Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAB IIX
“Fase Transisi”
( Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pengantar Hukum Islam )

Dosen Pengampu :
Dr. Edi Susilo, M.H.I

Disusun Oleh :

Kelompok 9

1. RIFKY ARDIAN 2121020272


2. MUHAMMAD WILDAN KHOLID 2121020249
3. MUHAMMAD ADAM FIQRI ANDRA 2121020250

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi Maha penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur aras kehadirat-Nya, yang mana telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Perempuan dalam budaya Arab pra-islam dan Aspek Penegak Hukum dan Pengadilan”

Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada nabi muhammad Saw. beserta keluarga
sahabat dan orang-orang mengikutinya sampai akhir zaman di manapun mereka berada.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang Perempuan dalam budaya Arab pra-islam dan Aspek
Penegak Hukum dan Pengadilan, dalam makalah ini Insya Allah kami dapat memahami
Penegak Hukum dan Pengadilan dan dapat menjadi nilai tambahan dalam mempelajari
SEJARAH DAN PENGANTAR HUKUM ISLAM..

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan informasi serta bermanfaat
bagi pembaca dan pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.

Bandar Lampung, 3 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB 1: PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1

C. Tujuan penrlitian.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2

A. Muhammad ibn Abd Wahhab (1703-1791).................................................... 2

B. Syah Waliyullah ad Dahwali (1703-1762)....................................................... 3

C. Jamaluddin al-Afgani (1839-1897).................................................................. 4

D. Syekh Muhammad Abduh (1849-1897).......................................................... 6

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 8

A. Kesimpulan........................................................................................................ 8

B. Saran.................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Redupnya kekuasaan Bani Abasiyah, lahirnya beberapa Kerajaan kecil, munculnya


imperialisme barat ke timur, dan lahirnya negara negara Islam. Pada masa redupnya
kekuasaan Bani Abbasiyah, khalifah hanya Menjadi boneka kekuasaan saja, sedangkan yang
mengendalikan pemerintahan Adalah orang-orang yang ada di sekitar khalifah yaitu perdana
menteri, para Menteri dan panglima perang. Orang-orang yang dekat dengan khalifah saling
Memperebutkan kekuasaan. Sejak mengupayakan merebut kekuasaan dari Bani Umayah,
Bani Abbas sudah melakukan konspirasi dengan orang-orang Persia. Dan ketika berhasil
merebut kekuasaan, orang-orang Persialah yang selalu Berada disamping khalifah. Ketika
hubungan khalifah dengan Persia mulai retak, tentara Turki mulai Mengambil alih kekuasaan.
Ada dua cara pengalihan kekuasaan dari khalifah Kepada orang-orang dekatnya.

Melihat berbagai latar belakang diatas, maka penulis dapat merangkaikan rumusan masalah
sebagai berikut :

B. Rumusan Masalah

1. Riwayat hidup Muhammad Ibn Abd Wahhab?

2. Riwayat hidup Syah Waliyullah ad Dahlaw?

3. Pendidikan Jamaluddin Al-Afghani?

4. Karya-karya Jamaluddin AL-Afghani

5. Syekh Muhammad Abduh

C.      Tujuan Masalah

1. Mengetahui sejarahnya

2. Mengetahui pendidikannya

3. Mengetahui apa saja karya karya nya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Muhammad Ibn Abd Wahhab (1703 - 1791)


Abd Wahhab adalah seorang faqih bermazhab Hambali, belajar agama ke Basrah (4 tahun),
Bagdad (5 tahun) Kurdistan, Namdan, dan Isfahan. Di kota terakhir ia belajar filsafat dan
tasawuf. Dari perjalanan ilmiahnya, ia melihat kerusakan akidah, seperti meminta tolong
kepada syekh atau wali tarekat, kekuatan gaib, berdo’a dengan melalui perantara (tawasul). Ia
berpendapat bahwa umat Islam harus kembali seperti yang dianut dan diamalkan Rasulullah,
sahabat, dan tabi’in. Sumber ajaran hanya al-Qur’an dan Hadis, dan untuk memahaminya
dipakai ijtihad. Upaya dan pemurnian yang dilakukan oleh kelompok ini seringkali disebut
dengan gerakan Wahabi.

