Anda di halaman 1dari 13

Al Quran Sebagai Pedoman Hidup

Al Quran sebagai pedoman hidup untuk mengatur semua yang berkaitan dengan
perbuatan manusia di dunia. Dalam aspek hubungan diri sendiri, dengan Tuhannya
dan dengan sesama manusia. Kini tuntunan agama Islam mulai dipinggirkan
peranannya dari masyarakat, padahal kesejahteraan masyarakat tidak akan
tercapai bila mereka tidak beriman dan bertakwa. Sebagaimana diketahui bersama,
krisis akhlak sudah begitu melanda para remaja. Penyalahgunaan narkoba,
kecanduan minuman keras, zina, begal motor, pergaulan bebas dan banyak lagi,
merupakan akibat dari runtuhnya pondasi iman di dalam jiwa mereka.

Dengan menjadikan Al Quran sebagai pedoman kehidupan akan menghasilkan


kesejahteraan, akhlak mulia dan peradaban bagi manusia. Hal tersebut
mengharuskan seseorang untuk mengambil dan melaksanakan ketentuan-
ketentuan dan syariah Islam. Berbagai interaksi yang dilakukan manusia, baik
interaksi manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, ataupun dengan
sesamanya.

Menjalani kehidupan di dunia merupakan sebuah perjalanan yang sikat menurut


pandangan kaum muslimin. Tujuan hidup sebenarnya ialah menggapai ridho Allah
SWT agar kehidupan kelak di akhirat berbahagia. Tapi banyak manusia terlena
dengan pesona dunia, mereka rela meninggalkan pondasi dari Al Quran hanya
untuk mengejar sesuatu yang bersifat sementara. Kehidupan yang kekal di akhirat
ditukar dengan kesenangan yang hanya berlalu sekian waktu saja.

Al Quran Sebagai Pedoman Hidup


Al Quran Sebagai Pedoman Hidup umat manusia

Firman Allah Swt merupakan petunjuk sekaligus menjadi dasar hukum bagi manusia
dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mulai zaman Nabi Adam
sampai Nabi Muhammad saw, utusan Allah Swt datang untuk menyampaikan ajaran
Tuhan kepada umatnya. Sebagai manusia yang pasti menemui ajalnya atau
meninggal dunia. Sepeninggal mereka, kehidupan umat manusia pasti akan kacau
tanpa pegangan atau pedoman. Dengan diturunkannya kitab suci, maka umat
manusia memiliki pedoman hidup walaupun mereka telah tiada.

Al Quran merupakan kitab suci yang sempurna, baik itu dalam hal mengatur
kehidupan penganutnya, maupun dalam berinteraksi dengan Tuhannya dalam
bentuk ritual ibadah yang secara wajib dikerjakan dalam tuntunannya. Semua
ajaran Islam tersebut bersumber pada satu kitab suci tersebut. Pada zaman dulu
semua persoalan dapat diselesaikan langsung oleh Rasulullah saw. Jika ada
persoalan yang sulit dipecahkan, maka Allah memberi petunjuk melalui wahyu. Lalu
setelah Nabi dan Rasul wafat, manusia perlu pedoman agar kehidupan mereka tidak
berantakan.

Al Quran sebagai pedoman hidup manusia dan umat Muslim khususnya. Jika tanpa
pegangan atau pedoman, maka manusia akan kehilangan arah. Perjalanan hidup
penuh dengan berbagai persoalan, dari persoalan yang paling ringan sampai yang
paling berat. Firman Allah yang dihimpun dalam sebuah kitab yang bernama Al
Quran, menjadi petunjuk yang komplit bagi manusia dalam menjalin hubungan
dengan Sang Khalik, dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.

Sebagian hukum di dalam Al Quran hanya bisa dilakukan oleh negara, seperti
hukum-hukum yang berkaitan dengan pemerintahan dan kekuasaan, ekonomi,
sosial, pendidikan, politik luar negeri, sanksi pidana, dsb. Aturan tersebut tidak
boleh dikerjakan individu dan hanya sah dilakukan oleh imam yakni pemerintah
atau yang diberi wewenang. Oleh sebab itulah, menjadikan Al Quran sebagai
petunjuk pedoman hidup, tidak bisa 100% kecuali sampai pada penerapan hukum-
hukum syariah Islam dalam seluruh elemen kehidupan sepenuhnya.

