Anda di halaman 1dari 24

TUGAS SEJARAH INDONESIA

ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA

Disusun Oleh:

Dimaz Taufiq Riayadi

Indah Puji Lestari

Mawaddah Salsabila

Mutiara Salwa

Tusmita Puan Maharani

Wawan Kurniawan

Guru Pembimbing:

Sri Yanti, S.Pd.I

KELAS X IPA 2

SMA NEGERI 3 BATANGHARI


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-
nya,penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Islamisasi dan Silang
Budaya di Nusantara" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia. Selain itu,makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang proses Islamisasi di Nusantara bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Yanti selaku guru Mata
Pelajaran Sejarah Indonesia.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB III ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA ....................................1

A. Kedatangan Islam ke Nusantara ...................................................................................1

1. Teori India(Gujarat) .................................................................................................1

2. Teori Arab(Mekah) ..................................................................................................1

3. Teori Persia (Iran) ....................................................................................................2

B. Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau ................................................................2

C. Islam Masuk Istana Raja ..............................................................................................4

1. Kerajaan Islam di Sumatera.........................................................................................4

2. Kerajaan Islam di Jawa.............................................................................................6

3. Kerajaan Islam di Kalimantan ..................................................................................8

4. Kerajaan Islam di Sulawesi ......................................................................................8

5. Kerajaan Islam di Maluku Utara ..............................................................................9

6. Kerajaan Islam di Papua ...........................................................................................9

7. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara...........................................................................10

D. Jaringan Keilmuan di Nusantara.................................................................................11

E. Akulturasi Perkembangan Budaya Islam ....................................................................12

1. Mesjid dan Menara .................................................................................................13

2. Makam ...................................................................................................................13

3. Seni Ukir ................................................................................................................15

4. Aksara dan Seni Sastra ...........................................................................................16

ii
5. Kesenian .................................................................................................................16

6. Sistem Pemerintahan ..............................................................................................17

7. Sistem Kalender .....................................................................................................17

F. PROSES INTEGRASI NUSANTARA ..........................................................................18

1. Peran Para Ulama .......................................................................................................18

2. Peran Perdagangan Antarpulau ..................................................................................18

3.Peran Bahasa ...............................................................................................................19

KESIMPULAN ......................................................................................................................20

iii
BAB III ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA

Islamisasi adalah proses sejarah yang panjang yang bahkan sampai kini masih terus
berlanjut. Kalau para ahli sejarah mempersoalkan tentang asal usul nasionalisme
Indonesia,atau faktor utama maka hal itu bisa diartikan pada sifat Islam sebagai salah
satu faktor utama maka hal itu bisa diartikan pada sifat Islam yang universal dan pada
jaringan ingatan kolektif yaitu keterkaitan para ulama di Nusantara dalam berbagai
corak jaringan sosial guru-murid,murid sesama murid,penulis dan pembaca,dan tak
kurang pentingnya ulama-umara serta ulama dan umat (Taufiq Abdullah,1996).

A. Kedatangan Islam ke Nusantara


Terdapat berbagai teori mengenai proses masuknya Islam ke kepulauan Indonesia

1. Teori India(Gujarat)
Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama Islam masuk ke Indonesia
melalui para pedagang dari India muslim(Gujarat) yang berdagang di Indonesia
pada abad ke-13.Saudagar yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi
dengan orang-orang di wilayah barat Indonesia,setelah itu terbentuk sebuah
kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudera Pasai.Selain itu,teori ini juga
diperkuat dengan penemuan makam sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada
tahun 1297 yang bercorak Gujarat.Teori ini dikemukakan oleh S.Hurgronje dan
J.Pijnapel.
Teori ini dicetuskan oleh GWJ.Drewes dan dikembangkan oleh Snouck
Hurgronje dan kawan-kawan.Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh
sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya Islam di
Indonesia adalah melalui India(Gujarat).

2. Teori Arab(Mekah)
Selanjutnya ada teori Arab(Mekah) yang menyebutkan Islam masuk ke
Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan.Teori ini didukung
oleh J.C Van Leur hingga Buya Hamka.Menurut Buya Hamka,Islam sudah
menyebar di Nusantara sejak abad 7M.Hamka dalam bukunya berjudul sejarah
1
Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan Islam masuk
ke Nusantara dari orang-orang Arab.
Teori dan bukti yang dipaparkan hamka tersebut didukung oleh T.W Arnold
yang menyatakan kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas
perdagangan ke wilayah Nusantara.

3. Teori Persia (Iran)


Teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara
persia (Sekarang bernama negara Iran) didukung Husen Djadjadiningrat dan Umar
Amir Husen. Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-
Modification:Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016)
menuliskan,Djadjadiningrat berpendapat tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia
memiliki persamaan dengan Persia.Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang
terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara.Adapun budaya Tabot di
Bengkulu dan Tabuik di Sumatera Barat yang serupa dengan ritual di persia setiap
tanggal 10 Muharram.

B. Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau


Kepulauan Indonesia memiliki laut dan daratan yang luas.Para nelayan pergi
melaut dan pulang dengan membawa hasil tangkapannya,Begitu juga di pelabuhan
terlihat lalu lalang kapal yang membongkar dan memuat barang.Marilah kita
syukuri semua itu dengan menjaga lingkungan laut dan daratan sebaik-baiknya.
Sejak abad pertama masehi di kepulauan Indonesia berdasarkan data arkeologi
berupa prasasti-prasasti serta data historis berupa berita-berita asing.Jalur-jalur
pelayaran maupun perdagangan kerajaan sriwijaya dengan beberapa negara di Asia
Tenggara,Cina,dan India berdasarkan berita cina yang telah dikaji,diantaranya oleh
W.Wolters(1967).
Dari catatan-catatan di sejarah Indonesia dan malaya yang telah dihimpun dari
sumber Cina oleh W.P Groeneveldt telah menunjukkan adanya jaringan
perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan berbagai
2
negeri terutama dengan Cina.Kontak dagang itu sudah berlangsung sejak abad-abad
pertama Masehi hingga abad ke-16.Kemudian kapal-kapal dagang Arab juga mulai
berlayar ke wilayah Asia Tenggara sejak permulaan abad ke-7.Dan dari literatur
Arab juga banyak sumber berita tentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara.
Adanya jalur pelayaran tersebut menyebabkan muncul jaringan perdagangan
dan pertumbuhan yang disertai perkembangan kota-kota pusat Kesultanan dengan
kota-kota Bandar pada abad ke-13 hingga abad ke-18 misalnya Samudera Pasai,
Malaka, Banda Aceh, Palembang, Demak, Siak Indrapura, Jambi, Minangkabau,
Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Kutai, Banjar dan kota-kota lainnya.
Dari sumber literatur Cina, Cheng Ho mencatat terdapat kerajaan bercorak Islam
atau Kesultanan antara lain, Malaka dan Samudera Pasai yang tumbuh dan
berkembang sejak abad ke-13 sampai abad ke-15, sedangkan Ma huan juga
memberitakan ada komunitas-komunitas Muslim di pesisir utara Jawa Timur.
Berita Tome Pires dalam Suma oriental (1512-1515) juga memberikan
gambaran terkait keberadaan jalur pelayaran jaringan perdagangan, baik regional
maupun Internasional.Ia menceritakan tentang lalu lintas maupun kehadiran para
pedagang di Samudera Pasai yang berasal dari Bengal, Turki, Persia, Gujarat, Arab,
kling, Melayu, Jawa dan siam. Selain itu Tome Pires juga mencatat kehadiran
pedagang Kairo Malaka dari Mekkah, Aden, Abysinia, Kilwa, Malindi, Persia,
Ormuz, Rum, Turki, Kristen Armenia, Gujarat, Chaul, Dabbol, Goa, Keling,
Dekkan, Malabar, Orissa, Ceylon, Bengal, Arakan, PeguSiam, Kedah, Melayu,
Pahang, Patani, Kamboja, Campa, Cosisin Cina, Cina, Lequeos, Bruei, Lucus,
Tanjung Pura, Lawe, Bangka, Lingga, Maluku, Banda, Bima, Timor, Madura, Jawa,
Sunda, Palembang, Jambi, Tongkal, Indragiri, Kapatra, Minangkabau, Siak, Arqua,
Aru, Tamjano, Pase, Pedir dan Maladiva.
Berdasarkan kehadiran sejumlah pedagang dari berbagai negeri dan bangsa di
Samudera Pasai, Malaka, dan bandar-bandar di pesisir utara Jawa dapat
disimpulakan adanya jalur- jalur pelayaran dan jaringan perdagangan antara
beberapa kesultanan di Kepulauan Indonesia baik yang bersifat regional maupun
internasional. Hubungan pelayaran yang disertai perdagangan antara Nusantara
3
dengan Arab meningkat menjadi hubungan langsung dan dalam intensitas tinggi.
Dengan demikian aktivitas perdagangan dan pelayaran di Samudera Hindia
menjadi semakin ramai. Peningkatan pelayaran tersebut berkaitan erat dengan
semakin maju perdagangan di masa jaya pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-
1258). Dengan ditetapkan Baghdad menjadi pusat pemerintahan yang
menggantikan Damaskus (Syam) aktivitas pelayaran dan perdagangan di Teluk
Persia menjadi lebih ramai. Pedagang Arab yang selama ini hanya berlayar sampai
India, dari abad ke-8 mulai masuk ke Kepulauan Indonesia dalam rangka
perjalanan menuju ke Cina. Meskipun hanya transit, tetapi hubungan Arab dengan
kerajaan- kerajaan di Kepulauan Indonesia menjadi langsung. Hubungan itu
menjadi semakin ramai manakala pedagang Arab di larang masuk ke Cina dan
koloni mereka dihancurkan oleh Huang Chou, menyusul suatu pemberontakan
yang terjadi pada 879 H. Orang–orang Islam pun melarikan diri dari pelabuhan
Kanton dan meminta perlindungan dari Raja Kedah dan Palembang.
Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511, dan usaha Portugis selanjutnya
untuk menguasai lalu lintas di selat tersebut telah mendorong para pedagang untuk
mengambil jalur alternatif yakni dengan melintasi Semenanjung atau pantai barat
Sumatra ke Selat Sunda.

