Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Murabhitun,


Muwahhidun, Kebudayaan Islam di Andalusia, dan dinasti Bani Ahmar”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam dan Dipresentasikan
di kelas Tbio 5A

Dosen pembimbing:

PISDONI MARDIANTO, M.Hum

Oleh:

AYUNI PUSPITA SARI (1830106009)

DELLA WIDYA FEBRY (1830106011)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

INSTITUT AGAMA ISLAM BATUSANGKAR

2020TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Yang maha kuasa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga kami telah
dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Manajemen Pendidikan ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau.
Makalah Manajemen Pendidikan ini dibuat berdasarkan kepada panduan
dan garis-garis besar pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Batusangkar. Juga kami menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini tentunya memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan
materi kedepannya, untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima
masukan demi peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajaran
ini.

Batipuh dan Payakumbuh,

02 Desember 2020

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan kebudayaan islam pada masa pemerintahan Dinasti Murabithun...3
B. Perkembangan kebudayaan dan peradaban islam pada masa pemerintahan Dinasti
Muwahidun............................................................................................................8
C. Perkembangan kebudayaan islam di andalusia dalam bidang bahasa, sosial, politik
dan pemerintahan, hukum ekonomi, pendidikan, kesenian, dan dalam bidang
pembangunan fisik...............................................................................................14
D. Perkembangan Intelektual Dan Ilmu Pengetahuan Di Andalusia Dalam Bidang
‘Ulum Al Naql Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Bidang ‘Ulumal Aql Serta Tokoh
Masing-Masingnya...............................................................................................17
E. Dinasti Bani Ahmar..............................................................................................19
F. Faktor-Faktor Kemunduran Pemerintahan Islam di Andalusia.............................29
G. Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia..........................................................30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bani Umayyah di Spanyol mengalami kemunduran diawali dari naiknya
Hisyam II yang waktu  itu masih berusia sebelas tahun. Hal ini disebabkan
tidak adanya penerus dari keturunan pemerintah. Dari naiknya Hisyam ini
maka menimbulkan perpecahan di negeri andalusia dimana pada waktu itu
terpecah kurang lebih menjadi tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan (Al-Mulukuth Thawaif). Dari perpecahan ini di Andalusia
sendiri masih ada suatu kekuatan yang sangat dominan yaitu Dinasti
Murabithun (1086-1147) dan Dinasti Muwahiddun (1146-1235).
Dinasti Murabitun ini pada mulanya sebuah gerakan agama yang didirikan
oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1086 Ia masuk ke
Spanyol atas undangan para penguasa-penguasa Islam disana, untuk
mempertahankan wilayah Islam dari serangan tentara Kristen. Pada tahun
1146 Dinasti Muwahidun yang berpusat di Afrika Merebut kekuasaan
Murabitun di Spanyol dari tangan kaum Nasrani. Dinasti ini datang ke
Spanyol dipimpin oleh Abd al-Mu’min. Abd al-Mu’min merupakan sahabat
pendiri Dinasti Muwahidun yaitu Muhammad Ibnu Tumart.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan kebudayaan islam pada masa pemerintahan
dinasti murabithun?
2. Bagaimanakah perkembangan kebudayaan dan peradaban islam pada masa
pemerintahan dinasti muwahidun?
3. Bagaimanakah perkembangan kebudayaan islam di andalusia dalam
bidang bahasa, sosial, politik dan pemerintahan, hukum ekonomi,
pendidikan, kesenian, dan dalam bidang pembangunan fisik?
4. Bagaimanakah bentuk perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan di
Andalusia dalam bidang Ulum al Naql seperti tafsir, hadist, fiqh dan ilmu

1
kalam serta tokohnya masing-masing dan perkembangan intelektual dan
ilmu pengetahuan dalam bidang ulum al Aql seperti filsafat, kimia,
sejarah, kedokteran, matematika dan astronomi serta tokohnya masing-
masing?
5. Seperti apakah perkembangan islam pada Dinasti Bani Ahmar?
6. Apa sajakah faktor-faktor kemunduran pemerintahan islam di Andalusia?
7. Seperti apakah keruntuhan kekuasaan islam di Andalusia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan islam pada masa
pemerintahan dinasti Murabithun
2. Untuk mengetahui Perkembangan kebudayaan dan peradaban islam pada
masa pemerintahan dinasti Muwahidun
3. Untuk mengetahui Perkembangan kebudayaan islam di Andalusia dalam
bidang bahasa, sosial, politik dan pemerintahan, hukum ekonomi,
pendidikan, kesenian, dan dalam bidang pembangunan fisik
4. Untuk Menganalisis perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan di
Andalusia dalam bidang Ulum al Naql seperti tafsir, hadist, fiqh dan ilmu
kalam serta tokohnya masing-masing dan perkembangan intelektual dan
ilmu pengetahuan dalam bidang ulum al Aql seperti filsafat, kimia,
sejarah, kedokteran, matematika dan astronomi serta tokohnya masing-
masing
5. Untuk mengegtahui perkembangan islam pada Dinasti Bani Ahmar
6. Untuk Menganalisis faktor-faktor kemunduran pemerintahan islam di
Andalusia
7. Untuk Menganalisis keruntuhan kekuasaan islam di Andalusia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Pemerintahan Dinasti


Murabithun
Murabithun atau al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam yang
berkuasa di Maghrib. Nama al- Murabithun (yang secara harfiyah artinya
adalah orang-orang yang tinggal di benteng tapal batas) berkaitan dengan nama
tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati ribat (benteng)
di mulut sungai Senegal, dan dari sini prajurit-prajurit iman menyebarkan
bentuk Islam yang sederhana dan fundamentalis melalui Sudan barat. Asal-usul
dinasti ini dari Lamtunah, salah satu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-
Mulassimun (orang-orang bercadar).
Pada abad ke-11 pemimpin Sanhaja, Yahya bin Ibrahim, melaksanakan
ibadah haji ke Makkah dan sekembalinya dari Arabia, ia mengundang
Abdullah bin Yasin seorang alim terkenal di Maroko, untuk membina kaumnya
dengan keagamaan yang baik, kemudian beliau dibantu oleh Yahya bin Umar
dan saudaranya Abu Bakar bin Umar. Perkumpulan ini berkembang dengan
cepat, sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut.
Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin
Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi
Dar’ia, dan kerajaan Sijilmasat (tahun 447 H/1055M), yang dikuasai oleh
Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia (tahun 448
H/1056 M), jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar,
kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan
penyerangan ke Maroko tengah dan selatan selanjutnya menyerang suku
Berghwata yang menganut paham bid’ah. Wilayah selatan Maroko, Negara
Sus, Aghmat dan Berghwata dapat ditaklukkan tahun 452 H. Dalam
penyerangan ini Abdullah bin Yasin wafat (1059 M). Sejak saat itu Abu Bakar
memegang kekuasaan secara penuh dan ia berhasil mengembangkannya, dan
dari sini pula diyakini sebagai awal dari sistem kesultanan.

3
Abu Bakar berhasil menaklukkan daerah Utara Atlas Tinggi dan akhirnya
ia dapat menaklukkan daerah Marrakech (Maroko). Kemudian ia mendapat
berita bahwa Buluguan, Raja Kala dari Bani Hammad mengadakan
penyerangan ke Maghrib dengan melibatkan kaum Sanhaja. Mendengar berita
itu ia kembali ke Sanhaja untuk menegakkan perdamaian. Setelah berhasil
memadamkan, tahun 453H ia menyerahkan kekuasaanya kepada Yusuf bin
Tasyfin, sedang ia sendiri mengembara di Sahara sampai wafatnya tahun 480
H. Tahap Murabithun sebagai Negara agama secara formal dimulai saat Yusuf
ibn Tasyfin memimpin murabithun dengan pemerintah layaknya sebuah
Negara.
Pada tahun 1062 M, Yusuf bin Tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko.
Dia berhasil menaklukkan Fez (1070 M) dan Tangier (1078 M). Pada tahun
1080-1082 M, ia berhasil meluaskan wilayah sampai ke Al Jazair. Dia
mengangkat para pejabat al-Murabithun untuk menduduki jabatan Gubernur
pada wilayah taklukannya, sementara ia memerintah di Maroko.
Dinasti ini mengambil Marakesh menjadi ibukota Murabithun dengan
kekuasaan meliputi wilayah Maroko hingga Spanyol. Hubungan dinasti dengan
kekhalifahan Abbasiyah sangat erat bahkan mereka sangat loyal terhadap
kekhalifahan Abbasiyah dan tunduk pada kekuasaannya dengan tidak memakai
gelar Amir al-Mukminin yang merupakan gelar khalifah di Baghdad. Menurut
Yusuf ibn Tasyfin khalifah di Baghdad lah satu-satunya yang berhak atas gelar
itu. Hal ini disebabkan nasab mulia yang ada pada mereka sebagai penguasa
Makkah dan Madinah sedang Yusuf hanya sebatas juru dakwah mereka.
Sebagai negara atas dasar agama, Yusuf ibn Tasyfin yang memerintah
453-500 H tetap konsisten dalam berjihad memberantas kemungkaran yang
terjadi di kalangan internal kekuasaan Islam atau peperangan yang dikobarkan
oleh pihak Kristen. Dalam soal memberantas kemungkaran internal masyarakat
Islam, ketika melihat perilaku Muluk al Thawaif yanmg bermewah-mewah
dengan harta yang diambil dari pajak memberatkan rakyat, Yusuf menyarankan
mereka untuk berbuat baik. Ketika mereka menolah, kecuali Ibn Ibad, akhirnya
Yusuf menyerang kota-kota mereka satu-persatu dan menguasai Andalusia

