Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pemikiran Kalam Wahabi

Makalah Ini Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Sodikin,M.Pd

Disusun Oleh :
 Imam Masruri (21723035)
 Nurhayati (21723086)
 Yuliana Srihartati (21723083)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
PROVINSI SUMATERA SELATAN
OKU TIMUR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini yang berjudul “ Pemikiran Kalam Wahabi”.

Sholawat serta salam juga tidak lupa kami panjatkan kepada Nabi agung Nabi
Muhammad SAW,karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita
dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Kami menyadari bahwa susunan di dalam makalah ini kurang dari kata
sempurna,baik dari cara penulisan maupun isi yang terkandung dalam makalah
ini. Oleh karna itu,kami sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan
datang.

Tanah Merah,03 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii


Daftar Isi............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Wahabi.................................................................7
B. Doktrin-doktrin Wahabi ......................................................................9
C. Mengenal Wahabi ..............................................................................10
D. Sejarah Wahabi di Dunia Arab dan Perkwmbangan di Indonesa...12
E. Pemikiran Wahabi .............................................................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................17
B. Saran ..............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Kemajuan Islam yang dicapai pada periode klasik yang berlangsung mulai abad
VII sampai abad XIII itu, disebabkan karena dorongan aspirasi ajarannya yang
dinamis dan menggairahkan, menyeru umat manusia berjuang dan berjihad.
Pada periode berikutnya, Islam kembali mengalami kemunduran yang ditandai
dengan jatuhnya Bagdad ke tangan Khulagu Khan, pada tahun 1258 M. Kemunduran
Islam pada periode pertengahan disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar
penulis akan mengemukakan faktor penyebab tersebut yakni faktor internal dan
faktor eksternal.

Faktor internal yang berkaitan dengan umat Islam itu sendiri, mencakup segi-segi
kehidupan politik, ekonomi, agama, dan intelektual. Dalam lapangan politik,
pemerintah Islam pada waktu itu terlalu bersifat absolut dan mengabaikan sehi-segi
kehidupan politik yang demokratis. Dengan demikian pemerintah atau penguasa
selalu berbuat seenaknya, hidup bermewah-mewah sehingga kurang perhatiannya
kepada pembangunan. Pertentangan di kalangan pemerintah merupakan ciri dan
tingkah laku politik pada masa itu dan telah banyak membawa, serta mengakibatkan
perpecahan umat Islam sehingga umat Islam menjadi lemah.

Adapun dari segi teologi dan pemikiran, yaitu muncul dan tersebarnya aliran
Jabariyah yang menyebabkan umat Islam berfikir statis, apatis, dan patalis. Faham-
faham tarekat yang intinya mendekatkan diri kepada Allah swt. dan membelakangi
dunia, turut pula membawa pengaruh pada kemunduran umat Islam pada periode
pertengahan. Tarekat menyebabkan umat Islam tidak lagi bergairah dalam kehidupan
nianya, sehingga akhirnya tertinggal bahkan kehilangan jejak dalam kebudayaan.
Di bidang intelektual, kemunduran yang telah dimulai dari masa sebelumnya
menyebar semakin luas. Kedinamisan berfikir serta semangat penelitian semakin
hilang, dan cahaya ilmu pengetahuan yang menyinari dunia Islam beberapa abad
kemudian hampir-hampir padam sama sekali. Refleksi dari kemunduran intelektual
tersebut antara lain tampak dua hal yaitu tertanamnya sikap taklid pada mazhab fiqih
dengan terjadinya penyimpangan aqidah dalam berbagai bentuk.

Taklid muncul ketika hasil-hasil ijtihad para imam mujtahid dibukukan dan
terbentuk sebagai mazhab fiqih. Gejala tersebut semakin nampak jelas dengan
terpusatnya kegiatan ulama sesudahnya dalam mempelajari hasil-hasil pemikiran
imam mujtahid tertentu dengan membuat ikhtisar, syarh, dan sebagainya. Dengan
tidak menyimpang dari pendapat imam mujtahid yang diikuti.

Harun Nasution dalam bukunya “Pembaharuan dalam Islam”, mengatakan:


Di setiap negara yang dikunjungi Muhammad bin Abdul Wahhab melihat kuburan
para Syekh. Tarekat bertebaran. Ke kuburan-kekuburan itulah umat Islam meminta
pertolongan dari Syekh atau wali yang dikuburkan di dalamnya untuk menyelesaikan
problema hidup mereka sehari-hari. Pada masa itu syekh atau wali yang telah

4
meninggal dunia itu dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk menyelesaikan
segala persoalan yang dihadapi manusia di alam ini. Karena pengaruh tarekat,
permohonan dan do‟a tidak lagi dipanjatkan langsung kepada Tuhan tetapi melalui
syafaat syekh atau wali tarekat sebagai orang yang bisa mendekatiTuhan, dan bisa
memperoleh rahmat-Nya. Keyakinan ini disebabkan karena mereka menganggap
dirnya sebagai orang yang kotor, dan tidak akan bisa mendekati Tuhan kecuali
dengan perantara.

