Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Lampung Pada Masa Hindu


Sebagai Tugas Mata Kuliah “Sejarah dan Budaya Masyarakat Lampung”
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Sumiyatun,M.Pd.

Disusun Oleh:
Hendy Yusuf 19220029

Didin Prastio 19220015

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

i
Assalamualaikum Wr. Wb
Ucapan pujian syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT.Hanya kepada-
Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta
ampunan dan kami meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT. untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya saya
dapat menyelesaikan makalah saya dengan judul “Lampung pada Masa Hindu”
dengan lancar.Saya pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat
kekurangan pada makalah saya ini.
Oleh sebab itu,saya sangat menantikan kritik dan saran yang membangun
dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah
berikutnya. Saya juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk
supaya saya lebih mengutamakan kualitas makalah.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Metro, 26 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Masuknya Agama Hindu di Lampung.........................................................2

B. Penyelenggaraan hidup masyarakat lampung pada masa hindu.................5

C. kehidupan seni dan budaya masyarakat lampung pada masa hindu...........7

D. kepercayaan masyarakat lampung pada masa hindu..................................8

E. hubungan masyarakat lampung pada masa hindu.....................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................11

B. Saran......................................................................................................... 11

DAFTAR LITERATUR

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa zarnan kuno merupakan · suatu zarnan
yang dianggap permulaan dari sejarah Indonesia yang sebenarnya. Pada zarnan
ini sudah diketemukan sumber tertulis yang membedakan dengan zarnan
sebelumnya yaitu zaman prasejarah. Pendapat umum mengatakan bahwa
kedatangan pengaruh Hindu ke Indonesia merupakan awal dari zaman kuno ini.
Dengan adanya pengaruh Hindu: ini keadaan di Nusantara menjadi berubah
terutama di daerah Lmpung. Suatu sistem hidup kenegaraan yaitu asalnya
merupakan pemerintahan desa dengan ciri primus interpares, telah berubah
menjadi kedudukan raja yang diwariskan kepada anaknya secara turun temurun.
Sistem kenegaran diatur menurut cara hindu

B. Rumusan Masalah
1. Dimana masuknya agama hindu di lampung?

2. Bagaiamana Penyelenggaraan hidup masyarakat lampung pada masa hindu?

3. Bagaimana kehidupan seni dan budaya masyarakat lampung pada masa


hindu?

4. Bagaimana kepercayaan masyarakat lampung pada masa hindu?

5. Bagaimana hubungan masyarakat lampung pada masa hindu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Dimana masuknya agama hindu di lampung.

2. Untuk mengetahui Penyelenggaraan hidup masyarakat lampung pada masa


hindu.

3. Untuk mengetahui kehidupan seni dan budaya masyarakat lampung pada


masa hindu.

4. Untuk mengetahui kepercayaan masyarakat lampung pada masa hindu.

5. Untuk mengetahui hubungan masyarakat lampung pada masa hindu.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Agama Hindu ke Lampung

Perkiraan sejarah suku bangsa Lampung dimulai dari zaman Hindu


animisme yang berlaku antara tahun pertama Masehi sampai permulaan abad
ke-16. Yang dimaksud dengan zaman Hindu di sini ialah zaman masuknya
ajaran-ajaran atau system kebudayaan yang berasal dari daratan India termasuk
Budhisme yang unsur-unsurnya terdapat dalam adat budaya orang Lampung.
Nampaknya pengaruh Hinduisme itu sangat sedikit yang dianut oleh
orang-orang Lampung, tetapi yang banyak adalah kepercayaan asli yang
merupakan tradisi dari zaman Malayo-Polinesia, yang serba bersifat animisme.
Nampaknya daerah ini sudah lama dikenal orang-orang luar sekurang-
kurangnya pada masa permulaan tahun Masehi, ia merupakan tempat orang-
orang lautan mencari hasil-hasil hutan. Hal ini terbukti dari ditemukannya
berbagai jenis bahan keramik dari zaman Han (206 s.M. – 220 M), begitu pula
bahan keramik dari masa post-Han (abad ke-3 sampai abad ke-7) dan
seterusnya ditemukan pula bahan-bahan keramik Cina sampai masa keramik
dari zaman Ming (1368 – 1643).
Menurut berita negeri Cina dari abad ke-7, dikatakan bahwa di daerah
selatan terdapat kerajaan-kerajaan yang antara lain disebut To-lang, P’ohwang.
Dengan mempersatukan kedua nama itu maka dijumpai kembali Tulangbawang,
yang ditempatkan di Lampung. Sebenranya letak bekas kerajaan ini yang tepat
belum dapat diketahui dengan pasti, kita hanya dapat memperkirakan terletak di
sekitar Way Tulangbawang, yaitu di kecamatan Tulangbawang (Menggala) di
Kabupaten Lampung Utara bagian timur.
Apa yang dikatakan rakyat sebagai peninggalan sejarah berupa bukit
yang terletak di rawa-rawa “bawang terbesu” di ujung kampong Unjung Gunung
Menggala, yang disebut bukit “kapal cina” dan “pulau daging” masih merupakan
tanda Tanya sejauh mana kebenaannya. Dikatakan bahwa kedua bukit itu
adalah bekas kapal cina yang hancur dan tempat mayat yang bergelimpangan
akibat perang dengan prajurit-prajurit Tulangbawang.

