Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI DAKWAH DAN

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


Untuk memenuhi tugas daring selama pandemi covid-19

Pendidikan agama islam semester genap

2020/2021

Disusun Oleh :

1. Fitri Nurmalasari
2. Ike Rahmadinha
3. M.Riyandi

PROVINSI KALIMANTAN UTARA


KABUPATEN BULUNGAN
KECAMATAN TANJUNG PALAS
SMAN I TANJUNG PALAS
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Strategi Dakwah Dan
Perkembangan Islam Di Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas guru pada
mata pelajaran agama islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “Strategi Dakwah Dan Perkembangan Islam Di Indonesia” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Mohammad Karimulla, M.Pd.I,
selaku guru dalam bidang agama islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Tanjung Palas, februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................

Daftar isi..................................................................................................................................

BAB I Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia.............................................................

a) Teori masuknya Islam ke Indonesia.............................................................................


b) Bukti-bukti otentik teori masuknya Islam....................................................................

BAB II Strategi Dakwah Islam di Nusantara......................................................................

a) Perdagangan.................................................................................................................
b) Perkawinan...................................................................................................................
c) Pendidikan....................................................................................................................
d) Tasawuf........................................................................................................................
e) Kesenian.......................................................................................................................
f) Politik...........................................................................................................................
BAB III Perkembangan Dakwah Islam di Nusantara........................................................
a) Perkembangan Islam di Sumatra..................................................................................
b) Perkembangan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Papua...........................................
c) Perkembangan Islam di Sulawesi.................................................................................
d) Perkembangan Islam di Nusa Tenggara.......................................................................
e) Perkembangan Islam di Pulau Jawa.............................................................................
BAB IV Kerajaan Islam.........................................................................................................
a) Samudra Pasai..............................................................................................................
b) Kerajaan Aceh
c) Demak..........................................................................................................................
d) Padang..........................................................................................................................
e) Mataram Islam.............................................................................................................
f) Cirebon.........................................................................................................................
g) Banten..........................................................................................................................
h) Makassar......................................................................................................................
i) Ternate dan Tidore.......................................................................................................
j) Kerajaan Bulungan.......................................................................................................

Daftar Pustaka..................................................................................................................
BAB I

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

a) Teori masuknya Islam ke Indonesia

..................Para pakar sejarah berbeda pendapat mengenai sejarah masuknya islam ke


Nusantara.setidaknya terdapat 3 teori besar yang dikembanhgkan oleh Ahmad Mansur
Suryanegara, yang terkait dengan asal kedatangan, para pembawanya dan waktu
kedatangannya

1. Teori Gujarat, islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat-India melalui peran para
pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13M
2. Teori Mekah, islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari timur tengah melalui jasa
para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7M
3. Teori Persia, islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam
perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke Nusantara sekitar abad ke-13M.

b) Bukti-bukti otentik teori masuknya Islam


 Menurut sejumlah pakar sejarah dan arkeolog, jauh sebelum nabi Muhammad saw.
Menerima wahyu, telah terjai kontak dagang antara para pedagang cina, nusantara, dan
Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.
 Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah
melakukan banyak penelitian arkeologis di pilynesia dan Asia Tenggara, dan menemukan
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi(yang berarti Nabi
Muhammad SAW, belum lahir), beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang
menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina
serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di
selatan Sumatra dan Jawa Timur membuktikan hal ini.
 Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara-terutama Sumatra dan jawa dengan Cina
juga diakui oleh sejarawan G.R Tibbett. Iya menemukan bukti-bukti adanya kontak
dengan antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu. “keadaan ini terjadi karena
kepulawan Nusantara telah menjadi tempat persaingan kapal-kapal perdagang Arap yang
berlayar ke negeri Cena sejal abad ke lima Masehi,” tulis Tibbets. Jadi peta perdadangan
saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-Cena.
 Ditemukannya perkampungan Arab muslim di Barus pada abad ke-1 H/7 M. Berdasarkan
sebuah dokumen kuno asal sebuah Tiongkok juga menyebutkan bahwa sekitar tahun 625
M ( Sembilan tahun rasullulah saw. Berdakwah terang-terangan), di pesisir pantai
sumatara sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang berada dalam
kuasaan wilayah kerajaan Buddah Sriwijaya. Di perkampungan-perkampungan ini,
orang-orang Arab bermukim dan telah melakuakan asimilasi dengan penduduk pribumi
dengan jalan menikahi perempuan-perempuan local.
BAB II

STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA

a) perdagangan

.Pada tahap awal, saluran yang dipergunkan dlam peroses islaminasi di Indonesia adalah
perdagangan pada abad ke- 7 hingga abad ke-16 M. Atifitas perdagangan ini banyak melibatkan
bangsa-bangasa di dunia, termasuk bangsa Arab,Persia,India,Cina dan sebagainnya. Mereka turut
ambil bagian dalam perdangangan di negeri-negeri bagian Barat,tenggara,dan Timur Benua Asia.

b) Perkawinan

Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki setatus sosial ekonomi yang lebih baik dari
pada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi,terutama
para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para sudagar muslim. Hanya saja ada
ketentuen hukum islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus dislamkan, karena peroses
pengislaman hanya dengan mengucapkan dua kalimat shadat, tampa upacara atau ritual rumit
lsinnya.

c) Pendidikan

Proses Ilamisasi di Indonesia juga dilakuakan melaluai media pendidikan. Para ulama banyak
mendirikan lembaga pendidikan islam, berupa pesnteren. Pada lembaga inilah inilah, para ulama
memberikan pengajaran ilmu keislaman melalaui bebagai pendekatan sampai kemudian para
santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik.

Tasawuf Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam peroses islamisasi di Indonesia
adalah tasawuf. Salah stu sifat khas dari ajaran ini addalah komondasi terhadap budaya local,
sehingga menyebabkan banyak masarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut.

d) Kesenian

Saluran islaminisasi melalui kesenisn yang paling terkenal adalah melalui pertunjukan wayang.
Seperti diketahui bahwa sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam meneteskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah materi dalam setiap pertunjukan yang dilkukannya.
Sunan kalijaga hanya meminta kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih diambil dari cerita Ramayana dan
Mahabarata, tetapi matannya berisi ajaran islam dan nama-nama pahlawan muslim.

e) Politik

Di Maluku dan sualawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajannya masuk islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik juga ditempuh ketika kerajaan islam melakuakan kerajaan non
islam, baik sumatera,jawa,maupun Indonesia bagian Timur.
BAB III

PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA

a. Perkembangan Islam Di Sumatra

Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di
Sumatera telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang menjadikan Islam
masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya
mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam
bagi daerah daerah. Islam di Sumatera khususnya Aceh dipercaya sebagai cikal-bakal
penyebaran Islam di Nusantara. Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab
yang hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur
yang dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumaterà. Adalah Barus, yang disinyalir
sebagai perkampungan Islam tertua di Nusantara. Disini ditemukan Sebuah makam kuno
di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis bahwa Syaikh
Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi dan terdapat pula makam Syaikh Ushuluddin yang
panjangnya kira-kira 7 meter. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus
sudah ada pada era itu Para pembawa Islam datang langsung dari Semenanjung Arabia
yang merupakan utusan resmi Khalifah atau para pedagang Islam yang memang telah
memiliki hubungan perdagangan dengan Aceh, sebagai dacrah persinggahan dalam
perjalanan menuju Cina Hubungan yang sudah terbina sejak lama, yang melahirkan
asimiliasi keturunan Arab- Aceh di sekitar pesisir ujung pulau Sumatera, telah
memudahkan penyiaran Islam Islam telah berkembang di Aceh scjak abad VII.
Keberadaannya dibawa oleh para saudagar Islam Arab dan bukan merupakan misi khusus
penyebaran agama Selain dari perdagangan masuknya islam ke daerah Sumatera juga
dipengaruhi oleh kerajaan kerajaan yang ada di Sumatera dan dakwah dakwah dari wali-
wali atau ulama yang ada pada saat itu. Dari Kesultanan Aceh inilah kemudian pengaruh
Islam menyebar keseluruh Nusantara. Bukti-bukti penyebaran kebudayaan Islam masih
dapat kita jumpai hingga kini, diantaranya adalah masjid dan makam-makam.
b. Perkembangan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Papua