Umat Islam membutuhkan Al Quran untuk menjalani hidup agar selamat dunia dan
akhirat. Apabila manusia tidak mempunyai pedoman hidup, manusia itu akan
berbuat sesukanya, bertingkah laku seperti hewan dan melakukan hukum rimba.
Sebagai petunjuk agar selaras dalam menyimbangkan kehidupan antar manusia
dan lainnya. Merupakan kalam Allah Swt, bukan sebuah syair, puisi ataupun
ungkapan para pujangga. Kandungan, isi dan kemurniannya tetap terjaga
sepanjang zaman. Kitab suci Al Quran merupakan panduan hidup manusia.

Membaca ayat suci Al Quran tidak sama dengan kita membaca buku dongeng. Ada
beberapa aturan yang harus diperhatikan. Bila membaca dengan tidak benar, akan
membuat orang yang mendengarnya tidak mendapat pahala. Sebab hukum
membaca dan mendengarkan bacaan Al Quran adalah sama. Sebaiknya membaca
sesuai dengan ilmu tajwid. Namun, hal terpenting ialah bisa mengamalkan apa-apa
yang telah dibacanya tersebut yang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Allah Swt telah menurunkan Al Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia agar
selamat dunia maupun akhirat kelak. Faktanya jika hanya memakai akal dan logika,
manusia sering keliru mengenal Allah Swt. Untuk membantu manusia mengenalNya
dengan maksimal, butuh adanya tuntunan dari Allah Taala. Yaitu berupa wahyu
yang diturunkan melalui utusanNya. Dengan adanya wahyu tersebut, maka
manusia dengan mudah bisa mengenal Sang Khalik.
Kebutuhan manusia terhadap petunjuk adalah hal yang tidak bisa diingkari. Perlu
pelurus dan guide dalam penuhnya liku di dunia ini. Tentunya demi mencapai
tujuan kita akhirat kelak, sambil tidak melupakan kehidupan dunia. Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi (QS. Al
Qashshash: 77).
Ghoyah akbar dalam Islam adalah akhirat. Walaupun ada perintah untuk tidak
melupakan kehidupan dunia, tapi segala hal duniawi harus tertuju pada ghoyah
(tujuan) akbar. Karenanya lah dunia butuh pemandu demi menggandeng umat
manusia kepada jalan yang lurus menuju akhirat (surga). Dan Allah yang Maha
Mengetahui atas segala sesuatu sudah, memberi itu dalam bentuk kitab yang tidak
ada keraguan di dalamnya (Alquran) .QS 2 : 2.
Sebagai manusia yang memiliki fitrah untuk selalu berada dalam masalahat. Maka
sudah seharusnya mereka sadar akan kebutuhannya kepada pedoman. Hal kecil
seperti membuat mie (instan) saja sudah diberi ingredients dan
introductionuntuk sampai pada menu yang tertera di bungkusnya. Begitulah kita
untuk mencapai nikmat akhirat yang kekal.
Maka orang-orang yang sering berkoar tidak butuh kepada petunjuk (quran
khususnya) dalam menjalani hidup itu hanya omong belaka. Pada intinya mereka
hanya anti kepada al-quran, gengsi atas kenabian Muhammad karena bukan dari
kaumnya atau angkuh dan takabur dengan pedoman yang dimiliki. Yang pada
intinya mereka tetap melirik pada sebuah pedoman untuk sebuah kehidupan yang
berfitrah (maslahat).
Masalah besarnya adalah tentang pedoman mana yang diikuti. Sedangkan Allah
yang menciptakan langit dan bumi sudah mengatakan bahwa tidak ada petunjuk
selain Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dan orang yang berkoar
tadi hanyalah ingin maslahat sebesar hawa nafsunya serta lupa akan maslahat
akhirat. Mereka lupa kalau selain nikmat ada juga azab bagi orang-orang
pembangkang. Mereka hafal fadilah tapi lupa peringatan.
Bahkan nyatanya (pernyataan) mereka justru terlepas dari fitrah manusia. Yang
ngakunya penjungjung tinggi fitrah tapi mengkhianati. Walau dalam prakteknya
justru mereka membuat pedoman sendiri yang layak dengan kemauannya yang
belum tentu menuju maslahat. Mereka pikir maslahat itu ada di kemauan manusia
yang berbeda-beda. Sangkanya maslahat di mata mereka maslahat juga di mata
orang lain.
Leninisme yang dijadikan patokan kaum komunis akan berangan bahwa kapitalisme
Negara lebih maslahat dari pada sosialisme. Itu sangat lemah dengan fakta banyak
orang dirugikan. Serta tidak adanya kepemilikan pribadi dalam ideologi ini jelas
melanggar kaidah maslahat itu sendiri. logika kaum seperti ini selalu saja
kontradiksi dengan pendapatnya sendiri. Begitu juga JIL. Lepas landas dari alquran
dengan logika hanya akan bersilangan dengan pendapatnya sendiri. karena itu
logika bukanlah sepenuhnya pedoman hidup