Islam masuk ke Indonesia melalui:

1) Pelayaran dan perdagangan

2) Budaya

3) Pendidikan

4) Kekuasaan Politik

C. Islam Masuk Istana Raja

1. Kerajaan Islam di Sumatera


Wilayah nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau
Sumatera dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-
masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yaitu :
4
a. Samudra Pasai
Samudra pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan
rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (wafat tahun 696 H atau 1297
M). Samudera Pasai di perkirakan berkembang pada tahun 1270-1275 atau
pertengahan abad ke-13.kerajaan ini terletak lebih kurang 15 km di sebelah timur
Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam.menurut Tome Pires,Kesultanan
Samudra Pasai mengalami mencapai puncaknya pada abad ke-16 di berbagai
bidang kehidupan seperti politik,ekonomi ,pemerintahan,keagamaan dan ekonomi
perdagangan. Kerajaan Samudra Pasai mulai di kuasai protugis pada tahun
1521,namun yang berhasil menaklukan samudra pasai adalah kesultanan aceh
Darussalam pada tahun 1524.

b. Kesultanan Aceh Darussalam


Kesultanan Aceh Darrussalam memulai pemerintahannya ketika Kerajaan
Samudera Pasai sedang dalam masa keruntuhan .Terletak di utara pulau Sumatera
dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam. Sultan yang pertama memerintah
kesultanan aceh sekaligus pendirinya adalah Sultan Ali Mughayat Syah.Beliau
wafat pada tahun 1530 dan di makamkan di Kandang XII, Banda Aceh.
Penggantinya Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahhar (1538-1571).

c. Kerajaan-Kerajaan Islam di Riau


Menurut berita Tome Pires (1512-1515) antara lain Siak,Kampar dan Indragiri.
Kerajaan Siak, Kampar dan Indragiri pada abad ke-13 dan ke-14 dalam kekuasaan
Kerajaan Melayu dan Singasari-Majapahit, maka kerajaan-kerajaan tersebut
tumbuh menjadi kerajaan bercorak Islam sejak abad ke-15.Ketiga kerajaan tersebut
di kuasai kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (wafat
1477).

d. Kerajaan Islam di Jambi


Kerajaan islam di jambi di perkirakan di mulai sejak abad ke-9 atau abad ke-10
sampai abad ke-13.Karena proses islamisasi besar-besaran bersamaan dengan
tumbuh dan berkembangnya kerajaan islam di Jambi sekitar 1500 M di bawah
5
pemerintahan Orang Kayo Hitam yang juga meluaskan “Bangsa XII” dari “Bangsa
IX”,anak datuk paduka berhala.
Datuk paduka berhala adalah orang turki yang terdampar di pulau berhala
kemudian di kenal dengan sebutan ahmad salim ,ia menikah dengan putri salaro
pinang masak yang sudah muslim,turunan raja pagarruyung yang kemudian
melahirkan orang kayo hitam,Sultan kerajaan Jambi yang terkenal.

e. Kerajaan Islam di Sumatera Selatan

Sejak Sriwijaya mengalami kelemahan bahkan runtuh sekitar abad ke


14 ,mulailah proses islamisasi sehingga pada akhir abad ke15 muncul komunitas
islam di Pasehingga pada akhir abad ke15 muncul komunitas islam di Palembang.
Tokoh yang tercatat menjadi sultan pertama kesultanan Palembang ialah
Susuhunan Sultan Abdurrahman Khalifat al-Mukminin Sayyid al-Imam/Pangeran
Kusomo Abdurrahman/Kiai Mas Endi(1659-1706). Palembang berturut-turut di
perintah oleh 11 sultan sejak 1706 dan sultan yang terakhir, Pangeran
Kromojoyo/Raden Abdul Azim Purbolinggo (1823-1825).

f. Kerajaan Islam di Sumatera Barat


Islam masuk ke sumatera barat di perkirakan pada abad ke-14 atau abad ke-15 .
DiSumatera barat ini terbentuk juga “Kaum Padri”yang tujuan utamanya ialah
memperjuangkan tegaknya syara dan membasmi kemaksiatan.Kaum Padri berakhir
dalam pertempuran Benteng Bonjol, 25 Oktober 1837 di sebabkan tertangkapnya
pemimpin-pemimpin Padri terutama Tuanku Imam Bonjol.Tuanku Imam Bonjol
diasingkan di Cianjur dan pada 19 Januari 1839 dibuang ke ambon ,serta pada 1841
di pindahkan ke Manado kemudian wafat 6 November 1864.