 Perkembangan islam di Kalimantan utara


Kerajaan Bulungan diperkirakan muncul pada pertengahan abad ke-16 M.
Bermula dari adanya legenda masyarakat Dayak Kayan, yang menyebutkan adanya
seorang penguasa dari Brunei Darussalam, bernama Datuk Mencang, yang tersesat di
wilayah Bulungan, tempat tinggal orang-orang Dayak Kayan.
Datuk Mencang kemudian menikah dengan seorang perempuan Dayak Kayan
bernama Asung Luwan. Ia kemudian mendirikan sebuah pemerintahan di daerah
Bulungan. Datuk Mencang menjadi penguasa pertama di sana sejak tahun 1555 sampai
1594.
Tidak diketahui dengan pasti apakah Datuk Mencang telah memeluk agama Islam
atau belum. Namun yang pasti, beberapa penguasa Bulungan setelahnya memakai nama
yang cenderung bernuansa Hindu. Baru pada abad ke-18, para penguasa Bulungan
menggunakan gelar sultan, yang menandakan Bulungan telah berubah menjadi kerajaan
bercorak Islam.
Raja pertama yang memeluk Islam adalah Wira Amir, yang memerintah sejak
1731, tetapi baru masuk Islam pada 1777 dan mengganti namanya menjadi Aji
Muhammad. Sejak saat itulah Bulungan berubah menjadi kesultanan dan Aji Muhammad
mendapat gelar Sultan Amiril Mukminin. Ia memerintah Kesultanan Bulungan hingga
tahun 1817, pada usia mencapai 86 tahun.
Kesultanan Bulungan tidak memiliki kekuatan militer yang kuat, sehingga
beberapa kali dikuasai oleh kerajaan lain, seperti oleh Kesultanan Berau di Kalimantan
Timur, Kesultanan Sulu di Filipina, hingga Belanda ketika datang ke Kalimantan. Pada
1850, Belanda melakukan perjanjian dengan kesultanan Bulungan, yang ketika itu berada
di bawah kekuasaan kesultanan Sulu.
Perjanjian itu ditandatangani oleh Sultan Muhammad Alimuddin Amirul
Muminin Kahharuddin, yang merupakan penerus Sultan Amiril Mukminin. Kesultanan
Sulu tidak dapat berbuat apapun sebagai penguasa Bulungan karena Filipina sedang
bertikai dengan Spanyol.
 Perkembangan islam di maluku
Islam masuk di Maluku melalui jalur perdagangan di abad ke-15. Alasan kenapa
Islam masuk lewat jalur perdagangan, karena pada awal abad ke-15 Maluku Sohor
sebagai kepulauan rempah-rempah yang menjadi sasaran pada pedagang asing untuk
mendapatkan cengkeh dan buah pala. Pedagang-pedagang itu diantaranya dari Asia-Arab,
Gujarat, Cina, dan pedagang-pedagang Jawa serat Melayu yang telah memeluk agama
Islam.
Syekh Mansur adalah salah satu pedagang dari Arab yang meyiarkan Islam di
Tidore pada masa pemerintahan Calano Caliati. Sementara Datu Maulana Hussein adalah
salah satu pedagang dari Jawa yang juga berpengaruh dalam penyebaran Islam di Ternate
pada masa pemerintahan Kalano Marhum.
Sementara itu, Portugis menyebut bahwa Islam masuk di Maluku semenjak
pelantikan Sultan Zainal Abidin ditahun 1486. Namun, sumber lain menyebut Islam
sudah ada di Maluku sekitar 50-60 tahun sebelum tahun 1486.
Setelah Islam masuk di Maluku, pengaruh dan perkembangan Islam belum kuat
terutama di Ternate. Oleh sebabnya, Zainal Abidin pergi ke Jawa untuk mempelajari
Islam secara langsung dari Sunan Giri. Sunan Giri adalah salah satu ulama atau wali
terkenal di tanah Jawa. Dari sinilah muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja).
Kesultanan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin (1486-1500);
Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Mansur; Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh
Sultan Sarajati; Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko.
Penyebaran Islam di Maluku, tanpa terkecuali tidak dapat dipisahkan dari kerja
keras seorang pedagang sekaligus muballigh asal Jawa bernama Datu Maulana Hussein.
Ia tiba di Ternate pada 1465. Hussein adalah seorang muballigh besar pada masanya. Ia
memiliki pengetahuan agama Islam yang luas dan dalam, serta pakar tilawah dan
kaligrafi Arab.
Dikisahkan pada suatu hari Hussein, dengan suara yang merdu dan keahlian
membuat kaligrafi, setiap ia mendendangkan lantunan ayat-ayat suci membuat banyak
orang berdatangan untuk mendengarkannya. Dengan demikian masyarakat perlahan-
lahan mulai menerima Islam.
 Perkembangan islam di papua
Berdasarkan cerita populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fakfak, agama
Islam masuk di Papua sekitar abad ke 15 yang dilalui oleh pedagang–pedagang muslim.
Perdagangan antara lain dilakukan oleh para pedagang–pedagang suku Bugis melalui
Banda (Maluku Tengah) dan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram
Timur.
Selain melalui jalur perdagangan, di daerah Merauke Islam dikenal melalui
perantara orang-orang buangan yang beragama Islam, yang berasal dari Sumatra,
Kalimantan, Maluku dan Jawa. Terdapat istilah yang populer di Merauke, yaitu "Jamer"
(dari kata Jawa-Merauke), untuk menyebut orang-orang keturunan Jawa baik yang
merupakan keturunan orang-orang yang dipindahkan pada zaman penjajahan Belanda
ataupun keturunan penduduk program transmigrasi pada masa setelah kemerdekaan
Indonesia.
Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara,
sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing,
kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati,
peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fak-Fak, Kaimana dan
teluk Bintuni-Manokwari, di antara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal
datang kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan
bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.

