1
Abdul Haris Nasution, Sejarah Kerajaan Aceh: Abad ke-XIII sampai dengan Abad ke-XX,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (2003).
2
Andi Faisal Bakti, Islamisasi dan Kekuasaan Kesultanan Yogyakarta, Jakarta: Balai Pustaka
(2004).
3
Andi Zainal Arifin, Sejarah Sulawesi Selatan, Makassar: Pustaka Refleksi (2012)
menguasai sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan. Selain Banjarmasin, kerajaan-
kerajaan Islam lainnya yang muncul di Kalimantan antara lain Kerajaan Kutai, Kerajaan
Bulungan, dan Kesultanan Pontianak.4
5. Kerajaan Islam di Maluku
Kerajaan Islam pertama di Maluku didirikan pada abad ke-15 di daerah Ternate. Kerajaan
ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan berhasil menguasai sebagian besar
wilayah Maluku Selain Ternate, kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang muncul di Maluku
antara lain Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Tidore.5
B. Munculnya Sistem Birokrassi Kerajaan Islam
Sistem birokrasi kerajaan Islam muncul sebagai bentuk organisasi administrasi
pemerintahan yang diterapkan oleh penguasa-penguasa Islam pada masa lalu. Menurut buku
"Sejarah Pemerintahan Islam" oleh Prof. Dr. Hamka, sistem birokrasi kerajaan Islam terdiri
dari tiga bagian utama, yaitu kepala pemerintahan (sultan atau raja), menteri-menteri atau
pejabat-pejabat tinggi, dan jabatanjabatan administratif. Setiap bagian memiliki tugas dan
fungsi yang berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain.6
C. Kondisi Sosial Masyarakat Sebagai Warisan Peradaban Kolonial
Kondisi sosial masyarakat yang ada di gampong (penduduk asli Banda Aceh), dimana
masyarakatnya masih kental dengan sikap solidaritas antar sesama, dan setiap kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada di gampong sangat berjalan dan dipelihara dengan
baik . Kegiatan-kegiatan tersebut seperti wirid ibu-ibu, gotong royong, takziah pada orang
meninggal, menjenguk orang sakit, pengajian di masjid, serta kegiatan musyawarah antar
masyarakat dan lain sebagainya Menurut buku "Sejarah Budaya Indonesia" karya Prof. Dr.
Koentjaraningrat, kolonialisme membawa perubahan budaya yang signifikan di Indonesia,
termasuk dalam hal nilai-nilai, kebiasaan, dan norma-norma sosial. Beberapa bentuk budaya
lokal dianggap sebagai "primitif" dan "terbelakang" oleh kolonialisme dan harus
ditinggalkan, sementara beberapa budaya Barat diperkenalkan sebagai norma-norma sosial
yang lebih maju7
Daftar Pustaka
Abdul Haris Nasution, Sejarah Kerajaan Aceh: Abad ke-XIII sampai dengan Abad ke-XX, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional (2003).
Andi Faisal Bakti, Islamisasi dan Kekuasaan Kesultanan Yogyakarta, Jakarta: Balai Pustaka (2004).
Andi Zainal Arifin, Sejarah Sulawesi Selatan, Makassar: Pustaka Refleksi (2012)
4
Bambang Setyawan, Sejarah Kerajaan Banjar, Jakarta: Pustaka Larasan (2011).
5
Ahmad Ridwan, Kerajaan Islam di Maluku: Sebuah Studi Historis, Jurnal Sejarah Vol. 18 (2),
pp. 199-215 (2017).
6
Hamka, Sejarah Pemerintahan Islam, Jakarta: Gema Insani Press (1994)
7
Aisarah Rahmadhana, “Peninggalan Warisan Kolonial Belanda di Banda Aceh Sebagai Wisata
Budaya”, (2020).
Bambang Setyawan, Sejarah Kerajaan Banjar, Jakarta: Pustaka Larasan (2011).
Ahmad Ridwan, Kerajaan Islam di Maluku: Sebuah Studi Historis, Jurnal Sejarah Vol. 18 (2), pp. 199-
215 (2017).
Hamka, Sejarah Pemerintahan Islam, Jakarta: Gema Insani Press (1994)
Aisarah Rahmadhana, “Peninggalan Warisan Kolonial Belanda di Banda Aceh Sebagai Wisata Budaya”,
(2020).