Laporan PPL 2019
Laporan PPL 2019
LAPORAN
Diajukan oleh :
KHAIRUN HAFIZHAN
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Agama Islam
NIM : 150201012
َم ْن َيْهِدِه،ِإَّن اْلَحْم َد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ْه َو َنْسَتْهِد ْيِه َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َوِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا
َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال هللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه.ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه.
Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas
segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan...penyusunan makalah ini yang berjudul “Sejarah Peradaban
Islam Asia Tenggara (Kerajaan Demak)” dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan Agama Islam hingga beliau dikenang sampai saat ini.
Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan
sampai penyusunan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dosen yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Ibu
Nurma Dewi, M.Ag.
2. Teman-teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a
dan memohon kepada Allah SWT.semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di hadapan Allah SWT. Amiin yaa Rabbal ‘Alamin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. Akhirnya semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
(Penyusun)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................3
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................17
B. Saran.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Louis Ma’luf, Al Munjid fi al Lughah wa al A’lam, (Bairut : Dar al Masyriq, 1986), hal.
1., Efendi, Ilmu Sejarah : Suatu Pengantar,( Bandar Lampung : Fakultas Ushuluddin IAIN Raden
Bandar Lampung, 1999), hal.1.
2
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, (Jakarta : Bhratara Aksara, 1981), hal.
1.
3
Hugiono, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1982), hal. 1.
4
William H.Frederick, Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia : Sebelum dan
Sesudah Revolusi, (Jakarta : LP3ES, 1982), hal. 4.
1
peradaban. Kalau Kebudayaan lebih direfleksikan dalam seni, sastra, religi
(agama), dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan
teknologi.5 Jadi sejarah peradaban Islam adalah peristiwa yang terjadi pada masa
lalu yang berkenaan dengan mekanisme dan teknologi yang berkaitan dengan
politik, ekonomi dan teknologi, dan juga akan disinggung tentang seni, agama,
serta moral.
Maka kali ini pemakalah mencoba untuk menjelaskan sejarah peradaban
Islam Asia Tenggara khususnya pada Kerajaan Demak.
B. Rumusan Masalah
Dari judul “Sejarah Peradaban Islam Asia Tenggara (Kerajaan Demak)”
dapat kita ambil rumusan masalah :
1. Bagaimana peradaban Islam di Kerajaan Demak?
2. Apakah Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang membawa Islam pertama
di Jawa?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh
Muqarran, juga sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan mengenai apa-apa saja
yang terdapat di dalamnya. Diantara tujuan penulisan makalah ini adalah agar
dapat:
1. Mengetahui peradaban Islam di Kerajaan Demak.
2. Mengetahui kerajaan yang pertama sekali membawa agama Islam di Jawa.
5
Effat Al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, (Bandung : Penerbit Pustaka, 1986), hal.
5.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
6
H.J. Graaf dan Th.G.Th. Pigeud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, (Jakarta : Grafiti
Pers, 1985), hal. 225.
3
Adipati Unus, yakni Pangeran Trenggono. Setelah naik tahta Ia bergelar Sultan
Trenggono. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak
kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten,
Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi
perebutan kekuasaan Arya Penangsang anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan
Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kemudian
dikalahkan oleh Arya Penangsang. Namun, Arya Penangsang kemudian berhasil
juga dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati
Pajang.7 Joko Tingkir yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan
pusat Kerajaan Demak ke Pajang.
4
terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin
perlawanan terhadap Portugis yang telah menguasai Malaka. Karena
keberaniannya itu Pati Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga
mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, hal itu
mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makanan.
Ketika Pati Unus wafat, Pati Unus tidak memiliki putra, jadi tahta kerajaan
digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. Dan di bawah
pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai masa
kejayaannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana dan
gagah berani. dan berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang meliputi dari
Jawa Timur dan Jawa Barat.
Pada turun-temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden
Trenggono musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas
pengaruhnya ke jawa Barat dan hasilnya pihak portugis bisa mendirikan benteng
Sunda Kelapa di jawa barat.
Pada tahun 1522 M Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda
Kelapa dibawah pimpinan Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa
Portugis dari Sunda Kelapa. Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna dan sampai
saat ini dikenal dengan nama Jakarta.
Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah
kekuasaan Demak dan untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono
mengambil langkah cerdas sebagai berikut
Menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur (Kerajaan Hindu Supit Urang)
dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa
hasil karena Sultan Trenggono meninggal.