Fenomena tersebut di atas, menggugah perasaan Muhammad bin Abdul Wahhab


untuk merombak kebiasan-kebiasaan tersebut. Yang dilihat dari usahanya untuk
memurnikan kembali ajaran Islam yang berdasar pada al-Quran dan Hadis.
Gerakan Wahabi dalam pembaharuan Islam memberikan sumbangsih yang sangat
penting demi untuk memulihkan kembali kejayaan Islam. Dengan menggemanya
semangat dari para pendukung gerakan wahabi untuk memurnikan ajaran Islam yang
juga dikenal dengan melakukan pembaharuan Islam, pada dasarnya mengandung
beberapa nilai yang penting bagi lairnya kompleks. Dan nilai-nilai mitu dapat
diperinci menjadi tiga bagian penting, yaitu:

1. Nilai Pembaharuan
Gerakan Wahabi mengandung nilai-nilai pembaharuan terutama dari segi
keagamaan, taklid ditinggalkan, dari segi akhlak menjauhkan diri dari segala
kemewahan, pemborosan dan kemaksiatan, serta kemalasan. Dari segi sosial, berupa
kesatuan masyarakat, menjauhkan konflik-konflik sosial, dan soal ekonomi,
menciptakan semangat kerja dan percaya diri serta tidak tergantung kepada orang
lain.
2. Nilai Perjuangan
Gerakan ini kembali menemukan semangat Islam yang penuh dinamika perjuangan.
Umat Islam disadarkan kembali akan peranannya dalam mengemban tugas agama
Islam yang tidak terpisah dari tugas duniawi dan tugas ukhrawi, sebagai manusia
sekaligus sebagai khilafah di muka bumi.

3. Nilai Kemerdekaan
Gerakan Wahabi mengandung nilai kemerdekaan, terutama kemerdekaan berfikir.
Umat Islam yang diliputi oleh taklid yang membabi buta hanya mengikuti pendapat
orang lain. Dengan melihat fenomena tersebut di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pemikiran yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah untuk memperbaiki kedudukan umat Islam, yang timbul bukan
sebagai reaksi terhadap suasana politik, akan tetapi lebih mengarah kepada reaksi
terhadap faham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam. Oleh karena itu
tidaklah keliru jika beliau mengatakan bahwa gerakan tersebut bernama
“Muwahhidun” yang berarti gerakan pemurnian Islam.

5
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana sejarah munculnya Wahabi?
2. Bagaimana perkembangan dan tokoh Wahabi?
3. Bagaimana cara kita supaya tau aliran wahabi?
4. Apa doktrin-doktrin dalam ajaran Wahabi?
5. Bagaimana perkembanagan ajaran Wahabi?

C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya Wahabi.
2. Untuk mengetahui perkembangan tokoh ajaran Wahabi.
3. Untuk mengetahui sekte-sekte ajaran Wahabi.
4. Untuk mengetahui doktrin-doktrin dalam ajaran Wahabi.
5. Untuk mengetahui perkembangan ajaran Wahabi di Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Wahabi.

Wahabi adalah nama sebuah aliran yang dinisbatkankepada nama pendirinya yang
bernama Muhammad ibnu Abdul wahab ibnu sulaiman an-Najdi. Ia lahir di kota
„Uyaynah yangterletak di wilayah Najd tahun 1115 hijriah ( 1703 Masehi) dan wafat
tahun 1206 hijriah (1792 Masehi). Ia wafat dengan umur sekitar 91 tahun. Semenjak
kecil Muhammad Ibnu Abdul Wahab ini sangat menyukai buku-buku Tafsir, Hadits
dan prinsip-prinsip keimanan(akidah). Beliau hidup dilingkungan sunni pengikut
MadzhabHanbali dan banyak mempelajari ilmu fiqih bermadzhab hanbalidari
ayahnya yang bernama Syaikh Abdul Wahab. Syaikh AbdulWahab ini adalah
seorang ulama Madzhab Hanbali dan juga seorang qadhi (hakim). Selain
itu,Muhammad Ibnu Wahab juga belajar dari beberapa guru-gurunya yang berasal
dari Mekah danMadinah, diantaranya syaikh Muhammad Hayat as-
sindi,SyaikhMuhammad ibnu sulaiman al-Kurdi, dan lainnya.Hingga pada suatu
ketika Muhammad Ibnu Abdul Wahabini menganggap bahwa kegiatan-kegiatan
yang dilakukan penduduk Najd sebagai hal yang menyimpang. Dia sangatmenentang
praktik kaum muslim yang bertawasul kepadaRasulullah saw. Sebenarnya Ayah
kandung dari Muhammad IbnuAbdul Wahab ini telah lama merasa aneh dan janggal
melihat pemikiran anaknya tersebut. Bahkan kakak kandung Muhammad Ibnu
Abduk Wahab (Sulaiman bin Abdul Wahab), mengkritik keras dan menolak
pandangan keagamaan dari adiknya ini.Kritikan Sulaiman tersebut ditulis dalam
buku al-Shawa‟iq al - Ilahiyyah fi al- Radd „ala al -wahabiyyah.

Sejak ayahnya meninggal Muhammad Ibnu Wahab inimerasa bebas berpendapat


dan sering menyerang prilaku umatIslam yang betentangan dengan pendapatnya.
Hingga akhirnya diamendirikan kelompok yang bernama Wahabi. Aliran ini
menggunakan pendekatan tekstual dalam Al-quran dan hadis,sehingga pendekatan
yang mereka gunakan tersebut sangat sempitdan kaku. Akibatnya, aliran ini dengan
begitu mudahnya menyalahkan, membid‟ahkan dan mengkafirkan orang lain
yangtidak sepaham dengan mereka.

Perkembangan dan Tokoh.