c. Perkembangan Islam di Sulawesi

Pada abad ke-16 Islam telah masuk ke Sulawesi, yang dibawa oleh Dato’Ri Bandang dari
Sumatera Barat. Daerah –daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Sulawesi Goa,sebuah
kerajaan di Sulawesi Selatan.sebelum islam datang ke daerah ini penduduknya menganut
kepercayaan nenek moyang. Setelah Datok’Ri Bandang berkunjung ke Sulawesi selatan, Raja goa
yang bernama Karaeng Tonigallo masuk islam. Kemudian atas usul Dato’Ri Bandang, Raja Goa
berganti nama dengan Sultan Alaudin. Jauh sebelum raja goa ini masuk islam, para pedagang
telah menyiarkan agama islam di tengah-tengah masyarakat Sulawesi selatan dan banyak
penduduk yang telah menganut agama islam. Setelah sultan Alauddin wafat, beliau diganti oleh
putranya yang bernama Sultan Hasanuddin. Dari Goa islam terus berkembang ke daerah-daerah
lainnya seperti daerah Tallo Bone.

d. perkembangan islam di Nusa Tenggara

Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama islam masuk pula kre Nusa
Tenggara. dibawa oleh para mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari jawa.Agama Islam
berkembang di Nusa Tenggara mula-mula di daerah Lombok yang penduduknya disebut Suku
Sasak. Dari daerah Lombok, secara pelan-pelan selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah
Sumbawa dan Flores.