2. Kerajaan Islam di Jawa


Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik
yang wafat tahun 475 H atau1082 M dapat dijadikan tonggak awal kedatangan
Islam di Jawa. Di samping itu,di Gresik juga di temukan makam Maulana Malik
Ibrahim dari Kasyan pada tahun 822 H atau 1419 M.

6
a. Kerajaan Demak

Berdiri sejak tahun 1500-1518.Raja pertama kerajaan Demak Raden


Fatah ,yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa pemerintahan Raden
Fatah ,wilayah kekuasaan demak cukup luas, meliputi jepara, tuban, sedayu,
palembang, jambi dan beberapa daerah di Kalimantan.

b. Kerajaan Mataram

Setelah Kerajaan Demak berakhir ,berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah


pemerintahan Sultan Hadiwijaya.Kerajaan tersebut berkembang baik,bahkan
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaan. Dan
tokoh yang membantu Sultan Hadiwijaya adalah Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede
Pemanahan) adipati di Mataram.Pada tahun 1582,sultan hadiwijaya wafat.
Penggantinya pangeran benowo merupakan raja yang lemah.sementara sutawijaya
yang menggantikan Ki gede pemanahan justru semakin menguatkan kekuasaannya,
sehingga istana pajang jatuh ke tangannya .Sutawijaya segera memindahkan
pusaka kerajaan pajang ke mataram.Sutawijaya bergelar Panembahan senapati ing
alaga sayidin panatagama.kemudian panembahan senapati di gantikan oleh
putranya Mas Jolang (1601-1613).Mas Jolang kemudian digantikan oleh putranya
bernama Mas Rangsang atau lebih di kenal Sultan Agung (1613-1645).Pada masa
pemerintahan sultan agung mataram mencapai masa keemasan dalam bidang
politik dan berhasil memperluas kekuasaan ke daerah Surabaya, Lasem, Pasuruan
dan Tuban

c. Kesultanan Banten

Kerajaan Banten berawal sekitar tahun 1526. Dipimpin oleh Maulana


Hasanudin atau dikenal dengan sebutan Fatahillah (wafat 1570) Ia mendirikan
benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi
pusat pemerintahan, yakni kesultanan banten.

7
d. Kesultanan Cirebon

Perkiraan kehadiran Islam di kota Cirebon menurut sumber lokal Tjarita


Purwaka Tjaruban Nagari karya Pangeran Arya Cerbon pada tahun 1720M,di
katakan bahwa syarif hidayatullah datang ke cirebon pada 1470 M dan
mengajarkan islam di gunung sembung bersama haji abdullah iman atau pangeran
cakrabumi.Syarif Hidayatullah terkenal dengan gelar susuhunan jati atau sunan
gunung jati(wafat pada 1568 dan di makamkan di bukit sembung)

3. Kerajaan Islam di Kalimantan


a. Kerajaan Pontianak

Kerajaan-kerajaan yang terletak di Kalimantan barat antara lain Tanjung Pura


dan lawe.Konon,sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari
tarim (hadramaut) datang ke kalimantan barat untuk mengajarkan membaca al-
quran ,ilmu fikih,dan ilmu hadist.mereka adalah syarif idrus beserta anak
buahnya.kemudian syarif idrus di angkat menjadi pemimpin dengan gelar Syarif
Idrus ibn Abdurrahman al-aydrus atau raja kubu.beliau memerintah pada 1199-
1209 H atau 1779-1789 M.

b. Kerajaan Banjar (Banjarmasin)

Proses islamisai di daerah banjar,menurut A,A Cense terjadi sekitar 1550 M.


Sejak pemerintahan Sultan Suryanullah Kerajaan Banjar atau Banjarmasin
meluaskan kekuasaannya sampai sambas, batanglawi sukandana, kotawaringin,
sampit, madawi dan sambangan.

