Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERADABAN ISLAM

DI NUSANTARA
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Yang di ampu oleh ibu :

NURUL JADID (19381081083)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

JURUSAN TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
dengan judul “Sejarah Peradaban Islam di Nusantara” di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Aqidah Filsafat.
Terima kasih disampaikan kepada Ibu. selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah. Menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan saran dan kritik.

Jakarta, 12 Juni 2010

Penulis Makalah

NURUL JADID

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1

PEMBAHASAN...................................................................................................................... 2
A. Kedatangan Islam di Indonesia........................................................................................... 2

B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia................................................................................. 3

C. Islam di Indonesia Pada Zaman Modern dan Kontemporer................................................ 3


1. Gerakan Modern Islam ................................................................................................... 3
2. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam............................................................... 4
A. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal...................................................................... 4
B. Masa Demokrasi Terpimpin....................................................................................... 4
C. Masa Orde Baru......................................................................................................... 4
D. Kebangkitan Islam di Masa Orde Baru...................................................................... 5

D. Peradaban Islam di Indonesia.............................................................................................. 5


1. Sebelum Kemerdekaan................................................................................................... 5
A. Birokrasi Keagamaan................................................................................................. 5
B. Ulama dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan............................................................................ 5
C. Arsitek Bangunan....................................................................................................... 6
2. Setelah Kemerdekaan...................................................................................................... 6
A. Departemen Agama.................................................................................................... 6
B. Pendidikan.................................................................................................................. 6
C. Hukum Islam.............................................................................................................. 7
D. Haji............................................................................................................................. 7
E. Majelis Ulama Indonesia (MUI)................................................................................ 8

PENUTUP................................................................................................................................ 9
Simpulan................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 10

3
PENDAHULUAN

Islam dan pembentukan peradaban dunia bermula dengan adanya gerakan rohaniah
yang meresap pandangan hidup Islam dalam jiwa yang bermula dari zuhur Islam itu sendiri
sebagai sebuah agama rahmat ke seluruh alam. Tidak ada lagi zaman yang lain selepas
kemunculan Islam, dengan bersumber ke Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW, Islam jadi satu
kekuatan besar yang melimpahkan rahmatnya dari tanah Arab yang kering dan berdebu
menjai hijau dan subur. Bahkan terus merambat ke berbagai penjuru dunia, dari Bumi Farsi
yang sekarang dikenal dengan Iran melintasi Bilad al-Sham mencakup Jordania, Syria dan
Irak yang pernah dijajah imperium Romawi sampai ke Mesir dan Bilad al-Sudan atau Afrika
dan terus menyeberang ke Mawara al-Nahr Negara yang kini bernama Turkmenistan,
Uzbekistan, dan Goergia ke Al-Hind yang kini dikenal dengan India tempat para ahli ilmu
alam Islam.
Peradaban Islam ini akhirnya menginjak Tanah Besar China dan seterusnya ke Bilad
al-Jawi yang lebih dikenal dengan Tanah Melayu yang mencakup semenanjung Malaysia,
Borneo, Indonesia, Philipina, dan sebagian dari Thailand dan Kamboja. Merambahnya Islam
ke semua tempat sekaligus membawa perubahan alamia kepada keilmuan, peta dunia,
ekonomi, politik, dan social dan budaya dunia ketika itu. Jalan-jalan pedagangan menjadi
garis penentu yang memisahkan Bandar-bandar utama di Dunia, sekaligus memperkaya
peradaban dan juga bahasa.
Islam telah dikenal ke Nusantara atau Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7
Masehi, meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar melalui perdagangan dengan para
pedagang muslim yang berlayar ke kawasan ini singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan
Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara, berlangsung beberapa
abad kemudian.
Bukti peninggalan pertama arkeologi Islam di Asia Tenggara adalah dua makam
muslim yang ada sekitar akhir abad ke-11 M di dua tempat yang sebenarnya agak berjauhan,
di Padurangga (sekarang Panrang di Vietnam) dan di Leran, Gresik, Jawa TImur). Makam di
Gresik adalah makam Fatimah binti Maimun, pada tahun 1082 M, yang diperkirakan adalah
putri raja Gedah (Kedah).