e. Perkembangan Islam di Pulau Jawa


Penyebaran agama Islam kala itu dimudahkan oleh Allah. Syiar Islam pun berjalan
dengan damai dari kalangan masyarakat khususnya di pulau Jawa. Berdasarkan dari beberapa
sumber buku bahwa syiar dimulai dari yang disebut serambi Mekkah yaitu Sumatera hingga
pulau Jawa.
Sebelum adanya agama Islam, masyarakat Jawa kebanyakan telah memiliki keyakinan.
Agama yang dipeluk kala itu adalah agama Hindu dan Budha. Meski demikian, hal tersebut
bukan menjadi halangan bagi para penyebar agama Islam kala itu.Agama Islam diperkenalkan
dan disebarkan kepada masyarakat Jawa dengan sikap ramah dengan tanpa ada unsur paksaan apa
lagi kekerasan. Hal tersebut merupakan suatu cerminan bahwa agama Islam sebagai Rahmatan
Lil ’Alamin yakni rahmat bagi semesta alam.
Perkembangan agama Islam di pulau Jawa sebenarnya tidak lepas dari peranan penting
para Wali Songo yakni Wali yang jumlahnya ada 9. Mereka menyebarkan agama Islam di pulau
jawa dengan tanpa menghapus atau bahkan menghilanglan kebudayaan lokal.
Wali Songo melakukan pendekatan secara berbeda-beda sesuai kebudayaan yang ada di
daerahnya. Namun di dalam penyebarannya, mereka tetap memasukkan nilai-nilai ajaran Islam
sesuai tuntunan Rasululloh. Lambat laun masyarakat Jawa semakin yakin dan semakin banyak
yang memeluk ajaran Islam.
Wali songo tersebar di pulau Jawa yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Untuk
mengenal Wali Songo secara rinci, akan dijelaskan di bawah ini :

1. Sunan Ampel, nama aslinya Raden Rahmat, lahir di Aceh tahun 1401 M dan wafat tahun
1481 M. Pemakamannya ada di Ampel, kota Surabaya.
2. Sunan Bonang, Beliau putra Raden Rahmat Sunan Ampel, pada masanya Sunan Bonang
dikenal dengan sebutan Makdum Ibrahim, lahir tahun 1465 M dan wafat tahun 1525 M.
Pemakamannya ada di kabupaten Tuban.
3. Sunan Derajat, nama aslinya Raden Qosim sementara nama gelarnya adalah Syarifuddin
merupakan putra dari Sunan Ampel. Sunan Bonang lahir di Ampel tahun 1467 M dan
wafat pada pertengahan abad ke-16. Pemakamannya ada di kabupaten Gresik.
4. Sunan Gresik, nama aslinya Maulana Malik Ibrahim, lahir di Uzbekistan dan wafat di
Kabupaten Gresik tahun 1419 M.
5. Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku, lahir pada pertengahan abad ke-15 dan wafat pada
tahun 1506 M. Pemakamannya ada di Gresik.
6. Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Said, lahir pada tahun 1450 dan wafat pada
sekitar abad ke-15 M. Pemakamannya ada di Demak.
7. Sunan Kudus, nama aslinya Ja’far Shadiq, lahir tahun 1400 M dan wafat tahun 1550 M.
Pemakamannya ada di Kudus.
8. Sunan Muria, nama asinya adalah Raden Umar said, merupakan putra dari Sunan
Kalijaga. Pemakamannya ada di desa Celo, kecamatan Dawe, Kudus.
9. Sunan Gunung Jati, nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah, lahir tahun 1448 M dan
wafat tahun 1568. Pemakamannya ada di Cirebon, Jawa Barat.
Disamping peranan Wali Songo, ada beberapa kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Jawa
yang juga memiliki peranan penting dalam perkembangan agama Islam. Seperti kerajaan Demak
(1500 M), Kesultanan Pajang (1568-1586 M), Kerajaan Mataram (1582 M), Kerajaan Cirebon
(abad ke-15 dan ke-16 M), Kerajaan Banten (1526-1813 M).
BAB IV

KERAJAAN ISLAM

a. Samudra Pasai

Samudra Pasai adalah kerajaan islam yang dipandang sebagai kerajaan islam
pertama di Indonesia. Akan tetapi jika dikaitkan dengan dua kerajaan sebelumnya
(jeumpa dan Peurelak), maka kerajaan samudra pasai adalah kelanjutan dari kerajaan
islam Peurelak (perlak).

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik al-Saleh pada tahun 1285(abad 13 M)
sekaligus sebagai raja pertama. Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan
Muhammad ata yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir I. Ia memerintah sampai tahun
1326 M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir II.