Ada pedoman hidup berupa Alquran yang sudah dijanjikan Allah dan tidak ada
keraguan di dalamnya. Menumpuk janji Allah akan kemaslahatan dan nikmat bagi
yang mengikuti Alquran. Yang pasti akan ditepati karena Dia Maha Menepati Janji.
Satu ayat yang boleh kita soroti akan janjiNya jika meyakini Alquran sebagai
pedoman, Albaqarah ayat 38.

maka barang siapa mengikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran dan
tidak pula mereka bersedih hati (38).
Dalam tafsir al-Qurtubi faman tabia adalah sebagai syarat dari pada jawabannya
yaitu fa laa khoufun alaihim wa laa hum yahzanun. Dalam artian mengikuti
petunjuk Allah (Alquran) menjadi syarat bagi manusia jika mereka ingin selalu
dalam keadaan maslahat (tidak khawatir dan bersedih).
Masih dalam Al-Qurtubi : ketakutan adalah hal yang akan terjadi di kemudian hari.
Seperti kita takut nanti tertabrak mobil, atau takut nanti ketinggalan kereta dll.
Sedangkan sedih hati alhuznu itu tentang kejadian masa yang lampau. Sehingga
Al-Yazidi mengatakan tafsir ayat ini adalah bagi orang-orang yang mengikuti al-
quran tidak akan ada ketakutan dalam dirinya akan perihal keadaannya di akhirat
nanti. Dan tidak akan pernah bersedih hati akan apa yang telah dilakukannya di
dunia.
Jelas memang tentang kebenaran al-quran yang sudah tersebar ke penjuru dunia.
Hanya saja hawa nafsu selalu memalingkan hati mereka untuk kembali kepada
petunjukNya dan menjadikan pedoman hidupnya. Seakan tidak ada kemaslahatan
dalam Alquran kecuali yang ada dalam dirinya.
Tidak mudah memang membuat orang yakin kepada Alquran. Tapi kita selaku
muslim yang sudah mengakuinya dan beriman kepadaNya hal ini sidah menjadi
tanggungan yang wajib dilaksanakan. Tilawah, tahsin, tafsir, tadabur dan tafsir
Alquran harus menjadi makanan sehari-hari kita yang menyenangkan dan bukan
momok yang menakutkan dan menghindar darinya. Wallahu alam.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/10/07/75500/pedoman-hidup-
manusia/#ixzz4LZ946xwi
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Al-Qur'an dan Hadis sebagai Pedoman Hidup Umat Islam
(Serial Materi Ajar al-Qur;an Hadis MTs)
Oleh Fahrul Usmi

Widyaiswara Muda pada Balai Diklat Keagaman Padang

Abstrak

Al-Qur'an dan hadis pada pelaksanaan pembelajarannya banyak menekankan pada


kemampuan baca tulis yang baik dan benar. Memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan
tahapan yang selalu dianggap lebih sulit, tidak hanya untuk dipraktekkan tetapi juga untuk
diajarkan. Sebab pengamalan (implementasi) kandungan al-Quran dan hadis dalam
kehidupan sehari-hari harus diawali dengan memantapkan keyakinan kepada keduanya sebagi
imam (ikutan) dalam kehidupan.
Al-Quran sebagai imam telah tegas Allah jelaskan dalam firman-Nya surat al-
Anam ayat 155, surat al-Araf ayat 3 dan surat az-Zumarayat 55. Dan empat dalil yang
menguatkan bahwa hadis adalah juga imam dalam kehidupan yang mesti dijadikan ikutan.
Keempat hal itu adalah Keimanan, al-Quran, hadis dan ijma. Di sampingmenjadikan
keduanya sebagai imam, juga dibutuhkan strategi/pola perlakuan terhadap keduanya sebagai
imam, yaitu; berimam kepada al-Quran secara totalitas, berimam kepada hadis yang shahih
dan hasan saja serta berimam kepada sebahagian hadis dhaif. Wallahu alam bi al-shawwab
Key word : al-Quran, hadis, iman dan imam