2
Begitu pula jika akan dihubungkan dengan kuburan keramat “Minak
Sengaji”, cikal bakal kebuwayan Buway Bolan yang terletak di belakang kantor
camat sekarang di Menggala, belum dapat dikatakan bahwa ia adalah salah satu
keturunan dari Ratu Tulangbawang. Oleh karena itu bila dilihat dari silsilah
keturunannya sampai sekarang, yang ada baru 24 keturunan saja. Hal ini berarti
bahwa kalau dikalikan dengan 20, maka Minak Sangaji yang telah beragama
Islam itu diperkirakan hidup di selitar abad 16, mungkin sezaman dengan Syarif
Hidayatullah Sunan Gunung Jati yang menduduki Sunda Kelapa tahun 1526.
Jika kita pergunakan pendapat Yamin, maka nama Tolang, Po’hwang
akan berarti “orang Lampung” atau “utusan dari Lampung” yang dating dari
negeri Cina sampai abad ke 7. Yamin mengatakan sebagai berkut:
“Perbandingan bahasa-bahasa Austronesia dapat memisahkan urutan
kata untuk menamai kesaktian itu dengan nama asli, yaitu : tu (to, tuh), yang
hidup misalnya dengan kata-kata ra-tu, Tuhan, wa-tu, tu-buh, tu-mbuhan, dan
lain-lainnya.
Berhubung dengan urut kata asli – tu (tuh, to) yang menunjukkan
kesaktian menurut perbandingan bahasa-bahasa yang masuk rumpun
Austronesia, maka baiklah pula diperhatikan bahwa urat itu terdapat dalam kata-
kata seperti to (orang dalam bahasa Toraja), tu (Makasar dan Bugis)”.
Dengan demikian To-lang, P’ohwang berarti To-orang, sedangkan lang P’hwang
= Lampung, dan sejak itu orang menyebut daerah ini Lampung.
Meningkatnya kekuasaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 disebut dalam
inskripsi batu tumpul Kedudukan Bukit dari kaki bukit Seguntang di sebelah barat
daya Kota Palembang, yang mengatakan bahwa pada tahun 683 Sriwijaya telah
berkuasa di laut dan di darat, dan pada tahun 686 negara itu telah mengirimkan
ekspedisinya untuk menaklukan daerha-daerah lain di Sumatera dan Jawa. Olah
karena itu dapatlah diperkirakan bahwa sejak masa itu Kerajaan Tulangbawang
telah dikuasai oleh Sriwijaya, atau daerah ini tidak berperan lagi sebagai kota
pelabuhan sungai di pantai timur Lampung.
Riwayat lama yang disampaikan secara turun temurun di kalangan rakyat
mengatakan bahwa cikal bakal sebagian besar orang Lampung yang ada
sekarang ini berasal dari Sekala Be’rak , yaitu suatu daerah dataran tinggi
gunung Pesagi (2262 m)di kecamatan Kenali (Belalau) sekarang.