Terdapat tiga tokoh utama Salafi Wahabi, yaitu Ibnu Taimiyah al-Harrani,
Muhammad Ibnu Abdul Wahab, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani. Pemikiran
mereka nyaris tidak membangun jarak dengankerancuan serta beragam
penyimpangan. Penyimpangan yang dilakukan Ibnu Taimiyah (guru SalafiWahabi)
ialah meliputi spirit menyebarkan paham bahwa zat Allah samadengan makhluk-
Nya, meyakini kemurnian Injil dan Taurat bahkanmenjadikannya referensi, alam
dunia dan makhluk diyakini kekal abadi,membenci keluarga Nabi, menghina para
sahabat utama Nabi,melemahkan hadis yang bertentangan dengan pahamnya, dan
masih banyak lagi yang lainnya.Wajar saja ratusan ulama terkemuka dari berbagai
madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi‟i, Ja‟fari/Ahlul Bait, dan Syiah

7
Itsna Asyariah)sepakat atas kesesatan Ibnu Taimiyah, juga kesesatan orang-orang
yangmengikutinya, kaum Salafi Wahabi. (Hal ini tercantum dalam kitab diantaranya
kitab al-Wahhabiyah fi Shuratiha al-Haqiqiyyah karya Sha‟ib Abdul Hamid dan
kitab ad-Dalil al-Kafi fi ar-Raddi „ala al-Wahhabi karyaSyaikh Al-Bairuti. (hal. 90).

Sebagai penguat dari fenomena itu, terdapat ratusan tokoh ulama,ahli fikih dan
qadhi yang membantah Ibnu Taimiyah. Para ulama Indonesia pun ikut andil dalam
menyoroti kesesatan Ibnu Taimiyah ini,seperti KH Muhammad Hasyim Asy‟ari
(Rais „Am Nahdhatul Ulama dariJombang Jawa Timur), KH. Abu al-Fadhl (Tuban
Jawa Timur), KH.Ahmad Abdul Hamid (Kendal Jawa Tengah), dan ulama-ulama
nusantaratersohor lainnya.Pendiri Salafi Wahabi, Muhammad Ibnu Abdul Wahab,
jugamembiaskan pemikiran yang membuat banyak umat Islam galaukehidupannya.
Dibanding Ibnu Taimiyah, sikap keberagamaan AbdulWahab tak kalah memiriskan.
Penyimpangan Abdul Wahab yang terbilang amat kentara, diantaranya yaitu:

1. Mewajibkan umat Islam yang mengikuti mazhabnya hijrah ke Najd.

2. Mengharamkan shalawat kepada Nabi, menafsirkan al-Qur‟an & berijtihad


semaunya.

3. Mewajibkan pengikutnya agar bersaksi atas kekafiran umat Islam,merasa lebih


baik dari Rasulullah.

4. Menyamakan orang-orang kafir dengan orang-orang Islam.


Mengkafirkan para pengguna kata “sayyid”.

5. Mengkafirkan ulama Islam di zamannya secara terang-terangan.

6. Mengkafirkan imam Ibnu Arabi, Ibnu Sab‟in dan Ibnu Faridh.

7. Mengkafirkan umat Islam yang tidak mau mengkafirkan, dan

8. Memuji kafir Quraisy-munafik-murtad tapi mencaci kaum Muslimin.(dalam buku


Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi hal. 97-120). Nasib Abdul Wahab tidak
jauh beda dengan Ibnu Taimiyah;ratusan tokoh ulama sezaman dan setelahnya
menyatakan kesesatannya.Di antara para ulama yang menyatakan hal itu adalah
ulama terkenal IbnuAbidin al-Hanafi di dalam kitab Radd al-Mukhtar „ala ad-Durr
al-Mukhtar.Juga Syaikh ash-Shawi al-Mishri dalam hasyiah-nya atas kitab Tafsir al-
Jalalain ketika membahas pengkafiran Abdul Wahab terhadap umat Islam.Searah
dengan Ibnu Taimiyah dan Abdul Wahab, Muhammad Nashiruddin al-Albani
melakukan tindakan yang membentur kemurnianajaran Islam. Ia telah mengubah
hadits-hadits dengan sesuatu yang tidak boleh menurut Ulama Hadis. Sehingga,
sebagaimana diakui Prof DrMuhammad al-Ghazali, al-Albani tidak dapat
dipertanggungjawabkandalam menetapkan nilai suatu hadis, baik shahih maupun
dhaif.

8
B. Doktrin – doktrin Wahabi.
Akhir milenium dua dunia Islam dan khususnya Indonesia disibukkan oleh
gempuran kaum Wahabi-Salafi-Takfiri. Sekte ini dibangun oleh Muhammad Ibnu
Abdulwahab An-Najdi.

Sasarannya adalah mayoritas muslim yang mereka tuduh kena penyakit TBC
(Takhayul, Bid‟ah dan Churafat). Cara pengkafirannya dengan menggunakan ayat
dan hadits yang zaman Nabi saw. dikenakan kepada orang Jahiliyah.
Contohnya ayat
‫ما نعبدهم اال لیقربون الی هللا زلفی‬
(QS. Az-Zumar: 3).

Intinya, menyamakan orang Islam yang bertawasul, dsb. dengan orang Jahiliyah
penyembah berhala mengikuti ajaran bapak-bapaknya. Padahal mengikuti ajaran
bapak, tidak selalu salah seperti Nabi Yusuf as. yang mengikuti agama bapaknya
(Yusuf/38).

Mereka mengindoktrinasikan doktrinnya antara lain.

 Pertama: Tauhid versi mereka; tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid
asma was-shifah. Tauhid uluhiyah adalah senjata andalan untuk menggempur
yang dianggap TBC. Tauhid ala Aswaja yang berdalil naqli + aqli dipandang
sesat.

 Kedua: Kembali Al-Qur‟an dan Sunnah. Doktrin ini melahirkan simplifikasi


dengan penafsiran skriptual yang ekstrim dan radikal.

