Anda di halaman 1dari 21

RUANG LINGKUP DAKWAH DAN MANAJEMEN DAKWAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Dakwah yang
diampu oleh Hj. Hilma Mimar. M. MPd.

Kelas PAI B

Oleh:

Ushie Uswatun Hasanah 24062119051

Irna Annisa Riftyanti 240621120015

Pebi Lukiman 24062119064

Titin Sumarni 24062119066

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS GARUT

2022/1443
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah bertema ”Ruang Lingkup Dakwah dan Manajemen
Dakwah” sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Manajemen Dakwah.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan begitu banyak
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada siapa saja yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala
bentuk belajar mengajar, Sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
saya mengharap kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih baik.

Garut, 28 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Sejarah Dakwah.....................................................................................................3
B. Hukum Dakwah.....................................................................................................8
C. Komunikasi Dakwah............................................................................................10
D. Dalil-Dalil Tentang Dakwah................................................................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................................20
A. Kesimpulan..........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan di zaman yang serba modern ini, memang serba aneh dan kadang
juga menggelikan, dalam buku Kalatidha, R. Ng. Ranggawarsita mengatakan,
"amenangi zaman edan, sarwa ewuh ing pamikir, melu edan ora tahan, yen
ora melu nglakoni, ora oleh panduman" (Hidup di zaman edan ini memang
sulit dalam pemikiran, ikut edan tak tahan jika tidak ikut edan tidak
mendapatkan bagian).

Dahulu, sewaktu TV, CD, radio bahkan Hp masih sangat langka, bahkan
mengirim pesan dengan burung Merpati sampai perdana Mentari, 3 dan
Simpati, dahulu hidup terasa sangat damai sejahtera, meskipun masyarakat
tampak masih berselimut keluguan, dominasi mitos, dan kepolosan. Sekarang
hampir setiap penduduk terutama di daerah-daerah pedesaan yang jauh dari
hiruk pikuk glamornya kota memiliki apa yang dahulu di anggap mahal dan
langka.

Selain itu, gaya pakaian yang buka-bukaan dan tembus pandang juga di
gandrungi kawula muda. Mondar-mandir di pinggir pantai dengan hanya
memakai swimsuit, memakai celana hipster dan kaos ngantung (sebatas
perut), memakai jilbab dengan dada dan puser terbuka, memakai pakaian ketat
dan memakai rok mini sebatas paha, kini telah digandrungi kaum hawa.
elanjutnya, di zaman edan ini pergaulan seolah-olah sudah tidak ada batasan,
kebebasan menjadi impian, sehingga banyak kawula muda yang bergaul
kebablasan, kepuasan hawa nafsu yang dimanjakan, pola hidup hidonis ini tak
ubahnya kehidupan binatang hidup yang tanpa memiliki aturan hanya demi
mencari kesenangan Betapa banyak perempuan yang hamil diluar nikah, bayi
lahir tanpa ayah, pelecehan seksual, pemerkosaan, pencabulan tidak hanya ter
jadi di ramainya kota namun juga di pelosok desa. Belum lagi anak anak yang
masih ingusan tergiring pada kedzaliman dan ke maksiyatan "virus cinta",
virus ini menyerang tak pandang bulu. baik yang alim atau brandalan, yang
pendiam atau urakan.

Menghadapi arus kehidupan yang demikian dahsyat, masing masing dari


mereka tentu akan menyadari, betapa pentingnya tiang pancang, atau apa saja
yang dapat mereka gunakan untuk berpegangan dan menyandarkan badan.
Dan akhimya kita ketahui, bahwa hanya mereka yang memiliki peganganlah,
yang akan tetap bertahan. Meskipun dengan sedikit kesusahan, namun pada
akhirnya mereka bisa tetap berdiri dengan kokoh dan mapan. Akan jauh
berbeda ke adaannya dengan mereka yang tidak memiliki pegangan apapun.
Dengan mudah mereka akan dipontang-pantingkan, mengikuti aliran arus
gelombang. Mereka tidak ubahnya seperti buih yang dihempas kan. Bagai air
di atas daun talas, begitulah peribahasa menyebutkan.