3
Dengan demikian diperkirakan bahwa nenek moyang orang Lampung itu hidup di
Bukit Barisan pada abad ke-13 atau setidak-tidaknya sezaman dengan kerajaan
Paguruyung Minangkabau yang didirikan Adityawarman pada tahun 1339.
Di dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu kitab adat istiadat orang Lampung
yang hingg sekarang masih dapat ditemukan dan dibaca, baik dalam aksara asli
maupun yang sudah ditulis dalam aksara latin, walaupun isinya sudah banyak
dipengaruhi oleh agama Islam yang masuk dari Banten, dikatakan sebagai
berikut:
“Siji turunan Batin tilu suku tuha lagi lewek djak Pagaruyung Menangkabau pina
turun satu putri kajangan, dikawinkan jama Kun Tunggal, ja ngadu Ruh Tunggal
ja ngakon tunggal ja ngadakan umpu sai tungau umpu sai tungau ngadakan
umpu serunting umpu sai runting pendah disekala berak jak budiri ratu
pumanggilan, Ratu pumanggilan (umpu sai Runting nganak lima muari):
1.Sai tuha Indor Gadjah turun abung siwa miga
2.Sai Belungguh turunan peminggir
3.Sai Pa’lang nurunkan pubijan 2 suku
4.Si Padan ilang
5.Si sangkan wat di suka ham
Dengan demikian, menurut Kuntara Raja Niti, orang Lampung (suku
Pubijan, Abung Peminggir, dan lain-lain) berasal dari Pagaruyung, keturunan
putrid Kayangan dan Kua Tunggal. Kemudian setelah kerabat mereka berdiam di
Sekala Be’rak, maka di masa cucunya, Umpu Serunting, mereka mendirikan
Keratuan Pemanggilan. Umpu Serunting ini menurunkan lima orang anak laki-laki
mereka adalah Indra Gadjah yang menurunkan orang Abung, Belunguh yang
menurunkan orang-orang Peminggir, Pa’lang yang menurunkan orang-orang
Pubiyan, Pandan yang diakatakan menghilang dan Sungkan yang dikatakan
Suku Ham.
Selanjutnya sebagaimana diuraikan dalam Kuntara Raja Niti, karena
orang-orang Bajau(perompak laut) dating menyerang, maka keratuan
Pemanggilan itu pecah sedangkan warga masyarakat beralih tempat
meninggalkan Sekala Be’rak, ke daerah dataran rendah Lampung sekarang.
Keturunan Indra Gadjah kemudian menetap di Ulok (Kecamatan Tanjungraja
Lampung Utara), di mana di bawah pimpinan Minak Rio Begeduh mereka
mendirikan Keratuan Di Puncak.

4
Diperkirakan bahwa di masa Minak Rio Begeduh ini armada Majapahit singgah di
pantai timur, yaitu di daerah kekuasaan Keratuan Pugung yang berada di
kecamatan Labuhan Maringgai sekarang tetapi tidak sampai masuk ke daerah
pedalaman.
Di masa kekuasan putra Minak Rio Begeduh yang bernama Minak
Paduka Begeduh, daerah Abung diserang lagi oleh perompak dari laut yang
mengakibatkan tewasnya Minak Paduka Begeduh. Hal ini menyebabkan
keempat anak Minak Paduka Begeduh mengadakan pertahanan. Mereka adalah
Unyai (Minak Trio Disou), yang membuat pertahanan di sepanjang Way Abung
dan Way Rarem, Unyi (Minak Ratu Di Bumi), membuat pertahanan di sepanjang
Way Seputih, Uban (wanita) dengan suaminya yang membuat pertahanan di
sepanjang Way Terusan. Menurut cerita turun temurun yang kita dengar, Subing
berhasil menebus kehormatan ayah mereka Minak Paduka Begeduh yang wafat
itu dengan membunuh kepala perompak yang disebut Raja Dilaut..