 Ketiga: Al-Wala‟ wal Bara‟ (kesetiaan dan penglepasan). Kesetiaan dengan


doktrin dan kelompoknya tanpa reserve. Permusuhan dengan kelompok yang
berbeda meskipun masih saudaranya.

 Keempat: Ibnul Wahhab memandang kelompok Islam lain sebagai kafir dan
mencaci Syeikh Sulaiman bin Sahim dengan kata-kata kotor seperti ternak
(Ar-Rasaa‟il as-Syakhsiyyah li al- Imam as-Syaikh Muhammad Abdul
Wahhab surat ke 34, hlm. 232).

 Kelima: pengingkaran sejarah kelahiran sektenya yang berdarah-darah atas


sokongan Barat (Inggeris). Sejarah yang tel…

 Keenam: mengesahkan kultus individu dan estafet klan Saud jadi raja nama
kerajaan monarchi yang tanpa dewan syura berbeda dengan yang
dicontohkan oleh khulafa‟rasyidin.

9
 Ketujuh: mengakui bahwa sejak lama menyebarkan Wahabi ke penjuru dunia
atas petintah Barat (Washington Post 30 Maret 2018).

 Kedelapan: Orang mati tidak bisa menerima amal orang hidup dengan dalil
(An-Najm 39). Tetapi mereka jalani salat jenazah untuk membantu orang
mati atau membayarkan hutang si mayat dengan ta‟wil itu semua hasil dari
amalnya sendiri. Itu sih debat kusir!

 Kesembilan; Orang yang sudah meninggal tidak bisa mendoakan yang masih
hidup.

 Kesepuluh; Orang yang sudah meninggal tidak bisa mendoakan yang masih
hidup.

Anehnya mereka percaya kalau mayat orang awam saja akan mengetahui dan
menjawab salam peziyarahnya. (Islampos.com. mengutib HR. Ibnu Abdil Bar/ Al-
Isttidzkar 1/185; Syaikul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa 24/331; Disahihkan
oleh Abdul Haq Al-Isybili, Al-Qurthubi dalam Al-Mufhim 1/500; Al-Iraqi dalam
Takhrij „Ulumiddin 4/491; As-Syaukani dalam Nailul Author 3/304; Al-Hafidz Ibnu
Katsir 6/325).

Bid’ah Dhalalah.
Memang hadits tidak menjelaskan bunyi jawaban dari si mayit.
Tetapi logikanya jika si mayit menjawab, “pasti membalas doa kebaikan bagi
peziyarah. Mustahil sebaliknya.

Jadi, membalas salam adalah doa kebaikan sebagai amal salih juga. Ini tidak
bertentangan dengan hadits umum bahwa amal anak Adam akan terhenti karena
kematian.

 Kesebelas; Wahabi mutakhir menganggap semua bid‟ah adalah dhalalah.


Padahal Muhammad Bin Abdulwahab berkata ada bid‟ah hasanah (Durratus-
Saniyah 5/103).

 Kedua belas: MBS berjanji Wahabi-Saudi akan kembali ke Islam Wasathiyah


berarti kemarin garis apa?
Wallaahu a‟lam.

C. Mengenal Wahabi.
Banyak yang berpendapat bahwa aliran wahabi sebenarnya merupakan kelanjutan
dari aliran salaf yang berpangkal kepada pikiran-pikiran Ahmad bin Hanbal yang
mendasarkan hukum kepada Al-Quran dan sunah Rasul.

Dalam bidang aqidah Abdul Wahab banyak mempelajari pendapat-pendapat Ibnu


Taimiyah yang sudah barang tentu antara wahabi dan Ibnu Taimiyah memiliki

10
beberapa kesamaan, di samping ada perbedaan dalam cara melaksanakan dan
menafsirkan beberapa persoalan tertentu.

Abdul Wahab sendiri setelah mempelajari pikiran-pikiran Ibnu Taiminyah dalam


bidang aqidah tertariklah ia dan kemudian mendalaminya serta merealisasikannya
dari sekedar teori sehingga menjadi suatu gerakan yang nyata. Meskipun tak jarang
pengikut salafi sendiri ada yang menolak dikaitkan dengan wahabisme lantaran
mereka beranggapan bahwa istilah wahabisme berkonotasi melecehkan.

Ciri-Ciri Wahabi
1. Meninggalkan Qunut.
Ciri-ciri aliran wahabi pertama adalah meninggalkan bacaan Qunut. Namun, bukan
berarti semua orang yang meninggalkan bacaan Qunut sebagai Wahabi, tetapi bagi
umat yang menyerupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya dan mensifatkan-Nya
dengan anggota maka tidak diragukan lagi bahwa ia adalah Wahabi.

2. Meninggalkan Sholat Sunnah Qabliyah.


Ciri-ciri aliran wahabi selanjutnya ialah mereka yang meninggalkan Sholat Sunnah
Qabliyah sebelum Jumat. Namun, bukan semua individu yang meninggalkan sholat
tersebut sebagai Wahabi. Melainkan siapa saja yang mengkafirkan al-Asy‟ariyyah
dan al-Maturidiyyah serta menghalalkan darah mereka itu maka tidak diragukan lagi
ia adalah Wahabi.

3. Siapa Saja yang Mengkafirkan Umat Islam Bertawassul dengan Rasulullah SAW
Bukan semua individu yang tidak mengumandangkan azan sebanyak 2 kali pada hari
Jumat itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengkafirkan umat Islam
yang bertawassul dengan Rasulullah SAW dan menghalalkan darah serta harta
mereka maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.

