DOSEN PENGAMPU :
Abdul Rahim S.Ag M.Pdi
Kelompok satu(1)
1. Agustiana Indah Mustiani ( 2202060014 )
2. Ahmad Mansur Hamdani(2202060071)
3. Baiq Hairi Ummatin( 2202060005 )
4. Baiq Juwairiah(2202060019)
5. Baiq Radatul Jannah(2202060013)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa shalawat serta salam saya curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Tugas ini merupakan serangkaian materi kuliah yang bertujuan agar mahasiswa dapat
lebih memahami aswaja, dan menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh selama
mengikuti mata kuliah ini. makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aswaja di Semester 1.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan kami sebagai manusia. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga laporan tugas
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan bagi para pembaca.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
ii
DAFTAR ISI
Cover......................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................................................III
Bab I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
Bab II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Konsep Aswaja............................................................................................................................2
2.2 Sejarah dan Perkembangan Aswaja..............................................................................................3
2.2.1 Sejarah Aswaja......................................................................................................................3
2.2.2 Perkembangannya Aswaja.....................................................................................................4
2.3 Pokok-Pokok Ajaran Aswaja.......................................................................................................5
2.4 Tokoh Aswaja..............................................................................................................................6
Bab III PENUTUP..............................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................7
Bab IV DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................7
iii
Bab I
PENDAHULUAN
Aswaja merupakan salah satu mata kuliah yang dalam kajiannya merujuk pada al-
Qur‟an dan as-Sunnah. Dalam tahap pemahaman Aswaja menggunakan cara logis dan
rasional, karena mengaitkan materi dengan pengalaman mahasiswa dalam kehidupan sehari-
hari bukan dengan dogmatis dan doktrin tertentu.
1
Bab II
PEMBAHASAN
Pada masa kekhalifahan ke-3, Utsman bin Affan, terjadi fitnah yang cukup serius
di tubuh Islam pada saat itu, yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman.
Pembunuhnya ialah suatu rombongan delegasi yang didirikan oleh Abdullah bin Saba'
dari Mesir yang hendak memberontak kepada Khalifah dan hendak membunuhnya.
2
Abdullah bin Saba' berhasil membangun pemahaman yang sesat untuk mengadu domba
umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kemudian masyarakat banyak
saat itu, terutama disponsori oleh para bekas pelaku pembunuhan terhadap Utsman,
berhasil membunuh dia dengan sadis ketika dia sedang membaca Qur'an.
Dari peristiwa inilah umat islam terpecah menjadi dua golongan yaitu syi‟ah dan
khawarij. Syi‟ah adalah golongan pendukung Ali RA, sedangkan khawarij (kharaja,
keluar) adalah golongan dimana tidak memihak kepada Ali RA atau muawiyah, dengan
alasan hukum Allah atau al- quran. Sehingga pada masa pemerintahan Muawiyah
terpecah menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah pengikut setia Ali RA,
golongan ke-dua penolak Ali RA dan yang ke-tiga adalah pendukung muawiyah.
Sekitar pada akhir tahun 40-an hijjriyah, Muawiyah membuat ajaran baru yang disebut
jabariyah. Ajaran jabariyah mengambil dasar “segala yang terjadi adalah atas kehendak
Allah”, seperti yang tertulis dalam al-quran surah al-anfal:17. “ Dan bukan engkau
memanah ketika engkau memanah melainkan Allah yang memanah”. Itu adalah salah
satu ayat yang digunakan para kiyai untuk mendukung jabariyah. Mungkin para ulama,
kyai yang ingin dekat dengan kekuasaan kemudian menyebarkan paham jabariyah
tersebut. Akibatnya muncul pengemis-pengemis, ekonomi hancur, manusia banyak
yang tidak berusaha mencari rezeki, karena memandang rezeki telah diatur oleh Allah.
Cucu Ali RA (muhammad bin ali muhammad binn abi talib) membuat aliran
bernama qodariyah Faham ini memiliki kehendak mutlak, Allah tidak ikut campur
3
dengan apa yang dilakukan manusia seperti yang tertulis dalam Al-quran surah Ar-
ra‟du:11 yang berarti “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum,
kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya”. Disinilah mulai ada reformasi dan dapat
menggatikan kekuasaan dinasti Umayyah digantikan dengan dinasti Abasyiah.
kemudian muncul faham mu‟tazilah yang menjadi spirit pembangunan negara. Paham
ini yang mulanya memberikan semangat pada manusia bahwa manusia memiliki hak
mutlak, dan dengan perinsip akal. Segala sesuatu yang masuk akal adalah segala
sesuatu yang harus dirasionalkan. Sehingga kelewatan, karena semua serba akal dan
semua kehendak manusia (akal mutlak). Hingga terjadi sebuah peristiwa ketika salah
satu keturunan abbasiyah menggunakan paham mu‟tazilah sebagai paham resmi negara
sehingga timbul korban yang tidak mengikuti paham mu‟tazilah akan diberikan
panismen berupa hukuman mati dan lain sebagainya.