B. Penyelenggaraan Hidup Masyarakat Lampung Pada Masa Hindu


Sebagaimana yang telah kita uraikan di atas bahwa kerajaan yang
pertama di Lampung. ialah kerajaan Tulangbawang. Oleh karena sistem kerajaan
ini dibawa oleh orang Hindu, maka kesimpuian kita ialah bahwa Kerajaan
Tulangbawang bersifat Hindu pula. Kerajaan ini yang terdapat di sebelaii Timur
Lampung Utara menunjukkan perniagaan karena sejak .dahulu sudah terkenal
sebagai daerah lada. Pemiagaan.itu sampai ke Cina sebagaimana terlihat dalam
kronik Cina bahwa kerajaan Tulangbawang mengirim utusannya bersama
Moloyeu, Campa, Mohosin dan Camboja.
Dengan demikian penduduk Lampung pada waktu itu sudah tidak
merupakan suatu masyarakat desa yang tertutup, dimana mereka berusaha
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
. · Ketika kerajaan Sriwijaya menguasai lampung kemungkinan daerah
Lampung sebagai daerah terbuka dengan luar tidak disangsikan lagi. Sriwijaya
merupakan negara· yang menguasai perdagangan di Indonesia bagian barat.,
sudah tentu mengenal pertukaran barang. Dan uang
Daerah Lampung sebagai daerah. penghasil lada tidak akan sanggup
untuk memenuhi kebutuhan pokok yang mereka harus usahakan sendlri,

5
kebUtuhan akan pangan mungkin dapat dipenuhi sendiri, tetapi kebutuhan akan
sandang sebagian ~harus didatangkan dari luar. Walaupun kepandaian-
menenun kain terdapat padasuku lampung , namun lebih menguntungkan kalau
diperoleh ·dari luar dengan melalui perdagangan dan pertukaran barang .
Dalam masyarakat lampung pada waktu itu belum mengenal masyarakat
yamh hidup di kota.Waktu itu kota kota belum ada , walaupun demikian terdapat
dua golongan masyarakat yaitu golongan rakyat jelata dan golongan penguasa .
Golongan rakyat adalah golongan masyarakat yng terbesar . Tetapi antara
golongan rakyat dengan golongan penguasa trdapat perbedaan besar karena
nmereak berasal dari satu turunan yang berkuasa adalah keluarga yan memiliki
hak turun temurun
Dalam masyarakat Lampung yang sifat patriniat itu; anak sulung
mewarisi semua hak yang ada pada orangtuanya. Pada waktu itu rnasih sulit
ditentukan apakah sudah ada kelompok pe datang dari daerah lain. Atau mereka
sarna-sarna dari satu daerah barn dalam taraf permulaan menduduki daerah-
daerah yang masih kosong. Periode zaman kuno ini sebenamya rnasih diliputi
kabut kegelapan. Banyak hal yang telah diutarakan di atas masih banyak
mengandung kelemahan. Apakah rnasyarakat yang hidup dalam periode zaman
kuno menurunkan generasi yang hidup kemudian? Hal inipun masih gelap.
Dengan kata lain hubungan antar golongan dalam masyarakat pada
periode ini berlangsung sebagaimana mestinya. Mereka hidup bergotong royong
membina daerah mereka yang kemudian nanti akan berkembang menjadi suatu
daerah genealogis bernpa mega atau marga yang ditempati.oleh suatu
kebudayaan. Dengan demikian pengaturan dalam masyarakat tidak mengalami
kesukaran yang berat. Mereka hidup bergotong-royong, musyawarah mufakat
dan dalam menentukan pimpinannya kemudian mengenal sistem pemilihan
terbatas.
Pada periode ini hidup seorang bergantung kepada pertolongan orang
lain. Hutan dirombak bersama, sawah dibuat bersama. Mendirikan rumah,
memperbaikl rumahpun tidak dapat dikerjakan sendiri. Kepentingan seseorang
dikerjakan secara tolong menolong. Seseorang yang melanggar adat tak akan
memperoleh pertolongan dari orang lain. Kepentingan dusun adalah kepentingan
un1um. Setiap orang bertanggungjawab, umpamanya dalam hal membuat balai
desa, membuat jalan atau jembatan

6
Dalam suasana saling menghargai itu timbullah faktor baru: pim pinan
(ketua, kepala desa, datuk, ratu). Pemimpin bekerja untuk umum. la
mencurahkan perhatian untuk kepentingan umum Oleh karena itu ia tidak
sempat memikirkan urusannya sendiri. Ia tak mempunyai waktu lagi untuk
mengerjakan sawahnya lagi. Pemimpin tak Sempat memperhatikan rumahnya.
Maka oleh · sebab itu masyarakat merasa bertanggungjawab atas nasib
pemimpin. Masyarakat menghargai jasa-jasa pemimpin. Masyarakat berhutang
budi kepada pemimpin dan masyarakat bersedia membalasnya. Kenyataan ini
masih bisa kita lihat pada daerah pedesaan di Lampung terutama di daerah
pedalanian yang sulit "disentuh" oleh pengaruh dari luar.