Pendahuluan

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru mengamanahkan bahwa guru
memiliki empat kompetensi yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Empat kompetensi
tersebut secara lebih rinci diuraikan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademiki dan Kompetensi Guru. Hal ini tentu saja
tidak terkecuali guru-guru yang mengampu mata pelajaran al-Quran Hadis pada
Madrasah Tsanawiyah (MTs) juga harus memiliki dan menguasai lima kompetensi
dimaksud.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 2 tahun 2008 tentang
Standar Isi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab Madrasah bab VII
poin A bahwa Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah tersebut terdiri atas empat
mata pelajaran, yaitu: al-Qur'an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan
melengkapi. Al-Qur'an Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan
sumber akidah-akhlak, syariah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap
unsur tersebut. Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah yang terdiri atas
empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Al-Qur'an-hadis khususnya, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan
benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan (implementasi) kandungan al-Quran dan hadis
dalam kehidupan sehari-hari harus diawali dengan memahami maksud dan kandungan makna
yang terdapat di dalam ayat-ayat-Nya dan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Agar mata pelajaran al-Quran Hadis pada Madrasah Tsanawiyah tersebut
dapat dikuasai dengan baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
menyiapkan bahan ajar. Bahan ajar akan dapat membantu guru dalam melaksanakan
pembelajaran al-Quran Hadis di Madrasah dan dengan adanya bahan ajar juga akan mudah
membelajarkan materi al-Quran hadis kepada siswa-siswi nantinya. Tulisan ini diangkat dari
salah satu topik yang terdapat dalam materi Mata Pelajaran al-Quran Hadis
MTs dengan penekanan pada pemahaman dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Quran dan Hadis sebagai Pedoman Hidup

Sudah terang bahwa Al-Quran al-Karim dan hadis Rasulullah SAW merupakan sumber
ajaran Islam sekaligus pedoman hidup setiap muslim yang mesti diperpegangi. Di dalam
khazanah keislaman, al-Quran lazim disebut sebagai sumber utama (pertama) dan hadis
sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-Quran.
Al-Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW yang membacanya merupakan suatu ibadah (Manna Khalil al-Qaththan, 1994:18).
Sedangkan hadis atau biasa juga disebut sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan hal
ihwal yang berhubungan dengan nabi Muhammad SAW (Muhammad Ajjaj al-Khathib,
1989:108). Dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup umat Islam, antara al-Quran dan
hadis tidak dapat dipisahkan karena al-Quran sebagai sumber utama dijelaskan oleh hadis,
sehingga hadis disebut sebagai bayan terhadap al-Quran surat al-Nahl ayat 44.
Merujuk pada uraian di atas, maka sebagai pedoman hidup, al-Quran dan hadis mesti
dijadikan imam atau ikutan dalam kehidupan sehari-hari yang mana kedua-dua sumber
tersebut dipatuhi, diacu dan di laksanakan perintah-perintahnya serta dihentikan larangan-
larangannya.
Tata Cara Berimam (mengikut) kepala Al-Quran dan Hadis

