Anda di halaman 1dari 14

“CIRI-CIRI KEBANGKITAN ISLAM DI AKHIR ZAMAN”

MAKALAH

“Di susun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Perorangan pada Mata
Kuliah Agama Islam
Dosen Pengampu : Yuli Prasetyawan, S.Pd.I, M.PD.”

DI SUSUN OLEH :

MOHAMMAD SUKAMTO

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNIK CENDIKIA ABDITAMA TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
kemampuan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan
Tugas Makalah yang berjudul “ PARAGRAF “ ini dengan lancar pada mata kuliah
Bahasa Indonesia. Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang
sangat wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu berusaha
mencarinya dan tak jarang menggunakan cara – cara yang tidak semestinya dan
bias berakibat buruk. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahNya, yang telah
membawa zaman kegelapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu dan
dorongan dari berbagai pihak - pihak yang telah membantu penulis memberikan
referensi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu Penulis sangat menghargai akan saran
dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan bagi kita semua.

Jakarta, 17 Oktober 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dan kejayaan Islam.......................................3


B. Fase kebangkitan Islam
C. Apa saja faktor-faktor kebangkitan dunia Islam..........................4
D. Apa makna dari kebangkitan dunia Islam....................................6
E. Ciri-ciri kebangkitan Islam
F. Bagaimana syarat-syarat kebangkitan dunia Islam......................7
G. ................................................................9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.....................................................................................17

Kritik dan Saran..............................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang Kebangkitan dunia Islam sebenarnya sudah banyak dipaparkan


dalam al-Quran. Misalnya, dalam al-Quran Surat Al-Maidah ayat 54. Disitu
disebutkan ciri-ciri satu kaum yang dijanjikan Allah yang akan meraih
kemenangan: mereka dicintai Allah dan mereka mencintai Allah; mereka saling
mengasihi sesama mukmin; mereka memiliki sikap ‘izzah terhadap orang-orang
kafir, mereka berjihad di jalan Allah, dan mereka tidak takut dengan celaan orang-
orang yang memang suka mencela. Kaum seperti inilah yang harus mampu
dibentuk oleh umat Islam, khususnya lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Hanya saja, saat bicara tentang kebangkitan Islam, maka yang perlu didefinisikan
terlebih dahulu adalah apa yang sebenarnya disebut dengan “bangkit”. Sebab,
jangan-jangan, makna kata “bangkit” itu sendiri sudah kabur di benak banyak
kaum Muslimin. Seperti kaburnya makna kata “kemajuan”, “pembangunan”,
“kebebasan”, dan sebagainya. Misalnya, negara-negara Barat membuat definsi
yang materialistis terhadap makna “kemajuan”. Mereka membagi negara-negara
di dunia menjadi negara maju, negara sedang berkembang dan negara terbelakang.
Tentu saja, ukuran-ukuran yang digunakan adalah ukuran kemajuan materi. Faktor
akhlak tidak masuk dalam definisi “kemajuan” atau “pembangunan” tersebut.
Jadi, jika dikatakan suatu negara sudah maju, maka yang dimaksudkan adalah
kemajuan materi, khususnya dalam ekonomi, sains dan teknologi. Padahal, secara
akhlak, negara itu sebenarnya hancur-hancuran.

Kita, kaum Muslimin yang masih memiliki keimanan dan menjaga akhlak mulia,
sudah selayaknya tidak merasa hina dan rendah martabat saat berhadapan dengan
dunia Barat yang serba gemerlap dalam dunia materi. Kita sungguh kasihan
kepada sebagian pejabat kita yang rela begadang, bersorak-sorai, menghambur-
hamburkan uang hanya untuk menyambut pergantian Tahun Baru dalam tradisi
Barat. Mestinya, jika mereka Muslim, mereka mengajak rakyatnya untuk
beribadah, mensyukuri setiap tambahan nikmat umur yang mereka terima dari
Allah SWT.[1]
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dan kejayaan Islam?

2. Apa saja faktor-faktor kebangkitan dunia Islam?

3. Apa makna dari kebangkitan dunia Islam?

4. Bagaimana syarat-syarat kebangkitan dunia Islam?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Kejayaan Islam


Sejarah Islam di dunia mencatat bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang
berkembang paling cepat. Nabi Muhammad hidup hanya usia 63 th, beliau
menjadi nabi sejak usia 40 th, dan hanya 23 th saja beliau menjadi mampu
mendidik generasi Islam yang luar biasa. Generasi-generasi Islam yang mampu
menguasai peradaban dunia dalam kurun waktu ± 13 abad dan menciptaka sejarah
Islam di dunia dengan citra yang baik.

