Anda di halaman 1dari 16

Dinamika

Sejarah Islam Asia Tenggara

Islam di
Indonesia
DOSEN PENGAMPU:
ISMAIL PANE, S.Ud., M.Ag
Kelompok 4
• Fanada Nazhifah 12180321914
• Raisa Kamilla Maizanda (12180323661)
• Risma Swardani (12180321753)
Pokok Bahasan
Islam di Indonesia pada Fase Kerajaan-
01
kerajaan pada Abad XIII s/d XX M
Islam di Indonesia Fase
02
Kolonialisme
03 Islam di Indonesia Fase Kemerdekaan
Masa Orde Lama
04 Ideologi Trans Nasional di
Indonesia
Diskursus Relasi Agama dan
05
Negara
1.Islam di Indonesia pada Fase Kerajaan-kerajaan
pada Abad XIII s/d XXM
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau
abadketujuh sampai abad kedelapan Masehi. Ini mungkin didasarkan
pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama
Fatimah binti Maimun di daerah dekat Surabaya bertahun 475 H atau
1082M. Sedang menurut laporan seorang Musafir Maroko, Ibnu
Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke
negeri Cina pada tahun 1345 M.
Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah:
1. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di Peureulak Aceh Timur,
kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama
di Samudera Pasai, Aceh Utara.
2. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang
selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu
kerajaan
 1.Kerajaan Samudera Pasai
Konon kerajaan Islam Perlak telah berdiri sejak abad ke-9 M (Azra, 1999). Pendapat
ini dikemukakan antara lain oleh Yunus Jamil dan Hasymi, yang konon telah didirikan
pada 225H/845M. Pendirinya adalah para pelaut pedagang Muslim asal Persia, Arab dan
Gujarat yang mula-mula datang untuk mengIslamkan penduduk setempat. Menurut
catatan Ibnu Batutah, seorang pelancong Maroko yang melakukan perjalanan ke
Samudera Pasai, sultan Samudera-Pasai adalah seorang Muslim yang baik yang
menerapkan hukum Islam dengan mazhab Syafi’i. Begitupula penduduk kerajaan
menjalankan ajaran Islam dengan baik. Kerajaan Samudera Pasai juga mengenal
adanya lembaga-lembaga keagaamaan yakni qadhi dan mufti (Yakin, 2015).