Menyadari bahwa badai dan gelombang akan kerap datang melanda panggung
kehidupan ini, maka selayaknya bagi diri kita untuk memiliki sebuah tali
pegangan dan pedoman, yang dengan istilah dakwah. Dan hal inilah yang
mengantarkan buncahan kata ini tertoreh di lembar-lembar kertas yang
terbingkai kata indah untuk berdakwah.

B. Rumusan Masalah
a Bagaimanakah Sejarah Dakwah?
b Apa Saja Hukum Dakwah?
c Apa itu Komunikasi Dakwah?
d Apa Saja Dalil-Dalil Tentang Dakwah?
C. Tujuan
a Mengetahui Sejarah Dakwah
b Mengetahui Hukum Dakwah
c Mengetahui Komunikasi Dakwah
d Mengetahui Dalil Tentang Dakwah
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Sejarah Dakwah

Suatu hal yang menarik berkaitan dengan dakwah Nabi SAW adalah
ketajamannya dalam melihat setting sosial masyarakat saat itu. Masyarakat
Arab, ketika wahyu turun, digambarkan para se jarawan sebagai komunitas
masyarakat jahiliyah. Mereka terdiri dari berbagai kelompok suku, agama,
dan adat istiadat. Mereka sangat fanatik membanggakan kelompok sukunya.
Apabila terjadi tindakan criminal dan mencederai serta bersikap dianggap
tidak adil, dengan solidaritas kesukuannya (ashabiya), mereka bahu membahu
untuk membela anggota kelompoknya benar maupun salah (Hasan Ibrahim
Hassan, t.t: 19).

Mereka menganut berbagai agama dan kepercayaan. Yahudi, Kristen,


Syabi'in, Manisme, dan Zoroaster adalah di antara beberapa agama dan
kepercayaan yang popular saat itu di luar kaum musyrik dan kaum ateis.
Mereka memikili kebiasaan menyembah kepada Tuhan banyak
(syirik/politeis) dengan Ka'bah sebagai pusat per ibadatan (Hasan Ibrahim
Hassan, t.t: 19). Permusuhan dan pepe rangan dalam memperebutkan wilayah
kekuasaan, praktik riba, pe rampokan dan perlakuan tak layak terhadap wanita
adalah beberapa hal dari permusuhan mereka.

Ketika keadaan masyarakat seperti itu tanpa pegangan hidup, Muhammad


lahir dan membawa ajaran yang kemudian dikenal dengan Islam, kemudian
dijadikan nama agama yang dibawanya. Oleh para ahli ilmu dakwah sekarang,
periode ini dinamai sebagai periode pembentukan dakwah (tamkin) (Acep
Aripudin, 2012: 10).

Pada periode ini, dakwah Nabi lebih banyak menekankan pada aspek
pemantapan benih-benih tauhid. Ajaran ini mengharuskan umat manusia
hanya percaya dan menyerahkan sepenuh hatinya kepada Allah Tuhan Esa.
Tunduk dan patuh hanya semata-mata kepada-Nya.
Prinsip Tauhid yang dibawa Muhammad dan disampaikan kepada masyarakat
mayoritas penyembah berhala, telah menimbul kan reaksi keras, terutama dari
tokoh-tokoh masyarakat Quraisy yang nota bene para pemimpin suku dan
pemimpin kabilah. Situasi dakwah seperti ini hampir berjalan selama periode
Nabi di Mekah.