Sebuah sejarah baik yang terlahir dari sejarah Islam di dunia memang telah
ditorehkan oleh Nabi Muhammad saw. Berkat kepemimpinan dan usaha yang baik
untuk menegakkan Islam, beliau diakui sebagai seorang pemimpin yang berhasil.
Bahkan oleh masyarakat di luar agama Islam itu sendiri. Sebuah kebanggan
memiliki panutan seperti beliau. Bahwa ketekunan dan kesabaran yang beliau
miliki memang tidak perlu lagi diragukan sebagai pelajaran hidup. Sejarah Islam
di dunia bahkan mencatat pemkiran dari seorang Perancis yang menyatakan
kehebatan dari dunia Islam. Dr. Gustave Le Bone, seorang pemikir dari Perancis
pernah mengatakan bahwa tidak ada bangsa-bangsa manapun yang bisa
mengadakan perubahan berarti bagi dunia dalam satu abad. Tapi cerita sejarah di
dunia mengatakan bahwa umat Islam yang dipimpin oleh Muhammad sudah dapat
mengadakan perubahan masyarakat baru yang signifikan hanya dalam tempo 23
th. Suatu hal yang luar biasa dan tidak dapat ditiru oleh orang atau bangsa
manapun.

Sejarah Islam di dunia berlangsung dari abad ke-6 Masehi hingga abad ke-12
Masehi. Dimulai dari periode kepemimpinan Nabi Muahammad SAW ( 622-632
M ), kemudian diteruskan oleh generasi Khulafaurasyidin ( 750-1258 M),
kemudian masa kekhalifahan bani Umayyah ( 661-750 M ), dan Bani Abbasiyah (
750-1258 M ) hingga terakhir rutuhnya kekhalifahan Turki Usmani pada tanggal 3
Maret 1924 M.[2]

1. Periode Kepemimpinan Nabi Muhammad ( 622-632 M )

Perkembangannya dibagi menjadi dua fase, yaitu fase perjuangan di Mekkah dan
fase perkembangan Islam di Madinah. Fase Mekkah berlangsung selama 13 tahun.
Fase ini merupakan fase paling berat yang dialami Nabi Muhammad karena ia
harus mengahadapi berbagai tantangan dari kaum kafirin. Karena besarnya
tantangan di mekkah, nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya pun hijrah ke
Madinah. Dilanjutkan fase kedua perkembangan Islam terjadi di Madinah dan
berlangsung selama 10 tahun. Fase ini dimulai saat nabi Muhammad dan
pengikutnya hijrah dari Mekkah. Di Madinah , nabi mulai membangun peradaban
dan masyarakat yang madani di bawah pemerintahan Islam.

Setelah terbentuknya pemerintahan Islam di Madinah, Islam pun kemudian


menyebar dengan cepat ke negara-negara lain. Wilayah penyebarannya meliputi
asia barat daya, asia tengah dan wilayah afrika.
2. Periode Khulafaurasyidin

Setelah wafatnya nabi Muhammad, pemerintahan Islam dipimpin oleh para


khalifah dari kalangan sahabat nabi, yaitu Abu bakar as-sidiq, umar bin khatab,
ustman bin affan dan ali bin abi thalib. Pada masa ini gerakan penaklukan pun
terus bergulir dengan cepat. Umat Islam berhasil menguasai wilayah arabia timur
dan utara. Mereka juga berani menyerang benteng-benteng pertahanan romawi
timur, persia, irak, siria dan mesir dapat ditaklukkan dalam kuun waktu yg tidak
telalu lama.

3. Bani Umayyah

Kedaulatan Umayyah pertama kali dipimpin oleh Muawiyah bin abu sofyan. Pada
masa ini perluasan wilayah dilanjutkan dengan menaklukkan Tunisia. Kemudian
ekspansi belanjut ke sebalah timur untuk menguasai daerah Khurasan,
Afghanistan sampai ke Kabul. Diwarnai dengan adegan-adegan menegangkan
layaknya adegan di film perang. Pasukan Islam menyiapkan banyak pasukan. Dari
anakatan laut, umat Islam melakukan serangan ke binzantium. Ekspansi ke bagian
timur dilanjutkan malik bin marwin, perluasan wilayah dilakukan dengan
menguasai balkanabad, bukhara, khawarizm, ferghana dan samarkhan. Bahkan
ada pula para pejuang Islam yang sampai ke india dan melakukan penaklukan
sebagian wilayah di sana. Perluasan wilayah tsb berlanjut dari satu pemimpin
hingga ke pemimpin beriktnya. Islam mulai merambahi daratan eropa, afrika dan
asia. Pada masa ini banyak terjadi peselisihan dan perang saudar anatar sesama
umat Islam. Hal ini yg menyebabakan runtuhnya bani ummayyah th 750 M.