2. Kesultanan Aceh Darussalam


Kesultanan Aceh Darussalam diduga berdiri pada abad ke-15 M di atas puing-puing
kerajaan Lamuri oleh Sultan Muzaffar Syah (1465-1497 M). Menurut Anas Machmud,
dialah yang membangun kota Aceh Darussalam, dan pada masa pemerintahannya Aceh
mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan karena saudagar-saudagar Muslim
yang sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh,
setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M) (Helmiati, 2014).  Dari kesultanan ini, Islam
kemudian tersebar ke berbagai negeri-negeri Melayu lainnya. Pengaruh dan kekuasaan
kesultanan Aceh Darussalam pada saat itu sangat dirasakan di kepulauan Sumatera dan
semenanjung tanah Melayu, terutama ketika kesultanan itu dibawah pemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1608-1637)
 3.Kesultanan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah putra Raja Majapahit Kertabumi Brawijaya
V. Raden Fatah belajar Islam kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) kemudian menikah
dengan putri Sunan Ampel bernama Nyai Ageng Malaka (Dewi, 2017).
4.Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut Kesultanan Demak, yang didirikan oleh Jaka Tingkir,
yang berikutnya lebih dikenal dengan gelar Sultan Adiwijaya. Pada awal berdirinya tahun
1549, wilayah Kesultanan Pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah saja, karena negeri-
negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggono
5. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram berdiri sejak runtuhnya Kesultanan Pajang di Jawa tengah. Raja
pertamanya adalah Sutowijoyo yang bergelar “Panembahan Senopati Sayidin Panotogomo”.
Kerajaan Mataran meraih puncak kejayaan pada masa Raden Mas Ransang, raja pertama
yang menerima pengakuan dari Mekkah sebagai seorang sultan, kemudian memperoleh gelar
“Sultan Agung Anyakrakusuma Senopati Ing Alogo Ngabdurrahman”(Syifa’ & Haq, 2017).
6. Kesultanan Cirebon/Priangan
Islam mulai berkembang di Cirebon sekitar tahun 1470-1475 M. Kerajaan Islam pertama
di Jawa Barat adalah Kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Syarif Hidayatullah yang dikenal
dengan sebutan “Sunan Gunung Jati”. Syarif Hidayatullah merupakan pengganti sekaligus
keponakan Pangeran Walang Sungsang.
7 .Kerajaan Banten
Wilayah Banten pada mulanya dikuasai kerajaan Pajajaran sebelum akhirnya
ditaklukan oleh tentara Demak, Sunan Gunung Jati, dan Hasanuddin. Sunan Gunung Jati
memberi amanat kepada putranya Pangeran Hasanuddin untuk membangun kesultanan
Banten dengan mengangkatnya sebagai sultan pertama. Sultan Hasanuddin menjadikan
Banten kuat dengan dan pemeluk agama Islam semakin banyak.
8. Kesultanan Johor-Riau dan Riau Lingga
Kesultanan Riau Lingga merupakan kerajaan Islam yang berdiri di Kepulauan Riau
pada paruh pertama abad ke-19. Secara historis kemunculan kerajaan ini bisa dirunut dari
sejarah Kerajaan Malaka dan Johor. Ketika Kesultanan Malaka berdiri pada abad ke-15 M,
Riau Lingga merupakan daerah kekuasaan Malaka.
9. Kerajaan Makassar-Sulawesi Selatan
Islam masuk ke Sulawesi Selatan melalui dua tahapan yakni perdagangan dan penerimaan
oleh raja. Islam masuk melalui perdagangan karena adanya hubungan pedagang Sulawesi
dengan saudagar Muslim. Islam diterima secara langsung oleh Raja Gowa-Tallo pada 22
September 1605 M. I Malingkaang Daeng Mannyonri adalah Raja Tallo sekaligus
merangkap sebagai Tumabbicara Butta atau Mangkubumi Kerajaan Gowa merupakan raja
pertama yang masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdullah Awwalul
Islam. Kemudian diikuti I Mangngerengi Daeng Manrabbia yakni raja Gowa XIV juga
memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Alauddin (Nelmawarni & Djohar, 2013).
2. Islam di Indonesia Fase Kolonialisme
Kaum pedagang Barat yang beragama Kristen melakukan misinya dengan kekerasan
terutama dagang teknologi persenjataan merekayang lebih ungggul daripada persenjataan
Indonesia. Tujuan merekaadalah untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang
pesisir kepulauan Nusantara. Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah Islam,
karena mereka belum mengetahui ajaran Islam dan bahasa Arab, juga belum mengetahui
sistem sosial Islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda mengeluarkan instruksi kepada
para Bupati agar urusan agama tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk
memutuskanperkara-perkara di bidang perkawinan dan kewarisan (Zubaidah, 2016).

Hukum Islam mulai termajinalkan pada masa Belanda akibat politik hukum Belanda.
Rekayasa intelektual Belanda secara sistematik memarjinalkan Hukum Islam. Perkembangan
hukum Islam pada masa penjajahan kolonial Belanda dapat diklasifikasi kedalam dua fase.
Pertama, Belanda memberi toleransi penuh melalui VOC dengan memberikan ruang bagi
hukum Islam untuk berkembang secara penuh (Receptie In Complexu). Kedua, Belanda
melakukan intervensi hukum Islam dengan menghadapkan pada hukum adat (Receptie).
Tujuan Belanda pada fase kedua adalah untuk menerapkan hukum Belanda (Hafizd, 2021).
Eksistensi hukum Islam pada pemerintahan Jepang tidak mendapat perubahan.
Jepang mengambil keputusan untuk mempertahankan beberapa peraturan
yang ada. Adat istiadat dan praktik ibadah keagamaan tidak dicampuri sama
sekali untuk mencegah perlawanan yang tidak diinginkan. Jepang lebih fokus
pada upaya menghapus simbol-simbol pemerintahan colonial Belanda di
Indonesia. Pengaruh kebijakan pemerintahan Jepang terhadap perkembangan
hukum tidak begitu signifikan (Hatta, 2017).