Islam sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad termasuk


salah satu agama dakwah yang harus disampaikan. (agama yang dalam
ajarannya terdapat keharusan agar disampaikan kepada orang lain).
Karenanya, apabila berpijak dari asumsi ini, maka usia dakwah Islam seiring
dengan usia Islam itu sendiri. Muhammad adalah da'i pertama kepada
masyarakat Mekah saat itu. Metode dakwah yang dilakukannya bisa ditebak,
yaitu dakwah fardiyah (dakwah antar pribadi) yang bersifat sembunyi-
sembunyi atau komunikasi personal (personal communication).

Tak lama setelah Muhammad menerima wahyu, beliau menyam paikan kabar
itu kepada insan terdekatnya, seperti Khadijah (istri nya), Ali Ibn Abi Thalib
(pemuda yang juga sepupunya), Abu Bakar (temannya), Ustman Ibn Affan
(koleganya), Umar Ibn Khattab (tokoh masyarakat), kemudian terus
berlangsung berita dari Nabi disampaikan dalam situasi dan keadaan yang
tidak menentu.
Tekanan bertubi-tubi terhadap dakwah Nabi di Mekah, kemudia mengilhami
Nabi untuk berhijrah dan keluar sementara dari Mekah menuju Madinah,
nama mula kota ini adalah Yatsrib. Strategi Nabi ini ternyata sangat jitu dan
menghadirkan perjalanan emas dalam sejarah dakwah dan pembentukan
masayarakat Islam.

Dengan segala kecerdasan dan sikap Muhammad, Muhammad di Madinah,


bukan saja dapat menyebarkan Islam dalam arti tabligh, tetapi lebih dari itu
Nabi bersama masyarakat dapat membangun sebuah model system sosial
modern bahkan terlalu modern pada masanya. Periode ini disebut para ahli
sebagai periode pemetaan dakwah (tandzim) (Acep Aripudin, 2012: 11).
Proses dakwah Nabi di Madinah melalui strategi pemetaan masyarakat bukan
tanpa alasan ringan. Sebab penduduk Madinah, sebelum Nabi datang, dengan
sistem kabilah sangat rentan terhadap persaingan antarsuku secara tidak sehat.

Kepemimpinan tunggal yang dapat mengintegrasikan kelompok kelompok


masyarakat merupakan strategi yang tepat dalam menata masyarakat saat itu.
Kesepakatan (agreement) antar kelompok suku suku dengan umat Islam yang
di pimpin oleh Nabi telah melahirkan suatu bentuk tatanan sosial yang lebih
tertib dan konstitusional. Taat pada hukum dan aturan ya g telah disepkatai
bersama oleh seluruh komponen masyarakat yang ada pada saat itu. Inilah
fundamen-fundamen bentuk masyarakat kosmopolitan awal yang digagas oleh
Nabi.

Kepemimpinan Muhammad diakhiri dengan ungkapan kata kata humanis,


beliau undur diri dan perpisahan kepada umat. Peristiwa ini tepatnya ketika
Muhammad melakukan haji wada'. Risalah beliau kemudian diteruskan oleh
para khalifah khususnya yang empat. Dalam waktu singkat umat Islam dan
Madinah saat itu telah menjadi kekuatan sosial politik, bahkan perdagangan
yang disegani dunia, terutama dominasi kekuatan Persia dan Romawi.

B. Hukum Dakwah

Al-Qur'an surat An-Nahl (16) ayat 125 menyebutkan:

‫ل‬//‫و أعلم بمن ض‬//‫ك ه‬//‫أذع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجد لهم بالتي هي أحسن إن رب‬
‫ وهو أعلم بالمهتدين وب‬،‫عن سبيله‬

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl (16): 125)

Menurut kaidah bahasa ayat ini diawali dengan fizil amr, dalam kaidah ushul
fiqh asal dari perintah itu menunjukkan wajibnya suatu perbuatan (al-ashlu fil
amri lilwujub). Sehingga tafsir dari ayat. ini bisa dijelaskan sebagai wajibnya
umat Islam untuk melakukan dakwah (menjadi da'i).