4
PEMBAHASAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA

A. Kedatangan Islam di Indonesia

Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang. 1
Akan tetapi menurut Taufik Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi Indonesia di tempat
yang disinggahi oleh pedagang Muslim itu beragama Islam, diduga pedagang Arab tersebut
hanya berdiam untuk menunggu muslim yang baik bagi pelayaran saja.2 Saat itu sudah ada
jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat Malaka yang
menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di
Asia Barat sejak abad ke-7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Raja
Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah ‘Umar bin
‘Abdul ‘Aziz (berkuasa pada 717-720 M) dari Khalifah Bani Umayyah (661-750 M). “…..Saya
ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya
dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Maka pada tahun 720 M, Raja
Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama
Sribuza Islam.3
Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis sejak periode abad 1-5 H / 7-8 M, tetapi
tenggelam oleh hegemoni maritim Sriwijaya di Palembang dan Kerajaan Hindu Jawa seperti
Singasari dan Majapahit. Pada masa itu, pedagang dan mubalig Islam membentuk komunitas
Islam yang berkembang dengan pesat dan damai karena ajarannya disukai oleh penduduk
setempat.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad
ke-12 M. Sriwijaya mulai mengalami kemunduran dan dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan
Singasari yang sedang bangkit, yang mana melakukan ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275
M. Sedangkan di pesisir Aceh, pemukiman muslim sudah ada sejak menjelang abad ke-13 dan
pada pertengahan abad ke-13 didirikan kerajaan Islam Samudera Pasai, diiringi dengan
berdirinya kerajaan Islam pada abad ke-15 M di Malaka Kemudian bersamaan dengan mulai
memuncaknya kekuasaan kedua kerajaan tersebut, kerajaan Singasari dan Majapahit pun
mengalami kemunduran karena kekacauan-kekacauan yang terjadi akibat perebutan
kekuasaan.4
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat,
umumnya dilakukan secara damai. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim
yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan
Islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non-Islam. Hal itu
bukanlah karena persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-
kerajaan disekitarnya.

1
http://www.syariahpublication.com
2
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007). Hal 193
3
Http://www.syariahpublication.com.
4
Dr. Badri Yatim, M.A. Op Cit. Hal 194-195
5
Proses Islamisasi memang tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam,
tetapi terus berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran. 5 Saluran dan cara-cara
Islamisasi di Indonesia, yaitu : Saluran perdagangan, saluran pekawinan, saluran tasawuf,
saluran pendidikan, saluran kesenian, dan politik.6
Adapun faktor-faktor yang membantu tersebarnya agama Islam dengan cepat di
Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya dapat diringkas dengan beberapa hal berikut ini:7
- Mudahnya agama Islam, tidak terdapat hal-hal yang rumit bagi seseorang yang
berkeinginan memeluk agama Islam.
- Jernihnya hati penduduk Indonesia dan fitrah mereka yang siap untuk memeluk agama
Islam.
- Pernikahan yang terjadi antara orang-orang Arab dengan penduduk Indonesia.
- Akulturasi bangsa Arab dengan penduduk Indonesia dan pergaulan mereka dengan
penduduk Indonesia seperti saudara kandung

B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13


sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya
lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia,
Tiongkok, dan lain-lain. Kerajaan tersebut dapat dibagi berdasarkan wilayah pusat
pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi. 8 Beberapa
kerajaan islam tersebut adalah:

1. Kerajaan Samudera Pasai ( Sumatera )


2. Kerajaan Demak (Jawa)
3. Kerajaan Banten (Jawa)
4. Kerajaan Banjar (Kalimantan)
5. Kerajaan Islam di Maluku
6. Kerajaan Islam di Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu)

C. Islam di Indonesia Pada Zaman Modern dan Kontemporer

1. Gerakan Modern Islam

Pembaruan dalam Islam atau gerakan modern Islam merupakan jawaban yng
ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran progresif
Kerajaan Usmani yang merupakan pemangku Khilafah Islam, setelah abad ke-17, telah
melahirkan kebangkitan Islam di kalangan warga Arab di pinggiran imperium itu. Yang
terpenting diantaranya adalah gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis
(Salafiyyah). Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah
pembaruan Islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual. Gerakan yang lahir di Timur
Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di
Indonesia.
Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau, yang
disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia,
5
Uka Tjandrasaamita (Ed.). Sejarah Nasional Indonesia III. (Jakarta : Balai Pustaka, 1984). Hal 26-27
6
Ibid. Hal 188
7
http://www.salafi.or.id
8
Yusuf Mundzirin (Ed.). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. (Yogyakarta : Penerbit Pustaka, 2006)
6
kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi sosial
keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah, Persatuan Islam,
Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan partai-partai politik,
seperti Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), dan Partai Islam
Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi
yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme
dalam pengertian modern.9

2. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam

A. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal

Moh. Hatta dalam sidang PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah
menyakinkan anggota bahwa hanya suatu konstitusi “sekular” yang mempunyai peluang
untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata dalam anak kalimat yang
tercantum dalam sila Pertama Pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari
konstitusi.
Keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari Piagam Jakarta itu sama
sekali tidak mengakhiri konflik ideologi yang telah berlangsung lama pada masa
sebelum kemerdekaan. Para nasonialis Islam harus menerima kenyataan itu, Karena
mereka menyadari bahwa masa revolusi bukanlah saat yang tepat untuk mendesak
terlaksananya cita-cita Islami mereka.
Dalam masa-masa revolusi, konflik ideologi tidak begitu jelas, tetapi dapat
dirasakan dan disaksikan melalui pergantian-pergantian kabinet yang silih berganti. Dan
dari tiga kekuatan ideologi itu, muncullah tiga alternative dasar Negara : Islam,
Pancasila, dan Sosial Ekonomi. Tetapi, dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante
itu, perdebatan ideologis mengenai dasar Negara terkristal menjadi Islam dan Pancasila.
Usaha partai-partai Islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara di
dalam konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan Pancasila, yang oleh
umat Islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “anti-Muslim”, setidak-tidaknya di
dalam konstituante. Memang, kesempatan untuk menyelesaikan tugas konstituante
masih terluang, namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden 1959, konstituante
dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali.

B. Masa Demokrasi Terpimpin

Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide lamanya


Nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis, “sekular”, Islam, dan
komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Pancasila pun
ditafsirkan sesuai dengan pemikirannya. Masa ini, karena lebih didominasi oleh PKI,
memendam ketegangan antara Islam dan komunisme. Masa Demokrasi Terpimpin itu
berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 September PKI Tahun 1965. Umat Islam bersama
ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.

C. Masa Orde Baru

9
Ibid. Hal 257-258

7
Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde
Baru. Tumbangnya Orde Lama memberikan harapan-harapan baru kepada kaum
Muslimin. Namun, kekecewaan pun muncul dalam diri umat Islam. Mereka merasa,
meskipun komunis telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang
diharapkan. Rehabilitasi Masyumi, partai Islam berpengaruh yang dibubarkan
Soekarno, tidak diperkenankan. Bahkan, tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif
dalam Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) yang didirikan kemudian.
Orde Baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik. Pada
tanggal 26 November 1966, ditetapkan RUU kepartaian, RUU pemilu, dan RUU
Susunan MPR, DPR, dan DPRD. Yang kedua dan ketiga ditetapkan 22 November 1969.
Pada 9 Maret 1970, fraksi-fraksi parpol di DPR dikelompokkan. Pada tanggal 5
Februari 1973, Parpol difusikan ke dalam PPP dan PDI . Pada 14 Agustus 1975 RUU
kepartaian dipisahkan. Penataan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas
tunggal, Pancasila, untuk semua Parpol, tidak ada lagi ideologi Islam, jadi tidak ada lagi
partai Islam.10

D. Kebangkitan Islam di Masa Orde Baru

Sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan intelektual muda Muslim,


melontarkan ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah
intelektual Muslim berpendidikan “umum” dan merupakan buah dari kegiatan-kegiatan
organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah
(IMM).
Disamping itu pula, Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi
umat Islam juga banyak dalam membentuk dan mendorong kebangkitan Islam tersebut.
Empat belas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) induk dengan sekian banyak
cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan mubalig dalam
kuantitas besar. Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah mendirikan Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
Dengan asas tunggal, memang wadah politik umat Islam hilang. Islam
nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun, dengan pembaharuan politik bangsa
ini, umat Islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebih luas.
Perjuangan kultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia politik
saja, aspek ini merupakan pusat perhatian umat Islam di masa lalu.11