4. Menganggap Taqlid Kepada Imam-Imam Mazhab adalah Syirik


Bukan semua individu yang mendakwa dan mendengungkan dia mengikut Alquran
dan as-Sunnah itu dikira sebagai Wahabi. Namun, siapa saja yang mengkafirkan
orang yang mengikut mazhab-mazhab yang muktabar (seperti madzhab Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‟i dan Imam Hanbali), menghalalkan darah
mereka serta menganggap taqlid kepada imam-imam mazhab itu adalah syirik maka
tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.

5. Siapa Saja yang Mengharamkan Bacaan Alquran Kepada Orang yang Telah
Meninggal
Tidak semua individu yang tidak mengamalkan membaca Alquran Surah Yasin
(Yasinan) pada malam Jumat adalah Wahabi. Namun, siapa saja yang
mengharamkan bacaan Alquran kepada orang yang telah meninggal dunia maka
tidak diragukan lagi dia adalah Wahabi.

6. Siapa Saja yang Mengharamkan Maulid Nabi

11
Ciri-ciri aliran wahabi lainnya adalah mereka yang mengharamkan majelis Maulid
Nabi dan mengkafirkan pelakunya maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.

7. Siapa Saja yang Mengharamkan Ziarah


Ciri-ciri aliran wahabi berikutnya adalah mereka melarang atau mengharamkan
perjalanan dengan tujuan untuk menziarahi makam Rasulullah Shollallohu „Alaihi
wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam itu, maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.

8. Siapa saja yang mensifati Allah SWT dengan duduk bersemayam, menetap,
bergerak, dan berpindah-randah
Ciri-ciri aliran wahabi selanjutnya yang mudah dikenali adalah kerap meninggalkan
majelis Tahlil kepada mayyit. Namun, bukan berarti bahwa semua individu yang
meninggalkan majelis Tahlil (Tahlilan) kepada si mayyit itu dikira sebagai Wahabi,
tetapi siapa saja yang mensifati Allah SWTdengan duduk bersemayam, menetap,
bergerak, dan berpindah-randah maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi.

D. Sejarah Perkembangan Wahabi Di Dunia Arab dan Penyebarannya Di


Indonesia.

Sejarah perkembangan gerakan Wahabi di dunia Arab memiliki muasal yang


dikenal dengan gerakan Salafiah klasik yang dirintis oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu
Qayyim al-Jauziyah, sehingga dalam konteks sejarahnya salafisme yang awalnya
murni ilmiah dan politik kemudian menjadi sebuah gerakan politik karena
dipengaruhi oleh faham wahabisme yang dibangun oleh Muhammad Ibnu Abdul
Wahhab. Wahabisme merupakan isu yang hangat untuk diperdebatkan dalam arena
global sampai saat ini. Gerakan ini juga merupakan sempalan dari gerakan
fundamentalisme Islam yang berada pada posisi Islam kanan atau Islam garis keras
(radikalisme Islam).Dalam sejarahnya, gerakan Wahabi berkembang di dunia Arab
seperti Mesir, Iran,Arab Saudi, dan bahkan sampai ke Indonesia yang masyarakatnya
majemuk dan Islam terbesar. dengan gerakan-gerakan Islam lokal atau nasional di
Indonesia,gerakan Wahabi mempunyai pengaruh besar terhadap masalah sosial
keagamaan,ekonomi, dan bahkan politik yang ada Indonesia. Kasus ini sangat
menarik untuk dikaji terkait dengan sejarah gerakan Wahabi di dunia Arab dan
sejarah penyebarannya ke Indonesia terutama respon ormas-ormas Islam Indonesia
seperti Nahdlatul Ulama (NU),Muhammadiyah, Haizbut Tahrir Indonesia (HTI), al-
Irsyad dan seterusnya yang begitu menantang bagi penulis untuk mengkaji lebih
dalam.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosio-
Historis,sedangkan teori yang digunakan adalah teori evolusi dan teori Challenge and
Response.Teori evolusi merupakan suatu teori yang berkembang dari tingkat
sederhana yang selalu berkembang di masyarakat, tantangan merupakan tantangan
dari perkembangan sebuah Gerakan Wahabi, sedangkan respons merupakan reaksi
budaya dan pemikiran baru yang digunakan untuk menjawab sebuah masalah dan
tantangan yang ada. Sebagai penunjang dari penelitian ini, penulis menggunakan
metode pemikiran Karl Jaspers yang menyatakan bahwa suatu peristiwa atau
kejadian harus ditentukan oleh manusia, waktu, dan tempat, sehingga penelitian ini
dapat menjadi sempurna sesuai dengan analisis perangkat yang ada. Hasil dari

12
penelitian ini berbentuk analisis sejarah tentang akar gerakan Wahabi di dunia Arab
dan proses penyebarannya ke Indonesia melalui teori challenge and response yang
merupakan akhir penelitian sebagai kontribusi kontribusi. Pada bab IV merupakan
hasil aplikasi dari teori evolusi dan teori Challenge and Response dengan
menganalisis masalah sejarah Wahabi, karena muncul permulaan mulanya a-politis
menjadi politis khususnya di Arab Saudi.Masuknya ke Indonesia dimulai sejak
terjadinya gerakan Paderi di Sumatera Barat,sedangkan masalah sejarah gerakan
Wahabi di Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi hadirnya Wahabi yang
mengundang pro dan kontra, karena dapat mengancam kebudayaan Indonesia.
Respon ormas-mas Islam seperti Muhammadiyah yang mempertahankan juga
khurafat dan bid'ah, tetapi tidak terlalu ekstrim memahami al-Qur'an dan Sunnah,
NU mendukung jargon kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah, tetapi ia tetap tradisi ,
HTI cenderung lebih ekstrim dengan usaha mereka mendirikan khilafah Islamiyah di
Indonesia begitu juga al-Irsyad,