Lahirnya Aswaja
Akhirnya lahir seorang ulama yang dulunya adalah aktifis mu‟tazilah yang
bernama Abu Hasan Al-Asy‟ari menyatakan keluar dari paham mu‟tazilah, beliau tidak
berada dalam paham ekstrim jabariyah ataupun qodariyah melainkan berada di tengah-
tengah, beliau meproklamasikan kembali “ma ana ilaihi wa ashabihi” sebuah kelompok di
mana Rosulullah saw dan para sahabatnya berada. Paham yang dideklarasikan oleh Abu
hasan inilah yang disebut dengan ASWAJA. Teologi ASWAJA yang dirumuskan oleh
Abu Hasan ini menyatakan bahwa manusia itu memiliki kehendak namun kehendak
tersebut terbatasi oleh takdir Allah SWT. Paham ASWAJA konteksnya kembali pada
semangat akal islam “ma ana ilaihi wa ashabihi” yang dipelopori oleh dua ulama‟ besar
Abu Hasan Al-Asy‟ari dan Abu Mansur Al- Maturidi ini dalam bidang tauhid atau
teologi kemudian mendasar pada Ahlusunnah atau kebiasaan-kebiasaan Nabi saw dan
para sahabat-sahabatnya artinya wal jama‟ah. Kemudian lahir Imam Hanbali, Imam
Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Safi‟i. Imam Hanbali inilah yang menjadi korban dari
kekuasaan Bani Abassiyah, ketika mengharuskan warganya menggunakan aliran yang
dikembangkan mu‟tazilah dalam bidang fiqih. Dan masih banyak yang lain, tapi yang
kita sering dengar atau kita kenal adalah ini. Yang kita sebut dengan empat mazhab.
Terdapat empat mazhab yang paling banyak diikuti oleh Muslim Sunni. Di
dalam keyakinan sunni empat mazhab yang mereka miliki valid untuk diikuti.
Perbedaan yang ada pada setiap mazhab tidak bersifat fundamental. Perbedaan mazhab
bukan pada hal Aqidah (pokok keimanan) tapi lebih pada tata cara ibadah. Para Imam
mengatakan bahwa mereka hanya ber-ijtihad dalam hal yang memang tida ada
keterangan tegas dan jelas dalam Alquran atau untuk menentukan kapan suatu hadis
bisa diamalkan dan bagaimana hubungannya dengan hadis-hadis lain dalam tema yang
sama. Mengikuti hasil ijtihad tanpa mengetahui dasarnya adalah terlarang dalam hal
akidah, tetapi dalam tata cara ibadah masih dibolehkan, karena rujukan kita adalah
Rasulullah saw. dan beliau memang tidak pernah memerintahkanuntuk beribadah
dengan terlebih dahulu mencari dalil-dalilnya secara langsung, karena jika hal itu
wajib bagi setiap muslim maka tidak cukup waktu sekaligus berarti agama itu tidak
lagi bersifat mudah.
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. “
5
perbedaan pandangan dalam masalah keagamaan. Begitu pula masalah yang
berhubungan dengan sosial budaya atau kemasyarakatan, sebagaiman dilakukan
oleh walisongo ketika berdakwah.
3. Tawazun, yang berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak berlebihan
suatu unsur atau kekurangan suatu unsur. Prinsip tawazun ini diambil dari kata
Al-Waznu yang berarti alat penimbang. Yang dimaksud disini adalah bahwa NU
menyerasikan antar khidmah kepada Allah dan khidmah kepada manusia. Bagi
NU tujuan hidup yang ideal adalah bahagia dunia dan akhirat.
4. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, artinya mengajak pada kebajikan dan mencegah
pada kemungkaran. Maksudnya mendorong kepada kebaikan, selalu mempunyai
kepekaan terhadap kejadian-kejadin di lingkungan dan mencegah hal-hal yang
dapat merusak moralitas masyarakat.
2.3 Pokok-Pokok Ajaran Aswaja
1. Aqidah
Ketuhanan, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir dan Qada‟ qadar.
Ketuhanan (Tauhid)
Malaikat
Kitaab Allah
Hari Kiamat
Qadha ialah rencana Allah yang telah ditetapkan terhadap sesuatu sebelum
menciptakanya, sedangkan Qadar ialah pelaksanaan dari ketetapan tersebut.
Contoh: Allah menetapkan Fulan dilahirkan di Indonesia sebelum Allah
menciptakanya, inilah yang dinamakan Qadha. Kemudian Fulan dilahirkan di
Indonesia, inilah yang dinamakan Qadar.