Ajaran Wahabi mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Sa’ud, penguasa Dir’iyah
(Hijaz) dari puteranya Abdul Aziz. Mereka ikut mengembangkan ajaran ini dengan
menguasai Makkah (1806). Tetapi, pengembangan kekuasaan Wahabi ini dipatahkan oleh
pasukan Muhammad Ali yang betindak atas nama Kerajaan Turki Utsmani dengan
memimpin sendiri operasi militer ke Semenanjung Arab (1813 – 1815) kekuasaan Wahabi
baru berhasil dikalahkan tahun 1818. Tahun 1940 Wahabi bangkit kembali, karena ajarannya
telah berakar di Hejaz dan Nejd, dipelopori oleh Faisal yang berhasil melarikan diri dari
tahanan Mesir. Pemimpin-pemimpin Wahabi berusaha mengembangkan ajaran Wahabi ke
luar Semenanjung Arab melalui jemaah haji yang datang ke Makkah, sehingga timbul pula
gerakan pembaharuan Islam di Afrika Utara, seperti gerakan Sanusiyah, di India oleh Syari’at
Alladh dan Sayyid Ahmad (1786 – 1831), demikian juga tak ketinggalan ke Indonesia,
seperti gerakan Paderi abad 19 di Sumatera Barat.

Seperti yang diuraikan sebelumnya, pemikiran Abd Wahab banyak dipengaruhi oleh
pemikiran Ibn Taimiyyah, terutama dalam metode penafsirannya yang skripturalis dan
menolak unsur-unsur bid’ah dalam syariat.5Namun demikian, tak dapat dipungkiri pula
bahwa Abdul Wahab memberikan proporsi besar terhadap penggunaan ijtihad dibandingkan
taklid buta. Bahkan, menurut Golziher, pemikiran dan tafsir yang dikembangkan oleh
Muhammad Abduh memiliki sedikit keberpihakan terhadap kelompok ini, terutama dalam
hal pemurnian ajaran Islam dari takhayul, khurafat dan bid’ah, serta dalam menggunaan
iijtihad
___________________

³Wahabi merupakan istilah yang diberikan oleh kelompok diluar kelompok ini. Di kalangan mereka sendiri, menamakan diri mereka dengan
muwahiddun atau penganut tauhid, karena ajaran ini berdasarkan “ad-da’wah ila at-tauhid”. Lihat, Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern
di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 43.

2
⁴ Lihat, Fazlur Rahman, Islam, h. 310.

⁵ Fazlur Rahman, Islam, h. 313; lihat pula, Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis Atas Sejarah Fiqh, h. 287.

⁶ Fazlur Rahman, Islam, h. 313.⁷ Ignaz Golziher, Mazhab Tafsir, h. 411

B. Syah Waliyullah ad Dahlawi (1703 – 1762)

Waliyullah merupakan salah satu pembaharu Islam yang hidup pada masa kemunduran
imperium Mughal. Pada periode kemunduruan imperium Mughal, Syah Waliyullah
memberikan perhatian untuk menyelematkan kelangsungan muslim di anak benua ini. Fokus
dari pembaharuan Syah Waliyullah adalah menolak penyelewengan moral masyarakat India,
dan menolak sinkretisme yang berlebihan dalam paham sufi umum, dan menyerukan
pemurnian Islam.

Berbeda dengan Muhammad Abdul Wahab dengan Gerakan Wahabinya di Jazirah Arab,
sikap pembaharuan yang dilakukan Syah Waliyullah tidak seradikal Abdul Wahab. Ia tidak
menolak keadaan pada masanya secara total, tetapi ia mencoba memperbaiki ajaran dan
keyakinan yang ada itu di bawah ajaran pada masa permulaan Islam. Dia tidak mempunyai
keinginan untuk melawan sufi, tetapi ingin memberikan bentuk baru dan memurnikannya.
Pemikiran-pemikiran Syah Waliyullah akan dipaparkan lebih lanjut pada pembahasan di
bawah ini.
Pada awal abad ke-18 imperium Mughal mulai memasuki zaman kemunduran, fase
kemunduran ini dimulai pasca meninggalnya Aurangzeb pada tahun 1707 M. Di lingkungan
istana Mughal mulai muncul intrik untuk memperebutkan kekuasaan, dan puncaknya terjadi
pasca meninggalnya Bahadur Syah, putra Aurangzeb. Pasca meninggalnya Bahadur Syah
terjadi konflik luar biasa di lingkungan istana untuk menduduki tahta. Konflik yang
melibatkan anak-anak Bahadur Syah, berdampak besar bagi melemahnya internal kerajaan.