C. Kehidupan Seni Dan Budaya Masyarakat Lampung Pada Masa Hindu


Pada periOde ini kesenian merupakan bagian dari kebidupan beragama.
Kesenian yang berkembang selalu dihubungkan dengan upacara keagamaan.
Dalam bidang seni rupa misalnya dalam bidang arsitektur mulai berkembang
bentuk rumah Lampung yang nantinya berkembang menjadi rumah yang khas
pada saat ini. Bangunan rumah kediaman dan sejenisnya, selalu merupakan
rumah panggung bertiang (pilo dwellings), yang diperkirakan telah mulai sejak
periode zaman kuno ini. Sangat sulit dibuktikan kalau berdasarkan sisa-sisa dari
bangunan lama. Mengingat kebutuhan untuk mempertahankan diri dari binatang
buas dan banjir (memaug pada saat itu perkampungan selalu dibangun di pinggir
sungai), maka bangunan selalu dibuat tinggi dan bertiang. Tentu saja
bangunannya masih sederhana dan masih merata di segenap lapisan penduduk,
karena belum ada perbedaan yang menyolok antara pemimpin dengan rakyat,
antara golongan bangsawan dengan rakyat biasa. Juga spesialisasi pekerjaan
belum begitll tampak.
Dalam biclang seni tupa lainnya · seperti seni pahat clan seni ukir tidak
ada sisa-sisanya yang merupakan bahwa seni pahat dan seni ukir telah
berkembang. Juga tidak ada sisa-sisa banguilan yang menunjukkan adanya
perkembangan kedua cabang seni itu. Demikian halnya dengan seni lukis.
Dalam biclang seni tari dan seni suara/musik sampai saat ini masih
terlihat tanda-tanda adanya pengaruh Hindu. Dalam biclang seni · suara/musik
terdapat nada clan irama yang bercorak Melayu dengan variasi nada India dari
tangga nada minor.

7
Kemungkinan berkembangnya seni suara telah berkembang pada
periode ini walaupun kenyataan tidak langsung menerirna dari India. · Yang jelas
bahwa sampai saat ini jenis alat-alat musik yang tradisional yang telah
berkembang sejak lama. Masuknya pengaruh ·Hindu ke Lampung mungkin
melalui Jawa atau wilayah Sumatra lainnya membawa gamelan clan alat
perlengkapannya. Tetapi setelah alat-alat musik tersebut berada di Lampung
hanya beberapa alat dari gamelan itu yang dipergunakan.
Dalam bidang sastra berkembang pula yang disebut cerita rakyat,
peribahasa, pantun-pantun, teka-teki dan sebagainya. Yang berbentuk prosa
telah dikenal serambai ( cerita panjang), cerita curika (cerita pendek) dan
cecawan (keluhan jiwa). Berkembanganya kesenian yang telah disebutkan di
atas pada umumnya dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa agama pada saat
itu.
Untuk melanjutkan kesenian tersebut pada geilerasi selanjutnya hanya
dipelajari melalui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dan rumah tangga. Cara
inilah yang biasanya kita sebut pendidikan tradisional untuk membedakan
dengan pendidikan modem seperti yang kita kenal sekarang ini.

D. Kepercayaan Masyarakat Lampung Pada Masa Hindu


Sebagaimana kita jelaskan terdahulu bahwa pada periode ini agama
Hindu merupakan agama yang dianut oleh penduduk. Kemudian masuk pula
pengaruh agama Budha yang berkembang melalui kerajaan Sriwijaya.
Bermacam-macam peninggalan Hindu dalam bidang kerohanian--berkembang,
misalnya kebiasaan memperingati arwah orang mati seperti peringatan hari
ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100' dan ke-1000.
Upacara doa yang diiringi dengan kemenyan masih terdapat terutama di
pedesaan sebagai bukti adanya pengaruh agama Hindu ini. Peninggalan agama
Budha sulit uil.tuk dibuktikan kecuali adanya beberapa mantera yang diucapkan
berasal dari doa-doa agama Budha. Persamaan golongan dan tidak terdapatnya
perbedaan antara yang satu dengan yang lain menyebabkan mereka sama
dalam pandangan masyarakat, merupakan suatu ajaran yang terdapat dalam
agama Budha.beberapa peninggalan pada masa hindu di lampung adalah
sebagai berikut

