Anda di halaman 1dari 12

Bab II

PANCASILA Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa

A. Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Nilai–nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelumbangsa
Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang
cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV sampai
pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Kerjaan Kutai ( 400 M )
Kerajaan kutai berdiri di Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai mahakam desa
Tenggarang pada abad ke-5, atau 400M. Kerajaan kutai merupakan kerajaan hindu tertua. Rajanya
bernama Kudungga yang memiliki anak bernama Asmawarman, serta memiliki cucu yang bernama
Mulawarman. Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kali menampilkan
nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
Brahmana. Zaman kuno sekitar 400 – 1500 terdapatnya dua buah kerajaan yang berhasil mencapai
integrasi dengan wilayah hampir sepatuh Indonesia, dan seluruh wilayah Indonesia. Kerajaan tersebut
adalah kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
Kerajaan Sriwijaya ( 650 M )
Menurut sumber sejarah yang berupa prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh penguasa
Sriwijaya dan berita dari Cina sampai akhir abad XIII, wilayah Kerajaan Sriwijaya meliputi daratan dan
lautan Sunda, Jawa Barat sampai Srilangka termasuk di dalamnya Semenanjung Malaya dan
kepulauan di sekitarnya. Sriwijaya menguasai pedalaman Sumatera, pelabuhan-pelabuhan di
Sumatera Timur dan Selat Malaka yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan laut yang sangat
ramai, yang memungkinkan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang kuat.
Sebagai kerajaan yang besar Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata
pemerintahan yang mampu menciptakan peratutaran-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada
di wilayah kekuasaannya. Menurut prasasti Telaga batu, raja (haji) memegang otoritas tertingi.
Dari perkembangan Sriwijaya yang oleh Muhammad Yamin disebut sebagai ‘Negara Pertama’
dengan dasar kedatuan, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila material yang masih saling berkaitan
satu sama lain. Di antaranya nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan nilai ketuhanan yang
tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius berusaha mempertahankan

! itahadari_2021
wibawanya terhadap para datu. Demikian juga nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin
satu sama lain dengan nilai tradisionalisme dalam bentuk hubungan dagang yang terentang dari
pedalaman sampai ke negeri-negeri seberang lautan lewat pelabuhan kerajaan dan selat Malaka yang
diamankan oleh para nomad laut yang menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya.
Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah menunjukkan nilai-
nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:
ü Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Budha.
ü Nilai sila kedua, terjalin hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman
para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan
aktif.
ü Nilai sila ketiga, sebagai Negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
ü Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi (Indonesia
sekarang) Siam dan Semenanjung Melayu.
ü Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga kehidupan
rakyatnya sangat makmur.

Kerjaan Majapahit ( 1365 M )


Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada
pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana Nala
dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa
jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui
Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah telah terdapat istilah
“Pancasila”. Empu tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka
persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama
yang memiliki tuhan yang berbeda.

# itahadari_2021
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu dan menteri-
menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau
seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru,
Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan” (Yamin, 1960 : 60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti Rakryan
I Hino , I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai
musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.

B. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia


Perjuangan Sebelum Abad XX
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI, berkembanglah agama Islam.
Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, seperti Demak, mulailah berdatangan
orang Eropa di perairan Nusantara. Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia disebabkan faktor
kelemahan di dalam negeri sendiri dengan pudarnya nilai-nilai nasionalisme akibat perselisihan dan
perang saudara.
Tujuan bangsa Eropa masuk ke Indonesia untuk menguasai hasil bumi, khususnya rempah-
rempah (cengkeh, nilam, tembakau, tebu, kopi, dll). Mereka adalah orang-orang Portugis diikuti oleh
orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah. Keuntungan Portugis yang
luar biasa atas monopoli rempah-rempah yang amat berharga di Eropa, mendorong pula tetangganya
berdagang di daerah surga rempah-rempah itu. Demikianlah orang Belanda pada abad XVI sampai ke
Indonesia. Untuk menghindarkan persaingan di antara mereka sendiri (Belanda), didirikanlah suatu
perkumpulan dagang yang bernama Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang kemudian
dikenal oleh rakyat dengan nama singkatnya Kompeni. Mereka menyingkirkan saingannya
(Portugis).[10]
Kompeni mulai berhasil menanamkan kekuasaan politiknya di Indonesia. Tujuan dagang
selalu diikuti dengan kekuasaan politik, seperti penguasaan daerah-daerah (Maluku, Jayakarta,
Malaka, Mataram, Makasar, Banten dll) dan sebagainya. Pada abad XVII, kompeni telah memperluas
daerah kekuasaannya sampai ke daerah yang vital artinya bagi dunia perniagaan dan politik Indonesia
pada waktu itu.