Kekacauan di lingkungan istana dimanfaatkan oleh golongan Hindu untuk mencoba


melepaskan diri dari kekuasaan Mughal dengan melakukan pemberontakan di daerah-daerah
kekuasaan Mughal, di antaranya daerah Gujarat tahun 1732 dan 1737. Sementara itu Ingggris
mulai meningkatkan usaha-usaha untuk memperoleh daerah kekuasaan di India terutama di
Bengal. Pasca perempuran Plassey pada tahun 1757, dan Baskar (1764) daerah kekuasaan
Mughal pun semakin mengecil.

Pukulan telak terhadap Delhi datang dari Persia, di mana Nadir Syah berhasil mengalahkan
dan menduduki Delhi. Akibat dari serangan itu terjadi pembantaian besar-besaran dan
kerajaan Mughal diwajibkan membayar upeti. Suasana tersebut menyadarkan pemimpin
Islam di India akan kelemahan umat Islam. Salah satu dari pemuka Islam itu adalah Syah
Waliyullah.
_________________
Syah Waliyullah merupakan salah satu pembaharu Islam yang hidup pada masa kemunduran imperium Mughal.
Abdul Aa. 2003. Dari Modernisme ke Islam Liberal. Jakarta: Paramadina.

3
Esposito, John L. 1990. Islam and Politics. Terj. Hjoesoef Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang

C. Jamaluddin al-Afgani (1839 – 1897)

A. Riwayat Hidup
Nama lengkap Jamaluddin Al-Afghani adalah Muhammad jamal al-Din bin
Safdar yang mempunyai silsilah sampai Al-Husain bin Ali ra. Menurut Abdul Naim
Husnain (1986), jamaluddin Al-Afghani berasal dari negara Iran dan ia dinisbahkan
Pada “Al-Afghani” karena dua faktor. Pertama, untuk memmudahkan dan Menonjolkan kalau
ia adalah seorang yang berfahan dan bukan berfahan Syiah, Kedua, untuk membolehkannya
melepaskan diri pada kezaliman dan kawalan Pemerintah Iran ketika berada di luar negara.
Semasa hidupnya ia selalu mengembara Hampir seluruh pelosok penjuru dunia.Menurut
pengakuannya sendiri, ia lahir di Asadabad dekat Konar di distrik Kabul “Afghanistan” pada
tahun 1883 M dan meninggal pada tahun 1897 M. ayahnya Benama Sayyid Safdar, karena
garis keturunannya ia menggunakan gelar “sayyid” Dan menamakan dirinya Sayyid
jamaluddin Al-Huseini. Akan tetapi di kesultanan Turki, mesir dan Eropa ia dikenal dengan
nama Jamaluddin Al-Afghani.2 Dalam Perhatian masalah dunia jamaluddin Al-Afghani
sangat sedikit dan tidak tergiur Dengan gemerlapnya dunia. Jamaluddin Al-Afghani sangat
bangga dengan nasabnya Kepada sayyid Al-Mursalin Muhammad SAW.
Pada umur 12 tahun Jamaluddin Al-Afghani telah menghafal Al-Qur‟an, Kemudian
diusia 18 tahun. Ia sudah mendalami berbagai bidang ilmu keislaman dan Ilmu umum. Ia
dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya demi kemajuan Islam.Jamaludidin Al-
Afghani bersama keluarganya pernah meninggalkan kota
___________________
¹Azman MD Zain dan mahyuddin Abu Bakar, Pemikiran Politik Sayyid Jamal al-Din al-
Afghani Mengenai konsep Pembinaan Peradaban Ummah dan Respon masyarakat terhadapnya,
Jurnal Pengajian Umum Bil. 8. Hlm 32. Artikel 3 – azman – 31-50, Diunduh pada tgl 5. Pkl 21 WIB.
²Faisal Ismail, Jamaluddin Al-Afghani: Inspirator dan Motivator Gerakan Reformasi Islam (Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN
Sunan kalijaga, 2008), Jurnal, hlm. 25.
³. Artikel, diunduh pada tgl 5. Pkl.
www.republika.co.id/berita17288/Gerakan_Pan_Islamisme
21.00.