4. Bani Abbasiyah

Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: ‫العبّاسدين‬, al-Abbāsidīn)


adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota
Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai
pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan
Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani
Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah
dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu
Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke
dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari
Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup
setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara
kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk.

Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa


untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering
disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani
Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan
Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa
Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak
menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan
Baghdad. Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini
banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa
pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan
akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah
Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah. Bani Abbasiyah berhasil
memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan
kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan
pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan
kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan
kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai
mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan


umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa
dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang
muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak
perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun
909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia
hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia
mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum
akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah
mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani
Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan
Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol,
kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai
akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

5. Turki Usmani

Ustmaniyah didirikan oleh bani utsman yang berkuasa lebih dari 6 abad. Pada
masa ini, zaman khalifah sulaiman al qanuni ( 1520-1566 ) merupakan masa
kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan peradaban
eropa di segala bidang. Kesultanan utsmaniyah perlahan-lahan terkikis dan makin
runtuh pada abad ke-19. Musuh-musuh Islam telah berhasil meleaskan ideologi
Islam dari tubuh umat Islam. Mereka membutuhkan waktu selama satu abad
melemahkan kekuatan Islam. Akhir peradaban Islam masa utsmaniyah benar-
benar runtuh pad abad ke-20.

B. Kemunduran Islam

Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan ummat Islam berdiri di atas agama Islam itu
sendiri. Hal ini juga sudah menjadi rahasia umum, bahkan musuh-musuh Islam
juga tahu bahwa Islam itu sendiri tidak dapat dilemahkan jika penganut-
penganutnya masih mempunyai keimanan yang kuat. Dari sini mulailah mereka
mencari jalan dan cara yang terbaik bagaimana untuk melemahkan pemahaman
orang Islam terhadap Islam itu sendiri. Tidak sampai disitu, mereka juga mencari
jalan bagaimana memberi keraguan kepada kitab yang menjadi pegangan ummat
Islam (baca: Al-Qur'an dan As-sunnah), dan mereka juga memutar belitkan fakta
Sejarah dan Tsaqafah Islamiyah melalui berbagai opini dan tulisan, sehingga
generasi ummat Islam berikutnya menjadi ragu atas keotentikan agama Islam itu
sendiri.

Kalau kita mengkaji lebih dalam lagi tentang pergerakan orientalisme dan karya-
karya mereka tentang Islam, maka kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa
keganjilan-keganjilan yang diciptakan oleh mereka pada intinya untuk memberi
keraguan kepada ummat Islam terhadap agama yang mereka anut, sehingga
mengakibatkan ummat Islam pada saat ini banyak yang termakan racun
orientalisme. Sebut saja misalnya, dalam sebuah seminar keIslaman yang
diadakan oleh organisasi Islam di Yogyakarta, salah seorang pemakalah yang
berfikiran liberal memegang Al-quran dengan kedua jarinya dan mengatakan
“Siapa yang berani menjamin bahwa al-Quran yang saya pegang ini benar-benar
berasal dari Allah SWT.

Sebenarnya banyak faktor kenapa ummat Islam menjadi lemah seperti sekarang
ini? Di antara penyebabnya adalah:

1. Faktor Internal

- Kurang Memahami Agama Islam itu sendiri

- Keyakinan terhadap pintu istihaj

2. Faktor Eksternal

- Pergerakan Kristenisasi
- Penjelajahan Portugis

- Penjelajahan Spanyol

- Pengampunan Dosa

C. Faktor-Faktor Kebangkitan Dunia Islam

1. Pemahaman umat akan kehidupan pemerintahan yang beraneka ragam yang


menerapkan kapitalisme, sosialisme, dan sekularisme yang tampak jelas
kelemahannya dalam mewujudkan kebahagiaan bagi manusia atau mencapai
kebangkitan dan memperbaiki kondisi mereka.

2. Pemahaman umat akan kepalsuan seruan patriotisme dan nasionalisme.


Pemahaman ini gagal menyatukan kelompok-kelompok bangsa yang satu, apalagi
untuk menyatukan umat.

3. Kemunculan sejumlah harakah, partai dan kelompok Islam yang


menyerukan Islam secara umum atau menyerukan kebangkitan dengan asas Islam.

4. Pemahaman umat akan permusuhan nyata negara-negara kafir terhadap


Islam dan kaum Muslim. Perhatian umat terhadap langkah-langkah negara kafir
dalam menanamkan doktrin, nilai-nilai dan propaganda kepada kaum Muslim.
Doktrin, tata-nilai dan propaganda kufur mereka itu di antaranya berupa seruan
kebebasan, demokrasi, penjagaan Hak Asasi Manusia dan sebagainya. Jika
perkaranya berkaitan dengan kaum Muslim maka lihat perkataan James Baker –
Menhan AS terdahulu – bahwa demokrasi tidak layak bagi bangsa-bangsa Timur
Tengah. Lihatlah Perancis, penyeru kebebasan, yang justru mengumumkan akan
mengintervensi Aljazair secara militer jika FIS memegang pemerintahan. Lihatlah
AS dan sikapnya terhadap pencaplokan tanah, yaitu Israel. Padahal AS
mengetahui kebengisan dan dosa Israel karena hal itu tidak perlu penjelasan.
Lihatlah Inggris yang bersegera menyematkan cap teroris dan fundamentalis
kepada kaum Muslim yang berjuang untuk Islam. Inggrislah yang mereka-reka
istilah fundamentalisme dengan sangat getol dikaitkan dengan setiap aktivitas
fisik menentang pemerintahan yang menekan berbagai bangsa karena Islam
mereka. Masih banyak lagi contoh yang tidak cukup tempat untuk
memaparkannya.

5. Kedudukan dan posisi tawar kaum Muslim terus menukik turun.


Kemiskinan, kehinaan, penyakit dan sebagainya terus menyebar di tengah-tengah
kaum Muslim di dunia. Hal itu menyebabkan kaum Muslim mulai berpikir
mengenai metode menyelesaikannya dan mulai berjuang demi kebangkitan.
6. Munculnya sistem-sistem tiranik yang terus menimpakan tekanan, siksaan,
paksaan dan kezaliman. Hal itu menyebabkan kaum Muslim mulai berpikir
tentang perubahan, mencari metode paling efektif yang bisa mengantarkan pada
kebangkitan yang benar serta membebaskan dari ketidakadilan dan kejahatan.

D. Makna Kebangkitan Dunia Islam

Pengertian kebangkitan (ash-shahwah) yang langsung terlintas di dalam benak


adalah kata shaha-yashhu, yakni bangun dari tidur. Akan tetapi, tatkala kita
membicarakan kebangkitan Islam (ash-shahwah al-Islamiyyah) maka maknanya
benar-benar berbeda meskipun bahwa umat ini sedang dalam kondisi terlena dari
agamanya. Keadaan umat ini bagaikan orang yang sedang tidur, yang terlena dari
kesadarannya. Realitanya, kedua pengertian tersebut memiliki banyak kedekatan
makna. Karena itu, penjelasan makna ash-shahwah (kebangkitan) secara bahasa
dan istilah sangat bermanfaat dan menghantarkan untuk menjelaskan maksud dari
tulisan buku ini dalam mewujudkan kebangkitan.

Inilah pengertian etimologis dari kata bangkit dan kebangkitan. Adapun makna
istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui adalah kebangkitan
dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap
realita hakiki yang menjadi realita hidup umat. Hal itu akibat dari banyak faktor
yang menutupi umat dari kebenaran; memalingkan umat dari memahami realita;
dan kewaspadaan umat terhadap realita ini serta upaya umat untuk mengubah dan
membebaskan diri darinya menuju realita yang lebih mulia.[3]

E. Syarat-Syarat Kebangkitan Dunia Islam

1. Pengetahuan Islam yang mendalam. Berbagai disiplin ilmu harus dikuasai


dengan baik semisal kalam, akhlak, fikih, Al-Quran, Hadist dan cabang-cabang
keilmuan Islam lainnya.

2. Islam tidak bersifat personal. Persoalan-persoalan kaum Musliman di


belahan dunia manapun menjadi tanggung jawab seorang Muslim. Apa yang
terjadi di Palestina telah menjadi perhatian serius Imam Khomeini. Imam
menyerukan untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina.