D. Peradaban Islam di Indonesia

1. Sebelum Kemerdekaan

A. Birokrasi Keagamaan

Ibu kota kerajaan disamping merupakan pusat-pusat politik dan perdagangan, juga
merupakan tempat berkumpul para ulama dan muballig Islam. Sultan Iskandar Muda
(1607-1636 M) mengangkat Syaikh Syamsuddin Al-Sumatrani menjadi mufti kerajaan
Aceh dan begitu pula terjadi pada raja-raja yang lain.

10
Ibid. Hal 265-271

11

8
Kedudukan ulama disamping sebagai penasihat raja, juga duduk dalam jabatan-
jabatan keagamaan yang tingkat dan namanya berbeda antara satu daerah dengan daerah
lainnya. Tetapi penerapan hukum Islam terkuat ada pada kerajaan Aceh dan Banten.

B. Ulama dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan

Ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama untuk menyebarkan kebudayaan
Islam :
 Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai muballig.
 Melalui karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat yang jauh.
Ilmuwan Muslim terkenal pertama di Indonesia adalah Hamzah Fansuri yang
menulis Asrarul-‘Arifin fi Bayan ila Suluk wa Al-Tauhid. Kemudian, Syamsuddin Al-
Sumatrani mengarang buku Mir’atul Mu’minin (1601 M); Nurudin Al-Raniri yang menulis
banyak buku diantaranya al-Shirath, al-Mustaqim berisi uraian tentang hukum kitab-kitab
suluk di Jawa bersifat mistik yang terambil dari tradisi mistik (tasawuf) Islam.
Di Sulawesi, pemikiran tasawuf dikembangkan oleh Syaikh Yusuf Makassar
(1626-1699 M) yang berlayar di Timur Tengah. Pada abad ke-19 M, pemikiran tasawuf
mulai bergeser kepada pemikiran fiqih seperti tergambar dalam karya-karya ulama pada
masa itu. Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari misalnya (1710-1812 M) menulis kitab
fiqih Sabilal Muhtadin dan kitab Perukunan Mellayu.

C. Arsitek Bangunan

Hasil-hasil seni bangunan pada perkembangan dan pertumbuhan Islam di


Indonesia, antara lain : mesjid-mesjid kuno Demak, mesjid Agung Banten, mesjid
Baiturrahman di Aceh, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, dan di daerah-
daerah lain. Beberapa masjid kuno, bangunannya mengingatkan kita kepada seni bangunan
Candi selain dari itu, pintu gerbang baik di keraton maupun pemakaman berbentuk Candi-
bentar, kori agung, jelas menunjukkan corak pintu gerbang yang dikenal sebelum Islam.
Demikian pula, nisan-nisan kubur di daerah Tralaya, Tuban, Madura, Demak, Kudus,
Cirebon, dan Banten menunjukkan unsur-unsur seni ukir dan perlambang pra-Islam. Di
Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera terdapat beberapa nisan kubur yang lebih
menunjukkan unsur seni Indonesia pra-Hindu dan pra-Islam.

2. Setelah Kemerdekaan

A. Departemen Agama

Departemen Agama (dulu namanya Kementrian Agama) didirikan tanggal 3


Januar1 1946 pada masa Kabinet Syahrir. Menteri Agama pertama adalah M. Rasyidi yang
diangkat pada tanggal 12 Maret 1946. Berdirinya Departemen Agama merupakan
penyesuaian pemerintah kala itu dengan keinginan mayoritas Muslim. Menurut B. J.
Boland walaupun banyak pendapat yang saling bertentangan tentang kementrian, secara
bertahap makna yang positif dari kementrian akan tampil ke depan yang meliputi hal-hal
sebagai berikut :
- Bahwa kementrian itu menawarkan kemungkinan bagi agama, khususnya Agama
Islam, untuk berperan seefektif mungkin dalam negara dan masyaraqat.
- Dalam sebuah negeri yang sangat bercorak Muslim, kementrian ini merupakan suatu
jalan tengah antara negara sekular dan negara Islam.

