa Sembiran yang berangka tahun 1065
Masehi.
1. Kehidupan Politik       
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa.
Berdasarkan prasasti Belanjong, Sri Kesari Warmadewa merupakan keturunan
bangsawan Sriwijaya yang gagal menklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa
Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri Kesari Warmadewa memilih
pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.       
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana
Warmadewa. Udayana memiliki 3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja,
dan Anak Wungsu. Yang nantinya Airlangga akan menjadi raja terbesar di
Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut prasasti yang terdapat di pura Batu
Madeg, Raja Udayan menjlain hubungan erat dengan Dinasti Isyana di Jawa
Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama
Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana
digantikan oleh putranya Marakatapangkaja.       
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber
kebenaran hukum karena selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja
membangun beberapa tempat peribadatan untuk rakyat. Salah satu
peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi di Gunung Kawi
(Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya
yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja terbesar dari Dinasti
2
Warmadewa. Ia berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi
berbagai gangguan dari dalam maupun luar kerajaan.       
Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan
penasehat pusat yang disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini
2. Kehidupan Ekonomi       
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu pada sektor
pertanian. Keterangan kehidupan masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari
prasasti Bulian. Dalam prasasti Bulian terdapat bebrapa istilah yang
berhubungan dengan sistem bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah
kering), (gaga) ladang, kebwan (kebun), dan lain sebagainya.       
Perdagangan antarpulau di Buleleng juga sudah cukup maju.
Kemajuan ini ditandai dengan banyaknya saudagar yang bersandar dan
melakukan kegiatan perdagangan dengan penduduk Buleleng. Komoditas
yang terkenal di Buleleng adlah kuda. Dalam prasasti Lutungan disebutkan
bahwa Raja Anak Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor kuda
dengan saudagar dari Pulau Lombok. Keterangan tersebut membuktikan
bahwa perdagangan pada saat itu sudah maju sebab kuda merupakan binatang
yang besar sehingga memerlukan kapal yang besar pula untuk
mengangkutnya.
3. Kehidupan Agama       
Agama Hindu Syiwa mendominasu kehidupan masyarakat Buleleng.
Tetapi tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng.
Kondisi ini dibuktukan dengan ditemukannya beberapa bangunan pemujaan
seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada masa
pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai berkembang.
Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur Budha seperti arca
Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.       
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa
Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat
sebagai salah satu penasehat raja. Masyarakat Buleleng menganut agama
Hindu Waesnawa.
3
4. Kehidupan Sosial Budaya       
Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama
yang dianutnya yaitu agama hindu (mempunyai pengaruh yang paling besar)
dari Budha sehingga keadaan sosialnya sebagai berikut
 Terdapat pembagian golongan/kasta dalam masyarakat yaitu
Brahmana, Ksatria dan Waisya
 Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak
sama disbanding keagamaan
 Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya beberapa golongan pekerja
khusus yaitu pande besi, pande emas, dan pande tembaga dengan tugas
membuat alat- alat pertanian, alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan
dan lain-lain.
Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa
 Prasasti
 Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
 Arca misalnya arca durga
 Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan
Jayasakti yaitu Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti
 Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang dengan baik
bahkan raja sendiri disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan
Waisnawa)
 Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno
sehingga hubungan dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.
B. TULANG BAWANG
Sebelum Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar, diduga di wilayah
ujung Pulau Sumatra bagian selatan (Provinsi Lampung)telah berdiri kerajaan yang
bercorak hindu. Berita tentang kerajaan Tulang Bawang berasal dari abad ke-5, yaitu
dari kitab Liu-sung-Shu, sebuah kitab sejarah pada masa pemerintahan Kaisar Liu
Sung (420 – 479). Kitab ini menceritakan bahwa pada tahun 499 M sebuah kerajaan
yang terletak di wilayah Nusantara bagian barat yangbernama P’o-hung atau P’u-
huang mengirimkan utusan dan upeti ke negeri Cina. Dalam sumber sejarah Cina
yang lain, yaitu kitab T’ai- p’ing-huang-yu-chi yang ditulis pada tahun 976 M – 983
4
M, disebutkan bahwa kerajaan yang bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G.
Ferrand disarankan untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang terletak di
daerah pantai tenggara Pulau Sumatra, di selatan sungai Musi.
1. Kehidupan Sosial-Budaya
Ketika ditemukan oleh I-Tsing pada abad ke-4, kehidupan masyarakat
Tulang Bawang masih tradisional. Meski demikian, mereka sudah pandai
membuat kerajinan tangan dari logam besi dan membuat gula aren. Dalam
perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang juga masih
ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-15,
daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di
Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam merupakan produk pertanian
yang sangat diunggulkan. Deskripsi tentang kehidupan sosial-budaya
masyarakat Tulang Bawang lainnya masih dalam proses pengumpulan data.   
2. Kehidupan Agama
Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh
Agama Islam yang sudah berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh
Animisme Hindu nampaknya sampai pada dewasa ini masih belum juga dapat
dikuras habis. Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan
dipedalaman hal ini masih dipraktekkan oleh Rakyat disana. Mereka masih
meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap
mengawasi anak-cucunya dimana saja berada. Mereka masih meyakinkan
bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai penunggu dan
penjaganya, inilah yang dinamakan Animisme.              