$ itahadari_2021
Pada permulaan abad XIX penjajah Belanda mengubah sistem kolonialismenya dari VOC
menjadi badan pemerintahan resmi, yakni pemerintahan Hindia Belanda. Inggris sempat berkuasa,
namun tidak lama kemudian Belanda menguasai lagi. Usaha Belanda memperkuat kolonialismenya
tetap mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia, seperti: Patimura di Maluku (1817), Imam Bonjol
di Minangkabau (1822-1837), Diponegoro di Mataram (1825-1830), Jelantik di Bali (1850), Anang
Agung Made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di Aceh (1873-1940),
Sisingamangaraja di tanah Batak (1900). Perjuangan mereka melawan penjajahan Belanda tersebut
tidak membuahkan hasil, karena belum ada persatuan dan koordinasi secara bersama di antara
mereka. Mereka gagal dan kolonialisme semakin memperkukuh kedudukannya di Indonesia.
Penghisapan makin memuncak ketika Belanda melakukan sistem ekonomi Tanam Paksa
(1830-1870), Belanda memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat untuk mengumpulkan kekayaan
demi penuhnya kas negeri Belanda sendiri. Di tengah kerakusan pemerintah Belanda tersebut,
bangakitlah kaum liberal di negeri Belanda yang menentang sistem Tanam Paksa yang kejam itu dan
mengusulkan sistem ekonomi liberal, sehingga membuka jalan bagi modal-modal partikulir yang
sedang kehausan tampat berusaha mencari keuntungan. Hal inilah yang semakin memberi peluang
luasnya ladang penghisapan penjajah, yang bukan hanya di bidang pertanian, melainkan juga di
bidang pertambangan seperti minyak, timah, batu bara, dll. Rakyat Indonesia menjadi abdi dan kuli
pemodal-pemodal asing itu untuk sesuap nasi. Rakyat menderita kemiskinan di tengah-tengah
kekayaan alamnya sendiri.
Penderitaan rakyat memukul hati nurani beberapa humanis Belanda, sehingga mereka
menganjurkan adanya politik etika di Indonesia. Politik ini sejenis politik “Hutang Budi” dengan
memberi irigasi, emigrasi dan edukasi. Politik yang kedengarannya manis ini, tetap menguntungkan
kaum kapitalis yang sedang berkiprah di Indonesia.
Penjajah Belanda membuat kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan, kemakmuran
lenyap, dan wilayah diinjak-injak oleh penjajah. Semua yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia pada
masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi lenyap.
Penjajahan Eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia tersebut mendapat
perlawanan secara fisik dari bangsa Indonesia. Mereka dengan semangat patriotik berjuang
menentang penjajahan Belanda, tetapi perjuangan pada waktu itu sifatnya masih kedaerahan,
sehingga mereka tidak berhasil. Beberapa nama pahlawan yang berjuang melawan penjajahan pada
saat itu, yakni Sultan Agung di Mataram abad XVII dan XVIII (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki

% itahadari_2021
Tapa di Banten (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo di Jatim (1670),
Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680), dll.
Berhasilnya Belanda berkuasa di Indonesia disebabkan antara lain oleh karena adanya politik
devide et impera yang memecah belah bangsa menjadi kepingan-kepingan kekuasaan yang berupa
kerajaan-kerajaan kecil, yang terisolasi satu dengan yang lain.