Pendidikan Islam Masa Kolonial Belanda


Kondisi pendidikan Islam pada zaman Belanda sangat memprihatinkan. Umat
Islam terus-menerus mendapatkan tekanan dan perlakuan yang tidak
menggembirakan. Namun, umat Islam pantang menyerah, tetap berjuang hingga
akhirnya pendidikan Islam mengalami kebangkitan dan kemajuan (Nursyarief, 2014).
1. Jamiat Khair, Konsep Pendidikan Konfergensi
2. Taman Siswa Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tangga 3
Juli 1922 di Yogyakarta.
3.  Indonesisch Nederland School
4.Muhammadiyah
5. Persatuan Islam
Pendidikan Islam Zaman Penjajahan Jepang
Kehadiran Jepang menjajah Indonesia sangatlah singkat. Namun,
Jepang tetap memberikan pengaruh terhadap perkembangan pendidikan
Islam. Salah satunya adalah umat Islam lebih leluasa mengembangkan
pendidikannya karena peraturan pemerintah Belanda yang diskriminatif tidak
diberlakukan lagi. Selanjutnya, sistem pendidikan Islam saat itu masih sama
dengan sistem zaman Belanda, yaitu di sam- ping sistem pendidikan
pesantren, juga terdapat sistem pendidikan klasikal, yaitu sistem pendidikan
Belanda yang memuat pelajaran agama (Nursyarief, 2014).
Walaupun Jepang berusaha mengambil hati umat Islam dengan
memberikan kebebasan dalam melaksanakan praktik agama dan
mengembangkan pendidikan, ulama tidak semudah itu tunduk kepada
pemerintah Jepang apabila hal tersebut bertolak belakang dengan akidah
Islam. Misalnya perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan para santri dalam
menentang kebijakan kufur pemerintah Jepang yang memerin tahkan setiap
orang untuk menghadap ke Tokyo setiap pukul 07.00 untuk menghor mati
kaisar Jepang yang mereka anggap keturiman Dewa Matahari. Akibat sikap
ter- sebut beliau ditangkap dan dipenjarakan Jepang selama 8 bulan
(Nursyarief, 2014).
Islam di Indonesia Fase Kemerdekaan
Orde Lama Orde Baru
Perkembangan Islam pada masa orde
lama, (masa berlakunya UUD 1945,
Munculnya orde baru dianggap
Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950)
sebagai kemenangan bagi umat
berada pada tingkat pengaktualisasian
Islam karena ada andil dalam
ajaran agama untuk dijadikan sebuah
pembentukannya. Sehingga umat
dasar dalam bernegara. Sehingga
Islam menaruh banyak harapan
pergolakan ideologi antara golongan
pada pemerintah, khususnya
muslim dan golongan nasionalis saling
kesempatan untuk berkiprah di
tarik ulur untuk memperjuangkan
bidang politik. Namun realitasnya
berlakunya rumusan ideologi masing-
hal tersebut tidak mendapat
masing. Sedangkan pada masa
perhatian dari pemerintah masa
demokrasi terpimpin (1959 - 1966)
baru orde baru karena pemerintah
golongan Islam mendapat tekanan
orde baru lebih berorientasi pada
melalui dominasi peranan golongan
pembangunan ekonomi
komunis yang membonceng kepada
pemerintah.
Masa Reformasi
Runtuhnya Orde baru pada 21 Mei 1998, bersamaan dengan
munculnya berbagai gerakan sosial. Isu Piagam Jakarta dan
tuntutan untuk memperbesar peran syariah dalam negara kembali
muncul ke permukaan. Khusus untuk isu penerapan syariah,
secara umum ada dua tipe gerakan Islam yang berargumen
tentang hal tersebut. Namun, perubahan struktural yang dibawa