Sejarah gerakan Wahhabi di dunia Arab memiliki asal-usul yang dikenal dengan
gerakan Salafiah klasik yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-
Jauziyah, sehingga dalam konteks sejarah, Salafisme yang semula murni ilmiah dan
apolitis kemudian menjadi gerakan politik karena dipengaruhi oleh ideologi
Wahhabisme yang dibangun oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab Najdi.
Wahhabisme merupakan isu yang selalu aktual untuk diperdebatkan di kancah global
hingga saat ini. Gerakan ini juga merupakan sempalan dari gerakan fundamentalis
Islam yang berada pada posisi Islam kanan atau Islam garis keras (Islamic
Radicalism). Secara historis, gerakan Wahhabi tumbuh di dunia Arab seperti Mesir,
Iran, Arab Saudi, bahkan sampai ke Indonesia yang masyarakatnya majemuk dan
mayoritas Islam. Sejalan dengan gerakan Islam di Indonesia, baik lokal maupun
nasional, Gerakan Wahhabi memiliki pengaruh besar terhadap isu-isu sosial
keagamaan, ekonomi, bahkan politik Indonesia yang ada. Kasus ini sangat menarik
untuk dikaji terkait dengan sejarah gerakan Wahhabi di dunia Arab dan sejarah
penyebarannya ke Indonesia, khususnya respon ormas Islam Indonesia seperti
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Haizbut Tahrir Indonesia ( HTI), al-Irshad,
dan sebagainya sangat menantang bagi peneliti untuk mengkaji lebih dalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Socio-Historical,
sedangkan teori yang digunakan adalah teori evolusi dan teori Challenge and
Response. Tantangan merupakan tantangan perkembangan gerakan Wahabi,
sedangkan respon merupakan reaksi budaya dan ide-ide baru yang digunakan untuk
menjawab permasalahan dan tantangan tersebut. Sebagai penunjang penelitian ini,
peneliti menggunakan metode pemikiran Karl Jaspers yang menyatakan bahwa suatu
peristiwa atau peristiwa sejarah harus ditentukan oleh manusia, waktu, dan tempat,
sehingga penelitian ini dapat menjadi sempurna sesuai dengan alat analisis yang ada.
Hasil penelitian ini adalah analisis historis tentang akar gerakan Wahhabi di dunia
Arab dan proses penyebarannya ke Indonesia melalui teori challenge and response
yang merupakan akhir dari penelitian ini sebagai kontribusi intelektual. teori
Challenge and response dengan menganalisis permasalahan sejarah gerakan
Wahhabi, karena tampaknya ketegangan mulai apolitis secara politik, khususnya di
Arab Saudi. Masuknya ke Indonesia dimulai dari Gerakan Paderi di Sumatera Barat,

13
Sedangkan permasalahan sejarah gerakan Wahhabi di Indonesia merupakan
tantangan yang mengundang hadirnya pro dan kontra Wahhabisme, karena dapat
mengancam budaya Indonesia. Tanggapan ormas-ormas Islam seperti
Muhammadiyah yang juga menentang ajaran sesat dan tahayul, namun tidak terlalu
ekstrim dalam memahami al-Qur’an dan As-Sunnah, NU mendukung jargon
kembali al-Qur’an dan As-Sunnah, namun tetap mempertahankan tradisi, HTI
cenderung lebih ekstrim dengan usaha mereka Khilafah Islamiyah di Indonesia
maupun al-Irsyad, namun dia lebih pada misi dan pendidikan dakwah Islam.

E. Pemikiran Wahabi.

Akhir-akhir ini marak perkembangan gerakan “keagamaan” yang disebut sebagai


gerakan Salafi. Sering mereka mengklaim bahwa mereka hadir bermaksud
menghidupkan kembali ajaran ulama salaf untuk menyelamatkan umat dari amukan
dan badai fitnah yang melanda dunia Islam hari ini. Acapkali gerakan ini
menegaskan bahwa kelompok yang selain mereka tidak ada jaminan memberikan
alternatif (baca: keselamatan).Tidak jarang juga mereka mengklaim bahwa golongan
yang selamat yang dinubuatkan oleh Nabi Saw adalah golongan mereka. Tentu saja,
konsekuensi dari klaim ini adalah menafikan kelompok yang lain. Artinya bahwa
kelompok mereka yang benar selainnya adalah sesat (itsbat asy-syai yunafi maa
adahu). Kalau kita mau berkaca pada sejarah, gerakan Salafi ini sebenarnya bukan
gerakan baru. Mereka bermetamorfosis dari gerakan pemurnian ajaran Islam Wahabi
yang dikerangka konsep pemikiranyna oleh Ibn Taimiyah yang kemudian dibesarkan
oleh muridnya Muhammad bin Abdulwahab, menjadi gerakan Salafi. Metamorfosis
ini jelas untuk memperkenalkan ajaran usang dengan pendekatan dan nama baru.
Pertanyaan yang mendasar yang harus diajukan di sini adalah apakah Salafi itu
identik dengan mazhab jumhur, Ahlusunnah? Kalau tidak identik, bagaimana
pandangan Ahlusunnah terhadap kelompok Salafi ini (Wahabi)? Bagaimanakah
sikap ulama Ahlsunnah terhadap kelompok ini, dan literatur-literatur tekstual apa
saja yang telah ditulis oleh para ulama ahli sunnah untuk menjawab pemikiran
Wahabi? Tulisan ringan ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan asumtif di
atas.
Wahabi adalah sebuah aliran pemikiran yang muncul pada awal abad ke-8 H. yang
dicetuskan oleh Ahmad bin Taimiyah. Ia lahir pada tahun 661 HQ, 5 tahun setelah
kejatuhan pemerintahan khilafah Abbasiyah di Baqdad. Pemikiran kontroversialnya
yang ia lontarkan pertama kali pada tahun 698, pada masa mudanya dalam risalahnya
yang bernama (Aqidah hamwiyah), sebagai jawaban atas pertanyaan masyarakat
Hamat (Suriah) dalam menafsirkan ayat (Ar-rahman ala al-Arsy istawaa) artinya:
“Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy” dimana ia mengatakan
bahwa; Allah Swt bersemayam di atas kursi di langit dan bersandar padanya. Risalah
tersebut dicetak dan disebarkan di Damaskus dan sekitarnya, yang menyebabkan
para ulama Ahlusunnah dengan suara bulat melakukan kritikan dan kecaman
terhadap pemikirannya, akan tetapi dengan berlalunya waktu, Ibn Taimiyah dengan
pemikiran kontroversialnya malah semakin berani. Dengan alasan itulah, pada
akhirnya di tahun 705 pengadilan menjatuhkan hukuman pengasingan ke Mesir.