Dalam konteks ilmu, penuaian kewajiban itu mensyaratkan kesempurnaan


sehingga tidak terjebak pada asal menunaikan atau hanya mengikuti kebiasaan
saja. Disinilah makna kewajiban di perluas menjadi wajibnya umat Islam
untuk mempelajari, menguasai dan mengembangkan ilmu dakwah, wajibnya
orang yang menjadi da'i diikuti dengan kewajiban untuk mengilmui kegiatan
dakwah Islam. Kaidahnya berbunyi
‫ماال يتم الواجب اال به فهو واجب‬

"Suatu kewajiban dipandang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu maka


sesuatu itu hukumnya menjadi wajib

Secara lebih jauh "sesuatu" itu maksudnya bahwa kewajiban dakwah itu akan
menjadi sempuma jika ditopang oleh sejumlah faktor faktor yang melekat
pada figur da'i baik berupa penguasaan terhadap ilmu (wawasan, pengetahuan
dan pemahaman), profesionalisme (kepiawaian dalam mempraktekkan
dakwah), serta akhlak dan kepribadian (Enjang dan Hajir Tajiri, 2009: 88-89).

C. Komunikasi Dakwah

Ahmad mubarok dalam buku psikologi dakwah mengungkapkan bahwa


kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dimana da'i
mengkomunikasikan pesan dakwah kepada mad'u baik secara perorangan
maupun kelompok. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi da'i
(komunikator) dan mad'u (komunikan). Semua hukum yang berlaku dalam
ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah, dan bagaimana mengungkapkan
apa yang tersembunyi dibalik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa
yang harus dikerjakan pada manusia komunikan. Komunikasi sifatnya lebih
netral dan umum, sedangkan dalam dakwah terkandung nilai kebenaran dan
keteladanan islam.

Dengan demikian, apabila kita menelaah komunikasi dakwah dengan


pendekatan komunikologis maka harus diteropong dengan pendekatan dalam
dimensi das sein, das sollen, dan das woslen, serta dalam ruang lingkup
makro, meso, dan mikro yang merupakan entitas dakwah. Untuk itu, konsep
komunikasi dakwah dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti
luas, komunikasi dakwah meliputi peran dan fungsi komunikasi diantara
semua pihak yang terlibat dalam dakwah terutama antara da'i dan mad'u, sejak
dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap dakwah.
Sedangkan dalam arti yang sempit, komunikasi dakwah merupakan segala
upaya dan cara, metode serta teknik penyampaian pesan dan keterampilan
keterampilan dakwah yang ditujukan kepada umat atau masyarakat secara
luas.

Jadi, komunikasi daakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan


dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok
orang lainnya yang bersumber dari al-qur'an dan hadits dengan menggunakan
lambang-lambang baik secara verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk
mengubah sikap. pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai
ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui
media.

D. Dalil-Dalil Tentang Dakwah


a Dalil Dakwah Dalam Al-Qur’an
‫َو ْلَتُك ن ِّم نُك ْم ُأَّم ٌة َي ْدُعوَن ِإَلى اْلَخ ْي ِر َو َي ْأُم ُروَن ِب اْلَم ْعُر وِف َو َيْنَه ْو َن َع ِن اْلُم نَك ِر َو ُأْو َلـِئَك ُهُم‬
‫اْلُم ْفِلُح وَن‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali
Imran [3]: 104)
‫ُكنُتْم َخ ْيَر ُأَّم ٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُر وِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم نَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهّلل َو َلْو آَم َن‬
‫َأْه ُل اْلِك َتاِب َلَك اَن َخ ْيرًا َّلُهم ِّم ْنُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأْك َثُر ُهُم اْلَفاِس ُقوَن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran
[3]: 110)

‫اْدُع ِإِلى َس ِبيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَح َس َنِة َو َج اِد ْلُهم ِباَّلِتي ِهَي َأْح َس ُن ِإَّن َر َّب َك ُه َو َأْع َلُم‬
‫ِبَم ن َض َّل َعن َس ِبيِلِه َو ُهَو َأْع َلُم ِباْلُم ْه َتِد يَن‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)