5
Menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin
oleh
Fatahillah, beliau mengadakan perkawinan politik. Misalnya :
Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja
Cirebon )
Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat
di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi
usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan
beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara. Di bawah Pimpinan
Pati Unus( Pangeran Sabrang Lor ). Demak di bawah Pati Unus adalah Demak
yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai
kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa
terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia
mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
8
Ali Sodiqin, dkk., Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta : LESFI, 2004), hal. 328-329.
6
Di bawah Pimpinan Sultan Trenggono, beliau berjasa atas penyebaran
Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah pemerintahannya, Demak mulai
menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari
Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527),
Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545),
dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1546).
Trenggono meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima
perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang
juga menjadi menantu raja Trenggono. Sementara Maulana Hasanuddin putera
Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggono untuk menundukkan Banten
Girang. Kemudian dari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai
kerajaan mandiri.9 Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak
juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
9
Dedi Supiyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hal. 192
7
Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa
silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda
tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai filosofisnya , datanglah
ke masjid ini. Letaknya berada di Desa Kauman, Demak – Jawa Tengah.
2. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek
bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu
ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada
tahun 1466 dan menjadi pintu utama
dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan
cerita yang beredar, pintu ini dinamai
pintu bledek tak lain karena Ki Ageng
Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini, pintu bledek
sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan karena
sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan
kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.
3. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah tiang berdiameter
mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai
penyangga tegak kokohnya bangunan
Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang
digunakan masjid ini, dan berdasarkan
cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh
Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan
mendapat tugas untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia
baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan
sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau potongan-potongan
kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya dan mengubahnya
menjadi soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal.
8
4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga
merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh
dilupakan. Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk
memanggil masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5
waktu setelah adzan dikumandangkan. Kentongan berbentuk menyerupai tapal
kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga sekitar
harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda.
5. Situs Kolam Wudhu
Situs kolam wudhu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak.
Situs ini dahulunya digunakan sebagai tempat berwudhu para santri atau mushafir
yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan shalat. Namun, saat ini situs
tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudhu dan hanya boleh dilihat
sebagai benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah
Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi
bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi,
tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun
tulisan dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Allah.
7. Dampar Kencana
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih
fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan
Kerajaan Demak yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat
penyimpanannya di Masjid Demak.10
8. Piring Campa
Piring Campa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak
lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian
10
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-demak-sejarah-raja-dan-peninggalan-
beserta-masa-kejayaannya-secara-lengkap/
9
dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di
tempat imam.
1. Politik
Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar
Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya
yang bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya
sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis
yang berada di Selat Malaka. Sayangnya, usaha Pati Unus masih mengalami
kegagalan. Namun, karena keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di
Malaka, akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh
adiknya yang bernama Trenggono. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai
puncak kejayaannya. Kamudian pada tahun 1546 beliau digantikan oleh adiknya
Sunan Prawoto.
2. Ekonomi
Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di
Nusantara, Demak memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas
perekonomian antarpulau. Demak memiliki peran yang penting karena memiliki
daerah pertanian yang lumayan luas dan menjadi penghasil bahan makanan pokok
seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Barang yang
banyak diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.
Barang-barang tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara.
Aktivitas perdagangan maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan Demak
mendapat keuntungan sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut
Jawa dalam memasarkan barang dagangan tersebut.
3. Sosial dan Budaya
Dalam kehidupan sosial dan budaya, rakyat kerajaan Demak sudah hidup
dengan teratur. Roda kehidupan budaya dan sosial masyarakat kerajaan Demak
10
sudah diatur dengan hukum Islam sebab pada dasarnya Demak ialah tempat
berkumpulnya para Walisongo yang menyebarkan Islam di pulau Jawa.
Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan
Islam dan sampai saat ini masih dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak.
Masjid tersebut merupakan lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi
kerajaan Islam Indonesia yang pernah berjaya di masa lalu.
Selain memiliki banyak ukiran Islam (kaligrafi), Masjid Agung Demak
juga memiliki keistimewan, yaitu salah satu tiangnya terbuat dari sisa-sisa kayu
bekas pembangunan masjid yang disatukan. Selain Masjid Agung Demak, Sunan
Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar perayaan Sekaten yang ada dimasa
Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga dalam untuk
menarik minat masyarakat agar tertarik untuk memeluk Islam. 11 Perayaan Sekaten
tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus dipelihara
sampai saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan
Surakarta.