Kelahirannya dan menetap di Taheran untuk menuntut ilmu pada seorang alim Syi‟ah
Yiatu Aqashid Shadiq, kemudia ia belajar ke An-Najaf di Iraq, pusat perguruan
Syi‟ah, dan selama beberapa tahun menjadi murid seorang sarjana Syi‟ah yaitu
Murtadha Al-Anshori.⁴
Jamaluddin Al-Afghani seorang yang sangat cerdas, jauh melampaui remaja-
Remaja seusianya. Setelah menguasai berbagai disiplin ilmu, ia berkelana ke India.
Kemampuannya berbicara dan pengetahuannya yang dalam membuatnya memukau Banyak
orang. Ia orator yang tangguh, mendorong rakyat India untuk bangkit Melawan kekuasaan
Inggris. Hasilnya, pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di Kalangan pribumi India dalam
melawan penjajah.⁵

4
Jamaluddin Al-Afghani tidak hanya pandai dalam berbicara, didorong dengan
Keyakinannya, ia menjelajahi ke berbagai negara. Dari India, Jamaluddin Al-Afghani
Melanjutkan perjalanannya ke Mekkah untuk melakukakan ibadah haji. Pada usia 22 Tahun
dan menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan, tahun 1864 M ia
menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat Oleh Muhammad
„Azam Khan menjadi perdana menteri. Namun karena adanya Campur tangan Inggris dan
kekalahannya atas golongan yang disokong Inggris, Jamaluddin Al-afghani akhirnya
meninggalkan Kabul ke Mekkah. Ia tidak Diperkenankan berpergian melalui jalan darat, juga
tidak diperkenankan bertemu Dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalan lauut,
Jamaluddin melanjutkan Perjalanan ke Kairo dan menetap untuk beberapa waktu di sana.⁶
Jamaluddin Al-afghani yang disamping mempunyai pandangan mendalam Tentang
kehidupan keagamaan Islam dan kehidupan cara perpikirnya. Tujuan dan Cita-citanya sangat
tinggi, hingga dengan demikian tidaklah berlebih-lebihan bila kita
_____________________

Abdul Hamid dan Yaya, Pemikiran modern dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
Hlm. 244
⁵Kahar Masyhur, Pemikiran dan modernism dalam Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1989), hlm. 213.
⁶,hlm., 214.

Katakana bahwa pribadinya telah membawa kemajuan yang telah menghubungkan


Dari masa lampau sampai sekarang.⁷
Jalamaluddin Al-Afghani pernah menetap di Mesir dari tahun 1871-1879 Dengan
bantuan Riyad Pasha, di Mesir ia mengajar di universitas Al-Azhar dan
Memperkenakan penafsiran filsafat kalam. Pada tahun 1870 kondisi Mesir mengalami
Krisis politik dan keuangan, kemudian Jamaluddin Al-Afghani mendorong para
Pengikutnya untuk menerbitkan surat kabar politik. Ia banyak memberikan ceramah
Dan aktivitas politik sebagai pemimpin gerakan bawah tanah. Para pengikutnya
Antara lain, Muhammad Abduh, Abdullah Nadim, Sa‟ad Zaghlul, dan Ya‟kub Sannu.
Pada 1889 ia membentuk partai Hizbul Wathani dan berhasil menggulingkan Raja
Mesir Khedewi Ismail, meskipun kemudian ia diusir oleh penguasa baru Taufik.
Kemudian, Jamaluddin Al-Afghani pergi ke Paris bersama muridnya yang bernama
Muhammad Abduh dan di sana ia menerbitkan majalah al-‘Urwah al Wutsqa.⁸
Jamaluddin Al-Afghani masih terus melakukan jihad dalam bidangnya yaitu,
Pembaruan pemikiran, kebangkitan Islam, menghadapi imperialisme dan memecah
Belenggu otoriterianisme sampai Jamaluddin Al-Afghani meninggal. Salah satu
Muridnya yaitu Muhammad Abduh orang yang tahu tentang Jamaluddin Al-Afghani
Dan juga menulis sebuah buku tentang riwayat dan biografi Jamaluddin Al-Afghani.⁹
Perjuangan dan pengembaraan Jamaluddin Al-Afghani berhenti sampai
Menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1897 M. Ia dimakamkan di Nishanta
Di Istanbul, pada tahun 1945 M, jenazahnya dipindahkan ke Afghanist
_______________________________
⁷Fuad Mohd Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1988), Hlm, 106.
⁸Nikmatul Maskuroh, Gerakan Pembaharuan Islam oleh Jamaluddin Al-Afghani 1838-1897,

5
File:///D:/bismillah/bahan%20skripsiku/Gerakan%20Pembaharuan%20Islam%20oleh%20Jamaluddin%20Al-Afghani.htm, diunduh tgl
05/09/2015, pkl 21.00.
⁹Muhammad Imarah, 45 Tokoh Pengukir Sejarah, Surakarta:Era Intermedia, 2009, hlm. 210.
¹⁰Azman MD Zain dan mahyuddin Abu Bakar, Pemikiran Politik Sayyid Jamal al-Din al-
Afghani Mengenai konsep Pembinaan Peradaban Ummah dan Respon masyarakat
Terhadapnya,Op.Cit, hm. 32.