3. Kehidupan Ekonomi
Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek, kapak, dibuat dari
besi, demikian juga alat senjata : tombak, badik, keris dan sebagainya
bukankah ini dari besi? Diatas telah penulis singgung pada tahun 671 Pendeta
Tiongkok I TSING pernah mengadakan pencatatan-pencatatan tentang
Kerajaan Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat disana sudah maju,
pandai membuat gula dan membuat besi.
Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga
senjata-senjata dari besi adalah dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang
Bawang asalnya, malahan di Pagar Dewa sekarang ini masih ada pandai besi
5
(tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut
keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda
mengakui atas kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan),
Pagar Dewa punya tepaannya.bahkan di Lampung pembuatan sarung-sarung
dari pada senjata-senjata ini yang dikenal hanya Pagar Dewalah tempat
pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini sampai sekarang masih
disebut-sebut.              
4. Kehidupan Politik
Struktur pemerintahan Kerajaan Tulang Bawang belum didapat
datanya. Berikut ini akan dibahas tentang bagaimana sistem pemerintahan
daerah Tulang Bawang pada masa pra-kemerdekaan, yaitu ketika daerah ini
menjadi bagian dari pemerintahan Hindia Belanda. Pada tanggal 22 November
1808, pemerintahan Kesiden Lampung ditetapkan oleh Pemerintah Hindia
Belanda berada di bawah pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman
Wiliam. Hal ini berakibat pada penataan ulang pemerintahan adat yang
kemudian dijadikan alat untuk menarik simpati masyarakat. Pemerintah
Hindia Belanda di bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Herman Wiliam
kemudian membentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga
(Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang dibagi ke dalam tiga kebuayan, yaitu
Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada tahun 1914, dibentuk
kebuayan baru, yaitu Buay Aji.
Namun, sistem ini tidak berjalan lama karena pada tahun 1864 mulai
dibentuk sistem Pemerintahan Pesirah berdasarkan Keputusan Kesiden
Lampung No. 362/12 tanggal 31 Mei 1864. Sejak saat itu, pembangunan
berbagai fasilitas yang menguntungkan kepentingan Hindia Belanda mulai
dibangun, termasuk di Tulang Bawang. Ketika Kesiden Lampung dijajah oleh
Jepang, tidak banyak hal yang berubah. Setelah Indonesia merdeka, Lampung
ditetapkan sebagai keresidenan dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Setelah Indonesia merdeka, banyak terjadi perubahan sistem pemerintahan
Lampung. Bahkan, sejak pemekaran wilayah provinsi marak terjadi di era
otonomi daerah, Lampung ditetapkan sebagai wilayah provinsi yang terpisah
dari Provinsi Sumatera Selatan. Sejak saat itu, status Menggala ditetapkan
sebagai Kecamatan Menggala di bawah naungan Provinsi Lampung Utara.
6
Sejarah Kabupaten Tulang Bawang tidak berdiri begitu saja, melainkan
melalui proses pertemuan penting antara sesepuh dan tokoh masyarakat
bersama dengan pemerintah yang diadakan sejak tahun 1972. Pertemuan
tersebut merencanakan pembentukan Provinsi Lampung menjadi sepuluh
kabupaten/kota. Pada tahun 1981, Pemerintah Provinsi Lampung kemudian
membentuk delapan Lembaga Pembantu Bupati, yang salah satunya adalah
Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala. Berdasarkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri No.821.26/502 tanggal 8 Juni 1981, dibentuk wilayah kerja
Pembantu Bupati Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Utara
Wilayah Provinsi Lampung.
C. KERAJAAN KOTA KAPUR
Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi berupa sisa-
sisa dari sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang terbuat dari batu lengkap
dengan arca-arca batu, di antaranya yaitu dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip
dengan arca- arca Wisnu yang ditemukan di daerah Lembah Mekhing, Semenanjung
Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7
masehi.
Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu
dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah
ditemukan pula peninggalan - peninggalan lain yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu
dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi
tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-
Waisnawa, seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa
benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari
timbunan tanah, masingmasing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan
ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan
masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut yang telah
dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya telah berperan pula dalam
menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar
pertengahan abad ke- 17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849 .
Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan
dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya
dikenal dengan nama Den Bukit. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan
Buleleng berstatus sebagai Daerah Tingkat II Buleleng.
Nama Kerajaan Tulang Bawang (To-La P’o-Hwang) sempat di kenal di tanah
air. Meski tidak secara terperinci menjelaskan, dari sejumlah riwayat sejarah maupun
catatan penziarah asal daratan Cina, mengungkap akan keberadaan daerah kerajaan
ini.
kerajaan kota kapur terletak di Bangka Sumatra rajaraja nya masih belum di
ketahuai serta masih banyak sekali hal yang masih belum di ketahui tentang kerajaan
kota kapur.
B. SARAN  
Dari keberadaanya kerajaan kota  di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka
kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan
perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://ainuttijar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kerajaan-buleleng-di-indonesia.html
[http://ainuttijar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kerajaan-buleleng-di-indonesia.html]
http://ainuttijar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kerajaan-kotakapur-di-indonesia.html
[http://ainuttijar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kerajaan-kotakapur-di-indonesia.html]

Anda mungkin juga menyukai