9
Dalam jangka waktu beberapa tahun di awal berdirinya kementrian ini, telah
dikeluarkan berbagai peraturan yang menentukan tugas serta ruang lingkup kementrian
agama.

B. Pendidikan

Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang
tersebar di berbagai pelosoknya. Pada awal abad ke-20, persoalan administrasi dan
organisasi pendidikan mulai mendapat perhatian setelah berkembangnya pemikiran
pembaharuan dalam Islam. Hal ini untuk memperbaiki, tidak ada kurikulum yang jelas
dalam pesantren untuk tingkat lanjutan.
Setelah Indonesia merdeka, Badan Pekerja Komite Nasional pusat dalam bulan
Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah yang ada pada masa sebelumnya
diteruskan. Pada tahun 1946 Departemen Agama mengadakan latihan 90 guru agama, dan
pada tahun 1948, didirikanlah sekolah guru dan hakim Islam di Solo. Beberapa sekolah
agama Islam direncanakan dan didirikan oleh Departemen Agama. Sementara, perguruan
Islam swasta masih berjalan. Bentuk lembaga pendidikan swasta tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pesantren Indonesia klasik
2. Madrasah diniyah (agama)
3. Madrasah-madrasah swasta (negeri)
Kaum muslimin sejak awal berpikir untuk membangun Perguruan Tinggi Islam,
akhirnya Mahmud Yunus membuka Islamic College pertama tanggal 9 Desember 1940 di
Padang, terdiri dari Fakultas Syari’ah, Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab. Pada tahun
1945, muncul Universitas Islam Indonesia (UII) yang merupakan perguruan tinggi Islam
pertama yang memiliki fakultas-fakultas non agama.
Pada tanggal 26 Sepetember 1951 dibuka perguruan tinggi dengan nama Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), dan pada tahun 1957 di Jakarta didirikan Akademi
Dinas Ilmu Agama (ADIA). Gabungan keduanya membentuk IAIN yang terus
berkembnag pesat.12

C. Hukum Islam

Salah satu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh
Departemen Agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi
dirinya pada soal-soal yang bersifat pribadi. Keberadaan lembaga peradilan agama di masa
Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa colonial Belanda.
Setelah Indonesia merdeka jumlah pengadilan agama bertambah tetapi
administrasinya tidak segera dapat diperbaiki. Para hakim Islam tampak ketat dan kaku,
karena hanya berpegang pada mazhab Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab undang-
undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim dan Pengadilan Agama.
Karena itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas Syariah di
perguruan-perguruan tinggi Islam didirikan.
Baru pada tahun 1974, hukum perkawinan diundangkan, setelah Dewan Perwakilan
Rakyat menyetujui pada bulan Desember 1973. Pada tanggal 21 Maret 1984 diterbitkan
Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Agama
yang menetapkan terbentuknya sebuah panitia dengan tugas menangani pelaksanaan
kompilasi. Dan akhirnya panitia kompilasi itu telah menghasilkan tiga buku hukum,

12

10
masing-masing tentang Hukum Perkawinan (Buku I), Hukum Kewarisan (Buku II), dan
Hukum Perwakafan (Buku III). Ketiga buku tersebut dilokakaryakan pada bulan Februari
1988 dan mendapat dukungan yang luas.
Kemantapan posisi hukum Islam dalam sistem hokum nasional semakin meningkat
setelah Undang-Undang Peradilan Agama ditetapkan tahun 1989. Undang-Undang
Peradilan Agama ini merupakan kelengkapan dari UU No. 14/1970 tentang ketentuan-
ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. 13