Kebangkitan Nasional
Dengan kebangkitan dunia timur pada abad XX di panggung politik internasional tumbuh
kesadaran akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang dipelopori Joze Rizal, kemenangan
Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun Indonesia diawali dengan berdirinya Budi Utomo yang
dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo pada 20 Mei 1908.
Kemudian berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Sejak itu perjuangan
nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Kemudian Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak yang penting dalam perjalanan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai persatuan nasional. Pernyataan lahirnya
bangsa Indonesia diambil dari ikrar para pemuda Indonesia, dalam sidang pleno ke-3 Kongres Pemuda
Indonesia II, 28 Oktober 1928, di gedung Indonesisch Clubgebouw di jalan Keramat Raya 106 Jakarta.
Kongres pemuda II, yang dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, dan Wongsonegoro,
diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pemuda Indonesia: Jong Java, Jong Soematra (Pemuda
Sumatera), Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum
Betawi, dan Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia.
Dari kongres itu, para pemuda Indonesia mengumandangkan sumpah yang berisi pengakuan
akan adanya bangsa, tanah air dan bahasa yang satu, yaitu Indonesia. Sumpah Pemuda menunjukkan
tekad pemuda Indonesia untuk bersatu dan tidak mau terpecah-pecah. Tali pengikat persatuan itu
adalah bahasa Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, sebagai wujud persatuan, para pemuda indonesia menyanyikan
lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama komponisnya, Wage Rudolf Soepratman. Selain itu, sebagai
pengungkapan keinginan membentuk suatu bangsa yang merdeka, bendera kebangsaan, Merah Putih
dikibarkan untuk pertama kalinya.

& itahadari_2021
Dari ikrar Sumpah Pemuda tercermin nilai-nilai yang nantinya terdapat dalam Pancasila. Nilai-
nilai itu adalah: kemanusiaan (menghargai bahwa mereka saling menghormati), persatuan (ikrar
bahwa mereka satu nusa dan satu bangsa), demokrasi (mengakui bahwa mereka mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, memikirkan nasib tanah air dan bangsanya), dan keadilan (menuntut haknya
untuk mendirikan negara merdeka yang telah direbut Belanda). Nilai-nilai itu harus dimengerti dalam
konteks waktu itu, yakni keinginan membentuk suatu bangsa yang merdeka.

Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka,
sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940.
Kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang
saudara tua bangsa Indonesia”.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang
akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, janji ini diberikan karena Jepang terdesak
oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk
membentuk suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu
Zyumbi Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman
Widyodiningrat, yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada siding BPUPKI adalah membahas
tentang dasar negara.

KRONOLOGIS PERUMUSAN PANCASILA


Kronologi Perumusan Pancasila, Naskah Proklamasi dan Pembacaan Teks Proklamasi
1. Tanggal Peristiwa 29 Mei 1945 Perumusan materi Pancasila oleh Mr. M. Yamin (sidang I
BPUPKI).
2. 31 Mei 1945 (sidang I BPUPKI)
3. 1 Juni 1945 (sidang I BPUPKI)
4. 22 Juni 1945 10 - 16 Juni 1945 (sidang II PUPKI) 16 Agustus 1945 Jam 04.30
Perumusan materi Pancasila oleh Mr. Supomo Ir. Soekarno pertama kali mengusulkan
nama/istilah Pancasila untuk dasar Negara Indonesia. Beliau mengatakan bahwa nama Pancasila itu
atas petunjuk teman kita ahli bahasa.

' itahadari_2021
1. Piagam Jakarta disusun oleh Panitia Kecil yang terdiri 9 orang yaitu : M.Hatta, A.Soebardjo,
A.A.Maramis, Soekarno, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasjim, Abikusno Tjokrosujoso, A.Salim,
M. Yamin.
2. Dibentuk Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Soekarno dan beranggotakan 19 orang yaitu:
Soekarno, AA. Maramis, Otto Iskandardinata, Purbojo, A. Salim, A. Soebardjo, Soepomo, Maria
Ulfah Santoso, Wachid Hasjim, Parada Harahap, J.Latuharary, Susanto Tirtoprodjo, Sartono,
Wongsonegoro, Wuryaningrat, RP. Singgih, Tan Eng Hoat, Hoesein Djajadiningrat, Sukiman.
3. Panitia Perancang UUD kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang beranggotakan
7 orang yaitu : Soepomo, Wongsonegoro, Soebardjo, AA. Maramis, RP.Singgih, A.Salim, Sukiman.
4. Dibentuk Panitia Penghalus Bahasa, terdiri dari Soepomo dan Hosein Djajadiningrat.
5. Perumusan terakhir materi Pancasila disahkan Jam 18.00 Jam 23.30 17 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai bagian dari Pembukaan UUD 1945.
6. Pengamanan (“penculikan”) Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta ke Rengasdengklok oleh tokoh-
tokoh pemuda dengan tujuan menghindari pengaruh dan siasat Jepang dan mendesak bangsa
Indonesia harus segera merdeka. Tokoh pemuda terdiri : Sukarni, Winoto Danu Asmoro,
Abdulrochman dan Yusuf Kunto. Rombongan yang terdiri dari Mr. A.Soebardjo, Sudiro dan Yusuf
Kunto tiba di Rengasdengklok dengan tujuan untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
kembali ke Jakarta.
7. Rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta langsung menuju rumah Laksamana Maeda di jln.
Imam Bonjol no. 1. Di tempat ini tokoh-tokoh bangsa Indonesia berkumpul untuk menyusun teks
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Teks versi terakhir proklamasi yang telah diketik
ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs.Moh Hatta.
8. Pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56 (sekarang gedung Pola).
Sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan keputusan sebagai berikut :
a. mengesahkan berlakunya UUD 1945
b. memilih Presiden dan Wakil Presiden
c. menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai badan
musyawarah darurat. Pembentukan KNIP dalam masa transisi dari pemerintah jajahan
kepada pemerintah nasional seperti yang diatur dalam pasal IV Aturan Peralihan UUD
1945.