11
Pangeran Sekar dalam perjalanan pulang dari shalat Jum’at. Oleh karena itu, ia
dikenal dengan nama Pangeran Sekar Sedo Lepen. Menurut tradisi lisan di daerah
Demak, pembunuhan itu terjadi di tepi Sungai Tuntang, sedang menurut tradisi
Blora Pangeran Sekar dibunuh di dekat Sungai Gelis.
Pembunuhan ini menjadi pangkal persengketaan di Kerajaan Demak.
Raden Arya Penangsang, putra Pangeran Sekar berusaha menuntut balas atas
kematian ayahnya, sehingga ia berusaha untuk menumpas keturunan Sultan
Trenggono. Apalagi ia mendapat dukungan secara penuh dari gurunya Sunan
Kudus.
Pergantian kepemimpinan pasca wafatnya Sultan Trenggono tidak dapat
berjalan mulus dikarenakan terjadi konflik di Kerajaan Demak Bintoro. Faktor
penyebab adalah konflik dari intern (dalam kerajaan) dan faktor ekstern
(perbedaan pandangan dari para wali sembilan tentang calon pengganti Sultan
Trenggono).
Terdapat perbedaan pendapat di antara para Wali. Pendapat Sunan
Kalijaga, adalah Hadiwijaya Adipati Pajang menantu Sultan Trenggono yang
pantas menggantikan sebagai Raja. Alasannya meski bukan keturunan langsung
Raden Patah, tetapi masih mempunyai darah Raja Majapahit. Sunan Kalijaga
mengingatkan bahwa para Wali pernah mengangkat Pati Unus sebagai Sultan
Demak, padahal Pati Unus tidak memiliki darah Raja Majapahit. Selain itu sikap
pencalonan Sunan Kalijaga terhadap Pangeran Hadiwijaya disertai dengan alasan
bahwa jika yang tampil Pangeran Hadiwijaya, maka pusat kesultanan Demak
Bintoro akan dapat dipindahkan ke Pajang, sebab apabila masih di Demak, agama
Islam kurang berkembang, sebaliknya akan lebih berkembang pesat apabila pusat
kesultanan itu berada di Pedalaman (di Pajang).
Sikap dan pendapat dari Sunan Kalijaga ini tampaknya kurang disetujui
oleh Sunan Kudus, karena apabila pusat kerajaan dipindahkan di pedalaman
(Pajang) maka sangat dikhawatirkan ajaran Islam yang mulia, terutama
menyangkut bidang Tasawuf, besar kemungkinannya bercampur dengan ajaran
“mistik” atau Klenik sedangkan Sunan Kudus sedang mengajarkan ajarannya
“Wuluang Reh” / penyerahan. Dari pendapat ini menunjukkan bahwa Sunan
12
Kudus tidak setuju dengan sikap dan pendapat Sunan Kalijaga yang mencalonkan
Hadiwijaya sebagai pengganti dari Sultan Trenggono.
Sunan Kudus berpendapat bahwa Arya Penangsang, Adipati Jipang
Panolan, putra Pangeran Bagus Surawiyata/ Raden Kikin yang terbunuh yang
berhak sebagai Sultan Demak karena Arya Penangsang adalah pewaris
(keturunan) langsung Sultan Demak dari garis laki-laki yang tertua, kecuali itu
Arya Penangsang adalah orang yang mempunyai sikap kepribadian yang teguh
dan pemberani. Sunan Kudus meyakinkan bahwa Arya Penangsang memiliki
kemampuan dalam tata negara dan merupakan pemimpin yang kharismatik. Sunan
Giri berpendapat bahwa Sunan Prawoto, putra Sultan Trenggono yang berhak
menjadi Sultan. Alasannya adalah sesuai adat dan hukum. Akhirnya Sunan
Prawoto diangkat sebagai Sultan.