4. Kerajaan Islam di Sulawesi


a. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan


kerajaan lainnya, seperti kerajaan Luwu,Bone,Soppeng dan Wajo.Kemudian pada
1605 kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan bercorak Islam dan memperluas

8
pengaruh politiknya.Kerajaan yang tunduk kepada kerajaan Gowa-Tallo dan juga
memeluk Islam antara lain Wajo pada 10 Mei 1610 dan Bone pada 23 November
1611.

b. Kerajaan Wajo

Kerajaan Wajo pernah bersatu dengan kerajaan Luwu dan bersatu dengan
kerajaan Bone dan soppeng dalam perjanjian Tellum Pocco pada tahun 1582.
Kemudian kerajaan wajo ditaklukkan oleh kerajaan Gowa pada tahun 1610 maka
dari situlah masuknya budaya Islam di kerajaan Wajo.

5. Kerajaan Islam di Maluku Utara


a. Kerajaan Ternate

Pada abad ke-14 dalam kitab Negarakartagama,karya Mpu Prapanca tahun


1365 M menyebut Maluku di bedakan dengan ambon yaitu ternate.dan dapat di
hubungkan dengan Hikayat Ternate antara lain menyebutkan
moeluku(Maluku)artinya ternate, tidore, jailolo dan bacan.

Hikayat Ternate menyebutkan bahwa turunan raja-raja maluku berasal dari


Jafar Sadik dari Arab. Dalam tradisi setempat dikatakan bahwa raja Ternate ke-12
bernama Molomatea (1350-1357) bersahabat dengan orang-orang muslim Arab
yang datang ke Maluku memberikan petunjuk pembuatan kapal. Demikian pula
diceritakan bahwa pada masa pemerintahan raja Marhum Husein yang
mengajarkan membaca al-Qur'an dan menulis huruf Arab yang indah sehingga
menarik raja dan keluarganya serta masyarakat. Meskipun demikian,perkembangan
agama Islam baru berkembang pada masa raja Cico atau putranya Gopi Baguna dan
dengan Zainul Abidin pergi ke Jawa belajar agama, iman Islam, dan tauhid
makrifat Islam.

6. Kerajaan Islam di Papua


Beberapa kerajaan di Kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya sampai di
pulau Papua menjadikan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Sejumlah
Kerajaan di Papua,yakni: a)Kerajaan Waigeo, b) Kerajaan Misool, c) Kerajaan
9
Salawati, d)Kerajaan Sailolof, e)kerajaan Fatagar dan lainnya.Ada beberapa
pendapat mengenai kedatangan islam di papua. .

Pertama, Islam datang di papua pada tahun 1360 disebarkan oleh Abdul
Ghafar(wafat pada tahun 1374dan di makamkan di belakang masjid Kampung
Rumbati).

Kedua, Menjelaskan bahwa islam mulai di perkenalkan di tanah papua ,tepatnya


jazirah onin(Patimunin-Fakfak)oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan
dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab.

Ketiga, menyatakan bahwa islamisasi di papua ,khususnya di fakfak di


kembangkan oleh pedagang bugis melalui banda dan seram timur oleh seorang
pedagang dari arab bernama Haweten Attamimi

Keempat, menyatakan islam di papua berasal dari bacan.Raja bacan yang pertama
Zainal Abidin memerintah tahun 1521.

Kelima,menyatakan islam di papua berasal dari Maluku Utara(Ternate-Tidore).

7. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Kehadiran Islam di Nusa Tenggara di perkirakan abad ke-16 di perkenalkan
oleh Sunan Perapen,putra Sunan Giri.

a. kerajaan Lombok dan Sumbawa


Selaparang merupakan pusat kerajaan islam di Lombok di bawah pemerintahan
Prabu Rangkesari.Mengalami masa keemasan dan memegang hegemoni di seluruh
Lombok,kemudian di sebarkan ke Pejangkik,Parwa,Sokong ,Bayan.dan tempat
lainnya.

Kerajaan-kerajaan di Sumbawa barat dapat di masukkan kepada kekuasaan


kerajaan Gowa pada 1618.Bima di taklukkan pada 1633 dan kemudian selaparang
pada 1640 .Pada abad ke -17 seluruh kerajaan islam Lombok berada di bawah
10
pengaruh kekuasaan kerajaan Gowa.Setelah terjadinya perjanjian Bongaya 18
November 1667 pusat kerajaan Lombok di pindahkan ke sumbawa pada 1673
dengan tujuan untuk mempertahankan kedalatan kerajaan-kerajaan islam di pulau
tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa.

b. Kerajaan Bima

Merupakan pusat kerajaan Islam yang menonjol di nusa tenggara,dengan nama


rajanya yang pertama masuk islam Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan
Bima I atau Sultan Abdul Kahir.Sejak itu pula terjalin hubungan erat antara
kerajaan Bima dengan kerajaan Gowa,lebih-lebih sejak perjuangan Sultan
Hasanuddin kandas akibat perjanjian Bongaya.

D. Jaringan Keilmuan di Nusantara


Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, faktor terbentuknya
jaringan keilmuan di nusantara terkait istana sebagai pusat kekuasaan dan
pendidikan.Serta berkembangnya pendidikan Islam di istana-istana raja menjadi
pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di masyarakat nusantara.