( itahadari_2021
Masa Awal Kemerdekaan (1945-1959).
Setelah mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka, Belanda tidak mau tinggal diam. Mereka
ingin menjajah kembali Indonesia. Dengan membonceng sekutu, pada tanggal 29 September 1945,
tentara Belanda tiba di Jakarta. Belanda mempropagandakan pada dunia internasional bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. Pada tanggal 10 Oktober 1945 Inggris mengakui
kekuasaan Belanda. Belanda berupaya membentuk Republik Indonesia Serikat dengan RI sebagai
salah satu negara bagiannya. Untuk mewujudkan maksudnya itu Belanda membentuk negara-negara
kecil. Wilayah negara RI hanya meliputi Jawa dan Sumatera dikurangi Sumatera Timur dan Sumatera
Selatan. Hingga 23 Februari 1949, Belanda berhasil membentuk 15 negara bagian. Kelimabelas negara
bagian itu disebut Bijeenkoms Federal Overlag (BFO). Belanda juga melakukan agresi militer. Oleh
karena itu, terjadi sengketa antara RI dan Belanda.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) turun tangan untuk menyelesaikan sengketa tersebut. PBB
mengundang kedua belah pihak untuk berunding dan hal ini terealisasi dalam Konferensi Meja Bundar
(KMB). KMB diadakan di Den Hag pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949.
Kesepakatan yang dicapai dalam KMB adalah:
1. Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pengakuan kedaulatan oleh pemerintah kerajaan Belanda kepada pemerintah negara RIS.
2. Didirikan uni antara RIS dan kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Desember 1945, Ratu Yuliana menandatangani piagam pengakuan kedaulatan
RIS dan menyerahkan kedaulatan RIS. Sejak saat itu Konstitusi RIS diberlakukan untuk
menggantikan UUD 1945. UUD 1945 hanya berlaku di negara bagian RI. Konstitusi RIS
menetapkan bentuk negara serikat yang terdiri dari 16 negara bagian. Konstitusi ini juga
menetapkan sifat pemerintahan berdasarkan demokrasi liberal. Dalam pemerintahan
diberlakukan kabinet parlementer. Para menteri bertanggungjawab langsung kepada parlemen.
Dalam alinea IV Mukadimah Konstitusi RIS, Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah
negara.

Negara RIS tidak sampai berumur satu tahun. Pergolakan timbul di negara-negara bagian RIS.
Rakyat menuntut pembubaran RIS dan kembali ke negara kesatuan RI. Tanggal 17 Agustus 1950,
Presiden Sukarno memproklamasikan kembalinya negara kesatuan RI dan membubarkan RIS. Sejak
itu berlaku UUDS 1950. Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita
Proklamasi, Pancasila dan UUD 1945, namun masih berorientasi pada pemerintahan yang berasas