Konflik intern Kerajaan Demak terjadi karena adanya rasa dendam berebut
kekuasaan dari keturunan Pangeran Sedo Lepen yang dibunuh oleh Sunan
Prawoto (Putera Sulung Sultan Trenggono) ternyata meninggalkan duri dalam hati
keturunan Pangeran Sekar Sedo Lepen, puteranya yang bernama Arya
Penangsang merasa lebih berhak menduduki tahta kerajaan, sebab dia
beranggapan bahwa yang menduduki kursi mahkota tersebut adalah ayahnya,
bukan Sultan Trenggono karena Pangeran Sekar adalah kakak dari Sultan
Trenggono dan adik dari Patih Unus atau Pangeran Sabrang Lor (Sultan Syah
Alam Akbar II) yang memerintah tahun 1518 – 1521 M. Atas dasar inilah Arya
Penangsang berusaha untuk merebut dan menduduki tahta kerajaan Demak.
Sedangkan faktor ekstern yaitu munculnya aksi saling mendukung dari para wali
yang memiliki calon-calon pengganti dari Sultan Trenggono turut mewarnai
situasi politik di dalam kerajaan.
Situasi politik semakin meruncing dan tambah memanas, sehingga Arya
Penangsang mengambil sikap, karena merasa dialah yang lebih berhak menduduki
tahta kerajaan Demak Bintoro, maka dengan gerak cepat terlebih dahulu
menyingkirkan Sunan Prawoto dengan pertimbangan, Sunan Prawoto lah yang
membunuh ayahnya, kedua dialah yang menjadi saingan berat dalam perebutan
kekuasaan itu, akhirnya Sunan Prawoto mati terbunuh beserta istrinya oleh budak
13
suruhan Arya Penangsang / “Soreng Pati” yang bernama “Rungkut”, pada tahun
1549. Setelah Sunan Prawoto wafat, ia kemudian membunuh Pangeran Hadiri,
suami Ratu Kalinyamat. Pangeran Hadiri berhasil dibunuh oleh pengikut Arya
Penangsang dalam perjalanan pulang dari Kudus, mengantarkan istrinya dalam
rangka minta keadilan dari Sunan Kudus atas dibunuhnya Sultan Prawoto oleh
Arya Penangsang. Namun Sunan Kudus tidak dapat menerima tuntutan Ratu
Kalinyamat karena ia memihak Arya Penangsang. Menurut Sunan Kudus, Sultan
Prawoto memang berhutang nyawa kepada Arya Penangsang yang harus dibayar
dengan nyawanya.12 Arya Penangsang juga mencoba membunuh Adipati Pajang
Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggono.
Kematian Sunan Prawoto dan Pangeran Hadiri tampaknya membuat
selangkah lagi bagi Arya Penangsang untuk menduduki tahta Demak. Namun dari
Kerajaan Pajang juga memiliki seorang penguasa yang bernama Joko Tingkir
yang juga ingin menguasai kerajaan Demak, kemudian terbunuhlah Arya
Penangsang di tangan Joko Tingkir dan pusat kerajaan dipindahkan ke Pajang.
12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014), hal.
212.
14
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mengetahui berbagai hal
yang berkaitan dengan “Sejarah Peradaban Islam Asia Tenggara (Kerajaan
Demak) ”. Bagi pemakalah menjadi suatu pengetahuan yang penting karena
pengetahuan tentang isi makalah ini dapat diketahui walau hanya sebatas
membaca dan menulis, dan sekaligus menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca serta harapan kepada para pembaca
untuk dapat memberikan kritikan ataupun masukan terhadap makalah karena
tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Ucapan terimakasih atas kerjasama dan keterlibatan semua pihak sehingga
dalam pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan.Wassalam
15
DAFTAR PUSTAKA
Munawiyah, dkk., Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh : PSW IAIN Ar-Raniry,
2009.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014.
Effat Al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung : Penerbit Pustaka,
1986.
H.J. Graaf dan Th.G.Th. Pigeud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Jakarta :
Grafiti Pers, 1985.
Louis Ma’luf, Al Munjid fi al Lughah wa al A’lam, Bairut : Dar al Masyriq, 1986.
Efendi, Ilmu Sejarah : Suatu Pengantar, Bandar Lampung : Fakultas Ushuluddin
IAIN Raden Bandar Lampung, 1999.
Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta : Bhratara Aksara, 1981.
Hugiono, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta : Rineka Cipta, 1982.
William H.Frederick, Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia : Sebelum
dan Sesudah Revolusi, Jakarta : LP3ES, 1982.
Dedi Supiyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008.
Ali Sodiqin, dkk., Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Modern,
Yogyakarta : LESFI, 2004.
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-demak-sejarah-raja-dan-peninggalan-
beserta-masa-kejayaannya-secara-lengkap/
16