B. Pendidikan Jamaluddin Al-Afghani

Pendidikan pertama Jamaluddin Al-Afghani dapatkan di kampung Halamannya,


kemudian ia melanjutkan di Kabul dan Iran, dalam mempelajari ilmu Pengetahuan ia tidak
hanya mempelajari ilmu agama tetapi ilmu umum juga ia Pelajarinya. Ketika di Kabul pada
tahun ia mempelajari berbagai ilmu keislaman Selain ilmu filsafat dan eksakta. Ia perna
tinggal di India selama lebih dari satu tahun, Di India ia mendapatkan ilmu yang lebih
modern, setelah ke India ia oergi ke Mekkah Pada tahun 1857 M untuk menunaikan ibadah
haji.
Pada tahun 1883 M Jamaluddin Al-Afghani berada di Paris dan mendirikan
Suatu perkumpulan yang diberi nama Al-‘Urwah Al-Wutqa (ikatan yang kuat), Anggotanya
terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan Lain-lain. Tujuan
dari perkumpulan tersebut ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan
membawa umat Islam kepada kemajuan. Untuk Memajukan ide-idenya Jamaluddin dan
Muhammad Abduh menerbitkan majalah Yang diberi nama Al-‘Urwah Al-Wutqa. Majalah
ini tidak bertahan lama hanya Delapan bulan karena bangsa Barat melarang pengedaran
majalah tersebut di negeri Islam, karena mahalah ini dapat menimbulkan semanagt dan
mempersatukan umat Islam.¹¹

C. Karya-karya Jamaluddin AL-Afghani

Jamaluddin Al-Afghani memiliki sosok pengamatan yang kritis dan jeli,


Sehingga membuatnya dapat mengamati dan menganalisa situasi dunia Islam yang Lemah
secara politik dan militer. Analisis-analisis politik yang ditulis Jamaluddin Al-Afghani di
publikasi baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Eropa. Kemudian ia Mempublikasikan
karya dan tulisan-tulisannya dalam mingguan berbahasa Arab yang Ia terbitkan bersama
muridnya dan sahabatnya Muhammad Abduh, yaitu Al-Urwah Al-Wutsqa. Pemberian nama
ini terinspirasi dari surat Al-Baqarah ayat 256.
_____________________
¹¹Fuad Mohd Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, Op. Cit, hlm. 245.

6
D.Syekh Muhammad Abduh (1849-1905)

Lahir di Cairo Mesir dari keluarga petani, ia ulama yang ulung, dan pendiri Aliran
Mesir Modern. Tamat dari al-Azhar tahun 1866. Guru utama yang Membawanya menjadi
orang besar adalah Jamaluddin al-Afgani. Ia dikenalkan Dengan sistem menuntut ilmu
pengetahuan secara modern, buku-buku karangan Sarjana Barat yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Arab, masalah-masalah Pokok nasional Mesir dan kaum muslimin pada
umumnya. Pernah bekerja sebagai Wartawan (1876), setelah tamat dari al-Azhar (1877)
mengajar di Dar al-Ulum, Kemudian memimpin redaksi harian resmi pemerintah al-Waqi’I
al-Mishriyyah(1880). Karena pandangannya yang progresif-revolusioner, ia dianggap
Membahayakan Mesir sehingga Pemerintahan Arabi Pasha mengusirnya ke luar Negeri
(1882). Pernah tinggal di Beirut, kemudian pindah ke Paris mengikuti Jejak langkah gurunya,
Jamaluddin. Di Paris mereka mendirikan organisasi AlUrwah al-Wustqo dan menerbitkan
majalah dengan nama yang sama (1884). Melalui majalah ini, ia membangkitkan semangat
nasional diseluruh dunia Islam. Kembali ke Beirut sebagai guru (1885), dan diktat kuliahnya
kemudian

__________________________
⁸ Lihat, Albert Hourani, Pemikiran Liberal di Dunia Islam. Penerjemah Suparno, dkk, (Bandung: Mizan, 2004), h. 184-185; lihat pula,
Jamaluddin al-Afghani, Solidaritas Islam, dalam John J. Donohue dan John L. Eposito, Islam dan Pembaruan. Penerjemah Machsun
Husein, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) cet. V, h. 22.⁹ Nurcholis Madjid, Warisan Intelektual Islam,h. 57.