) itahadari_2021
demokrasi liberal. Dengan demikian jiwa UUDS 1950 merupakan penyimpangan terhadap Pancasila.
Penyimpangan tersebut antara lain:
• Sistem kabinet parlementer mengakibatkan silih bergantinya kabinet. Hal ini berdampak pada
ketidakmampuan pemerintah menyusun program dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah
tidak mampu melaksanakan pembangunan sehingga timbul pertentangan politik, gangguan
keamanan serta penyelewengan lain dalam masyarakat.
• Secara ideologis Mukadimah UUDS 1950 tidak berhasil mendekati rumusan asli dari
Pembukaan 1945. Bahkan perumusan kelima sila Pancasila jauh menyimpang dari yang ada
dalam Pembukaan UUD 1945.
UUDS 1950 bersifat sementara dan harus diganti dengan suatu UUD yang tetap. Oleh karena
itu dikeluarkan Undang-undang N0. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum untuk memilih anggota
DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru. Pada akhir tahun 1955 diadakan Pemilihan
Umum dan terbentuklah konstituante. Konstituante hasil Pemilihan Umum tersebut mulai bersidang
pada tanggal 10 November 1956. Namun, Konstituante gagal menetapkan suatu UUD yang baru
menggantikan UUDS 1950.
Pada tanggal 5 Juli 1959, karena kegagalan Konstituante, Presiden mengeluarkan Dekrit yang
isinya:
• Membubarkan konstituante,
• Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950, dan
dibentuknya MPRS dan DPRS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan dekrit tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara Republik Indonesia
hingga saat ini. Dalam kurun waktu 18 Agustus 1945 hingga 5 Juli 1959 kehidupan politik kita belum
stabil. Bentuk negara dan pemerintahan silih berganti. Konstitusi yang digunakan pun belum tetap.
Dalam kondisi yang demikian cita-cita Pancasila belum terwujud dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila pada masa-masa awal kemerdekaan.


Sejak saat itu, Pancasila sudah dijadikan falsafah hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Maka
pada saat itu pula, warga Indonesia sudah bertekad untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan
dan menjadi bangsa yang mandiri. Artinya warga Indonesia ingin menentukan nasib bangsanya sendiri
tanpa adanya campur tangan dari penjajah dan terlepas dari bentuk ancaman apapun, baik dari dalam
maupun luar negeri.

* itahadari_2021
Dalam penerapan Pancasila di masa awal kemerdekaan ditemui banyak permasalahan,
diantaranya:
• Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun, pada 18 September 1948. Tujuan
utamanya untuk mendirikan negara Soviet dengan ideologi komunis.
• Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pemberontakan ini bertujuan untuk
menggantikan Pancasila dengan syariat Islam sebagai dasar negaranya.
• Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pemberontakan ini bertujuan untuk
mendirikan negara sendiri.
• Permerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) sebagai bentuk gerakan protes ke pemerintah pusat.
Masa orde lama
Penerapan Pancasila pada masa orde lama, terjadi pada 1959 hingga 1966. Periode ini
dikenal dengan demokrasi terpimpin. Selain itu, pada masa ini, bangsa Indonesia masih
mengalami peralihan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang sepenuhnya merdeka. Maka
dari itu, dalam penerapannya masih diperlukan proses adaptasi. Sebagian masyarakat ada yang
merasa setuju dan sebagian lagi merasa keberatan. Namun, dalam penerapannya ditemui
beberapa tindakan penyimpangan terhadap Pancasila. Salah satunya ialah pemberontakan PKI
yang dilakukan oleh D.N. Aidit pada 30 September 1965. Pemberontakan ini bertujuan untuk
mengubah ideologi menjadi komunis.
Masa orde baru
Masa orde baru dimulai saat Soeharto resmi ditetapkan menjadi presiden. Dalam masa
pemerintahannya, Soeharto berusaha untuk memulihkan kembali beberapa kekacauan yang
sebelumnya pernah terjadi di Indonesia. Upaya pemulihan kembali ini ditandai dengan dibuatnya
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun, diadakannya PEMILU, pendidikan pelaksanaan
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, serta pemerataan pembangunan. Tentunya
upaya pemulihan oleh Soeharto ini mengacu pada nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Contohnya pemerataan pembangunan ini bisa dikaitkan dengan sila kelima Pancasila, yakni
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pemerintahan Soeharto, juga ditemui
beberapa masalah, seperti kasus KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Selain itu, hak
berpendapat juga dibatasi dan adanya dwifungsi ABRI.