D. Haji

Semenjak zaman penjajahan Belanda, umat Islam Indonesia ingin mempunyai


kapal laut untuk dipergunakan dalam penyelenggaraan perjalanan haji. Iuran dikumpulkan,
saham diedarkan, tetapi, selama zaman jajahan, keinginan ini tidak terwujud. Setelah
Indonesia merdeka, usaha ini dilanjutkan. Pada tahun 1964, Dewan Urusan Haji mengajak
PHI untuk kembali mengurus jamaah haji, tetapi campur tangan pemerintah di dalamnya
semakin besar, karena tanggung jawab penyelenggaraan haji terletak pada pemerintah
setempat. Namun, semua usaha yang dilakukan itu tidak ada yang berhasil baik. Setelah
Soekarno jatuh tahun 1966, organisasi-organisasi swasta mulai lagi melakukan kegiatannya
menyelenggarakan perjalanan haji.
Diantara alasan mengapa pemerintah melakukan monopoli dalam perjalanan
penyelenggaraan haji adalah sebagai berikut :
- Pemerintah merasa bertanggung jawab atas penyelenggaraan perjalanan haji agar
masyarakat merasa tentram dan terjamin.
- Kemungkinan faktor laba juga menjadi perhatian pemerintah.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, pemerintah menyediakan Tim Pembimbing
Haji Indonesia (TPHI), Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD), Tim Kesehatan Haji
Indonesia (TKHI), dan Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD). Di samping itu, pemerintah
masih merasa perlu untuk mengangkat Tim Pembimbing Ibadah Haji (TPIH).14

E. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Di samping Departemen Agama, cara lain pemerintah Indonesia dalam


menyelenggarakan administrasi Islam ialah mendirikan Majelis Ulama. Suatu program
pemerintah, apalagi yang berkenaan dengan agama, hanya bisa berhasil dengan baik bila
disokong oleh ulama. Karena itu, kerja sama antara pemerintah dan ulama perlu terjalin
dengan baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno.
Majelis ini pertama-tama berdiri di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin
kemajuan.
Majelis-majelis ulama di provinsi lain didirikan jauh kemudian, yaitu setelah
majelis pusat berdiri pada bulan Oktober 1962. Pada tahun 1975, usaha-usaha dimulai
untuk mendirikan majelis ulama yang baru. Majelis-majelis ulama di tiap ibu kota provinsi
dibentuk atau bagi yang masih aktif diteruskan dalam rangka pembentukan majelis ulama
yang baru.
Sementara itu, di Jakarta dibentuk panitia Musyawarah Nasional I Majelis Ulama
seluruh Indonesia. Musyawarah itu sendiri dilangsungkan pada tanggal 21-27 Juni 1975,
dihadiri oleh wakil-wakil Majelis Ulama provinsi. Ketika itulah Majelis Ulama Indonesia

13

14
Http://www.syariahpublication.com
11
dalam Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia yang disahkan dalam kongres tersebut,
disebutkan bahwa, Majelis Ulama Indonesia berfungsi :
- Memberi fatwa dan nasihat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada
pemerintah dan umat Islam umumnya sebagai amar ma’ruf nahi mungkar, dalam usaha
meningkatkan ketahanan nasional.
- Memperkuat ukhuwah islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana
kerukunan antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
- Mewakili umat Islam dalam konsultasi antarumat beragama.
- Penghubung antara ulama dan umara (pemerintah) serta menjadi penerjemah timbal
balik antara pemerintah dan umat guna menyuksekan pembangunan nasional.15

PENUTUP

Simpulan

Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang. Saat
itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat Malaka yang
menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di
Asia Barat sejak abad ke-7.Kerajaan- kerajaan Islam yang ada di Indonesia adalah :
- Sumatera : Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Malaka, dan kerajaan Aceh.
- Jawa : Kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram, kerajaan Banten, dan
kerajaan Cirebon.
- Kalimantan : Kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai.
- Sulawesi : Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Wajo, kerajaan Soppeng, dan
kerajaan Luwu.
Pada zaman modern kebangkitan Islam semakin berkembang di Indonesia membentuk
organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah,
Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan partai-
partai politik, seperti Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), dan Partai
Islam Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi
yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme
dalam pengertian modern.
Peradaban-peradaban Islam sebelum kemerdekaan adalah birokrasi keagamaan, ulama
dan ilmu-ilmu pengetahuan, dan arsitek bangunan. Sedangkan peradaban Islam setelah

15
Dr. Badri Yatim, M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007). Hal 193

12
kemerdekaan adalah Departemen Agama, Pendidikan, hukum Islam, haji, dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).

DAFTAR PUSTAKA

Mundzirin Yusuf (Ed.). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Penerbit Pustaka. Yogyakarta.
2006
Tjandrasaamita Uka (Ed.). Sejarah Nasional Indonesia III. Balai Pustaka. Jakarta 1984.
Yatim Badri, Dr. M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta. 2007

13

Anda mungkin juga menyukai