Dihimpun menjadi buku Risalah at-Tauhid. Ia diizinkan masuk Mesir kembali Tahun 1888
dan diangkat sebagai qadhi kemudian Mufti Agung Mesir tahun 1899 sampai ia meninggal.
Ia tercatat sebagai anggota Majelis tertinggi al-Azhar Tahun 1894.¹⁰
Tujuan Abduh adalah untuk menunjukkan bahwa Islam mengandung
Kualitas agama yang rasional, ilmu pengetahuan sosial, dan aturan moral Yang dapat
berfungsi sebagai landasan kehidupan modern. Selain itu, Abduh Juga bertujuan meyakinkan
bahwa nilai-nilai Islam dapat didamaikan dengan Pemikiran dan peradaban modern.¹¹
Kemodernan dan pembaruan yang diusung oleh Abduh ini sangat terlihat Ketika ia
menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan hukum Islam. Dalam hal poligami
misalnya, Abduh memberikan batasan yang lebih ketat Dibandingkan dengan ulama-ulama
terdahulu, yang hanya menetapkan adanya Keadilan. Menurut Abduh, poligami disyaratkan
dalam kondisi ketika laki-laki Memiliki akhlak yang baik, dan secara ekonomi mampu
memberikan nafkah Kepada dua isteri atau lebih secara adil, serta mampu pula
menghindarkan diri Dari perpecahan (konflik) diantara para isterinya. Secara implisit
sebetulnya, Menurut Golziher, Abduh menginginkan satu keharaman dalam praktik
Poligami, karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi zaman saat itu.¹² Dalam
Hal ini, lebih jauh Abduh menyatakan bahwa poligami ternyata lebih banyak Mudharatnya
daripada manfaatnya, sehingga alasan untuk melarangnya pun Semakin kuat. Pelarangan
inilah yang menjadi tugas pemerintahan Islam yang Berusaha untuk menebarkan keadilan
kepada masyarakat secara luas. Menurut Haifah A. Jawad, pelarangan (kriminalisasi)
poligami yang dilakukan di Tunisia,Terinspirasi oleh pemikiranMuhammad Abduh.¹³

7
_____________________________
¹⁰ Lihat Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, 429;

¹¹Albert Hourani, Pemikiran Liberal di Dunia Arab, h. 227 dan 231.

¹² Ignaz Golziher, Mazhab Tafsir, h. 442.

¹³ Haifah A. Jawad, Otentisitas Hak-hak Perempuan. Penerjemah Anni Hidayatun Noor, (Yogyakarta: Fajar PUstaka

Baru, 2002), h. 152.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Abd Wahhab adalah seorang faqih bermazhab Hambali, belajar agama ke Basrah (4
tahun), Bagdad (5 tahun) Kurdistan, Namdan, dan Isfahan. Di kota terakhir ia belajar filsafat
dan tasawuf.
Waliyullah merupakan salah satu pembaharu Islam yang hidup pada masa kemunduran
imperium Mughal. Pada periode kemunduruan imperium Mughal, Syah Waliyullah
memberikan perhatian untuk menyelematkan kelangsungan muslim di anak benua ini.
Nama lengkap Jamaluddin Al-Afghani adalah Muhammad jamal al-Din bin Safdar yang
mempunyai silsilah sampai Al-Husain bin Ali ra.
Muhammad Abduh (1849-1905) Lahir di Cairo Mesir dari keluarga petani, ia ulama yang
ulung, dan pendiri Aliran Mesir Modern.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa/i dan pembaca dapat mengetahui dari materi ini dan
ketentuan-ketentuan yang menyertai dari makalah ini. Dan kami mohon maaf apabila terdapat
tulisan atau materi yang tidak dapat dimengerti karena kami juga masih dalam tahap belajar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 43.

Dari Modernisme ke Islam Liberal. Jakarta: Paramadina.Esposito, John L. 1990. Islam and

Politics. Terj. Hjoesoef Sou’yb. Jakarta: Bulan Bintang

http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113110045.pdf

www.republika.co.id/berita17288/Gerakan_Pan_Islamisme

File:///D:/bismillah/bahan%20skripsiku/Gerakan%20Pembaharuan%20Islam%20oleh

%20Jamaluddin%20Al-Afghani

Anda mungkin juga menyukai