!+ itahadari_2021
Masa reformasi
Masa reformasi dimulai saat Soeharto mundur dari jabatannya dan digantikan oleh B.J.
Habibie. Dalam pemerintahannya, B.J. Habibie berusaha untuk memperbaiki sistem ekonomi,
mereformasi bidang politik dan hukum, mengeluarkan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum, dan lain-lain. Mulai pada masa reformasi,
penerapan Pancasila sebagai ideologi negara terus digaungkan hingga saat ini. Tidak hanya itu,
upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya juga makin marak.
Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi masyarakat Indonesia yang benar-
benar mendapat kebebasan. Di satu sisi, adanya kebebasan merupakan hal yang positif, semisal
dengan munculnya kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya.
Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang tak beretika,
penyalagunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme, konflik horizontal, serta hal-
hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
1. Tantangan dari Dalam Masyarakat
Adanya kebebasan masyarakat di satu sisi bisa menimbulkan sisi positif dengan
munculnya berbagai kreatifitas dari masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain juga bisa menimbulkan
dampak negatif yang merugikan bangsa. Berbagai dampak negatif dari kebebasan masyarakat
itu bisa berupa muncuknya pola komunikasi yang kurang beretika yang bisa menimbulkan
perpecahan. Selain itu juga bisa menurunkan rasa persatuan dan kesatuan antarsesama warga
negara. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan ini bisa ditandai dengan munculnya
berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah, tawuran antarpelajar, dan tindak kekerasan
lainnya. Berbagai hal tersebut bisa berdampak negatif dengan banyaknya korban jiwa
antarsesama warga masyarakat Indonesia. Hal ini membuat seolah-olah wawasan kebangsaan
yang telah dilandasi nilai-nilai Pancasila telah hilang dalam masyarakat. Padahal nilai-nilai
Pancasila lebih mengutamakan hidup yang rukun antarsesama bangsa Indonesia.
2. Tantangan dari Luar Masyarakat
Selain tantangan yang hadir dari dalam masyarakat Indonesia sendiri, bangsa
Indonesia juga dihadapkan dengan perkembangan zaman yang sangat cepat. Saat ini dunia
sedang bergerak terus dalam mencari suatu tata hubungan yang baru, baik dari ekonomi,
pertahanan keamanan, dan juga politik. Meskipun bangsa-bangsa lain juga menyadari
pentingnya kerja sama antarnegara, tetapi persaingan kekuatan besar dunia masih terjadi.

!! itahadari_2021
Salah satu cara yang dilakukan untuk menanamkan pengaruh terhadap negara lain
yaitu melaui penyusupan ideologi, baik yang langsung atau tidak. Maka dari itu, sebagai bangsa
Indonesia kita harus waspada untuk menanggulangi penyusupan ideologi yang tidak sesuai
dengan ideologi Pancasila. Hal ini penting untuk kita lakukan karena bangsa kita masih
termasuk sebagai bangsa yang berkembang. Bangsa yang berkembang sangat terbuka
kemungkinan untuk berpaling dari Pancasila, apalagi cita-cita masyarakat belum sepenuhnya
terwujud.
3. Tantangan dari Pengaruh Globalisasi
Selain tantangan berupa penyusupan ideologi lain selain Pancasila, juga ada tantangan
dari pengaruh globalisasi. Adanya globalisasi ini bisa mengakibatkan adanya kebebasan
dengan meniru kebudayaan luar. Peniruan dari kebudayaan luar ini bisa menjadi dampak
negatif jika bertolak belakang dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang "Mencari
Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi" pada 9 Maret 2020, seperti
dikutip dari laman resmi Lembaga Ketahanan Nasional RI, mengatakan, Pancasila merupakan
ideologi terbuka. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa memadukan beberapa nilai baru
dalam kehidupan bernegara. Namun, kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga
kemurniannya agar tidak terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan ideologi lain tidak
terlepas dari perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform sosial media
(sosmed), merebaknya media online, dan lain-lain.
Oleh karena itu, penerapan Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar
menarik perhatian generasi muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan
mengamalkannya. Rektor UIN Antasari, Mujiburrahman, melalui tulisan "Pembinaan Nilai-Nilai
Pancasila Zaman Now" dalam situs resmi Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin,
menyebutkan, media sosial, misalnya, tidak boleh disia-siakan dan selayaknya dimanfaatkan
untuk menginformasikan ideologi Pancasila.

!# itahadari_2021

Anda mungkin juga menyukai