Perkembangan lembaga pendidikan dan pengajaran di masjid-masjid


kesultanan sangat ditentukan oleh dukungan penguasa.Sultan kerajaan Islam
mendanai kegiatan-kegiatan masjid, mendatangkan para ulama baik dari kalangan
pribumi maupun dari mancanegara terutama Timur Tengah.Para ulama berfungsi
sebagai pejabat-pejabat negara yang memberikan pengajaran agama Islam di
masjid-masjid negara di istana sultan. Para sultan dan pejabat tinggi menimba ilmu
dari para ulama.
Setelah terbentuk berbagai ulama hasil didikan dari istana-istana, maka murid-
murid melakukan pendidikan ke tingkatan yang lebih luas.Para murid ulama
melakukan pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyarakat umum, khususnya
sebagai tempat pendidikan dasar, layaknya kuttab di wilayah Arab.Kuttab adalah
lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa Nabi Muhammad SAW yang
mengambil tempat di rumah-rumah ulama. Sedangkan di nusantara pendidikan
dasar berlangsung di rumah-rumah guru.Pelajaran yang diberikan terutama
11
membaca Al Qur'an, menghafal ayat-ayat pendek dan belajar bacaan salat lima
waktu. Diperkirakan, ini sama tuanya dengan kehadiran Islam di nusantara.
Di nusantara, masjid-masjid di pemukiman penduduk yang dikelola swadaya
oleh masyarakat menjalankan fungsi pendidikan dan pengajaran untuk masyarakat
umum. Di sinilah terjadi demokratisasi pendidikan dalam sejarah Islam di
nusantara.Karena memiliki tingkat otonomi dan kebebasan tertentu, proses
pendidikan dan pengajaran di masjid mengalami perkembangan.Bahkan
berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan yang kompleks seperti meunasah
di Aceh, surau di Minangkabau, langgar di Kalimantan dan pesantren di
Jawa.Jaringan keilmuan di nusantara terbentuk mulai dari Malaka, Johor, Aceh
Darussalam, Minangkabau, Palembang, Demak, Cirebon, Banten, Pajang, Mataram,
Gota-Tallo, Bone, Ternate, Tidore, Banjar, Papua dan lainnya.

E. Akulturasi Perkembangan Budaya Islam


Berkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia telah menambah
khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan
corak kebudayaan bangsa Indonesia. Akan tetapi karena kebudayaan yang
berkembang di Indonesia sudah begitu kuat di lingkungan masyarakat maka
berkembangnya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau memusnahkan
kebudayaan yang sudah ada. Dengan demikian terjadi akulturasi antara kebudayaan
Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Akulturasi adalah suatu proses sosial
yang timbul apabila suatu kelompok manusia kebudayaan tertentu diharapkan
dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Hasil proses akulturasi antara kebudayaan praIslam dengan ketika Islam masuk
tidak hanya berbentuk fisik kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir atau pahat,
dan karya sastra tetapi juga menyangkut pola hidup dan kebudayaan non fisik
lainnya. Beberapa contoh bentuk akulturasi akan ditunjukkan pada paparan berikut.

12
1. Mesjid dan Menara
Dalam seni bangunan Islam yang menonjol adalah Mesjid.Fungsi utama masjid
ialah tempat beribadah bagi orang islam.Mesjid atau masjid dalam bahasa arab
mungkin berasal dari bahasa Aramik atau bentuk bebas dari perkataan sajada yang
artinya merebahkan diri untuk bersujud.
Bangunan masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin
kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5.
Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan
keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
• Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di
luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau
bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan
merupakan budaya asli Indonesia.
• Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau
bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu diatas bukit atau dekat dengan
makam.

2. Makam
Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat
kesultanan antara lain makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung
Demak, makam raja-raja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta), makam
sultan-sultan Palembang, makam sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yaitu
kompleks makam di Samudera Pasai, makam Sultan Ternate di Ternate, makam
sultan-sultan Goa di Tamalate, dan kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan
kompleks makam di Watan Lamuru (Sulawesi Selatan), makam-makam di berbagai
daerah lainnya di Sulawesi Selatan, serta kompleks makam Selaparang di Nusa
Tenggara dan masih banyak yang lainnya. Di beberapa tempat terdapat makam-