8
1. Sebuah area dari batu yang menggambarkan. area perwujudan, tetapi belum
jelas siapa yang diwujudkannya. Arca itu diketemukan ketika penduduk
membabat hutan pada tahwi 1957, dalam keadaan terjungkir terpendam di dalam
tanah;
2. Di daerah Atar Berak, Kecamatan Cukuhblak Kabupaten Lampung Selatan
ditemukan kursi-kursi batu yang menurut tradisi . berasal dari masa Hindu.
Tradisi itu. mengatakari bahwa batu kursi itu berasal dari masa kekuasaan
Juga"Wuda yang beragama Hindu, dan kemudian dikalahkan oleh Panji Anom
yang beragama IsIam ·
3. Di daerah Pugung Tampak, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Lampung
Utara, terdapat tiga buah makam yang biasa disebut oleh penduduk sebagai
makam para panglima pasukan Majapahit yang sampai di sana dan kemudlan
meninggal disana. Soal sebutan Gajah Mada mungkin dibaurkan dmgan sebutan
: Panglima Gajah Mada yang artinya Panglimanya Gajah Mada, jadi bukan
Gajah Mada itu sendiri.Melihat bahwa rnakam itu membujur utara selatan,
mungkin usianya sudah lebih dari ceritanya;
4. Ditemukanya area ular dan area kerbau di daerah Pesisir Utara. Ular itu
menurut penduduk berkepala lebar, jadi menggambarkan ular kobra yang sangat
dihormati di India. Mungkin juga area itu buatan lokal, jika diingat bahwa ular
jenis ini juga diketemukan di Sumatra. Arca kerbau itu mungkin sebenamya area
lembu, yang menggambarkan lembu andhini.

Perkembangan agama ini tidak lepas dari agama yang dianut oleh
pimpinan negara. Kerajaan Tulangbawang merupakan agama Hindu sudah jelas
pada saat itu agama yang dianut penduduk ialah agama Hinduisme. Selanjutnya
pada zaman kekuasaan Sriwijaya agama yang dianut oleh penduduk adalah
agama Budha sesuai dengan yang dianut oleh raja Sriwijaya.
Kemudian dalam zaman kerajaan Majapahit di mana Lampung
merupakan wilayah dari kerajaan itu, agama Hindu dan Budha dianut oleh
penduduk yang merupakan suatu agama yang mengalami sinkretisme sejak
zaman Kertanegara pendahulu Raden Wijaya. Raja-raja tersebut sebagaimana
diketahui menggabungkan agama Hindu Siwa dan Budha dalam kehidupan
beragama dalam negara itu.

9
Walaupun perkembangan agama Hindu dan Budha menunjukkan suatu
perkembangan yang berarti di kalangan penduduk, namun peninggalan
bangunan seperti candi sangat sulit untuk ditemui. Sampai saat ini tidak ada
bekas candi di Lampung. Yang ada hanya sisa-sisa batu bersurat dan area-area
Hindu yang mendukung pendapat bahwa agama Hindu dan Budha, pemah
berkembang di Lampung. Mungkin juga bangunan agama dibuat dari bahan
yang mudah rusak seperti dari kayu beratap ijuk saja atau beratap genteng.
Dengan demikian peninggalan yang berbentuk bangunan sudah tidak ada
lagi sisa-sisanya. Berlainan halnya dengan yang ada di Jawa . dimana
bangunan-bangunan Hindu dibuat dari batu, sehingga masih bertahan hingga
saat ini.
E. Hubungan Masyarakat Lampung Pada Masa Hindu