2. Fiqih
Dalam bidang fiqih dan amaliyah faham Aswaja mengikuti pola bermadzhab
dengan mengikuti salah satu madzhab fiqih yang di deklarasikan oleh para
ulama‟ yang mencapai tingkatan mujtahid mutlaq. Beberapa madzhab yang
digunakan oleh aliran Aswaja, yaitu madzhab Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan
Hanbali.
3. Tassawuf
8
Manusia diciptakan Allah semata-mata untuk beribadah, tetapi bukan berarti
meninggalkan urusan dunia sepenuhnya. Akhirat memang wajib diutamakan
ketimbang kepentingan dunia, namun kehidupan dunia juga tidak boleh disepelekan.
Dalam emenuhi urusan dunia dan akhirat mesti seimbang dan proporsional.
Dasar utama tasawuf Aswaja tidak lain adalah Al-Qur‟an dan Sunnah. Oleh
karena itu, jika ada orang yang mengaku telah mencapai derajat Makrifat namun
meninggalkan al-Qur‟an dan sunnah, maka ia bukan termasuk golongan Aswaja.
Meski Aswaja mengakui tingkatan-tingkatan kehidupan rohani para sufi, tetapi Aswaja
menentang jalan rohani yang bertentangan dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Umat Islam sejak dahulu hingga sekarang, mayoritas menganut faham Ahlussunnah
Wal Jama’ah, dengan mengikuti madzhab Syafi‟i dalam bidang fiqih. Dalam hal ini umat
Islam mendapatkan faham tersebut dari ulama serta para dai yang mengajak dan mengajarkan
tentang agama Islam kepada mereka. Sesuatu yang sangat mustahil jika orang yang
menyebarkan agama Islam tidak menganut faham Aswaja, sementara yang diajak adalah
penganut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Di sisi lain, semua sepakat bahwa dai yang menyebarkan agama Islam ke Nusantara
khususnya di Pulau Jawa, adalah Walisongo. Karena itu, maka dapat dikatakan bahwa
Walisongo adalah penganut Aswaja. Kecuali jika ada fakta sejarah yang menunjukkan bahwa
ajaran Aswaja masuk ke Indonesia dan merubah faham keagamaan yang telah berkembang
terlebih dahulu.
Terkait sunan, Prof. KH. Abdullah bin Nuh, mengatakan bahwa sunan adalah sebutan
mulia yang diperuntukkan bagi para raja dan para tokoh dai Islam di Jawa. Nasab mereka
bersambung kepada Al-Imam Ahmad Al Muhajir. Dan berdasarkan apa yang diajarkan oleh
mereka, dapat dipahami bahwa mereka semua adalah ulama pengikut Madzhab Syafi‟i dan
Sunni dalam dasar dan akidah keagamaannya. Mereka kemudian lebih terkenal dengan
sebutan “Walisongo”. (Al Imam Al Muhajir, hal 174).
9
Ada beberapa bukti bahwa Walisongo termasuk golongan Aswaja. Selanjutnya Prof.
KH. Abdullah Nuh menjelaskan:“Jika kita mempelajari primbon, yakni kumpulan ilmu dan
rahasia yang di dalamnya terdapat materi ajaran Ibrahim (Sunan Bonang), maka di sana kita
akan mendapatkan banyak nama dan kitab yang menjadi referensi utama para dai sembilan.
Berupa pendapat dan keyainan, sebagaimana juga memuat masalah akidah dan fiqih dengan
susunan yang bagus sekali, dengan akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Madzhab As
Syafi‟i. Dan dari sini, menjadi jelas bahwa para dai yang sangat terkenal dalam sejarah
masyarakat Jawa dengan gelar Walisongo itu, termasuk tokoh utama dalam penyebaran
ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah.” (Al Imam Al Muhajir, hal 182)
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Prof. KH. Saifuddin Zuhri (1919-1986). Ia
menjelaskan beberapa tokoh yang menyebarkan Madzhab Syafi‟i di Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa. Yaitu : Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Giri, dan lainnya. Bahkan Sunan Giri merupakan lambang pemersatu bangsa Indonesia
yang dirintis sejak abad ke-15 M. Jika Gajah Mada dipandang sebagai pemersatu
Nusantara melalui kekuatan politik dan militernya, maka Sunan Giri menjadi pemersatu
melalui Ilmu dan pengembangan pendidikannya. (Sejarah Kebangkitan Islam, 286-287)
1
0
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kosep Aswaja ada 4 yaitu, Tawassuth (mengambil jalan tengah), Tasamuh (toleran),
Tawazun (Keseimbangan), dan Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar.
Aqidah, fiqih, dan Aklak merupakan pokok ajaran Aswaja.
Walisongo merupakan salah satu tokoh penyebar Aswaja.
1
1
Bab IV
Daftar Pustaka
1
2
1
3