4
tahun 459 H tunduk pada pemerintahan dinasti Murabithun di Afrika Utara.
Sedang perilaku politik negara agama Murabithun yang dilakukan oleh Yusuf
terhadap orang Kristen adalah dengan melakukan penyerangan terhadap
mereka.
Yusuf bin Tasfin meninggalkan Afrika pada tahun 1086 M. Konon
wilayah kekuasaan Islam di Andalusia pada masa-masa abad ke-11 itu nyaris
direbut oleh Raja Alfonso VI dari Kerajaan Castilia. Untunglah pasukan tentara
Muslim dari Afrika Utara, pimpinan Yusuf bin Tasyfin tadi yang diundang Al-
Mu'tamid bin Abbas, Amir Cordoba, segera datang menyelamatkan wilayah
itu. Dalam pertempuran hebat yang terjadi di Zallaqah pada 23 Oktober 1086,
pasukan tentara Islam  (sekitar 20.000 orang) itu memukul mundur pasukan
Castilia. dan memperoleh kemenangan besar atas Alfonso VI (Raja Castile
Leon) dan Yusuf bin Tasfin mendapat dukungan dari Muluk At-Thawa’if
dalam pertempuran di Zallaqah. Dari sini penakhlukkan Murabithun diteruskan
ke Granada dan Malaga, setelah diundang kembali untuk melawan raja Kristen
tahun 1088.
Ketika Yusuf bin Tasfin meninggal Dunia, ia mewariskan kepada
anaknya, Abu Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu berupa kerajaan yang luas dan
besar terdiri dari negeri-negeri Maghrib, bagian Afrika dan Spanyol. Ali ibn
Yusuf melanjutkan politik pendahulunya dan berhasil mengalahkan anak
Alfonso VI (1108 M). Kemudian ia ke Andalusia merampas Talavera Dela
Rein. Lambat laun Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam
memperluas wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di
Cuhera (1129 M). kemudian ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi
Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk
menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari
raja Alfonso VII.
Menurut Taufiqurrahman, sebab-sebab berdirinya dinasti ini di antaranya
adalah:
1. Timbulnya pertentangan antara kerajaan Ghannah dan Mulatstsimun, yang
menimbulkan kekacauan ekonomi

5
2. Adanya semangat keagamaan yang menggelora pada diri orang-orang
Murabithun
3. Adanya keinginan suku-suku di Sahara untuk tetap bernaung di bawah
kekhalifahan Abbasiyah
4. Adanya serangan yang dilancarkan orang Kristen terhadap daerah
kekuasaan Islam.

Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan enam


orang penguasa yaitu :
1. Abu Bakar bin Umar (1056-1061 M)
2. Yusuf bin Tasyfin (1061-1107 M)
3. Ali bin Yusuf (1107-1143 M)
4. Tasyfin bin Ali (1143-1145 M)
5. Ibrahim bin Tasfin
6. Ishak bin Ali.

Masa terahir Dinasti al-Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti


Muwahiddun yang dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti Muwahiddun
menaklukkan Maroko pada tahun 1146-1147 M yang ditandai dengan
terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali.
Dinasti Murabbithun memegang kekuasaan selama 90 tahun dengan enam
orang penguasa yang telah disebutkan di atas. Murabbitun memegang peran
penting mempersatukan  bangsa Barbar dalam satu kesatuan. Dinasti Murabbitun
banyak mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan arsiktektur bangunan
masjid.
Daulah inilah yang pertama membuat dinar memakai huruf Arab dengan
tulisan Amir al-Mu’minin dibagian depan mencontoh uang Abbasiyah dan
bertuliskan kalimat iman dibagian belakang.
Terkait dengan ekonomi, di bawah kekuasaan Yusuf berkembang dengan
pesat. Ia dapat mengumpulkan penghasilan untuk negara sebesar 120.000 pound
emas. Ia juga menghapus pajak karena tidak ada perintah dalam Al-Qur’an. Dan
kehidupan amat murah dan bersahaja sedang masyarakat menikmati kedamaian.

6
Kehadiran agama Kristen dan Yahudi sedikit sulit namun mereka menikmati
kebebasan beragama, tapi tidak boleh mendirikan gereja atau sinagong.
Kebebasan berpikir pada zamannya dihalang-halangi, mereka menentang teologi
dan sufisme. Dinasti Murabithun merupakan dinasti Sunni dengan mazdhab
hukumnya Maliki. Namun dalam soal dekorasi bentuk puisi populer dan lagu
berkembang.
Dinasti ini mengalami kemunduran dan kehancuran pada tahun 541 H.
Sebab-sebab kehancuran mulai terasa ketika Ali, anak Yusuf menduduki jabatan
Amir, karena tidak secakap ayahnya. Ia banyak menggunakan waktunya untuk
beribadah, didominasi istrinya. Hal ini membuat masyarakat tidak bergembira,
bangsawan berebut kekuasaan, tentaranya ceroboh, orang kaya Berber mengikuti
jalan syetan.
Adapun secara terperinci, diantara faktor-faktor penyebab runtuhnya
pemerintahan dinasti Murabbitun adalah:
1. Lemahnya disiplin tentara dan meraja lelanya korupsi yang melahirkan
disintegrasi.
2. Berubahnya watak keras pembawaan Barbar menjadi lemah ketika memasuki
kehidupan Maroko di Andalus yang mewah
3. Mereka memasuki Andalus ketika kecemerlangan intelektual kalangan Arab
telah mengganti kesenangan berperang.
4. Kontak dengan peradapan sedang menurun dan tidak siap mengadakan
asimilasi.
5. Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, al-Muwahidun

Sedangkan menurut Abdul Hamid, sebagaimana yang dikutip oleh


Taufiqurrahman, kehancuran Murabithun disebabkan juga diantaranya karena:
1. Ketidaksukaan sekelompok kalangan terdidik dari Andalusia terhadap
pemerintahan Murabithun yang dianggap keras, bodoh, tidak bisa memahami
sastra budaya, menolak filsafat dan kalam dan hanya mengagungkan fiqih dan
tafsir. Sifat inilah yang menyulut kebencian orang-orang Andalusia

7
2. Murabithun tidak bisa mempertahankan sikap keberanian, kekuatan,
kefanatikan pada agama. Hal ini dapat dilihat setelah 20 tahun menguasai
Andalusia mereka menjadi pemalas, pemabuk, pemuas hawa nafsu, perampok
dan pencuri dan penuasanya bergelimang dengan kecantikan wanita disamping
figalanya ambisius.
Menurut Maruwiah Ahmad, dinasti Murabithun mengalami kemunduran
ketika dalam kepemimpinan Ibrahim  bin Tasyfin dan Ishaq bin Tasyfin.
Di samping itu, fanatisme para fuqaha' menyebabkan penerapan ajaran agama
dalam kehidupan menjadi kaku. Karangan Al-Ghazali dimasukkan oleh Ishaq
ke dalam daftar buku–buku yang dilarang untuk dibaca, lalu dibakar baik yang
ada di Spanyol maupun yang ada di Maghrib, sementara itu militer banyak
yang terbunuh dalam peperangan melawan tentara Kristen. Pada tahun 1118 M.
Alfaso VI dari Aragon berhasil membunuh sejumlah besar tentara
Murobithun. Pada saat itu kaum sufi memimpin sejumlah pemberontakan di
Silves dan Naibla sedang kaum ulama' memimpin sejumlah pemberontakan di
Cordova dan Valencia yang pada akhirnya menyebabkan hancurnya
pemerintahan Murabithun. pada tahun 1143 kekuasaan dinasti ini berakhir baik
di Afrika Utara maupun Spanyol dan digaantika dinasti Muwahhidun.

B. Perkembangan Kebudayaan Dan Peradaban Islam Pada Masa


Pemerintahan Dinasti Muwahidun
Dinasti Muwahhidun bermula dari sebuah gerakan agama-politik yang
didirikan oleh seorang Berber. Ia adalah Ibnu Thumart dari suku Masmuda,
beliau seorang penganut Asy’ariyah yang hanya mengakui supremasi al-Qur’an
dan Hadits dan tidak mengakui otoritas madzhab fiqih. Dinasti Muwahhidun
merupakan Dinasti Islam yang pernah berjasa di Afrika Utara selama lebih dari
satu setengah abad.
Al-Muwahhidun secara bahasa berarti orang-orang yang mengesakan
Allah, secara intelektual mewakili protes terhadap Madzhab Maliki yang kaku,
konservatif dan legalistik, sebagai Madzhab yang dominan di Afrika Utara dan
terhadap kerusakan dalam kehidupan sosial di masa kekuasaan murabitun.

8
Nama Muwahhidun bagi dinasti ini berarti golongan yang berpaham tauhid,
didasarkan prinsip dakwah Ibnu Thumart yang memerangi paham Tajsim yang
menganggap Tuhan mempunyai bentuk yang berkembang di Afrika Utara pada
masa itu di bawah kekuasaan Murabitun, atas dasar bahwa ayat-ayat yang
berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang disebutkan dalam al-Qur’an seperti
“tangan Tuhan” tidak dapat ditakwilkan dan harus dipahami apa adanya.
Menurut Ibnu Thumart paham tajasum identik dengan syirik dan orang yang
berpaham tajasum adalah musyrik.
Ibnu Thumart beranggapan bahwa untuk menegakkan kebenaran dan
memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan, oleh karena itu
Ibnu Thumart dalam menjalankan dakwahnya tidak segan-segan menggunakan
kekerasan. Sikap Ibnu Thumart seperti itu sangat tidak disenangi oleh semua
kalangan masyarakat terutama para ulama’ dan penguasa, akan tetapi ia
dilindungi oleh sultan Ali bin Yusuf bin Tasfyn yang hanya mengusirnya dari
Marakeh (ibu kota kerajaan Muwahhidun). Sementara dakwahnya mendapat
sambutan baik dan dukungan dari suku Barbar seperti suku Harrabah,
Hantamah, Jadniwah dan Jansifah.
Pada mulanya dakwah yang dilakukan Ibnu Thumart adalah murni,
artinya tidak didasari oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu. Semata-
mata hanya ingin menegakkan tauhid murni, akan tetapi setelah merasa
dakwahnya mendapat sambutan yang cukup berarti dan pengikutnya mulai
banyak dan sementara itu dinasti Murabitun mulai melemah, maka Ibnu
Thumart berambisi untuk menjatuhkan kekuasaan Murabitun. Maka  pada
tahun 514 H, ia menobatkan dirinya sebagai al-Mahdi (imam yang Ma’shum)
atas dukungan Abu Hafs yang sebagai kepala suku Barbar dan pengikutnya.
Dan dia menamakan pengikutnya sebagai al-Muwahhidun. Wilayah
kekuasaannya yaitu Tinmallal dan sekitarnya sebagai ad-Daulah al-
Muwahhidiyah. Maka berangkat dari sinilah mereka memasukkan gerakan
dakwahnya ke dalam gerakan politik.

9
1. Masa Kejayaan Dinasti Muwahhidun
Sebagai langkah awal yang dilakukan Ibnu Thumart untuk
melaksanakan dakwah agama dan politik adalah mengajak kabilah-kabilah
Barbar untuk bergabung bersamanya. Kabilah yang menolak diperangi
sehingga dalam waktu singkat mereka banyak yang bergabung dan tunduk
kepadanya. Pada tahun 524 H dengan jumlah pasukan 40 ribu orang di
bawah komando Abu Muhammad al-Muwahidun menyerang ibu kota
dinasti al-Murabitun di Marakeh. Perang ini disebut Buhairah, Muwahhidun
mengalami kekalahan yang sangat besar dan Ibnu Thumart meninggal pada
tahun ini juga.
Setelah Ibnu Thumart meninggal, kepemimpinan Muwahhidun
digantikan oleh Abdul al Mukmin bin Ali. Di bawah kepemimpinannya
berhasil meraih kemenangan sehingga banyak daerah yang jatuh ke tangan
kekuasaannya seperti Nadla, dir’ah, taigar, Fazar, Giasah, Fez dan Marakeh.
Keberhasilan menaklukkan Marakeh dan ambisi dalam memperluas wilayah
kekuasaannya, ia memindahkan pusat kekuasaannya dari Tinmallal ke
Marakeh. Pada masa ini kemenangan demi kemenangan diraih, juga di
daerah-daerah yang dulunya dikuasai Murabitun  dan kemudian
menyeberang ke Andalusia (Spanyol) sehingga daerah-daerah Murabitun
yang dikuasai Kristen dapat direbut kembali.
Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul
Mukmin antara tahun 1114-1115 M. pada masa ini Muwahhidun
memperoleh prestasi cemerlang yang belum pernah dicapai kerajaan
manapun di Afrika Utara. Daerah kekuasaannya membentang dari Tripoli
hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, kota-kota Muslim penting yang
jatuh ke tangan kekuasaannya adalah Cordoba, Almeria dan Granada.
Setelah Abdul Mukmin meninggal, kepemimpinanya diganti oleh
putranya yaituAbu Yaqub Yusuf bin Abdul Mukmin pada tahun 558 H. ia
dikenal sebagai seorang yang sangat dekat dengan kaum ulama’ dan
cendekiawan dan terkenal dengan seorang pemimpin yang cakap, gemar
ilmu dan senang berjihad. Dalam memperluas wilayahya, ia menyerang

10
wilayah Andalusia yang kedua kalinya dan berhasil merebut daerah Lisabon
yang dikuasai Kristen, dalam peperangan ini Abu Ya’qub Yusuf terluka
parah sehingga meninggal dunia. Ulama-ulama besar pada masa ini
diantaranya Ibnu Rusyd, Ibnu Thufail, Ibnu Mulkun, Abu Ishaq Ibrahim bin
Abdul Malik dan Abu Bakar bin Zuhr, sehingga Marrakeh menjadi pusat
peradaban terbesar saat itu.
Muwahhidun lebih masyhur karena kekuatan armada laut yang
mereka dirikan, sehingga kekuasaannya ke laut dan ke darat. Wilayah
kekuasaan dinasti muwahidun sebelah utara berupa: sahara Afrika yang
luas, sebelah barat sampai laut hitam, sebelah timur padang pasir sampai
perbatasan Mesir dan sebelah selatan laut Roemi. Abu Ya’qub Yusuf
digantikan anaknya yaitu Abu Yusuf ya’qub al Mansur. Pada awal
kekuaaannya terjadi dua pemberontakan di Spanyol yaitu dari cucu Ibnu
Ghaniyah dan orang Kristen yang berusaha merebut kembali wilayah-
wilayah Islam di Spanyol. Kedua pemberontakan berhasil dipatahkan
bahkan raja Alfonso tunduk terhadap dinasti Muwahhidun.
Pada tahun 591 H/ 1194 M, Alfonso kembali memberontak dengan
keyakinan ingin membebaskan wilayah-wilayah Spanyol dari kekuasaan
Islam sehingga terjadi peperangan yang akhirnya dimenangkan oleh Islam
dan berhasil menawan 20 ribu tentara Kristen. Kemenangan Muwahidun ini
merupakan kemenangan terakhir kaum muslim terhadap orang-orang
Kristen di Spanyol dan pertempuran selanjutnya dengan orang Kristen tidak
pernah menang.
Setelah Abu Yusuf Ya’qub al Mansur meninggal, ia diganti oleh
anaknya yang bernama Muhammad an Nashir yang pada saat itu belum
mencapai usia 17 tahun, sehingga berakibat kendali Negara lebih banyak
dipegang oleh menteri-menterinya yang saling berebut mengambil simpati
khalifah yang masih muda dan hal ini dimanfaatkan oleh lawan-lawan
Muwahhidun meskipun pernah dikalahkan penguasa sebelumnya,
diantaranya adalah di daerah Tunisia oleh Ibnu Ghaniyah dan berhasil
dipatahkan.

11
Orang-orang Kristen di Spanyol juga melakukan pemberontakan yang
mengakibatkan satu persatu wilayah Muwahhidun dapat ditaklukkan, yang
pada awalnya kaum Muwahhidun dapat menekan kaum Kristen namun
terjadi perpecahan di kalangan pemimpin Muwahhidun akhirnya suasana
tersebut dimanfaatkan orang-orang Kristen dan akhirnya Muwahhidun
dihancurkan.
Kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan pemimpinnya
meninggalkan Spanyol  dan kembali ke Afrika utara. Pada tahun 1235 M
keadaan Spanyol kembali runyam di bawah penguasa-penguasa kecil,
dengan kondisi yang demikian umat Islam tidak mampu bertahan dari
serangan Kristen yang semakin besar. Sehingga tahun 1238 M Cordoba
jatuh ke tangan Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M, seluruh Spanyol
kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
2. Masa Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Muwahhidun
Setelah Muhammad al-Nashir meninggal dalam perang al-Uqap, maka
kerajaan Muwahhidun menjadi semakin lemah, Muhammad al-Nashir
sendiri dalam memerintah tidak dapat berbuat banyak. Hal ini disebabkan
usianya yang masih sangat muda ketika naik tahta dan keputusan-keputusan
penting berada ditangan menterinya. Ia kemudian diganti oleh putranya Abu
Yusuf Ya’qub al-Muntasir yang masih terlalu muda juga yaitu berusia 16
tahun dan menteri-menterinyalah yang berkuasa, mereka bertindak untuk
kepentingan masing-masing sehingga kerajaan tidak tenang dan banyak
kerusuhan, ia berkuasa sampai 1269 M.
Abu Yusuf Ya’qub al-Muntasir meninggak akibat dibunuh, sehingga
berkobar api fitnah di Maghrib dan Spanyol. Kemudian ia digantikan oleh
Abu Muhammad Wahid al-Mahlu, ia adalah saudaranya Ya’qub al-Mansur.
Amir yang terakhir ini sudah lanjut usia dan tidak mampu memikul tugas
sebagai penguasa sehingga mengundurkan diri dan digantikan putranya
yang bernama Abdullah Muhammad al-Adil sampai tahun 1227 M.
kemudian digantikan Abu Ula al-Makmun, pada saat ini terjadi
pemberontakan di Maghrib dan Spanyol karena Amir ini tidak lagi

12
berpegang teguh pada ajaran agama yang dianut golongan Muwahhidun. Ia
menyerukan kembali madzhab Ahlussunnah, pada masa kekuasaannya
terjadi perpecahan di barisan kelompok Muwahidun sendiri.
Kemunduran dinasti Muwahhidun tampak terasa setelah al-Nashr wafat.
Adapun faktor kemunduran Muwahhidun ini disebabkan oleh:
1. Perebutan tahta dikalangan keluarga daulah
2. Melemahnya kontrol terhadap penguasa daerah
3. Mengendurnya tradisi disiplin
4. Memudarnya keyakinan akan keagungan misi al-Mahdi Ibnu Thumart,
bahkan namanya tidak disebut dalam dokumen Negara. Begitu pula pada
mata uang masa terakhir.
Setelah al-Makmun meninggal, ia diganti oleh putranya bernama
Abdul Abu Muhammad Abdul Wahid al-Rasyid. Amir yang baru ini
berusaha mengembalikan ajaran kelompok Muwahhidun sebagaimana
semula. Pada masa ini muncul Kabilah bani Marrin yang menantang al-
Rasyid. Setelah meninggal kendali kekuasaan diganti oleh saudaranya
bernama Abu Hasan Ali al-Sa’id, ia mengadakan perjanjian damai dengan
bani Marrin akan tetapi ia dibunuh oleh bani Rayyan yaitu penguasa kota
Tilmisan. Munculnya Yaghamrasan Ibnu Zayyan di Tlemcen pada tahun
633/1236 menyebabkan berdirinya dinasti Abdu al-Wadiyyah yang
independent dan tahun berikutnya Abu Zakariya Yahya seorang gubernur
Ifriqiyah memerdekakannya di Tunis dan mendirikan dinasti Hafshiyyah.
Sebagai penerusnya adalah Abu Hafs al-Umar al-Murtadho. Pada masanya
muncul Abu Ula Idris al-Wasiq yang bergelar Abu Dabus dan bersekutu
dengan bani Marrin, akan tetapi kemudian Abu Dabus dibunuh oleh
sekutunya pada tahun 667 H/ 1269 M. akhirnya ibu kota Muwahhidun di
Marrakesh jatuh ke tangan Marriniyah. Peristiwa inilah yang merupakan
akhir dari keberadaan dinasti Muwahhidun di Maghrib yang selanjutnya
bani Marrin berkuasa menggantikannya di wilayah tersebut (Mubarok, .
2004).

13
C. Perkembangan Kebudayaan Islam Di Andalusia Dalam Bidang
Bahasa, Sosial, Politik Dan Pemerintahan, Hukum Ekonomi,
Pendidikan, Kesenian, Dan Dalam Bidang Pembangunan Fisik
1. Bidang Bahasa
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang Islam
dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa
asli mereka. Mereka juga banyak yang mahir dan ahli berbahasa Arab,
baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain:
Ibn Sayyidih, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan ibn Usfur, dan Abu
Hayyan Al Garnathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya
sastra banyak bermunculan, seperti: Al-Iqd Al-farid karya Ibn Abd
Rabbih, al-dzakirah fi mahasin ahl al-jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-
qalaid buahkarya Al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
2. Politik dan pemerintah
Pada waktu Bani Umayyah (661-750 M) yang berpusat di
Damaskus jatuh pada tahun 132 H (750 M) dan digantikan oleh  Bani
Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. Pada saat itu terjadi
pembunuhan massal serta pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga
Umayyah, terdapat seorang amir yang dapat meloloskan diri dan
selamat dari pembantaian, ia bernama Amir Abdurrahman bin
Muawiyyah bin Hisyam bin Abdil Malik. Ia memasuki Mesir, Barca
(Libya), dan Afrika Utara. Selama berjuang selama tidak kurang dari
enam tahun, Abdurrahman berhasil memasuki Andalusia.
Pada awalnya, amir yang memegang kekuasaan terakhir di
Andalusia menjelang tahun 138 H (756 M) adalah seorang wali Yusuf
ibnu Abdirrahman Al-Fihri dari suku Mudhari yang ditunjuk oleh
Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun
pada tahun 740an M, terjadi perang saudara yang menyebabkan
melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-
Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa

14
yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus. Namun pada
tahun 756 M, Abdurrahman melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi
penguasa Kordoba sehingga ia dijuluki “Abdurrahman Addakhil”
dengan gelar  Amir Kordoba (Abdurrahman I). Dapat dikatakan bahwa
Abdurrahman I merupakan “founding father” Daulah Umayyah di
Andalusia dan sekaligus sebagai peletak dasar kebangkitan kebudayaan
Islam di Andalusia.
3. Ekonomi
Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran
ekonomi pada abad ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian
irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan
pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-
belikan , meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma,
tebu, pisang, kapas, rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol
memasuki fase perdagangan yang cerah lantaran hancurnya penguasaan
armada Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah. Beberapa kota
seperti seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran
melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional.
4. Pendidikan
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat
Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi
bagi kebangunan budaya Barat. Kebangkitan intelektual dan
kebangunan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa
mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam
dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke
dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa Arab
untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat
penerjemahan. Banyak sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke kota
Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku ilmu pengetahuan

15
Islam. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang
sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-
Muwalladun (orang-orang spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat
Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah
antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan
dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi,
Kristen Mujareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya
lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah,
sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol. Disamping dari faktor
kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong
negeri Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi
dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, astronomi, kimia dan lain
sebagainya juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas
termasyhur dalam bidang kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama
yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya An-
Naqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menemukan waktu
kapan terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia
juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak
antara tata surya dan bintang-bintang. Abbas ibn Ibas dari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abu Ja’far
dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran
dalam kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi wilayah Islam bagian barat
banyak melahirkan pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valensia (1145-
1228M) menulis tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia
dan Ibn Bathutah dari Tangier (1304-1377M) mencapai Samudera pasai

16
dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah.
Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian
pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
5. Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai
kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki
Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan penjamuan, Zaryab
selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya.ia juga terkenal sebagai
penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-
anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak,
sehingga kemasyhurannya tersebar luas (Ismail, dkk.1996).

D. Perkembangan Intelektual Dan Ilmu Pengetahuan Di Andalusia Dalam


Bidang ‘Ulum Al Naql Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Bidang ‘Ulumal Aql
Serta Tokoh Masing-Masingnya
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat
brilian, ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani Arab ke Eropa. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke 9 selama pemerintahan
Muhammad ibn Abdurrahman (832-886). Kemudian atas inisiatif al-Hakam,
karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah yang
besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitasnya mampu
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengertahuan di dunia Islam.
Tokoh utama pertama dalam filsafat Arab-Spanyol adalah Ibn Bajjah, ia
dilahirkan di Saragosa kemudian ia pindah ke Sevilla dan Granada. Masalah
yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis, magnum opusnya
adalah Tadbir al Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Ibnu Thufail, ia
adalah penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur
Granada. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat.

17
Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Bagian
akhir abad ke 12 M muncul seorang pemikir besar pengikut Aristoteles yaitu
Ibn Rusyd, ia lahir tahun 1126 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatiannya dalam
menggeluti tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli di bidang
fiqih dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
2. Fikih
Di bidang Fikih, Islam Spanyol dikenal sebagai penganut madzhab
Maliki yang dikenalkan oleh Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadli pada masa
Hisyam ibn Abdurrahman. Adapun ahli fikih lainnya di antaranya adalah
Abu Bakr ibn Quthiyah, Munzir ibn’ Zaid al Baluthi dan Ibn Hazm.
3. Musik dan kesenian
Di bidang musik dan seni suara, tokoh yang terkenal adalah al-Hasan
ibn Nafi yang dijuluki Zaryab, ia juga terkenal sebagai penggubah lagu,
kemudian ilmu yang dimilikinya diturunkan kepada anak-anaknya dan
budak-budak sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
4. Bahasa dan sastra
Di bidang bahasa, bahasa arab telah menjadi bahasa administrasi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Sehingga mereka banyak yang mahir dalam
bahasa arab, baik ketrampilan berbicara maupun tata bahasa, mereka antara
lain adalah : Ibn Sayyidah, Ibn Malik, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hallaj, Abu Ali
al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur dan Hayyan al-Gharnathi. Karya sastra
yang muncul saat itu di antaranya adalah al ‘iqd al Farid karya Ibn Abd
Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-
Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan.

5. Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain
juga berkembang baik di Spanyol saati itu. Orang yang paling masyhur

18
dalam bidang ilmu kimia dan astronomi adalah Abbas ibn farnas, dialah
yang menemukan pembuatan kaca dari batu.Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi, ia dapat menentukaan waktu terjadinya
gerhana matahari dan lamanya, ia juga berhasil membuat teropong modern
yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli di bidang obat-obatan. Ummu
Hasan Bint Abi Fa’jar al Hafidz adalah ahli kedokteran dari kalangan
wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi, lahir banyak pemikir terkenal,
di antaranya adalah Ibn Zubair dari Valencia, ia telah menulis tentang
negeri-negeri muslim. Mediterania dan Sicilia, Ibn Batuthah dari Tangier
telah berhasil mencapai. Samudra Pasai dan Cina, Ibn Khatib telah berhasil
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun adalah perumus filsafat
sejarah

E. Dinasti Bani Ahmar


1. Kota Granada Sebelum Dinasti Ahmar
a. Letak Granada secara geografis
Granada merupakan sebuah kota yang terletak di Spanyol bagian
selatan. Granada juga merupakan sebuah kota yang merupakan ibukota
provinsi Granada. Secara geografis Granada berada di kaki gunung Sierra
Nevada dan berada pada muara dari tiga sungai yakni Beiro, Darro dan
Genil serta berada pada ketinggian 738 meter dari permukaan laut.
Granada sebelum Dinasti Ahmar (masa Murabithun dan
Muwahhidun) Keadaan sosial Spanyol yang sedang terpuruk merupakan
suatu pembuka jalan bagi masuknya Islam ke Spanyol. Struktur sosialnya
berada dalam keadaan yang menyedihkan. Bangsa ini terbagi kedalam
dua kelas. Pertama, kelas bangsawan merupakan kelas yang
diistimewakan dan dibebaskan dari pembayaran pajak. Kedua, kelas yang
lebih rendah yaitu mayoritas penduduk yang jumlahnya sangat besar,
dibiarkan hidup sengsara.

19
Penaklukkan Spanyol oleh umat Islam membawa perubahan besar.
Sedikit demi sedikit kehidupan bangsa Eropa mulai berubah dan mulai
bangkit untuk membuat peradaban yang kuat. Spanyol menjadi salah satu
pusat peradaban pada abad pertengahan melalui karya-karya seni, ilmu
pengetahuan dan arsitektur. Hal ini juga bisa dikatakan sebagai jalan
lahirnya kebangkitan Kristen di Eropa. Ironisnya kebangkitan Kristen ini
justru berperan untuk melenyapkan Islam di tanah Eropa.
b. Kronologis Berdirinya Dinasti Ahmar
Menjelang abad ke 13 M kekuasaan Muslim Spanyol hanya
meliputi wilayah selatan. Daearah ini hanya meliputi Granada yang
dipimpin oleh Muhammad ibn Yusuf ibn Nasr yang mendirikan Dinasti
Ahmar. Ketika kekalahan justru terjadi pada Dinasti Muwahhidun dari
Kristen dan jatuhnya beberapa wilayah Islam ke tangan penguasa
Kristen. Kekalahan besar Dinasti Muwahhidun dalam perang Al-Iqab
menyurutkan kekuasaan dinasti ini, tidak hanya di Semenanjung Iberia,
tetapi juga di Maroko. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang Kristen
untuk lebih menyebarkan ajaran Kristen. Akhirnya Muslim Spanyol
terpecah menjadi beberapa wilayah Islam yang lemah.
Sementara itu Ferdinand III raja Castila sejak 1217 M dan Leon
sejak 1230 M berhasil menjadikan Kristen semakin kuat. Serangan
Ferdinand III berhasil menguasai Kordoba pada tahun 1236 M, Jaen pada
1246 M, dan Sevila pada tahun 1248 M. Ia juga merebut Acros, Medina-
Sidonia, Jerez, dan Cadiz. Bisa dikatakan, semua wilayah Spanyol dapat
dikuasai oleh Kristen kecuali Granada dimana Dinasti Ahmar masih
mampu mempertahankannya.
Dinasti Ahmar menjadi kerajaan Islam terakhir di Semenanjung
Iberia saat itu. Berbagai upaya dilakukan Muhammad ibn Yusuf ibn
Nasr untuk mempertahankan Islam di Spanyol. Hal ini diawali dengan
keikutsertaan Muhammad ibn Yusuf ibn Nasr dengan pasukan Kristen
dan berencana merebut sebuah negara di sekitar Granada. Pada tanggal 5
oktober tahun 1230 M, Muhammad ibn Yusuf ibn Nasr ketika menjadi

20
pemimpin sebuah kota kecil Arjona di Spanyol Selatan
memproklamirkan dirinya sebagai amir. Ia berhasil menguasai Granada
dan mempertahankannya. Tahun 1231 M ia berhasil menguasai daerah
Jaen. Pada tahun 1235 M, ia menjadikan Granada sebagai ibukota
kerajaannya. Singkatnya, dari tahun 1232 sampai dengan 1492 M,
kekuatan Islam di Spanyol hanya tersisa di Granada yang berada di
bawah pemerintahan Dinasti Bani Ahmar.
Muhammad ibn Yusuf ibn Nasr, pendiri Dinasti Ahmar (1232-
1492 M) merupakan keturunan Sa‟id ibn Ubaidah, seorang sahabat
Rasulullah Saw dari suku Khazraj di Madinah. Ia lebih dikenal dengan
nama Ibn Al-Ahmar. Karenanya, nama ini menjadi nama resmi bagi
dinasti ini, Bani Al-Ahmar. Ibnu Khaldun yang pernah tinggal sejenak di
Granada dan bekerja untuk pemerintahan salah seorang penerus Ibn Al-
Ahmar, memberi atatan terperinci tentang karier Muhammad ibn Yusuf
ibn Nasr. Ibnu Ahmar memerintah 1232-1273 M dan menyandang gelar
“al-Ghalib” (sang pemenang) serta memilih Granada sebagai pusat
pemerintahannya. Seperti para penerusnya, ia memberi penghormatan
dan membayar upeti kepada Raja Castila. Oleh orang Arab, tak ada kota
lain di Spanyol yang lebih disenangi selain Granada. Karena iklim dan
kenyamannya untuk dihuni. Granada dianggap sama dengan Damaskus.
Daratan Granada memiliki banyak sungai yang menyajikan sebuah
pemandangan indah. Selain penduduk asli Granada, banyak juga orang
Suriah dan Yahudi yang telah lama bermukim di sana. Pada periode akhir
Dinasti Ahmar, Granada berpenduduk sekitar setengah juta jiwa.
c. Perjanjian Damai antara Ibnu Al-Ahmar dengan Raja Kristen
1) Alasan Terjadinya Perjanjian Damai
Jatuhnya hampir seluruh wilayah Islam ke tangan penguasa
Kristen dan gagalnya kaum Muslim untuk bangkit berdampak luas
bagi siapapun penguasa Muslim yang tersisa. Para penguasa Muslim
termasuk Dinasti Bani Ahmar mau tidak mau harus tunduk pada
penguasa baru Spanyol yang Kristen. Pada saat yang sama, penguasa

21
Kristen pun melakukan langkah-langkah guna memastikan tidak ada
lagi potensi perlawanan terhadap kekuasaan mereka.
2) Isi perjanjian damai
Isi perjanjian damai yang secara lengkap disepakati antara raja
Castila dan Muhammad ibn Yusuf ibn Nashir ibn Al-Ahmar adalah
sebagai berikut
a) Ibnu Al-Ahmar harus menyetorkan upeti kepada raja Castila setiap
tahun yang jumlahnya sebesar 150.000 dinar. perjanjian damai itu
sama sekali tidak adil. Meskipun demikian, pada akhirnya,
penguasa Kristen mengingkari semua perjanjian tersebut ketika
mereka menyerang Ibnu Ahmar pada tahun 660 H/ 1261 M.27
b) Ibnu Al-Ahmar harus mengahadiri pertemuan Majelis Perwakilan
dalam kapasitasnya sebagai salah seorang Amir yang harus tunduk
kepada otoritas yang tengah berkuasa di atas tahta.
c) Granada secara terang-terangan berkuasa atas nama raja Castila.
Dengan demikian raja Castila menjamin tanggungjawab Granada
secara penuh.
d) Ibnu Al-Ahmar harus menyerahkan kepada penguasa Castila
benteng pertahanan Jaen, sebuah kota yang mengalami keruntuhan
paling akhir, Aragon dan kawasan barat sebuah pulau yang subur
hingga tepi gua.
e) Ibnu Al-Ahmar harus membantu Ferdinand III dalam berperang
melawan musuh-musuh manakala hal itu dibutuhkan.
3) Sikap Terhadap perjanjian Damai
Masyarakat Muslim Granada memberikan dua sikap. Golongan
pertama, mendukung secara penuh terhadap keputusan Ibnu Ahmar
sebagai pemimpin mereka. Golongan kedua, menolak atas perjanjian
tersebut dengan alasan orangorang Kristen tidak akan pernah menepati
perjanjian tersebut dan menilai keputusan yang diambil oleh Ibnu
Ahmar adalah salah besar. Golongan ini lebih memilih perang sampai
mati daripada harus tunduk pada penguasa Kristen.

22
4) Granada Dijadikan Kompensasi Perjanjian
Bagi penguasa Kristen, Granada memiliki posisi penting dan
karenanya tepat untuk dijadikan kota kompensasi (kesepakatan)
perjanjian dengan penguasa Granada saat itu. Paling tidak ada tiga
alasan mengapa Granada itu penting bagi penguasa Kristen, antara
lain:
a) Granada memiliki tingkat kepadatan kependudukan yang cukup
tinggi. Inilah yang menyulitkan pasukan orang-orang Kristen
sehingga tidak bisa memasuki Kota Granada.
b) Granada memiliki benteng pertahanan yang banyak dan kokoh.
Benteng-benteng pertahanan ini muncul secara alami akibat dari
seringnya terjadi peperangan yang terus menurus dari zaman
dahulu.
c) Di sisi lain, Dinasti Ahmar dapat bertahan karena dilingkupi oleh
bukit pertahanan dan mempunyai hubungan yang dekat dengan
negeri Islam Afrika Utara yang waktu di bawah kekuasaan Bani
Marin. Hal-hal di atas yang membuat Ferdinand III setuju
mengadakan perjanjian damai, meskipun sebagaimana yang kita
lihat bahwa perjanjian damai itu sama sekali tidak adil. Meskipun
demikian, pada akhirnya, penguasa Kristen mengingkari semua
perjanjian tersebut ketika mereka menyerang Ibnu Ahmar pada
tahun 660 H/ 1261 M
2. Kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh dinasti ahmar
a. Bidang Arsitektur Denah Istana Al-Hamra dan Al-Hamra sekarang
Pembangunan Istana Al-Hamra pertama kali oleh pendiri Dinasti
Ahmar, Ibnu Ahmar. Setelah Al-Ahmar mangkat, pembangunan istana
Al-Hamra diteruskan oleh keturunannya. Seluruh bangunan dalam
kompleks Al-Hamra ini tidak berdiri sekaligus, tetapi bertahap selama
kurang lebih seratus tahun mulai abad ke-14 M sampai ke-15 M..
Sebagaimana Baghdad dan Kairo, Al-Hamra merupakan simbol
kekuasaan dan keunggulan kerajaan. Komplek istana dihiasi dengan

23
simbol-simbol Islam dan motif-motif air. Istana tersebut diperindah
dengan beberapa tulisan Al-Qur‟an dan dilengkapi dengan sebuah
masjid besar, sebuah ruang terbuka untuk pelaksanaan shalat, dan
sebuah “Gerbang Hukum”. Berbagai bangunan kolam dan pancuran air
melambangkan ketenangan dan kehidupan. Dalam bahasa Arab, Al-
Hamra berarti merah (hamra’ bentuk jamak dari kata ahmar). Ada versi
yang mengatakan bahwa warna merah berasal dari tanah liat yang
menjadi bahan pembuat benteng yang mengelilingi istana serta karena
bangunan ini banyak dihiasi ubin-ubin dan bata-bata berwarna merah,
serta penghias dinding yang agak kemerah-merahan dengan keramik
yang bernuansa seni Islam.
b. Bidang Kesusastraan
Perkembangan kesusastraan atau lebih umumnya bidang
persuratan pada zaman terakhir kerajaan Islam Spanyol ini lebih
bertumpu kepada penyusunan dan penyuntingan, dan tidak lagi berupa
karya-karya asli seperti yang berlaku sebelumnya. sastrawam dan
cendekiawan semisal Abu Hayyan (1257-1344 M) serta Lisan ad-Din
ibn al Katib (1313-1374 M) yang menulis beberapa karangan, terutama
Raqm al-Hulal fi-Nizam ad-Duwal.
c. Bidang Kesenian Dan Kerajian
Walaupun kerajaan Islam Granada kecil dan menghadapi tekanan
politik dan ketentaraan yang kuat dari kerajaan Kristen, tetapi
perkembangan dan kemajuan seni bangunan dan seni ukir terus
meningkat. Salah satu bidang kerajinan yang cukup berkembang adalah
seni porselen dan pelapisan logam.
d. Bidang Pendidikan Dan Intelektual
Suatau keharusan pada masa itu akan pentingnya pendidikan, pada
umumnya Pendidikan dasar meliputi kemampuan baca tulis Al-Qur‟an,
serta tata bahasa dan puisi Arab. Dilanjutkan Pendidikan tinggi
difokuskan pada tafsir AlQur-an, teologi, filsafat, tata bahasa Arab,
puisi, leksikografi, sejarah, dan geografi. Universitas Granada yang

24
didirikan oleh khaliafah Bani Ahmar ketujuh, Yusuf ibn Al-Hajjaj
(1333-1354 M) yang sistem administrasinya di puji oleh penulis sejarah
al-Khathib. Gedung universitas itu mempunyai gerbang yang diapit
oleh patungpatng singa. Kurikulumnya meliputi kajian teologi, ilmu
hukum, kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi.
e. Tokoh-Tokoh Ilmuan Pada Masa Dinasti Ahmar
Sebenarnya banyak sekali para ilmuwan yang lahir pada masa
Granada memerintah, tapi penulis hanya mencantumkan beberapa saja
yang dianggap lebih urgen. Di antaranya:
1) Muhammad ibn Abdillah ibn Idris Al-idrisi Al-Hasani Ath-Thalibi,
seorang ulama ahli sejarah sekaligus ilmuwan geografi.
2) Muhammad ibn Abdullah ibn Said As-Salmani, seorang menteri
yang ahli sejarah dan seorang sastrawan terkemuka.
3) Abu Abdillah Muhammad ibn Abdullah ibn Muhammad ibn Ibrahim
AlLawati Ath-Thanji atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu
Bathutah seorang guru ahli ilmu fikih dan pengembara terakhir
dalam Islam.
4) Abul Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Ustman ibn Al-Bana‟ Al-
Azdi Al- Marakesyi. Dinamakan Al-Banna’ (Tukang Bangunan).
Dialah guru pentahqiq
5) Abd al-Rahman Abu Zaid Waliuddin ibn Khaldun. Dialah bapak
sosiologi dalam Islam bahkan dunia. Mempunyai talent besar baik
dalam sejarah, sosiologi dan filsafat. Selain itu seorang yang ahli
dalam ilmu kimia.
3. Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Ahmar Dari Daratan Eropa
Faktor-Faktor Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Ahmar.antara
lain:
a. Konflik Islam dan Kristen Para penguasa Muslim tidak melakukan
Islamisasi secara sempurna. Mereka nampaknya merasa puas dengan
hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka,

25
termasuk posisi hirarki tradisional dengan syarat tidak melakukan
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal
itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah
berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Pluralisme etnik, agama, dan budaya, ternyata dapat menimbulkan
potensi konflik dan perpecahan jika tidak adanya ideologi pemersatu.
Ketika kekuasaan Islam masih sangat efektif, pluralisme tidak
menimbulkan permasalahan berarti, tetapi ketika kekuatan Islam
sendiri mengalami kelemahan, berpotensi menimbulkan konflik. Pada
dasarnya, para muallaf (muwalladun) semestinya diperlakukan
sama sebagai orang Islam yang sederajat. Namun di Spanyol
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus,
orang Arab tidak pernah mau menerima orang Islam pribumi.
Setidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberikan
istilah ibad dan muwalladun kepada para muallaf yang merupakan
suatu ungkapan yang merendahkan.
c. Krisis Ekonomi Dalam situasi yang semakin sulit
Umat Kristen tidak lagi membayarkan upetinya kepada penguasa
Islam, dengan berdalih supaya upeti dan pajak tidak lagi dikumpulkan
kepada kepada penguasa. Sering terjadi perampokan yang diskenario
oleh kelompok Kristen dan pada akhirnya menuduh umat Islam yang
berbuat aniaya kepadanya. Keadaan yang tidak kondusif ini membuat
kas negara berkurang dan akhirnya berdampak besar pada masyarakat.
d. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Tidak ada ketentuan/kesepakatan tentang sistem pergantian
kekhalifahan, sehingga sering terjadi kericuhan dalam penetapan
pergantian pimpinan pemerintahan. Hal ini yang terjadi pada
pemerintahan Islam Spanyol. Tanpa adanya sistem peralihan
kekuasaan yang pasti, perebutan kekuasaan di antara ahli waris pasti

26
akan muncul. Munculnya Muluk Al-Thawaif yang akhirnya
memaksa runtuhnya kekuasaan Bani Umayyah tak dapat
dihindari.
e. Wilayah yang terisolasi dari negara muslim lainnya Diakui bahwa
secara geografis Spanyol Islam nampak terpisah dan terpencil dari
dunia Islam lain yang berpusat di Timur. mereka selalu berjuang
sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.
Ketika Islam Spanyol mendapat serangan, bantuan dari wilayah lain
tidak bisa segera datang. Akibatnya, ketika Kristen bangkit, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung serangan mereka.
4. Faktor-faktor kehancuran Dinasti Ahmar
Secara spesifik ada beberapa sebab-sebab yang menjadi faktor jatuhnya
kerajaan Granada, yaitu sebagai berikut:
a. Kelemahan beberapa orang pemimpin kerajaan Islam Granada,
terutama pemimpinnya yang terakhir, Abu Abdullah (Boabdil). Yang
telah dijelaskan pada bagian atas telah menjadi seorang pengkhianat
bagi kaum muslimin sendiri.
b. Perpecahan di kalangan keluarga pemerintah Islam di Granada.
Misalnya perpecahan antara Abu Abdullah dengan bapaknya Abu Al-
Hasan. Setelah itu antara Abu Abdullah dengan pamannya sendiri
yaitu Al-Zaghal. Pada ketika itu terdapat dua pemimpin kerajaan yaitu
Abu Abdullah dan AlZaghal
c. Penyatuan tentara Kristen Spanyol, yaitu antara tentara Ferdinand V
di Castilia dan Isabella di Aragon. Pernikahan keduanya membuat
kekuatan Kristen dapat disatukan dan semakin kuat.
d. Kebencian orang Kristen terhadap Islam dan penganut-penganutnya
menyebabkan mereka menjadikan operasi menghalau orang Islam
keluar dari bumi Spanyol.
e. Mencintai dunia, terlalu tenggelam dalam kemewahan cenderung pada
kesenangan nafsu duniawi, dan bergelimangan dalam
kenikmatankenikmatan sementara. Masa-masa kebangkrutan dan

27
jatuhnya negeri sering terkait dengan harta dan kesenangan-
kesenangan dunia, kerusakan pada generasi muda dan kemerosotan
besar pada tujuan hidup.
f. Meninggalkan jihad fi sabilillah. Jihad merupakan sunah yang akan
terus berlaku sampai hari akhir. Allah menganjurkan jihad, supaya
kaum muslimin bisa hidup dan mati secara mulia.
g. Berkubang dalam kemaksiatan, pada hakikatnya pasukan kaum
muslimin memperoleh kemenangan bukan karena faktor kekuatan,
banyaknya jumlah mereka dan senjata yang mereka miliki, tetapi
mereka memperoleh kemenangan dengan ketakwaan. Jika karena
melanggar dosa-dosa ringan yang terus-menerus saja seseorang
diancam ibnasa, lalu bagaimana dengan dosa-dosa besar.
h. Menjadikan orang-orang Kristen, Yahudi, dan orang-orang musyrik
sebagai pemimpin.
i. Menyerahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya. Kebodohan
terhadap agama. Dan masih banyak yang lainnya
5. Implikasi Hilangnya Dinasti Ahmar Bagi Masyarakat Islam
Berawal dari sinilah kaum Kristen mulai melakukan upaya-upaya
untuk menghilangkan dan memusnahkan jejak peradaban Islam di daratan
Spanyol, di antaranya:
a. Membentuk gerakan Kristenisasi Agar bisa hidup di negeri Spanyol di
bawah pemerintahan Spanyol dengan tenang, kaum muslimin dipaksa
masuk Kristen. Tidak ada tempat di Spanyol bagi non- Kristen.
Mereka menghina kam Muslim dengan sebutan Moorsky (Moor).
b. Gerakan mengusir kaum muslimin Kondisi sulit saat itu
mengharuskan kaum muslimin bersembunyi di gunung-gunung, di
lembah-lembah dan di tempat-tempat yang jauh, seraya melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Kristen.
c. Membuat dewan inkuisisi Selanjutnya kaum Kristen membentuk
sebuah lembaga peradilan yang bernama “Dewan Inkuisisi” yang
berfungsi sebagai lembaga yang mengadili dan memeriksa kaum

28
muslimin yang mengaku-ngaku Kristen namun diam-diam masih
Muslim.

F. Faktor-Faktor Kemunduran Pemerintahan Islam di Andalusia


Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kekuasaan Islam di
Spanyol antara lain yaitu:
1. Tidak Adanya Ideolologi
Masyarakat Islam Spanyol yang terdiri dari berbagai etnis dimana
mula awal pembentukan kekuasaan ini sering timbul konflik, perselisihan,
peperangan yang menggangu stabilitas politik, sosial dan ekonomi dinasti
tersebut mereka terdiri dari bangsa Arab yang terdiri atas suku Qais (Arab
utara) dan yaman (Arab selatan) suku barber yang terdiri atas golongan
Bufr dan Brens; orang-orang yang disebut AlMuwalladun (penduduk
Spanyol yang masuk Islam), orang-orang Saqolibah (budak Eropa yang di
jadikan tentara bayaran). Konflik, sikap superioritas dan rasialis,
fanatisme, ketidak puasan yang melahirkan pemberontakan bercampur-
baur pada kekuasaan dinasti ini dimana mereka sulit disatukan dalam satu
ideologi yang bermakna persatuan, apalagi tidak ada figure pemersatu.
2. Konflik Penguasa Muslim
Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-
kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan bersenjata. Hal itu menyebabkan kehidupan Negara Islam di
Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara
umat Islam sedang mengalami kemunduran
3. Kesulitan ekonomi
Para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian.
akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.

29
4. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris.
Karena itulah kekuasaan bani ummayah runtuh dan Muluk Al-Thawaif
muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di
Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan Spanyol
Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari afrika utara.

G. Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia


Para sejarah Spanyol menganggap pertempuran covadonga tahun 718
di sini pemimpin Asturia, Pelayo, memukul mundur pasukan Islam sebagai
tanda di mulainya penaklukan yang sesungguhnya. Pada abad 13 berlangsung
dua proses penting kristenisasi dan penghabungan Spanyol. Menkristenisasi
negeri itu tentu saja berbeda dengan mempersatukan, atau merebutnya kembali.
Satu-satunya kawasan di semenanjung itu, tempat Islam berakar kuat adalah
kawasan yang menjadi lahan pertumbuhan peradaban semit dan kartago. Di
penghujung abad 13, di seluruh daratan itu, banyak kaum muslim yang telah
tunduk pada Kristen melalui penaklukan maupun melalui perjanjian tetapi tetap
mempertahankan hukum dan agama.
Adanya wilayah Kristen terdiri atas dua kerajaan, Castile dan aragon.
Perkawinan antara Ferdinand dari Aragon dengan Isabella dari Castile pada
1469 telah mempersatukan dua kerajaan untuk selamanya. Penyatuan ini
menjadi lonceng kematian bagi kekuasaan Islam di Spanyol. Kehancuran akhir
dipercepat oleh kecerobohan sultan ke 19 Ali Abu Al- Hasan yang bukan
hanya menolak membayar upeti yang sudah lazim, tetapi juga menyulut
permusuhan dengan menyerang wilayah Castile
Akan tetapi, kemajuan besar dalam peradaban ini, runtuh setelah
dinasti yang berkuasa di wilayah kecil ini tidak mampu mencegah perebutan
kekuasaan di kalangan pangeranya. Abu Abdullah Muhammad yang merasa di
singkirkan karena tidak diberi wewenang menggantikan kedudukan bapaknya

30
menjadi amir di Granada, akhirnya memberontak. Setelah ayahnya terbunuh
kekuasaan beralih ke Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah meminta bantuan
kepada Ferdinand dan Isabella. Ferdinand dan Isabella melihat bahwa tawaran
Abu Abdullah, bisa di manfaatkan sebagai alat yang baik untuk membantu
proses pemusnahan kerajaan Islam yang bernasib malang itu. Berbekal uang
dan pasukan dari Castile, Abu Abdullah pada 1486 menduduki sebagian
wilayah ibu kota yang di kuasai pamannya, dan untuk kedua kalinya ia
menguasai Granada, yang kemudian memperlihatkan sebuah tontonan antik,
yakni berperangnya dua sultan pada saat yang bersamaan, dalam sebuah perang
saudara yang sengit.
Legenda tentang penghancuran keluarga bangsawan patriotic Banu
Sarraj di Alhambra oleh Abu Abdullah itu, untuk masa sekarang terdapat
dalam sejarah mitis tentang harihari terakhir Granada. Sementara itu,
balatentara Castile sedang bergerak maju. Satu demi satu, kota-kota berjatuhan
ke tangan mereka. Malaga direbut pada tahun berikutnya dan banyak penduduk
yang di jual dalam perbudakan. Kepungan mereka semakin menyempit ke
sekitar ibukota yang sudah mati. Al-zaghall tidak berhasil menghadang laju
pasukan Ferdinand, sementara Abu Abdullah berperan sebagai sekutu
Ferdinand. Dalam keputusanya Al-Zaghall menyeru para raja muslim di afrika,
tetapi ungkapannya gagal, karena mereka juga sedang sibuk berperang antara
meraka sendiri.
Akhirnya ia menyerah dan mundur, dan di sana ia menjalani hari-hari
terakhirnya dalam penderitaan dan kemiskinan. Tak lama setelah Al-Zaqhall
di kalahkan, Abu Abdullah di minta oleh patronya (1490) agar menyerahkan
kota yang di kuasainya. Karena terbesit keinginan untuk menjadi seorang
pemimpin pemberani, Abu Abdullah menolak memenuhi permintaan itu. Pada
tahun berikutnya Ferdinand beserta sepasukan tentara dengan 10.000 kuda
kembali memasuki Granada ia menghancurkan ladang pertanian, dan kebun
buahbuahan, kemudian mengepung benteng pertahanan terakhir Islam di
Spanyol dengan sangat rapat. Pengepungan itu di tekan lebih rapat membentuk
sebuah blockade dengan maksud memaksa kota itu agar menyerah.37 Akhirnya

31
pasukan muslim sepakat untuk menyerah, dan diberi jangka waktu dua bulan
dengan syarat-syarat, Sultan beserta seluruh pejabatnya mesti mengucapkan
sumpah setia kepada raja-raja Castile Abu Abdullah akan menerima sebidang
tanah di Al-Basyarat, orang Islam akan di jamin keamananyan secara pribadi di
bawah hukum mereka, dan bebas menjalankan agamanya. Ketika periode
genjatan senjata berakhir, dan tidak ada tanda-tanda serangan dari orang Turki
atau afrika, orang Castile mulai memasuki Granada pada 2 januari 1492. Abu
Abdullah mulanya tinggal di tanah yang telah di jatahkan untuknya, tetapi
kemudian pergi memencilkan diri ke fes,sampai kematian menjemputnya pada
1533.
Raja tertinggi mereka, Ferdinand dan Isabella, melanggar syarat-
syarat kesepakatan perlindungan. Di bawah kepemimpinan pendeta yang
dipercayai sang ratu, cardinal Ximenez de Cisneros, sebuah kampanye untuk
memaksa perpindahan agama di menjadi medan api unggun tempat
pembakaran naskah-naskah Arab.38 Banyak orang yang mengadopsi nama
Kristen sebagai nama publik tetapi menggunakan nama Arab secara pribadi.
Pada awal 1501, di keluarkan sebuah dekrit kerajaan yang berbunyi bahwa
semua muslim di Castile dan leon mesti memeluk agama Kristen, atau tidak
mereka mesti meninggalkan Spanyol. Pada 1556, Philip II menetapkan sebuah
hukum yang mewajibkan semua muslim untuk meninggalkan bahasa,
peribadatan, institusi, dan cara hidup mereka. Perintah pengusiran terakhir
ditandatangani oleh Philip III pada 1609, yang mengakibatkan deportasi secara
paksa, hampir semua orang muslim di dataran Spanyol. Diceritakan bahwa
sekitar setengah juta muslim mesti merasakan nasib yang sama, kemudian

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Murabithun atau al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam
yang berkuasa di Maghrib. Nama al- Murabithun (yang secara harfiyah
artinya adalah orang-orang yang tinggal di benteng tapal batas) berkaitan
dengan nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka
menempati ribat (benteng) di mulut sungai Senegal, dan dari sini prajurit-
prajurit iman menyebarkan bentuk Islam yang sederhana dan fundamentalis
melalui Sudan barat. Asal-usul dinasti ini dari Lamtunah, salah satu dari suku
Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).
Nama Muwahhidun bagi dinasti ini berarti golongan yang berpaham
tauhid, didasarkan prinsip dakwah Ibnu Thumart yang memerangi paham
Tajsim yang menganggap Tuhan mempunyai bentuk yang berkembang di
Afrika Utara pada masa itu di bawah kekuasaan Murabitun, atas dasar bahwa
ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang disebutkan dalam al-
Qur’an seperti “tangan Tuhan” tidak dapat ditakwilkan dan harus dipahami
apa adanya. Menurut Ibnu Thumart paham tajasum identik dengan syirik dan
orang yang berpaham tajasum adalah musyrik.
Perkembangan kebudayaan islam di andalusia dalam bidang bahasa,
sosial, politik dan pemerintahan, hukum ekonomi, pendidikan, kesenian, dan
dalam bidang pembangunan fisik. Perkembangan Intelektual Dan Ilmu
Pengetahuan Di Andalusia Dalam Bidang ‘Ulum Al Naql Dan Ilmu
Pengetahuan Dalam Bidang ‘Ulumal Aql Serta Tokoh Masing-Masingnya

1
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah


Dadang Suhendra. 2016. Perkembangan peradaban islam masa dinasti ahmar di
spanyol tahun 1232-1492 m , tamaddun vol. 4 edisi 1 hal. 73-98
Ismail, Faisal. 1996.  Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi
Press
Lailatul, Maskhuroh. 2017. Islam Spanyol (Perkembangan Politik, Intelektual dan
Runtuhnya Kekuasan Islam) Volume 2, Nomor 1 hal.106-117
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani
QuraisyYoyo, Hambali. 2016. Sejarah Sosial dan Intelektual Masyarakat Muslim
Andalusia dan Kontribusinya bagi Peradaban Dunia, Ilmu Ushuluddin,
Volume 3, Nomor 1,45-68

Anda mungkin juga menyukai