13
makam yang penempatannya berada di daerah dataran tinggi. Seperti makam
Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat (Lamongan), makam Sunan
Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus di Kudus, makam Maulana
Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur), makam Datuk Ri
Bkalianng di Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh Burhanuddin (Pariaman),
makam Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) dan masih banyak para dai
lainnya di tanah air yang dimakamkan di dataran. Ciri-ciri dari wujud akulturasi
pada bangunan makam terlihat dari:
• Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang tinggi.
• Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,
nisannya juga terbuat dari batu.
• Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup
atau kubba.
• Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam
dengan makam atau kelompok-kelompok makam.
• Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid
makam Sendang Duwur di Tuban. Makam-makam yang terletak di tempat-tempat
tinggi menunjukkan kesinambungan tradisi yang merupakan pengejawantahan
pendirian punden-punden berundak pada masa Megalitik. Tradisi tersebut
dilanjutkan pada masa Hindu-Buddha dalam bentuk bangunan- bangunan yang
disebut candi. Antara lain Candi Dieng yang berketinggian 2.000 meter di atas
permukaan laut, Candi Gedongsanga,CandiBorobudur.Percandian Prambanan,dan
lain-lain.
Setelah budaya Indonesia Hindu-Budha mengalami keruntuhan tidak yakin seni
bangunan keagamaan masih dan beberapa contoh akulturasi bangunan keagamaan
antara lain sebagai berikut.
• Makam-makam yang lokasinya di atas bukit, makam yang pagar atas adalah yang
dianggap pagar baik misalnya sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah di
Gunung Sembung, di bagian teratas kompleks pemakaman Imogiri sudah ada
14
makam Sultan Agung Hanyokrokusumo. Kompleks makam yang mengambil
tempat datar misalnya di Kota Gede, orang yang pagar baik ditempatkan di bagian
tengah.
• Makam walisongo dan sultan-sultan pada umumnya ditempatkan dalam bangunan
yang disebut cungkup yang masih bergaya kuno dan juga dalam bangunan yang
sudah diperbarui. Cungkup-cungkup yang termasuk kuno antara lain cungkup
makam sunan Giri, sunan Derajat, dan sunan Gunung Jati.
Disamping bangunan makam,terdapat tradisi pemakaman yang sebenarnya bukan
berasal dari ajaran Islam. Misalnya, jenazah dimasukkan ke dalam peti. Pada
zaman kuno ada peti batu, kubur batu dan ladi dalamnya. sering pula di atas kubur
diletakkan bunga-bunga. Pada hari ke-3, ke-7, ke40, ke-100, satu tahun, doa tahun,
dan 1000 hari diadakan selamatan. Saji-sajian dan selamatan adalah tidak yakin
pengaruh budaya pra-Islam, tetapi doa-doanya secara Islam.

3. Seni Ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa
seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, baru manusia secara nyata, tidak
diperbolehkan jadi perkembangan seni patung kurang berkembang. Sesudahnya
zaman madya, seni patung berkembang seperti yang dapat kita saksikan sekarang
ini. Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang dalam bentuk seni hias dan
seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah
dikembangkan sebelumnya.
Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). bahkan
muncul kreasi baru, yaitu kalau terpakA ingin melukiskan makluk hidup, akan
disamar dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang
ataumanusia.Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dih iasidengan
berbagai motif ukir-ukiran. Misalnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada
bangunan keraton atau masjid, pada gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan
juga seni hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dicampur dengan

15
ragam hias yang lain. Bahkan ada seni kaligrafi yang membentuk orang, binatang,
atau wayang.

4. Aksara dan Seni Sastra


Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang
aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan
berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul
yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak
menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Seni sastra yang
berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari
perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam. Wujud akulturasi dalam
seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu
menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang
mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra
yang berkembang antara lain sebagai berikut :
• Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh
sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).
Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

• Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa
sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
• Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-
sajak yang terdiri atas empat baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua adalah
syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
• Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

5. Kesenian
Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan untuk
menyebarkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya sebagai berikut.
16
• Permainan debus, tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran
dan salawat nabi. Tarian ini terdapat di Banten dan Minangkabau.
• Seudati,berasal dari kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar.
Seudati sering disebut saman artinya delapan. Para pemain menyanyikan lagu yang
isinya antara lain salawat nabi
• Wayang, termasuk wayang kulit. Pertunjukan wayang sudah berkembang sejak
zaman Hindu, akan tetapi, pada zaman Islam terus dikembangkan. Kemudian
berdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.

6. Sistem Pemerintahan
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan
sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau
Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi
dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

7. Sistem Kalender
Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, beliau berusaha
membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun yang dipakai atas dasar peredaran
bulan (komariyah). Umar menetapkan tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal
14 September 622 Masehi,sehingga sekarang kita mengenal tahun
Hijriyah.Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah
mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78 M. Dalam
kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing,
pon,wage dan kliwon.Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram
menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung
melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan
Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap
17
menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal
1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8
Agustus 1633 M.

F. PROSES INTEGRASI NUSANTARA

1. Peran Para Ulama


Kedatangan para pedagang Islam memicu kemunculan tempat perdagangan
berupa pelabuhan dan kota-kota pantai yang berkembang menjadi
kerajaan.Munculnya kerajaan Islam merupakan awal terjadinya proses integrasi.
Para ulama berperan memberikan pengajaran kepada keluarga kerajaan hingga
masyarakat umum.

