Sejarah perkembangan Islam di Indonesia dapat dilihat melalui dua peristiwa penting, yaitu pada masa
kesultanan dan pada masa penjajahan Belanda.
Pada masa kesultanan, perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan berdirinya kerajaan-keraja
Islam. Di antara kerajaan-kerajaan Islam yang berdindi Indonesia adalah sebagai berikut.
Kerajaan Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair Kerajaan ini terletak di pesisir Timur
Laut Aceh. Merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Pendiri dan raja pertama adalah
Murah Khair-yang bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078),
Kerajaan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan Kerajaan Samudra Pasai. Sebagaimana
tercatat dalam sejarah, tahun 1360 M Kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Majapahit.
Sejak saat itu, Kerajaan Samudra Pasai terus mengalami kemunduran. Diperkirakan menjelang
berakhirnya abad ke-14 M, Kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama
Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan -sebagai raja pada hari Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H
(1511 M).
C. Kerajaan Demak
D. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia
Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan petir
barat Pulau Jawa dengan menguasai beberapa kawasan pelabuhan, kemudian menjadikannya
sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan. Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung
Jati adalah yang berperan dalam penaklukan. Banten. Setelah penaklukan tersebut, Maulana
Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, kemudian Surosowan
menjadi pusat
Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan. Masyarakat lebih
mengenalnya sebagai Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga
disebut sebagai Ujung Pandang Sebelum abad ke-16, raja-raja Makassar belum memeluk agama
Islam. Setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatera, -Makassar
berkembang menjadi kerajaan Islam. Sultan Alauddin (1591M-1638M) adalah Raja Makassar
pertama yang memeluk agama Islam. Sebelumnya, Sultan Alauddin bernama asli Karaeng -Ma
Towaya Tumamenanga Ri Agamanna
Terhadap bidang agama, pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk
melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
Dalam bidang sosial dan kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat kebiasaan yang berlaku,
sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi keberlakuan hukum Islam, yakni;
teori reseptic yang maksudnya hukum Islam baru dapat diberlakukan, apabila tidak bertentangan
dengan adat kebiasaan, sehingga terjadi kemandekan hukum Islam.
c. Bidang politik
Di bidang politik, pemerintah melarang keras bagi orang Islam untuk membahas hukum Islam, baik
dari Al-Qur'an maupun sunah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.
Sehingga terhadap bidang pendidikan, pemerintah Hindia Belanda membuat ordonasi guru yang
mengatur tentang kewajiban para guru Islam untuk meminta izin sebelum mereka mengajar.
Ordonasi tersebut timbul setelah pemberontakan para petani yang dimotori oleh para haji dan
guru-guru agama. Ordonasi tersebut memang sengaja dibuat oleh Belanda untuk menghambat dan
menghalangi penyebaran Islam di Indonesia, karena pemerintah Hindia Belanda ingin menyebarkan
agama Kristen.
Perkembangan Islam pada masa orde baru semakin berkembang dan dirasakan oleh umat Islam,
yaitu;
1. Berdirinya bangunan sarana ibadah umat Islam, seperti; masjid dan mushalla 2. Berdirinya
sekolah-sekolah Islam seperti Madrasah, Pesantren, dan juga Universitas Islam.
3. Mulai ada kegiatan bulan Ramadhan, dalam bentuk pesantren-pesantren kilat yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah
Pada masa ini kehidupan demokrasi seakan menjadi euforia. Tidak diketahui secara persis apa yang
dimaksud oleh sementara pihak yang melihat maraknya kehidupan politik Islam dewasa ini sebagai
suatu fenomena yang dapat diberi label repolitisasi Islam. Meskipun demikian, kalau menilik
indikator utama yang digunakan sebagai dasar penilaian itu adalah munculnya sejumlah partai
politik yang menggunakan simbol dan asas Islam atau yang mempunyai pendukung utama
komunitas Islam. Sehingga tidak terlalu salah apabila dikatakan adalah fenomena munculnya
kembali kekuatan politik Islam.