1. Berimam kepada al-Quran


a. Perintah Berimam kepada al-Quran
Berimam kepada al-Quran artinya mengikuti ajaran yang terkandung di dalamnya,
menjadikannya panutan dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan
lainnya. Imm tidak hanya ditujukan kepada orang, ia juga bisa berarti sesuatu yang
membuat lurus dan memperbaiki perkara bisa berarti Al-Quran, Nabi Muhammad
SAW dan sebagainya (Ahmad Mubarok, 2009:1).
Perintah berimam kepada al-Quran dan mengikutinya merupakan konsekwensi
logis dari rukun iman yang ke tiga yaitu iman kepada kitab. Di samping
konsekwensi dari iman, berimam kepada al-Quran juga
merupakan khitab (perintah) dari Allah SWT, karena al-Quran diturunkan untuk
menjadi petunjuk dan rahmat bagi umat Manusia (Q.S. al-Baqarah: 185).
Perintah berimam atau mengikuti al-Quran, antara lain dapat ditemukan teksnya
melalui firman Allah SWT yaitu dalam surat al-Anam ayat 155, surat al-Araf ayat
3 dan surat az-Zumar ayat 55.
Al-Quran adalah petunjuk Allah SWT yang bila dipelajari akan membantu kita
menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian problem
hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan pikiran, rasa dan karsa kita
mengarah kepada realitas keimanan, stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan
masyarakat (Muhammad Quraish Shihab, 1997:28)
b. Dalil Naqli Berimam kepada al-Quran
Dalil naqli artinya dalil-dalil yang bersumberkan dari al-Quran, hadis dan ijtihad.
Dalil-dalil ini lebih meyakinkan untuk dijadikan pegangan dan dasar untuk
menyatakan bahwa wajib berimam kepada kitab Allah (al-Quran).
Dalil naqli untuk menetapkan kewajiban berimam kepada al-Quran antara lain
adalah :
1) Firman Allah SWT. dalam surat al-Anam ayat 155 :








Artinya : Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.
(Q.S. al-Anam : 155)

2) Firman Allah SWT. dalam surat al-Araf ayat 3 :










Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat
sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Q.S. al-Araf : 3)

3) Firman Allah SWT. dalam surat az-Zumar ayat 55 :










Artinya : Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu
tidak menyadarinya, (Q.S. az-Zumar : 55)

4) Hadis Rasulullah SAW riwayat Imam Muslim yang berbunyi :











)




(
Artinya : Telah menceritakan kepadaku Abu Umamah Al Bahili ia
berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para
pembacanya pada hari kiamat nanti. (H.R. Muslim).

5) Hadis Rasulullah SAW riwayat Abu Daud yang berbunyi :






















( )

Artinya : Hadis dari Sahl bin Muadz Al Juhani dari ayahnya bahwa
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membaca Al-Qur'an dan
melaksanakan apa yang terkandung di dalamnya (mengamalkannya), maka
kedua orang tuanya pada hari kiamat nanti akan dipakaikan mahkota yang
sinarnya lebih terang dari pada sinar matahari di dalam rumah-rumah didunia,
jika matahari tersebut ada diantara kalian, maka bagaimana perkiraan kalian
dengan orang yang melaksanakan isi Al Qur'an?" (H. R. Abu Daud).

2. Beriman Kepada Hadis Rasulullah SAW


a. Perintah Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW
Berimam kepada Hadis Rasulullah SAW artinya menjadikan hadis Rasul sebagai
pedoman dan acuan serta referensi dalam berucap, berbuat dan lainnya atau
mengikuti ajaran yang terkandung di dalamnya.
Perintah berimam kepada hadis Rasulullah SAW dan mengikutinya merupakan
konsekwensi logis dari beriman kepada Rasul. Sebenarnya ada lima kewajiban yang
harus dijalankan seorang muslim terhadap Rasulullah SAW, yaitu; mengimani
Rasulullah SAW, mentaati semua risalah dan sunnahnya, mencintai dan
menjadikannya sebagai figur, senantiasa bershalawat kepadanya dan mencintai
keluarga Rasulullah SAW (Heri Jauhari Mukhtar, 2008: 75).
Di dalam al-Quran Allah SWT menetapkan barometer seseorang cinta kepada
Allah SWT ditandai dengan seberapa cintanya ia kepada Rasul atau hadis-hadisnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang berbunyi :









Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali Imran : 31)

b. Dalil-dalil Kehujjahan Hadis


Dalil-dalil kehujjahan hadis artinya dalil-dalil atau keterangan atau argumen yang
menegaskan bahwa hadis merupakan sumber ajaran Islam yang wajib diperpegangi. Ada 4
dalil yang menunjukkan bahwa hadis merupakan salah satu sumber syariat atau ajaran
Islam yang wajib diperpegangi adalah :

1) Iman
Salah satu konsekwensi beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah menerima
segala sesuatu yang datang dari Rasul dalam urusan agama. Allah Swt telah memilih
para Rasul di antara para hamba agar menyampaikan syariat-Nya kepada umat.
Rasulullah SAW merupakan orang yang dipercaya menyampaikan syariat Allah SWT
dalam agama, Rasul tidak menyampaikan sesuatu kecuali berdasarkan wahyu.
Konsekwensi tersebut, mewajibkan bertumpu kepada sunnah dan menggunakannya
sebagai hujjah serta percaya penuh kepada pembawa risalah dimaksud
yaitu Rasulullah SAW. Hal ini sejalan firman Allah yang terdapat di dalam surat an-
Nisa ayat 65 yang berbunyi :

.








Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. (Q.S. an-Nisa : 65)

2) Al-Quran al-Karim
Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat kepada
Rasul SAW, antara lain :

a. Firman Allah SWT. dalam surat an-Nisa ayat 59 :









Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul(Nya), dan Uli al-Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran)
dan Rasul (sunnah).(Q. S. al-Nisa : 59)
b. Firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 80 :











Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka
Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q. S. al-
Nisa : 80).

c. Firman Allah SWT dalam surat al-Hasyr ayat 7 :











Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Q.S. al-Hasyr : 7)

3) Sunnah atau Hadis


Di dalam hadis atau sunnah banyak ditemukan penjelasan Rasul SAW tentang
kehujjahan hadis-hadisnya. Antara lain sebagai berikut :

a. Hadis riwayat Ibnu Majah yang berbunyi :

















:


( )

Artinya : aku mendengar 'Irbadl bin Sariyah berkata; "Pada suatu hari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri di tengah-tengah kami, Beliau
bersabda: hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para
khulafah ar-rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi
geraham. (H. R. Ibnu Majah)

b. Hadis riwayat Imam Malik yang berbunyi :












( )


Artinya : Telah menceritakan kepadaku dari Malik telah sampai
kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku
tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian
berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. (H. R.
Imam Malik)

c. Hadis riwayat Ibnu Majah yang berbunyi :


)






(
Artinya : "Barang siapa yang mentaatiku berarti ia taat kepada Allah, dan
siapa yang membangkang kepadaku maka ia telah membangkang pada Allah.
(H. R. Ibnu Majah)

4) Ijma
Para sahabat telah sepakat menetapkan kewajiban mengikuti hadis, baik pada
masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. Di
waktu hidup Rasulullah, para shahabat semua konsekuen melaksanakan hukum-
hukum Rasulullah, mematuhi peraturan-peraturan dan meninggalkan larangan-
larangannya. Apa yang diwahyukan kepada Rasul Saw mengandung hidayah
dan kebaikan bagi para pengikutnya serta jalan keselamatan mereka di dunia
dan akhirat. Karena semua itulah, kaum muslimin berpegang teguh serta
mengamalkan sunnah Nabawiyah tersebut.
Dijelaskan juga bahwa Abu Bakar berkata: Sunnah itu adalah tali Allah yang
kuat, sementara Syaikhul Islam Ibnu Taymiah berkata: Sesungguhnya Sunnah
itu adalah syariat, yakni apa-apa yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya dari
agama. (Yazid Abdul Qadir Jawas, 1993:71)
Strategi Berimam (mengikut) kepala Al-Quran dan Hadis