‫َو اَل َيُص ُّد َّنَك َعْن آَياِت ِهَّللا َبْعَد ِإْذ ُأنِز َلْت ِإَلْيَك َو اْدُع ِإَلى َر ِّبَك َو اَل َتُك وَنَّن ِم َن اْلُم ْش ِر ِك يَن‬

“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari


(menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan
kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan
janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 87)

‫ِإَّنَك اَل َتْهِد ي َم ْن َأْح َبْبَت َو َلِكَّن َهَّللا َيْهِد ي َم ن َيَشاُء َو ُهَو َأْع َلُم ِباْلُم ْه َتِد يَن‬
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada
orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang
yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 56)

‫ُقْل َهـِذِه َس ِبيِلي َأْدُعو ِإَلى ِهّللا َع َلى َبِص يَرٍة َأَنْا َو َمِن اَّتَبَعِني َو ُسْبَح اَن ِهّللا َو َم ا َأَنْا ِم َن اْلُم ْش ِر ِك يَن‬

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang


mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang
nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik".” (Q.S. Yusuf [12]: 108)

‫ِذُر وْا َق ْو َم ُهْم ِإَذ ا َر َج ُع وْا ِإَلْيِهْم َلَعَّلُهْم‬/‫ِّديِن َو ِلُين‬//‫َنَفَر ِم ن ُك ِّل ِفْر َق ٍة ِّم ْنُهْم َطآِئَف ٌة ِّلَيَتَفَّقُه وْا ِفي ال‬
‫َيْح َذ ُروَن‬

“Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya (ke medan


perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
(Q.S. At-Taubah [9]: 122)

‫َو ِإَّنَك َلَتْدُعوُهْم ِإَلى ِصَر اٍط ُّم ْس َتِقيٍم‬

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan


yang lurus.” (Q.S. Al-Mu'minun [23]: 73)
‫َو اْلُم ْؤ ِم ُن وَن َو اْلُم ْؤ ِم َن اُت َبْعُض ُهْم َأْو ِلَي اء َبْع ٍض َي ْأُم ُروَن ِب اْلَم ْعُر وِف َو َيْنَه ْو َن َع ِن اْلُم نَك ِر‬
‫ٌز‬/‫َو ُيِقيُم وَن الَّص َالَة َو ُيْؤ ُتوَن الَّزَك اَة َو ُيِط يُعوَن َهّللا َو َر ُس وَلُه ُأْو َلـِئَك َس َيْر َح ُم ُهُم ُهّللا ِإَّن َهّللا َع ِز ي‬
‫َح ِكيٌم‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian


mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah [9]: 71)

‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِإَّنا َأْر َس ْلَناَك َشاِهدًا َو ُم َبِّشرًا َو َنِذ يرًا‬

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan


pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (Q.S. Al-Ahzab
[33]: 45)

‫َو َداِع يًا ِإَلى ِهَّللا ِبِإْذ ِنِه َو ِس َر اجًا ُّم ِنيرًا‬

“dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan
untuk jadi cahaya yang menerangi.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 46)

b Dalil Dakwah dalam Hadits


Kewajiban Dakwah
1) )‫َم ْن َد َّل َع َلى َخ ْيٍر َفَلُه ِم ْثُل َأْج ٍر َفاِعِلِه (رواه مسلم‬

“Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka


baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya”
2) ‫َم ْن َر َأى ِم ْنُك ْم ُم ْنَك ًر ا َفْلُيَغِّيْر ُه ِبَيِدِه َفِإْن َلْم َيْس َتِطْع َفِبِلَس اِنِه َفِإْن َلْم َيْس َتِطْع َفِبَقْلِب ِه َو َذ ِل َك‬
)‫( وراه صحيح مسلم‬. ‫َأْض َعُف اِإْل يَم اِن‬

Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran,


maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah
dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan
mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah
iman”

Hukum Berdakwah

1) ‫َاْنِفْذ َع َلى َرُسِلَك َح َّتى َتْنِزَل ِبَس اَح ِتِهْم ُثَّم ُاْدُع ُهْم ِإَلى اِإل ْس َالِم َو َأْخ ِبْر ُهْم بِـَم ا َيِج ُب َع َلْيِهْم‬
‫ِم ْن َح ِّق ِهللا ِفْي ِه َفَوِهللا َأِلْن َيْه ِدَي ُهللا ِب َك َر ُج ًال َو اِح دًا َخ ْي ٌر َل َك ِم ْن َأْن َيُك ْو َن َل َك ُح ْم ُر‬
)‫الَّنَعِم ) (رواه البخارى‬
“Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang
diwajibkan atas mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi
Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau,
adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah”

Metode Dakwah Rosulullah

1) ‫ ِإَّن َهللا َر ِفْي ٌق ُيِحُّب الِّر ْف َق َو ُيْعِط ي‬:‫أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال يا عائشة‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫َع َلى الِّر ْفِق مَا َال ُيْعِط ي َع َلى الُعْنِف َو مَا َال ُيْعِط ي َع َلى َم ا ِسَو اُه‬

“Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia


memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada
yang kasar”

2) )‫ِإَّن الِّر ْفَق َال َيُك ْو ُن فِي َش ْي ٍء ِإَّال َز اَنُه َو َال ُيْنَز ُع ِم ْن َشيٍء ِإَّال َشاَنُه (رواه مسلم‬
“Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia
akan membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari
sesuatu, kecuali akan memburukkannya”

3) )‫َم ْن ُيْح َر ُم الِّر ْفُق ُيْح َر ُم اْلَخ ْيُر (رواه مسلم‬

“Barang siapa yang tidak terdapat kelembutan padanya, maka tidak


ada kebaikan padanya”

4) ،‫ (َيُس ُّر وا َو َال ُتَعِّس ُرْو ا‬:‫اس‬//‫وقال النبي صلى هللا عليه وعلى آله وسلم وهو يبعث الن‬
)‫ َفِإَّنَم ا ُبِع ْثُتْم ُم َيِّس ِر ْيَن َو َلْم ُتْبَعُثْو ا َم َعِّس ِر ْيَن ) (رواه مسلم‬،‫َو َبِّش ُرْو ا َو َال ُتَنِّفُرْو ا‬

“Hendaklah kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan.


Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat
mereka lari, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan
dan bukan untuk menyulitkan.”

Media Dakwah Rosulullah

1) ‫َقاَلْت َعاِئَش ُة َك اَن ُخ ُلُق ُه اْلُق ْر آَن ( َو ِإَّن َك َلَعَلى ُخ ُل ٍق َع ِظ يٍم (( َلَق ْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُس وِل ِهَّللا‬
)‫ُأْس َو ٌة َح َس َنٌة( (رواه أحمد‬

“A’isyah berkata bahwa Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an, (dan


sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang mulia), (Rasulullah telah
menjadi contoh terbaik bagi kelian)”
2) ‫َنَّض َر ُهللا اْم َر ًأ َس ِمَع ِم َّن ا َش ْيًئا َفَبَّلَغ ُه َك َم ا َس ِمَعُه َف ُرَّب َم ْبَل ٍغ َأْو َعى ِم ْن َس اِم ٍع (رواه‬
)‫الترمذى عن ابن مسعود‬

”Allah mengelokkan wajah seseorang yang mendengar sesuatu dari


kami lalau disampaikannya sebagaimana yang ia dengar. Sebab,
banyak yang menyampaikan lebih menjadi lebih sadar daripada yang
hanya mendengarkan.