b. kerajaan aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat
Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan
oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.
c. Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang bernama Raden Patah.
Untuk menghadapi Portugis Armada Demak yang dipimpin Pati Unus (Putra Raden
Patah) melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Pati Unus
diberi Gelar Pangeran Sabrang Lor yang artinya pangeran yang pernah menyeberangi
lautan di sebelah Utara kesultanan Demak. Setelah Raden Patah meninggal, ia digantikan
oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti oleh Trenggana. Setelah Sultan Trenggana
meninggal, terjadi pertikaian antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana)
dengan Pangeran Prawoto (anak Trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membunuh
pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Arya
Penangsang (anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen). Arya Penangsang kemudian tampil
menjadi Sultan Demak ke-4. Pemerintahan Arya Penangsang dipenuhi dengan kekacauan
karena banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga pada akhirnya seorang adipati
Pajang bernama Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas Karebet berhasil membunuhnya.
Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
d. Pajang
Pendiri Kesultanan Pajang adalah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya
meninggal, seharusnya Pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia
disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra Pangeran Prawata). Tindakan Arya Pangiri
menimbulkan upaya-upaya perlawanan, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran
Benawa untuk merebut kembali tahta Pajang. Karena itu, ia menjalin kerja sama dengan
Mataram yang dipimpin oleh Sutawijaya. Setelah Arya Pangiri dapat dikalahkan,
Pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya. Selanjutnya
Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan Pajang.
e. Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan karena
ia telah berjasa membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng
Pamanahan meninggal, Mataram dipegang oleh putranya, Sutawijaya. Sutawijay diangkat
menjadi Adipati Mataram dan diberi gelar Senopati ing Alogo Sayidin Panatagama yang
berarti panglima perang dan pembela agama. Sepeninggal Senopati, Tampuk kekuasaan
dipegang oleh putranya (Mas Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum berhasil
memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya adalah Raden Rangsang atau lebih
dikenal dengan Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram
mencapai masa kejayaan. Akan tetapi Mataram mulai mengalami kemunduran ketika
masapemerintahan pengganti-pengganti Sultan Agung. Kemunduran Mataram yang lebih
utama karena aneksasi yang dilakukan Belanda. Setelah terjadinya perjanjian Gianti,
kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian, Kerajaan Surakarta dan Kerajaan
Yogyakarta. Lebih dari itu, dengan adanya Perjanjian Salatiga, Kerajaan Surakarta
terpecah lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman/Kasunanan.
f. Cirebon
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Dengan bantuan Fatahillah, kesultanan Cirebon dapat meluaskan kekuasaannya meliputi
Jayakarta dan Pajajaran. Kemenangan-kemenangan Fatahillah membuat Sunan Gunung
Jati tertarik dan menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu. Ketika Sunan
Gunung Jati menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran
Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean,
kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sebakingking atau yang bergelar Sultan
Maulana Hasanuddin. Pada abad ke-17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga
kesultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
g. Banten
Daerah Banten di-Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang oleh
Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh
putranya Maulana Yusuf. Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa Sultan
Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan Ageng ditandai dengan persengketaan
dengan putranya Sultan Haji yang bersekongkol dengan Belanda.
h. Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo.
Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo. Makassar dengan ibu kota di Somba
Opu, dan dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Bertindak sebagai rajanya
adalah Raja Goa, Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alauddin dan sebagai
mangkubumi (Perdana Menteri) adalah Raja Talo, Karaeng Matoaya yang bergelar
Sultan Abdullah, yang pada masa pemerintahannya adalah puncak kejayaan Makassar.
i. Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate berdiri kira-kira abad ke-13. Ternate mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang terkenal dari Tidore
adalah Sultan Nuku. Muncullah Sultan Khaerun yang sekarang menjadi nama universitas
di Ternate.
j. Kesultanan bulungan
Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai
wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau,
Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan Tawau,Sabah sekarang. Kesultanan ini berdiri
pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin
(1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras
gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958). Negeri Bulungan (Negeri
Merancang) bekas daerah milik "negara Berau" yang telah memisahkan diri sehingga
dalam perjanjian Kesultanan Banjar dengan VOC-Belanda dianggap sebagai bagian dari
"negara Berau" (Berau bekas vazal Banjar yang diserahkan kepada VOC-Belanda). Pada
kenyataannya sampai tahun 1850, Bulungan berada di bawah dominasi Kesultanan Sulu.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet

https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_12sma/siswa/Kelas_12_SMA_Pendidikan_Agama_Islam_da
n_Budi_Pekerti_Siswa.pdf

Anda mungkin juga menyukai