1. Strategi Berimam Kepada al-Quran dan Hadis


a. Berimam kepada Al-Quran secara Totalitas
Al-Quran adalah kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW. Al Quran merupakan sumber rujukan paling utama bagi umat Islam, dan
bagian dari rukun iman. Al Quran dinyatakan sebagai pedoman hidup
dan rahmatan lil alamin,artinya, siapa saja yang mengaku dirinya sebagai muslim,
maka sudah sepantasnyalah dia mengamalkan apa-apa yang terdapat di dalam Al
Quran tersebut.
Menjadikan Al Quran sebagai imam, berarti mengakui seluruh kandungan yang
ada di dalamnya, baik berupa aqidah, ibadah, syiar, akhlaq, adab, syariat, dan
muamalah. Seorang muslim tidak boleh hanya mengambil sebagiannya saja,
misalnya dia hanya mengambil bagian aqidah, namun menolak bagian ibadah. Atau
dia mengambil bagian syariat, namun menolak aqidah. Atau dia mengambil bagian
ekonomi, namun menolak bagian politik, dan seterusnya.
Langkah memulainya dengan mengimani Al Quran dahulu secara kaffah,
menyeluruh, totalitas, tanpa tawar-menawar lalu baru dikuti dengan menjadikannya
imam juga secara totalitas (kaffah) (Hendratno, 2012: 1).
b. Berimam kepada Hadis Rasul yang shahih dan Hasan
Hadis shahih adalah hadis yang telah diakui dan disepakati kebenarannya oleh para
ahli hadis sebagai sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW. Sedangkan hadis
hasan dipahami hampir setara dengan hadis shahih, namun yang membedakannya
adalah tingkat kedhabithan para periwayat yang meriwayatkan hadis tersebut.
Dari statemen di atas dipahami bahwa hadis shahih dan hadis hasan adalah
termasuk kategori hadis yang dapat diterima dan dijadikan pedoman, ikutan serta
sumber hukum. Disebutkan juga bahwa hadis-hadis Rasul dalam kelompok ini
dinamakan hadismaqbul sedangkan di luar dua kelompok ini dinamakan
hadis mardud atau hadis yang ditolak dan tidak dikuti atau dijadikan imam, (Ramli
Abdul Wahid, 2003:17).
c. Berimam kepada Sebahagian Hadis Rasul yang Dhaif
Ulama hadits telah sepakat bahwa tidak boleh mengamalkan hadis dhaif dalam
bidang hukum/menentukan hukum. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang
mempergunakannya dalam bidang-bidang lain.
Kupas tuntas tentang hukum berimam atau beramal dengan menggunakan
hadis dhaif memunculkan tiga kelompok ulama yang berkomentar tentang ini, satu
kelompok menyatakan boleh berimam dan beramal dengan hadis dhaif secara
mutlak dengan tiga syarat. Kelompok ini diwakili oleh Imam Ahmad bin Hanbal
dan pengikutnya Abu Daud. Menurut Imam Ahmad; hadis dhaifdalam pandangan
kami lebih baik dari pada pendapat seseorang (rayu), (Fawwaz Ahmad Zamraliy,
1995:38).
Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa dalam khazanah keislaman ditemukan tiga
pola atau strategi seorang muslim berimam kepada al-Quran; ada yang berimam
secara totalitas kepada al-Quran dan hadis ada yang berimam kepada hadis shahih
dan hasan saja dan ada pula yang berimam kepada sebahagian hadis dhaif.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian ringkas di atas, dapat disimpulkan bahwasanya sudah tegas Allah dan
Rasul menjelaskan bahwa al-Quran dan hadis merupakan pedoman hidup umat Islam, tata
cara dan strategi memperlakukan keduanya sebagai pedoman hidup dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menjadikan al-Quran dan hadis sebagai imam (ikutan) disetiap tindak tanduk dan aktifitas
kehidupan.
2. Berimam kepada al-Quran secara totalitas (kaaffah) dengan mengamalkan segala isi dan
kandungannya tampa membeda-bedakan antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu
surat dengan surat lainnya.
3. Berimam kepada semua hadis sahih dan hasan dengan menjadikan keduanya sebagai dalil
dalam segenap perilaku kehidupan.
4. Berimam kepada sebahagian hadis dhaif dalam arti mengamalkannya untuk menjadi
motifasi dan dorongan agar semakin taqwa kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim
Ahmad Mubarok. 2009. Arti Imam. http://mubarok-institute.blogspot.com. Diakses tanggal 31
Maret 2012.

Al-Bukhariy, 1981, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah, Shahih
al-Bukhriy, Beirut : Dr al-Fikr.

Hendratno. 2012. Mengamalkan al-Quran Mulai dari


Mana?. http://www.dakwatuna.com diakses tanggal 15 Maret 2012

Ibnu Majah, Abi Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwiniy, t.th. Sunan Ibnu Majah, : Dr al-
Fikr.

Jawas, Yazid Abdul Kadir, 1993, Kedudukan as-Sunnah dalam Syarat Islam, Jakarta : Pustaka al-
Kautsar.

Al-Khatib, Muhammad Ajjaj, 1989, Ushl al-Hads; Ulmuhu wa Musthalahuhu, Beirut : Dr


al-Fikr.

Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Surabaya : PT. Remaja Rosda Karya.

Al-Naisaburiy, Abu al-Hasan Muslim bin Hajjaj al-Qushairiy, t.th. Shahih Muslim, Beirut : Dr
al-Ihya al-Turts al-Arabi.

Anda mungkin juga menyukai