oleh pengesahan otonomi daerah 1999 menambah kerumitan
situasi ini karena kebijakan tersebut memberikan ruang bagi
komunitas lokal untuk menerapkan syariah di tingkat kabupaten
dan provinsi, tanpa memperhatikan sikap dan posisi pemerintahan
pusat.
4.Ideologi Trans Nasional di
Indonesia
Sekarang ini, berbagai macam kegiatan spiritual keagamaan dilakukan,
dalam rangka menegakkan agama Islam dengan cara-cara damai dan
transformatif, yang kemudian melabeli diri mereka sebagai “Gerakan Ideologi
Islam”. Sementara itu, usaha gerakan tersebut dalam mewujudkan
kesejahteraan hidup bagi pemeluknya, seringkali diidentikkan dengan sebuah
gerakan politik yang berorientasi pada kekuasaan, baik di tingkat nasional
maupun internasional.
Maka, dalam beberapa diskusi terkini yang membahas tentang gerakan
Islam, menggunakan dua istilah untuk membedakan cakupannya, antara lain
gerakan-gerakan yang mempunyai pengaruh hanya sampai pada tingkat
nasional, disebut “Gerakan Ideologi Islam Nasional”, seperti Nahdlatul Ulama
(NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Gerakan Islam Indonesia
(GII), Hidayatullah, dan sebagainya, sedangkan kelompokkelompok Islam
yang memiliki jaringan hingga ke ranah global atau internasional, dinamai
sebagai “Gerakan Ideologi Islam Transnasional”, contohnya gerakan Salafi,
Wahabi, dan Hizbut Tahrir.
5.Diskursus Relasi Agama dan Negara
Dalam Islam, hubungan agama menjadi perdebatan yang
cukup hangat dan berlanjut hingga kini di antara para ahli.
Perdebatan itu telah berlangsung sejak hampir satu abad, dan
berlangsung hingga dewasa ini. Ketegangan perdebatan
tentang hubungan (agama dan negara diilhami oleh hubungan
yang agak canggung antara Islam sebagai agama (din) dan
negara (dawlah). Dalam bahasa lain, hubungan antara agama
dengan politik (siyasah) dikalangan umat Islam, terlebih lebih
dikalangan sunni yang banyak diatur oleh masyarakat
Indonesia, pada dasarnya bersifat ambigous atau ambivalen
Tentang hubungan antara agama dan negara dalam Islam, menurut Munawir
Sjadzali, ada tiga aliran yang menanggapinya.

• Pertama, aliran yang menganggap bahwa agama Islam adalah agama paripurna
yang mencakup segala-galanya, termasuk masalah-masalah negara. Oleh
karena itu, agama tidak dapat dipisahkan dari negara, dan urusan negara adalah
urusan agama serta sebaliknya.

• Aliran kedua, mengatakan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan negara,
karena Islam tidak mengatur kehidupan bernegara atau pemerintahan. Menurut
aliran ini Nabi Muhammad saw tidak punya misi untuk mendirikan negara.

• Aliran ketiga berpendapat bahwa Islam tidak mencakup segalanya, tapi


mencakup seperangkat prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan
bermasyarakat termasuk bernegara. Oleh karena itu, dalam bernegara, umat
Islam harus mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai dan etika yang
diajarkan secara garis besar oleh Islam. Hussein Muhammad, menjelaskan
bahwa dalam Islam ada dua model hubungan antara agama dan negara. Model
pertama, ia disebut sebagai hubungan integralistik, dan yang kedua disebut
hubungan simbiosis mutualistik.
Thank you!
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai