Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN JUDUL

MAKALAH

DINASTI MUWAHIDDUN

Dosen pengampu :
Drs. H. M. Ridwan,, M. Ag.

Disusun oleh :

Izdihar Khoirun Aisha (03020220044)

Lailatul Nikmah Novianti (03020220048)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan penyusun kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmad-Nya serta hidayah-Nya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul Muawiyah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam 2 yang
dibimbing oleh Bapak Drs. H. M. Ridwan,, M. Ag..
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi agung sang tauladan
kita yaitu Nabi Muhammad SAW, karena beliau dan orang-orang yang membantu dakwahnya
sehingga kita dapat menikmati dan merasakan nikmatnya iman dan islam. Penyusun sadar,
bahwa dalam penyusunan makalan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun begitu kami harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan selanjutnya.
Sebagai penyusun, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu terutama kepada orang tuayang sudah memberikan do’a dan restunya hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhirnya, penyusun berharap makalah ini mampu bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan masyarakat pada umumnya.

Lamongan, 6 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan Masalah....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Sejarah Pembentukan Dinasti Muwahiddun.........................................................................3

B. Perkembangan Dinasti Muwahiddun....................................................................................5

C. Kemajuan Dan Kemunduran Dinasti Muwahiddun.............................................................7

D. Kemunduran Dinasti Muwahiddun.......................................................................................9

E. Peninggalan Dinasti Muwahiddun......................................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................................13

B. Saran...................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam sekitar abad ke-12 secara mentalitas boleh dikatakan semangatnya sudah
pudar, apalagi untuk mengembangkan intelektualitasnya.Apalagi kekalahan yang diderita
ketika pasukan salib berhasil menguasai beberapa daerah kekuasaan Islam di Timur Tengah,
sehingga secara perlahan tradisi keilmuan mulai hilang di dunia Islam yang membawa
kepada sebagian umatIslam menyibukkan diri dengan beribadah kepada Tuhan untuk
mendapatkan posisi yang baik di sisi Allah. Akibatnya muncullah kelompok-kelompok kecil
yang lebih memfokuskan pikiran untuk memberantas kelompok-kelompok yang telah salah
paham dalam memahami Islam.
Kondisi ini tidak hanya terjadidi Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah
waktu itu, tetapi juga merembes ke daerah-daerah luar, terutama di Afrika bagian utara yang
secara keseluruhan sudah dikuasai Islam.Namun, di tengah besarnya pengaruh Islam, umat
Islam juga tidak terlepas dari perselisihan intern yang mengakibatkan munculnya gerakan-
gerakan kecil yang membawa terbentuknya sebuah dinasti. Kasus sepertiini bisa terlihat
dalam proses terbentuknya Dinasti Muwahhidun yang bermuladari gerakan keagamaan dan
berubah menjadi gerakan politik.
Gerakan keagamaan tersebut dipelopori oleh Ibn Tumart yang beraliran Asy’ariah.
Para sejarawan menyebutnya sebagai Dinasti Muwahhidun (orang yang mengesakan Tuhan)
ketika kekuasaan politik telah dikuasainya.Berkat usaha dan perhitungan yang matang maka
tercapailah sebuah kekuasaan politik oleh gerakan tersebut meliputi Afrika bagian utara dan
Spanyol(Andalusia) di barat yang pada masa sebelumnya di bawah kekuasaan
Murabitun.Namun karena kondisi yang kurang mendukung, sekitar abad ke-13M dunia
Barat bangkit dengan kekuatan baru membuat Muwahhidun lenyap dari Andalusia kecuali
Islam di Granada yang pada saat itu di kuasai oleh Bani Nasr dari kerajaan Arab Madinah. 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah pembentukan Dinasti Muwahhidun ?
2. Bagaimana Perkembangan Dinasti Muwahhidun ?
3. Bagaimana Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Muwahhidun ?

1
4. Apa saja peninggalan Dinasti Muwahiddun ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah pembentukan Dinasti Muwahhidun 
2. Untuk mengetahui Perkembangan Dinasti Muwahhidun 
3. Untuk mengetahui Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Muwahhidun 
4. Untuk mengatahui peninggalan Dinasti Muwahiddun

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembentukan Dinasti Muwahiddun


Dinasti Muwahhidun adalah sebuah dinasti yang pernah berkuasa di Afrika Utara bagian
barat. Dinasti yang didirikan oleh Muhammad ibn Tumart ini pernah eksis sekitar satu abad
setengah, yaitu 1121-1269 M. Ibn Tumart sendiri berasal dari salah satu suku Barbar, dari
kabilah Masmudah, yang hidup di pedalaman Afrika Utara. Dalam perkembangan dan
perjalanan selanjutnya kepemimpinan (khalifah) Muwahhidun bukan dipegang oleh suku
Barbar dari kalangan Arab, yaitu keturunan Abdul Mu’min bin Ali.
Dinasti al-Muwahhidun yang berarrti golongan yang berfaham tauhid, di dasarkan atas
prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi faham At-Tajsim yang menganggap bahwa
tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme) yang berkembang di Afrika Utara pada masa
itu di bawah kekuasaan dinasti al-Murahbitun (448 H/156 M-541 H/1147 M) atas dasar
bahwa ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam al-Qur’an, seperti tangan
Tuhan, tidak dapat ditakkikan (dijelaskan) dan harus difahami seperti apa adanya. Menurut
Ibnu Tumart, faham At-Tajsim identik dengan sirik (menyekutukan Allah), dan orang yang
menganut faham At-Tajsim adalah musrik.
Dalam sejarahnya Ibn Tumart adalah orang yang suka melakukan kegiatan rihlah yaitu
melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu. Dia pernah pergi ke Cordova, untuk
mendalami pemikiran-prmikiran Ibnu Hazm al-Andalusi. Juga pernah ke Islam Timur di
Baghdad. Ibn Tumart bahkan sempat mengenyam pendidikan di Madrasah Nizamiyah yang
terkenal itu, yang ketika itu dipimpin al-Ghazali. Bukan hanya itu saja, kepada pra fuqaha’
dan muhaddisin ia juga senang berguru kepadanya.
Dari Baghdad, ia melaksanakan haji di tanah suci Mekkah. Kemudian dia belajar kepada
tokoh-tokoh sufi sehingga dia menjadi seorang sufi. Dia kembali ke Afrika Utara melalui
Iskandiah, dan berguru pada Abu Bakar al-Thurthsyi. Dalam perjalanannya menuju Maghrib
di kota Bijayah, barat laut dari Qairawan, dia bertemu dengan seorang alim bernamA Abdu
Mu’min bin Ali. Keduanya bertujuan ke Marakesy, ibu kota Murabitun. Di sinilah keduanya
mulai menyampaikan dakwahnya, tentang antropomorfisme, juga memberantas bid’ah dan

3
khurafat di masyarakat saat itu Tumart, paham al-tajsim adalah syirik, oleh karena itu Ibnu
Tumart berusaha memberantas kemusyrikan dan
Bagi Ibnu Tumart, paham al-tajsin adalah syirik, oleh karena itu berusaha memberantas
kemusyrikan dan kemungkaran meskipun dengan cara kekerasan. Karena sikap dakwahnya
yang keras, ia tidak disenangi oleh sebagian masyarakat, ulama dan pengusaha. Dia
mendapatkan tantangan dimana-mana. Dia kemudian diusir oleh Sultan Ali bin Yusuf bin
TasyfinMarakesy.
Meskipun dia mendapatkan tantangan yang banyak tetapi sejumlah suku Barbar seperti
suku Haragah, Hantanah, Jadmiwah, dan Janfisah justru membri dukungan. Dalam
perkembangannya dakwah Ibn Tumart mendapat sambutan yang cukup berarti, pengikutnya
telah memulai banyak, dan pada saat yang sama Daulah Murabitun sudah mulai melemah.
Ibn Tumart kemudian berkeinginan menjatuhkan daulah al-Murabitun yang sudah semakin
mendekati keruntuhan. Untuk itu Ibnu Tumart menobatkan dirinya terlebih dahulu sebagai
al-Mahdi dan dibai’at oleh para pengikutnya, peristiwa ini terjadi pada tahun 515 H / 1121
M. Pengikutnya dinamakannya al-Muwahidun. Penamaan al-Muwahidun berasal dari
golongan yang berfaham tauhid, yang didasarkan pada prinsip dakwah  Ibnu Tumart yaitu
memerangi paham al-tajsim. Wilayah kekuasaannya meliputi Tinmallal dan sekitarnya.
Struktur pemerintahan al-Muwahidun disusun berdasarkan struktur militer. Struktur
pemerintahan disusun sebagai berikut;
1. al-Asyarah (Dewan Sepuluh) semacam dewan menteri
2. ahl al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) semacam senat
3. ahl al-Sab’in (Dewan Tujuh Puluh) dewan rakyat
4. al-Talabah, Dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama senior
5. al-Hufaz, Dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama yunior
6. Ahl al-Daar (Keluarga Istana)
7. Kabilah Haragah
8. Ahl  Tainmul (pasukan inti) mewakili beberapa kabilah
9. Kabilah jadmiah
10. Kabilah Jansfisah
11. Hantanah
12. Kabilah-kabilah Muwahhidun

4
13. Prajurit
14. Al-Girrat
Kedudukan khalifah dipilih dan diangkat oleh dewan sepuluh, atau al-asyarah. Dewan
yang paling tinggi kedudukannya dalam strutur pemerintahan dinasti Muwahidun. Setelah
struktur terbentuk, kaum Muwahidun kabilah-kabilah Barbar untuk bergabung dengannya.
Bagi kabilah yang menolak maka diperangi , sehingga dalam waktu yang relatif singkat
kabilah Barbar yang telah tunduk dengannya. Sehingga kekuatan Muwahidun semakin
besar.
Ketika pengikut Muwahhidun sudah banyak, maka pada tahun 524 H/1129 M dengan
pasukan sebanyak 40.000 di bawah komando Abu Muhammad al-Basyir al-Wansyarisi, al-
Muwahhidun menyerang ibu kota al-Murabitun (Marakesy), pertempuran ini dikenal dengan
peperangan Buhairah. Tetapi pada peperangan ini pihak al-Muwahhidun mengalami
kekalahan besar. Banyak tentara yang terbunuh termasuk Ibn Tumart sendiri

B. Perkembangan Dinasti Muwahiddun


Setelah Ibnu Tumart meninggal dunia Abdul Mukmin dibai’at sebagai pemimpin al-
Muwahhidun. Abdul Mukmin orang yang paling dekat dengan Ibnu Tumart dikuatkan lagi
karena dia seorang berpengetahuan luas, tegas dan seorang penglima yang pemberani.
Pilihan ini ternyata amat tepat sekali, hal ini terbukti bahwa Muwahhidun di bawah
kepemimpinannya yang cukup lama, sekitar 34 tahun.
Keberhasilan demi keberhasilan dicapai pada tahun 526 H, Muwahhidun berhasil
menguasai Nadla, Dir’ah, Taigar, Fazar, dan Giyasah. Selanjutnya pada tahun 534 H,
Muwahhidun melancarkan serangan ke kubu-kubu pertahanan Murabitun. Pada tahun 540 H
kota Fez, kota terbesar setelah Marakesy, dapat diambil alih Setahun kemudian kota
Marakesy sendiri telah dikuasai, dengan demikian Daulah Murabitun telah jatuh ke tangan
Muwahhidun. dengan demikian semakin mantaplah Muwahhidun sebagai sebuah kekuatan
baru.
Abdul al-Mukmin memindahkan pusat kekuasaan dari Tinmallal ke marakesy. Dengan
sudah tetapnya pusat pemerintahan di Marakesy, maka dimulailah ekspansi ke arah Timur.
Aljazair dapat direbut pada tahun 1152 M. Enam tahun berikutnya (1158 M) seluruh wlayah
Tunisia (Ifriqiah) telah dikuasai oleh al-Muwahhdiun. Dua tahun kemudian (1160 M)

5
Tripoli juga dapat dikuasai. Pada masa Abdul Mu’min ini wilayah Daulah al-Muwahhidun
membentang dari Tripoli hingga samudra Atlantik di sebelah barat. Pada waktu yang sama,
Muwahhidun mulai kembali merebut wilayah-wilayah Murabitun yang dikuasai oleh orang
kristen di Spanyol. Suatu prestasi yang amat gemilang yang belum pernah dicapai
sebelumnya oelh dinasti-dinasti yang perah berjaya sebelmunya di Afrika Utara. Dapat
dibayangkan sekarang betapa tangguhnya kekuatan Muwahhidun.
Ekspansi pasukan Muwahhidun dilakukan lebih gencar lagi pada tah8h 1163 M, Abdul
Mukmin ingin memperluas kekuasaan besar dan mempersiapkan diri dan rencana secara
matang. Dia mempersiapkan armada yang tangguh dengan senjata dan aat tempur hebat. Dia
juga memesan sebanyak 400 kapal perang berukuran besar. Dengan demikian galangan-
galangan kapal di pesisir Afrika barat mendapat pesanan besar-besaran. Selain untuk
penaklukkan ke Andalus pasukan ini untuk penaklukkan kepulauan Balearik. Kepulauan ini
basis musuh untuk pembajakan kapal-kapal Islam di Laut Tengah. Tetapi sebelum rencana
penaklukkan ini terlaksana Abdul Mu’min, pada tahun 558 H/ 1163, meninggal dunia.
Pengganti Abdul Mukmin adalah Putranya yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul
Mu’min, ia memiliki semangad jihad yang sama dengan ayahnya, juga seorang ahli strategi.
Dalam masa pemerintahnya dia melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menaklukkan
wilayah-wilayah yang dikuasai oleh orang-orang kristen terutama disebuah utara spanyol. Ia
bahkan memimpin sendiri pasukan Islam Muwahhidun ke wilayah tersebut, sehingga ia
meninggalkan Markesy. Pada masa Abu Ya’kub ini dua kali dilakukan penyerbuan ke
wilayah Andalusia, pertama pada tahun 1169 M dibawah komando saudaranya Abu Hafs,
Al-Muwahhidun berhasil merebut Toledo. Penyerbuannya kedua, pada tahun 1184 M, di
bawah komanadony sendiri. Pada penyerbuan ke dua ini pasukan al-Muwahhidun dapat
menguasai wilayah Syantarin dan menghancurkan tentara Kristen di daerah Lisabon. Namun
demikian dalam pertempuran merebut Libanon ini Abu Ya’kub Yusuf trluka berat yang
mengakibatkan kematiannya, dan digantikan oleh anaknya yang bernama Abu Yusuf.
Pada masa pemerintahan Abu Yusuf initerdapat beberapa pemberontakan baik oleh orang
Islam sendiri maupun oleh orang-orang Kristen. Tetapi pemberontakan ini dapat ditumpas
oleh al-Muwahhidun bahkan pasukan al-Muwahhidun menawan lebih kurang 13.000 orang
Kristen dan memaksa Raja Alfonso menerima perjanjian-perjanjian.

6
Pada tahun 1194 M Alfonso kembali memberontak dengan mengerahkan kekuatan yang
amat besar, tetapi pemberontakan itu kembali dapat dipatahkan oleh tentara al-Muwahhidun.
Di mana penumpasan ini dipimpin langsung oleh khalifah dan dibantu oleh khabilah-
khabilah arab diantaranya Zanatah Mas Mudah Gamarah, Agraz dan kaum budak. Benteng
Ark yang merupakan pertahanan orang-oarng Kristen dapat dihancurkan. Kemenangan
besar ini merupakan kemenangan yang terakhir orang Islam terhadap orang Kristen di
Spanyol. Selanjutnya pasukan Islam banyak mengalami kekalahan dari orang-orang Kristen
di Spanyol

C. Kemajuan Dan Kemunduran Dinasti Muwahiddun


1. Kemajuan Dinasti Muwahiddun
Pada zaman Muwahhidun Andalus mencapai puncaknya, terutama pada zaman
Al-mu’min, perkembangan peradaban islam, terutama perkembangan ilmu. Meski
kemajuan itu pada dasarnya merupakan kelanjutan dari peradaban masa sebelumnya,
tetapi mereka memiliki sisi-sisi peradaban yang menarik dan menonjol. Sisi-sisi
keindahan dan kedalaman apresiasi mereka terhadap makna kehidupan tercermin dalam
karya sastra mereka. Berikut perkembangan pada zaman al-Muwahhidun:
a) Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang sastra dan bahasa, al-Muwahhidun banyak melanjutkan kemajuan
yang telah dicapai al-Murabithun, tokoh-tokohnya di antaranya yaitu:
1) Ibn al-Khafajar (w.1139 M)
2) Abu Bakr Muhammad ibn Zuhr (w.1110 M)
3) Ibn Quzman atau Abengusman (w.1160 M).
Pada masa ini muncul pula tokoh-tokoh lexicographer seperti :
1) Ibn Sida’ (w.1066 M)
2) Abu Bakr al-Turtusi yang dikenal dengan Ibn Abi Randaq (w.1130 M),
dengan karyanya Siraj Al-Mulk.

7
Di samping itu juga terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terkenal yang hidup pada
masa kekuasaan Dinasti Muwahhidun antara lain:
1) Ibn Bajjah (533 H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of
Solitary. Ia juga berada di bidang musik yang disebut Avenpace atau
Abenpace.
2) Ibn Thufayl, (581 H/ 1185-1186 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy
bin Yaqzhan. Ia juga seorang dokter, ahli geografi dan penyair Andalusia atau
yang dikenal dengan nama Al-andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isibily.
3) Ibn Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof , dokter, ahli matematika,
fikih, ahli hukum, juga seorang poplemik atau dikenal dengan sebutan
Averrous. Dan berikut karya-karyanya :Bidang filsafat, karyanya Tahafut al-
Tahafut, Bidang kedokteran, karyanya Kulliyat fi at-Thib (aturan umum
kedokteran). Bidang fiqih, karyanya Bidayah al-Mujtahid.
4) Ibn Zuhr atau Avenzoar (w.1198 M), ia adalah seorang tabib dan ahli bedah
terkenal yang hidup sezaman dengan Ibn Rusyd.
5) Ibn Jubair, seorang pengembara dari Andalusia, buku pengembaraannya
dianggap sebagai puncak karya seni satra pengembaraan bangsa Arab yang
tiada tandingnya. Dia bekerja sebagai penulis bagi penguasa Granada dari
dinasti al- Muwahhidun, ia lebih dikenal sebagai penulis dan penyair. Akan
tetapi pengembaraannyalah yang membawanya kepada kedudukan yang
sangat terhormat dalam ilmu geografi.
6) Ibn al-Arabi atau Ibn Suraka, ia berada di bidang tasawuf yang mengajarkan
Wihdat al-Wujud.
7) Abu Madyan, pendiri tarekat Syadzaliyah di Spanyol.
b) Bidang Arsitektur
Dalam bidang arsitektur pada zaman dinasti al-Muwahhidun juga cukup maju
dengan didirikannya berbagai bangunan dan berikut sumbangan peradabannya:
Menara Giralda di Sevilla, Ribatul Fath yang meniru gaya Alexandria., Dan juga
mendirikan rumah sakit yang besar di Marakesy.
c) Bidang Ekonomi

8
Dalam bidang ekonomi Dinasti Muwahhidun mengadakan hubungan dagang yang
luas terutama dengan pulau-pulau di seputar Italia, seperti Genoa, Pisa, Marseille,
Vanice, dan Silsilia. pada tahun 1157 M yang  berisi ketentuan tentang perdagangan,
izin mendirikan gudang, kantor, loji dan bentuk-bentuk pemungutan pajak.
d) Bidang Politik
Dinasti Muwahhidun telah mampu menguasai wilayah kepulauan Atlantik sampai
ke daerah teluk Gebes di Mesir dan Andalusia

D. Kemunduran Dinasti Muwahiddun


Kemegahan Dinasti al-Muwahhidun setelah wafatnya Abu Ya’qub Yusuf I, tidak
dapat bertahan lama. Sumber sejarah menyebutkan bahwa pasca pemerintahan Abu
Ya’qub Yusuf I, yakni ketika Abu Yusuf al-Mansur tampil menggantikannya, akhir
pemerintahannya telah menunjukkan tanda-tanda kemunduran bagi dinasti
ini. Kemajuan yang telah dicapai oleh pemimpin terdahulu, tidak mampu dipertahankan
lagi oleh pemimpin sesudahnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran bagi Dinasti al-
Muwahhidun, antara lain:
a) Faktor Internal
Salah satu indikasi faktor internal yang menyebabkan terjadinya kemunduran
dinasti ini adalah tampilnya pemimpin yang tidak mampu menangkap peluang dan
mengakomodasi berbagai trend pengembangan, yakni ketika Muhammad al-Nashr
(1184 M) tampil menggantikan pemimpin sebelumnya, dengan usianya yang relatif
muda, kurang lebih 17 tahun usianya ketika itu. Ia belum memiliki kapabilitas serta
kematangan emosional yang memadai. Padahal untuk menjadi pemimpin sebuah
wilayah yang luas, sangat dibutuhkan managerial skill serta pengetahuan dan
pengalaman yang cukup, agar memiliki kredibilitas di dalam mengendalikan roda
pemerintahan.
Akibat dari berbagai kelemahan yang dimiliki al-Nashr tersebut, maka di dalam
mengendalikan pemerintahannya lebih banyak dipegang oleh menteri-menterinya
yang saling merebut mengambil simpati khalifah yang masih muda, sehingga situasi
ini dimanfaatkan oleh lawan-lawan al-Muwahhidun, termasuk sisa-sisa al-
Murabithun yang belum dapat dilumpuhkan, kembali melakukan perlawanan.

9
Termasuk munculnya pemberontakan dari Bani Ghaniyyah yang pernah ditaklukkan
oleh penguasa sebelumnya, yaitu Abu Ya’qub. Mereka kembali melakukan
perlawanan dengan motifnya menjatuhkan kekuasaan al-Muwahhidun.
Di samping itu, kurangnya kontrol dan perhatian pemerintah pusat terhadap
daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, menyebabkan adanya keinginan
mereka untuk memisahkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya wilayah yang
luas yang tidak bisa dimenej dengan baik, justeru sangat berpotensi terhadap
terjadinya instabilitas dalam negeri, karena adanya ancaman desintegrasi. Ancaman
desintegrasi ini, seperti munculnya Yaghamrasan ibn Zayyan di Tlemen pada tahun
1236 M yang dapat mendirikan kerajaan, Abd al-Wadiyyah yang merdeka di
Maghrib.
Pada tahun berikutnya Abu Zakariyya sebagai gubernur al-Muwahhidun di
Ifriqiyyah menyatakan kemerdekaan dari Tunis dan mendirikan Dinasti Hifsiyyah.
Keadaan ini semakin memperparah kondisi Dinasti al-Muwahhidundan akhirnya
membawa kepada kejatuhan dinasti ini, yakni pada tahun 1269 M, saat ibu kota
Maroko jatuh ke tangan Dinasti Marawiyyah. Dengan berdirinya Dinasti
Marawiyyah, maka berakhirlah Dinasti al-Muwahhidun yang pernah jaya dan
sempat bertahan selama satu abad lebih.
b) Faktor Eksternal
Bersamaan dengan kemunduran Dinasti al-Muwahhidun, sebagai akumulasi dari
berbagai persoalan sosial politik dalam negeri, pasukan Salib yang telah dikalahkan
oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru
di bawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan Kristen ini mengulangi serangannya ke
Andalusia dan berhasil mengalahkan kaum muslimin. Karena penguasa al-
Muwahhidun merasa terdesak, akhirnya meninggalkan Spanyol dan kembali ke
Afrika Utara (Maroko). Sedangkan Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen pada
tahun 1238 M, menyusul Seville jatuh pada tahun 1248 M. Serangan-serangan yang
dilakukan pasukan Kristen ini telah menjadikan seluruh Spanyol lepas dari
kekuasaan Islam, kecuali Granada.

10
E. Peninggalan Dinasti Muwahiddun
Mereka berhasil menggulingkan dinasti al-murabitun yang memerintah Maroko pada
tahun 1147. Mereka kemudian memperluas kekuasaannya hingga semua wilayah Maghreb
pada tahun 1159.
Dominasi al-Muwahidun di Iberia berlanjut hingga 1212, ketika Muhammad III yang
bergelar an-Nasir (1199-1214) dikalahkan pada pertempuran di Sierra Morena oleh aliansi
para pangeran Kristen di Castile, Aragon, dan Navarre .
Hampir semua wilayah kekuasaan Umayah di Andalusia hilang. Kota-kota besar, seperti
Kordova dan Seville jatuh ke tangan orang Kristen pada tahun 1236 dan 1248. Al-
Muwahidun terus memerintah di Afrika. Berikut ini adalah tiga Peninggalan Al-
Muwahhidun.
1. Masjid Kutubiyah
Letaknya di wilayah Medina barat daya Marrakech. Masjid ini dihiasi dengan
jendela melengkung, dan lengkungan dekoratif. Di dalamnya terdapat ruang yang luas
dengan taman, dan diterangi oleh sinar matahari. Juga menara setinggi 77 meter. Masjid
ini selesai dibangun saat pemerintahan Khalifah al-Muwahidun Yaqub al-Man sur (1184
hingga 1199). Konstruksinya menginspirasi bangunan lain, seperti Seville Giralda dan
Menara Hassan Rabat, yang dibangun pada periode yang sama.
2. La Giralda
La Giralda pada awalnya dibangun sebagai menara untuk Masjid Agung Seville
di Andalusia pada masa pemerintahan Dinasti al-Muwahidun. Masjid ini dibangun untuk
menggantikan Masjid Umayyah 'Addabas karena jamaah semakin banyak sehingga
masjid yang lama tidak dapat menampungnya. Khalifah Abu Ya'qub Yusuf
memerintahkan untuk membangunnya pada tahun 1171. Sejak awal, ilmuwan dan
arsitektur dari berbagai wilayah terlibat dalam pembangunannya. Khalifah berinvestasi
besar. Dia sering mendatangi dan memantau pembangunannya. Pada 1176, masjid
selesai dibangun. Menara dibangun dengan menggunakan batu bata lokal dan mar mer.
Pada tanggal 10 Maret 1198, menara ini dilengkapi dengan penambahan empat logam
mulia.

11
3. Istana Atalaya
Bangunan ini terletak di Villena, Provinsi Alicante, Spanyol selatan. Terletak di
atas Sierra de la Villa, di bagian barat laut provinsi Alicante. Ia berada di bekas
perbatasan antara Kastilia dan Kerajaan Aragon. Di sana terdapat ruang dalam yang
lebih besar yang biasanya dijaga. Ruangan itu biasa digunakan sebagai titik kumpul para
pengunjung. Di sana para pengunjung dapat menyaksikan menara bundar di sudut-
sudutnya yang indah. Tembok-tembok di dalamnya dibangun pada era al-Muwahidun,
dan ditutup pada abad ke-15 atas perintah penguasa setempat. 

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tidak adanya regenerasi yang mumpuni untuk memegang kekuasaan seperti
pendahulunya.
2. Kebangkitan orang–orang kristen. Terbuktidengan penyerangan tahun 1212 M, oleh
raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navargedan Aragon) di Spanyol. Kekalahan yang
diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran tersebut menyebabkan semakin
mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam lain di
Spanyol.
3. Al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada anaknya yang baru berusia 15 tahun, yaitu
Abu Yakub Yusuf II (al-Muntashir) yang tidak memiliki kematangan politik untuk
menjalankan pemerintahan.
4. Muncul perpecahan dikalangan pembesar Muwahhidun setelah wafatnya al-
Muntashir pada tahun 1221 M. Perpecahan terjadi karena al-Munthasir tidak
mempunyai anak laki-laki untuk menggantinya. Seperti Tunisia berdiri daulah Bani
Nafs, sedangkan Tripoli menjadi wilayah kekuasaan Bani Ayubiyah.
5. Luasnya wilayah daulah Muwahhidun. Wilayah yang luas ini sulit di control oleh
pemerintahan pusat, sehingga mudah dikuasai oleh tentara kristen Spanyol yang
mengalami kebangkitan politik.
6. Kekuasaan Muwahhidun tumbuh dan berkembang di Afrika Utara danSpanyol adalah
karena ingin memurnikan ajaran Islam yang telah dikotori orang-orang Murabhitun
pada fase akhir kekuasaannya. Dinasti ini berawal darisebuah gerakan dakwah agama
dan beralih menjadi kekuatan politik. Dinasti ini mampu meraih kejayaan karena
pemimpin yang kuat serta cinta ilmu pengetahuan. Kehadiran dinasti ini telah
membuka mata orang barat untuk mengejar ketertinggalannya dari umat Islam.
B. Saran
Dalam penulisan Makalah ini penulis sangat menyadari akan kekurangan yang
dimiliki, terutama dalam memeperoleh dan menggambarkan informasi mengenai tema
ini. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulisan harapkan. Dan

13
semoga makalah yang jauh dari kesempurnaan ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/07/21/puzwcs313-tiga-peninggalan-
dinasti-almuwahidun

http://varsellaaprillianamrul.blogspot.com/2018/03/makalah-spi-ii-dinasti-muwahhidun.html

https://www.referensimakalah.com/2012/01/material-makalah-dinasti-al-
muwahhidun_4418.html

http://lailatul-ashariyah.blogspot.com/2015/05/dinasti-muwahhidun.html

http://journal.uin-alauddin.ac.id › article › view

15

Anda mungkin juga menyukai