Daerah Lampung merupakan daerah yang strategis dan merupakan


penghubung antara Jawa dan Sumatera dan juga dengan dareah daerah. lain
seperti Kalimantan. Antara Lampung dengan daaerah Sumatra bagian Selatan
lainnya hubungan tersebut telah dijalin sejak lama. Hubungan kekeluargaan dan
kerabat yang melalui perhubungan sejarah pada masa lalu. Dengan demikian
daerah Lampung tidak merupakan daerah tertutup dengan dunia luar. Hubungan
dari zaman ke zaman telah membuka daerah Lampung yang selalu berhubungan
dengan dunia luar. Sebagai daerah yang menghasilkan rempah-rempah
perdagangan antar pulau sudah ada sejak periode ini. ·
daerah Lampung sebagai penghasil rempah-rempah tentu saja tidak
dapat melepaskan dirinva sebagai daerah terbuka sebab akibat Dari hubungan
ini terlihat pada adat istiadat · dan tabiat orang lampung Mereka sudah terbiasa
dengan dunia luar Sehmgga mereka tidak aslng lagi 'dalam menerima pengaruh
dari luar dengan cepat kebiasaannya yang baik mereka Tetapi ada sifat selektif
juga dalam · kalangan masyarkat Lampung Tidak selamanya pengaruh pengaruh
tersebut diterima begitu saja
Akibat lain yang terlihat pada · saat ini ialah sifat terbuka bagi orang
Lampung untuk 'menerima pendatang dari luar, sehingga suatu. kehidupan
penuh .. toleransi . antara kaum . penduduk asli dan kaum pendatang tidak
pemah terjadi bentrokan atau pertentangan lainnya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sumber Cina dapat kita ketehui bahwa kerajaan pertama terdapat di
daerah Lampung ialah kerajaan TUlang-Bawang. Kerajaan ini diperkirakan pada
abad ke 7 yang berasal dari sumber Cina yang pada ·tahun 644 menyebutkan
nama. Mo-lo-yeu menghasilkan negerinya. Di samping itu disebutkan nama
Tolang, Po-hwang, Molo c:he; Kamboja dan Campa. Dengan menyatukan kedua
kota ·To-lang dan Po-hwang menjadi Tulang-bawang merupakan suatu kerajaan
yang tertua di daerah LamPung Utara. Sampai saat ini perkiraan pusat · kerajaan
Tulang-bawang masih belum dapat dipastikan. Ada dua tempat yang
diperkirakan sebagai pusat kerajaan ini yaitu di sekitar Pe-. dada di dekat Muara
Way Tulangbawang atau di sekitar Pagardewa sekarang di Lampung Utara.
· Ketika kerajaan Sriwijaya menguasai lampung kemungkinan daerah
Lampung sebagai daerah terbuka dengan luar tidak disangsikan lagi. Sriwijaya
merupakan negara· yang menguasai perdagangan di Indonesia bagian barat.,
sudah tentu mengenal pertukaran barang. Dan uang
Pada periOde ini kesenian merupakan bagian dari kebidupan beragama.
Kesenian yang berkembang selalu dihubungkan dengan upacara keagamaan.
pada periode ini agama Hindu merupakan agama yang dianut oleh penduduk.
Kemudian masuk pula pengaruh agama Budha yang berkembang melalui
kerajaan Sriwijaya. Bermacam-macam peninggalan Hindu. daerah Lampung
sebagai penghasil rempah-rempah tentu saja tidak dapat melepaskan dirinva
sebagai daerah terbuka sebab akibat Dari hubungan ini terlihat pada adat istiadat
· dan tabiat orang lampung

B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah lampung pad masa hindu kami sebagai
penyusun mengharapkan agar pembaca untuk menambah literature lainnya
guna menambah pemahaman materi dikarenakan keterbatasannya literature
penulis serta kami juga mengharapkan kepada pembaca untuk dapat mengambil
nilai-nilai atau hal-hal positif yang kemudian dapat di implementasikan dalam
kehidupan dimasa sekarang ini.

11
DAFTAR LITERATUR
Tim Peneliian Fakultas Keguruan Universitas Lampung, Monografi Propinsi
Lampung (Sosial Ekonomi Kultural) Tanjungkarang, 1971 Historiografi Daerah
Lampung, Tanjungkarang, 1975
Catatan-catatan Anggota Tim Penelitian clan Pencatatan Kebudayaan Daerah
Lampung, 1977/1978. ·
Yamin, Muhammad, 6000 Tahun Sang Merah Putih, Balai Pustaka, Jakarta 1958
Slamet Mulyana, Runtuhnya Kerajaan Hindu..Jawa dan Timbulnya Negara-
negara Islam di Indonesia, Bharata, Jakarta, 1968

12

Anda mungkin juga menyukai