Rosulullah dan Kesabaran dalam Berdakwah

1. )‫ " َو َج ْد َنا َخ ْيَر ِع ْيَش َنا ِبالَّصْبِر "( رواه البخاري‬:‫قال عمر رضي هللا عنه‬

“Dan kami merasakan bahwa sebaik-baiknya hidup ini dilalaui dengan


kesabara”

2. )‫ الَّصْبُر ِضَياٌء (رواه أحمد و مسلم‬:‫قال رسول هللا ص م‬

“Sabar adalah cahaya”

3. ‫ َع َج ًبا َأِلْم ِر اْلُم ْؤ ِم ِن ِإْن َأَم َرُه ُك َّل ُه َخ ْي ٌر َو َلْيَس‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
‫َاَن‬/‫َذ اَك َأِلَح ٍد ِإَّال ِلْلُم ْؤ ِم ِن ِإْن َأَص اَبْتُه َسَّر اٌء َش َك َر َفَك اَن َخ ْي ًر ا َل ُه َو ِإْن َأَص اَبْتُه َض َّر اٌء َص َبَر َفك‬
)‫َخ ْيًر ا َلُه (رواه مسلم‬

“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin, semua urusannya


itu baik bainya, dan itu tidak lain hanya bagi seorang mukmin. Apabila
mendapat kesenangan dia bersyukur, dan itu baik baginya, dan apabila
mendapat kesulitan dia bersabar dan itu baik baginya”
4. ‫َعْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَّن ِع َظَم اْلَج َز اِء َم َع ِع َظِم اْلَباَل ِء َو ِإَّن َهَّللا ِإَذ ا َأَح َّب‬
) ‫َقْو ًم ا اْبَتاَل ُهْم (رواه الترمذى‬

“Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya ujian, dan


sesungguhnya apabila Allah SWT mencintai suatu kaum, Allah akan
mengujinya.

Dakwah Para Sahabat Nabi

1) ‫كَاَن الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُيَص ِّلي َو َأُبْو َبْك ٍر ُيَص ِّلي ِبَص َالِتِه َو الَّن اُس ُيَص ُّلْو َن‬
)‫ (رواه البخارى‬. ‫ِبَص َالِة َأِبي َبْك ٍر‬

“Rasulullah saw sholat dengan duduk dan Abu Bakar berdiri


mengikuti gerakan Rasulullah dan seganap kaum muslimin mengikuti
gerakan Abu Bakar”
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Era yang semakin tajam dengan tikungan, semakin meruncing dengan
godaan, dan semakin memuncak dengan kemaksiyatan. Jikalau kita
menjelajah nusantara, kita akan menyaksikan betapa masih banyak putera-
puteri negeri ini yang kesehariannya hanya berpangku tangan, pulang
sekolah terus menganggur, hidup tidak teratur, perkataan jorok dan
ngawur, bahkan laki-laki dan perempuan bercampur, Al-Qur'an jadi
pajangan, pengajian jadi tontonan, sedangkan kebebasan jadi tuntunan.

Saat pertelevisian mulai gempar dengan audisi kecantikan dengan pakaian


ketat dan tembus pandang, kini saatnya para pemuda berjuang ikut
mensukseskan dan menghiasi acara Ty dengan niat syiar agama melalui
da'i muda Indonesia, akademi sahur Indonesia dan acara keagamaan
lainnya.

Oleh karena itu dakwah di masa seperti ini hendaknya meng gunakan
manajemen yang baik agar apa yang menjadi visi, misi dan tujuan dakwah
mampu tersampaikan kepada semua kalangan.

B. Saran
Demikian makalah kami buat dengan sedemikian rupa. Mungkin masih
banyaknya kesalahan yang ada mulai dari penyusuanan kata maupun
penyuntingan kalimat, karena keterbatasan kami. Saran dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan makalah selanjutnya dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

AL-QUR’AN

I’anatut Thoifah, M.Pd.I, 2015, Manajemen Dakwah, Jakarta, Madani press.

www. Google.com

Anda mungkin juga menyukai