Faktor pemersatu nusantara terpenting adalah Islam karena mengatasi


perbedaan-perbedaan di antara berbagai suku bangsa. Islam menjadi identitas yang
mengatasi batas-batas geografis, sentimen etnis, identitas kesukuan, adat istiadat
dan tradisi lokal lain.Karena agama Islam yang masuk dan berkembang di
nusantara mengajarkan kebersamaan dan mengembangkan toleransi dalam
kehidupan beragama.Islam mengajarkan persaman dan tidak mengenal kasta dalam
kehidupan masyarakat. Konsep ajaran Islam memunculkan perilaku ke arah
persatuan dan persamaan derajat.

2. Peran Perdagangan Antarpulau


Proses integrasi terlihat dari kegiatan pelayaran dan perdagangan antarpulau
yang berlangsung di nusantara sejak zaman kuno. Umumnya, pelayaran dan
perdagangan berlangsung dalam waktu lama.Perdagangan antarpulau dengan
pelayaran menimbulkan pergaulan dan hubungan kebudayaan antara para pegadang
dengan penduduk setempat. Kegiatan ini mendorong terjadinya proses integrasi.

Awalnya penduduk di suatu pulau cukup memenuhi kebutuhan hidup dengan


komoditas yang ada. Pada perkembangannya, mereka ingin mendapatkan barang-
barang dari pulau lain.Untuk memenuhi kebutuhan, terjadi hubungan perdagangan
18
antarpulau. Angkutan yang paling murah dan mudah adalah angkutan laut dengan
kapal atau perahu. Maka berkembanglah pelayaran dan perdagangan antarpulau di
nusantara.

3.Peran Bahasa
Faktor pemersatu dari segi bahasa adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu
diadopsi sebagai lingua franca para penyiar Islam, ulama dan pedagang.Kedudukan
bahasa Melayu menjadi semakin kuat ketika bahasa Melayu ditulis dengan aksara
Arab. Serta para ulama menulis banyak karya dengan bahasa Melayu berhuruf Jawi.
Sehingga, tulisan Jawi menjadi alat komunikasi dan dakwah tertulis bagi
masyarakat Melayu-nusantara.

Sebelum kedatangan Islam, bahasa Melayu digunakan hanya di lingkungan


etnis terbatas. Yaitu suku bangsa Melayu di Palembang, Riau, Deli (Sumatera
Timur), dan Semenanjung Malaya.

19
KESIMPULAN

1. Perkembangan Islam di Nusantara tidak pernah terlepas dari dinamika Islam di


kawasan-kawasan lain.Karena itu,adalah keliru pandangan yang menganggap
seolah-olah Islam Nusantara berkembang secara tersendiri dari perkembangan dan
dinamika Islam di tempat-tempat lain. Peradavan Islam Nusantara juga
menampilkan ciri-ciri dan karakter yang khas,relatif berbeda dengan peradaban
Islam di wilayah-wilayah peradaban muslin lainnya,misnya
Arab,Turki,Persia,Afrika Hitam,dan Dunia Barat.

2. Islam yang datang pertama kali adalah Islam yang umumnya dibawa para guru
pengembara sufi, yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk
menyebarkan Islam.Islam sufistik yang dibawa para guru pengembara ini jelas
memiliki kecenderungan kuat untuk lebih menerima terhadap tradisi dan praktik
keagamaan lokal. Bagi guru-guru sufi pengembara ini,yang paling penting adalah
pengucapan dua kalimah syahadat,setelah itu barulah memperkenalkan ketentuan-
ketentuan hukum Islam.

3. Masyarakar Nusantara pada umumnya adalah masyarakat pesisir yang kehidupan


mereka tergantung lada perdagangan antarpulau dan antarbenua. Sedangkan
mereka yang berada di pedalaman adalah masyarakat agraris yang kehidupan
mereka tergantung kepada pertanian.

4. Dalam bidang kebudayaan,umat Islam mempunyai ciri yang khusus pula dari
budaya material (material culture) dalam kehidupan sehari-hari,sampai kepada
budaya spiritual (spiritual culture). Bahkan sampai sekarang kita masih
menyaksikan berbagai kesinambungan tertentu antara tradisi Islam dengan tradisi
budaya spiritual praIslam yang sedikit banyak diwarnai tradisi Hindu,Buddha,dan
bahkan tradisi keagamaan spiritual lokal.

5. Warisan terbaik dari sejarah zaman Islam lainnya ialah adanya pengintegrasian
Nusantara lewat nasionalisme keagamaan dan jaringan perdagangan antarpulau .

20

Anda mungkin juga menyukai