14
Kemudian pada tahun 712 Ia kembali lagi ke Syam. Di Syam Ibn Taimiyah kembali
bergerilya melakukan penyebaran paham-paham kontroversial. Akhirnya pada tahun
721 dia dimasukkan ke dalam penjara dan pada tahun 728 meninggal di dalamnya.
Penyikapan dan tulisan-tulisan para ulama terkemuka Ahlusunnah pada waktu itu,
merupakan sebuah bukti dalam catatan sejarah yang tidak akan pernah terhapus atas
penolakan pemikiran Ahmad Ibn Taimiyah.
Ibn Batutah misalnya; yang terkenal sebagai seorang pengelana dalam catatan
perjalanannya, atau masyhur dengan “peninggalan Ibn Batutah” menulis : Ketika
saya di Damaskus, saya melihat Ibn Taimiyah berceramah dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan, akan tetapi sangat disayangkan ceramahnya itu terkesan tidak
memiliki sisi rasionalitas[1], lanjut beliau: Ibn Taimiyah pada hari jumat di sebuah
mesjid sedang memberi nasehat dan bimbingan kepada hadirin, dan saya turut hadir
dalam acara tersebut, salah satu dari isi ceramah Ibn Taimiyah adalah sebgai berikut:
“Allah SWT dari atas Arsy turun ke langit pertama, seperti saya turun dari mimbar,
pernyataan tersebut dia lontarkan dan dengan segera dia pun satu tangga turun dari
mimbarnya,” tiba-tiba seorang Faqih mazhab Maliki yang bernama Ibn Zuhra
berdiri, dan menolak pandangan ibnu taimiyyah. para jemaah pendukung Ibn
Taimiyah berdiri, dan mereka memukul faqih mazhab Maliki yang protes tersebut
dan melemparinya dengan sepatu.
Itulah salah satu contoh aqidah Ibn Taimiyah yang disaksikan secara langsung oleh
Ibn batutah sebagai saksi yang netral dan tidak berpihak, dia mendengar dengan
telinganya secara langsung dan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Semoga
Allah melindungi kita dari orang-orang yang menjelaskan aqidah dan makrifat Islam
berdasarkan pemikiran tersebut.

Tak syak lagi bahwa Ibn Taimiyah dengan berbagai kelemahan yang dimiliki, tetap
memiliki sisi positif walaupun sangat terbatas (Tak ada keburukan mutlak di dunia).
Dan yang disayangkan adalah para pengikutnya hanya melihat sisi positif Ibn
Taimiyah saja, dan menolak serta menutup-nutupi sisi kelemahan dan negatifnya
secara membabi buta. Bagaimanapun juga bagi para pemikir yang bebas dan
merdeka yang lebih mencintai kebenaran hakiki daripada Plato akan melihat arah
positif dan negatifnya dan mengkritisi pemikiran Ibnu Taimiyyah, orang-orang di
bawah ini dapat dikategorikan sebagai para pakar dan akademisi Syam dan Mesir di
zamannya, mereka mengatakan bahwa pemikiran Ibn Taimiyah telah merubah
ajaran-ajaran para nabi dan wali Allah. Dan ntuk menolak dan mengkritisi pemikiran
ibn Taimiyyah mereka menulis buku sebagai berikut:
1.Syeikh Sofiyuddin Hindi Armawi (644-715Q)
2.Syeikh Syahabuddin bin Jahbal Kalabi Halabi (733)
3.Qadhi al-Qodhaat Kamaluddin Zamlakany (667-733)
4.Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Dzahabi(748)

15
5.Sadruddin Marahhil ( wafat 750)
6.Ali bin Abd al Ka‟fi Subki ( 756)
7.Muhammad bin Syakir Kutby (764)
8.Abu Muhammad Abdullah bin As‟ad Yaafi‟i (698-768)
9.Abu Bakar Hasni Dimasyqy (829)
10.Shahabuddin Ahmad bin Hajar „Asqalany (852)
11.Jamaluddin Yusuf bin Taqari Ataabaqi (812-874)
12.Shahabuddin bin Hajar Ha‟itami (973)
13.Mulla Ali Qari Hanafi (1016)
14.Abul Ais Ahmad bin Muhammad Maknasi terkenal dengan Abul Qadhi‟ (960-
1025)
15.Yusuf bin Ismail bin Yusuf Nabhani(1265-1350)
16.Syeikh Muhammad Kausari Misry (1371)
17.Syeikh Salamah Qadha‟i Azami (1379)
18.Syeikh Muhammad Abu Zahrah (1316-1396) [3]
Sebagian dari mereka menulis buku khusus untuk mengkritik pemikiran Ibn
Taimiyah. Seperti Taqiyuddin Subki dalam kritiknya terhadap Ibn Taimiyah menulis
dua buah kamib yang berjudul Syifau al siqomi fi ziarati khoirul anami dan Ad-
Durrot al madiati fii radi ala Ibni taimiyah).
Kritikan yang terus menerus yang dilakukan oleh para cendekiawan muslim sunni
terhadap Ibn Taimiyah menyebabkan doktrin-doktrin pemikirannya terkubur, dan
dengan berlalunya zaman ajarannya perlahan-lahan terlupakan, aliran pemikiran