3. Berupaya untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis antar


berbagai kelompok dalam masyarakat, demokrasi hanyalah metode. Demokrasi
Barat didasari nilai-nilai liberalisme dan humanisme, sedangkan bagi Imam
Khomeini demokrasi harus diisi dengan nilai-nilai Islam yang suci. Dalam
penilaian Larijani, praktek demokrasi ala Barat telah gagal dalam menciptakan
situasi yang damai. Padahal, politik yang sebenarnya adalah bagaimana seluruh
umat beragama hidup berdampingan secara damai dan harmonis, ucapnya. Imam
Khomeini senantiasa menekankan pentingnya hidup harmonis dengan penuh kasih
sayang terhadap seluruh umat manusia. Dan Imam bertindak sangat tegas terhadp
musuh-musuh Islam dan kemanusiaan, yakni Amerika, Israel dan antek-anteknya.

4. Menekankan pentingnya bangsa-bangsa Muslim menguasai Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi. Ia mencontohkan bagaimana kemajuan yang pesat
Iran dalam bidang sains dan teknologi sejak kemenangan revolusi. Berbagai
bidang seperti medis, pertanian, pertahanan hingga teknologi tinggi seperti nuklir.

5. Menyeru kaum Muslimin untuk memperkuat infrastruktur ekonomi dan


pertahanan. Kemajuan teknologi rudal balistik yang dikuasai Iran, bagi Larijani
bukanlah untuk menyerang, tapi tindakan defensif dari serbuan ataupun serangan
musuh-musuh Iran.[4]
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Sejarah Islam di dunia mencatat bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang
berkembang paling cepat. Nabi Muhammad hidup hanya usia 63 th, beliau
menjadi nabi sejak usia 40 th, dan hanya 23 th saja beliau menjadi mampu
mendidik generasi Islam yang luar biasa. Generasi-generasi Islam yang mampu
menguasai peradaban dunia dalam kurun waktu ± 13 abad dan menciptkan sejarah
Islam di dunia dengan citra yang baik.

Sejarah Islam di dunia berlangsung dari abad ke-6 Masehi hingga abad ke-12
Masehi. Dimulai dari periode kepemimpinan Nabi Muahammad SAW ( 622-632
M ), kemudian diteruskan oleh generasi Khulafaurasyidin ( 750-1258 M),
kemudian masa kekhalifahan bani Umayyah ( 661-750 M ), dan Bani Abbasiyah (
750-1258 M ) hingga terakhir rutuhnya kekhalifahan Turki Usmani pada tanggal 3
Maret 1924 M.

Kemunduran islam terjadi karena adanya faktor internal maupun eksternal.


Diantaranya kurang pemahaman terhadap agama itu sendiri, yang tidak mau
berpegang teguh pada al qur’an dan sunnah, gerakan kristenisasi, penjelajahan
samudera, pengampunan dosa, dll.

Adapun makna istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui


adalah kebangkitan dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan
pemahaman terhadap realita hakiki yang menjadi realita hidup umat.

Kelompok-kelompok yang tidak terorganisasi dan tidak berpolitik merupakan


fondasi real bagi kebangkitan Islam yang tidak direkayasa, apalagi mereka
merupakan sumber pijakan bagi kelompok-kelompok lain, baik yang moderat dan
ekstrem, maupun yang politis.

DAFTAR PUSTAKA
Busthani Muhammad Said, Pembaharuan dan Pembaruan dalam Islam, Terj.
Mahsun al-Munzir, Ponorogo Gontor: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1992.

Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH., Hukum Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004.

http://ncofies.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-dan-faktor-faktor.html diakses
09/07/2013

http:///C:/Users/PUSKOM%2035/Downloads/masa-kebangkitan-kembali-hukum-
islam1.html diakses 09/06/2013

[1] Busthani Muhammad Said, Pembaharuan dan Pembaruan dalam Islam, Terj.
Mahsun al-Munzir, (Ponorogo Gontor: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1992), h. 1-3.

[2] Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH., Hukum Islam, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 42

[3] http://ncofies.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-dan-faktor-faktor.html
diakses 09/07/2013

[4] http:///C:/Users/PUSKOM%2035/Downloads/masa-kebangkitan-kembali-
hukum-islam1.html diakses 09/06/2013

Anda mungkin juga menyukai