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
1. Wahabi adalah nama sebuah aliran yang dinisbatkan kepada nama pendirinya
yang bernama Muhammad ibnu Abdul wahab ibnu sulaimanan- Najdi. Ia lahir di
kota „Uyaynah yang terletak di wilayah Najd tahun1115 hijriah ( 1703 Masehi) dan
wafat tahun 1206 hijriah (1792 Masehi).Ia wafat dengan umur sekitar 91 tahun.
Beliau hidup dilingkungan sunni pengikut Madzhab Hanbali dan banyak
mempelajari ilmu fiqih bermadzhab hanbali dari ayahnya yang bernama Syaikh
Abdul Wahab.Sejak ayahnya meninggal Muhammad Ibnu Wahab ini merasa bebas
berpendapat dan sering menyerang prilaku umat Islam yang betentangandengan
pendapatnya. Hingga akhirnya dia mendirikan kelompok yang bernama Wahabi.
Aliran ini menggunakan pendekatan tekstual dalam Al-quran dan hadis, sehingga
pendekatan yang mereka gunakan tersebutsangat sempit dan kaku. Akibatnya, aliran
ini dengan begitu mudahnya menyalahkan, membid‟ahkan dan mengkafirkan orang
lain yang tidaksepaham dengan mereka Salafi, pertama kali dipopulerkan oleh
Nashruddin al Bani. Dimana Nashruddin memakai nama baru untuk aliran Wahabi,
karena memangimage dari wahabi itu sendiri s dipandang negatif maka
untukmengelabui masyarakat digunakanlah istilah baru wahabi yaitu Salafi.

2. Terdapat tiga tokoh utama.


Salafi Wahabi, yaitu Ibnu Taimiyah al-Harrani, Muhammad Ibnu Abdul Wahab,
dan Muhammad Nashiruddinal-Albani. Pemikiran mereka nyaris tidak membangun
jarak dengankerancuan serta beragam penyimpangan. Penyimpangan yang
dilakukanIbnu Taimiyah (guru Salafi Wahabi) ialah meliputi spirit menyebarkan
paham bahwa zat Allah sama dengan makhluk-Nya, meyakini kemurnianInjil dan
Taurat bahkan menjadikannya referensi, alam dunia danmakhluk diyakini kekal
abadi, membenci keluarga Nabi, menghina para.
sahabat utama Nabi, melemahkan hadis yang bertentangan dengan pahamnya, dan
masih banyak lagi yang lainnya.

3. Memahami al-Qur‟an dan hadis secara tekstual dan tidak menggunakan perangkat
pengetahuan yang biasa digunakan ulama untuk memahami al-Qur‟an dan hadis:
misalnya, ushul fikih, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu bahasa, dan lain-lain. Sehingga
pemahaman mereka mengenai Al – Qur‟an sangatlah kaku dan mudah sekali
mengkafirkan sertamembid‟ahkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh
rasulullah saw.

5. Sejarah gerakan Wahhabi di dunia Arab memiliki asal-usul yang dikenal dengan
gerakan Salafiah klasik yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-
Jauziyah, sehingga dalam konteks sejarah, Salafisme yang semula murni ilmiah dan
apolitis kemudian menjadi gerakan politik karena dipengaruhi oleh ideologi
Wahhabisme yang dibangun oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab Najdi.

17
B. Saran.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan kami khususnya selaku penyusun. Kami mengharap saran
dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan
berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
 Akhyar, Miftahul. 2012.Risalah Ahlusunnah Waljama‟ah Surabaya:Khalista.
 Islamiyah Harakah.Buku Pintar Salafi – Wahabi.
https://harakahislamiyah.com/filez/pdf/2018/04/18/272/buku-pintar-salafi-
wahabi.pdf(pada tanggal 10 Mei 2019)
 Shihabuddin.Telaah Kritis Atas Salafi – Wahabi
.https://shalawat.weebly.com/uploads/1/0/0/5/100588526/telaah_kritis_atas
_doktrin_faham_wahabi-salafi.pdf(pada tanggal 11 Mei 2019)
 Mangasing, Mansur. Muhammad Ibn Abd Wahab Dan Gerakan Wahabi.
https://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/aricle/download/181/171(pada
tanggal 11 Mei 2019)
 https://www.nu.or.id/post/read/34226/menelanjangi-kesesatan-salafi-
wahabi(pada tanggal 12 Mei 2019)
 https://m.merdeka.com/jabar/wahabi-adalah-salah-satu-aliran-islam-kenali-
ciri-ciri-dan-penjelasannya-kln.html?page=3
 https://miftah19-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/miftah19.wordpress.com/2010/09/24/wahabi-
dan-
pemikirannya/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQAr
ABIIACAw%3D%3D#aoh=16385244224368&referrer=https%3A%2F%2F
www.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fmiftah19.wordpress.com%2F2010%2F09%2F24%2Fwahabi-dan-
pemikirannya%2F

19

Anda mungkin juga menyukai