Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMAISLAM

(KELAHIRAN ALIRAN – ALIRAN DALAM ISLAM)

Dosen Pengampu :

Dwi fitri wiyono,.Dr.S.P

Di susun oleh :

M. saha fikhzal hilmi ( 22001082018)

Nur nazma soamole (2201082067)

Fakultas Ekonomi & Bisnis


Jurusan Akuntansi
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kelahiran aliran aliran dalam islam " dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama islam V. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Dwi selaku Dosen Mata Kuliah Agama Islam V.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 23 Oktober 2022

Penyusun
LATAR BELAKANG

Meski sebagai muslim kita diwajibkan untuk meyakini bahwa agama Islam adalah yang paling
benar, namun Islam melarang umatnya untuk merendahkan agama lain. Apalagi menyakiti
penganut agama non-muslim. Sikap merendahkan non-muslim justru menunjukkan bahwa Islam
bukanlah agama yang mulia. Padahal perintah Allah SWT dalam Al-Quran dan semangat yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang layak dijadikan teladan oleh manusia. Dalam
kehidupan beliau sebagai pemimpin Madinah, sikap toleran terhadap agama lainnya menjadi
karakter kepemimpinya. Bukan”arogansi teologis”yang beliau tunjukkan akan tetapi ajakan
untuk bersama-sama membangun masyarakat dan melindungi negara dari ancaman musuh.
Padahal jika beliau mahu, beliau bisa mengusir mereka dari Madinah dengan alasan berbeda
agama. Oleh karena itu “arogansi teologis” yang ditampilkan oleh sejumlah umat Islam di
Indonesia tidak memiliki “legitimasi dokrin” dari sejarah Islam. Melainkan hanya disebabkan
oleh keangkuhan dan merasa diri paling benar.

Dalam tradisi intelektualitas Islam, teologi yang dikenal luas adalah Asyi’ariah, selanjutnya lebih
populer disebut dengan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah. Kemunculan teologi Ahlu al-Sunnah wa
al- Jama’ah menjadi solusi akan masalah yang meruncing antara Ahlu al-Hadist dan Ahlu al-
Ra’yi (teologi mu’tazilah) yang kemudian permasalahan ini berujung pada masalah mihnah
(inquisition). Teologi ini berkembang pesat dan menjadi mazhab resmi yang dianut umat Islam.
sehingga menjawab kebingungan teologi yang dialami oleh masyarakat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah terbentuknya Aliran dalam islam

2. Macam – macam aliran dalam islam


BAB II

1.1 Sejarah terbentuknya aliran aliran dalam islam


A. Persoalan Politik.

Seperti yang telah saya uraikan di pengantar, bahwa wafatnya Rasulullah


menimbulkanpersoalan politik yang sangat penting dan monumental. Yakni pengangkatan
pelanjutpemerintahan sang Rasul (Khalifah), sebagai Amirul mukminin. Para tokoh
sahabatmengadakan musyawarah sendiri (dari kaum Muhajirin dan Anshar) tanpa kehadiranahlul
bait (keluarga ndalem). Ahlul bait sedang berduka dan merawat jenazahRasulullah.Keputusan
akhir musyawarah para sahabat di Saqifah (tenda pertemuan) Bani Sa’ad mereka mengangkat
Abu Bakar as Shiddiq sebagai Amirul mukminin. Sedangkan Rasulullah tidak berwasiat secara
syar’i dan sharih seperti biasa beliau ajarkan. Ada wasiat Ghodir Khum atas kepemimpinan Ali
bin Abi Thalib, yang hanya diakui olehkalangan ahlul bait dan ada isyarat nabi Muhammad pada
para sahabat atas peran AbuBakar as Shiddiq, sebagai badal imam shalat, ketika sang Rasul sakit
menjelangwafatnya. Inilah faktor psikopolitis yang selanjutnya bermuara pada terjadinya
keretakan di kalangan umat Islam. Dan pada akhirnya “dunia Islam” terbelah menjadidua; Syiah
dan Ahli Sunnah (Syi’i dan Sunni).Para pendukung ahlul bait, khususnya yang fanatik dengan
Sahabat Ali bin Abi Thalibmengklaim bahwa para sahabat telah Ghoshob (merampas) hak
kepemimpinanSayyidina Ali, begitu juga sebaliknya para pendukung keputusan musyawarah
luar biasapara sahabat, khususnya yang fanatik (plus munafik), menuduh para
pendukung‘idiologi’ ahlul bait adalah sebagai pembohong (kadzdzaab). Padahal kedua
terminologiini bersifat destruktif (menghancurkan) ketsiqahan (kredibilitas) seorang
periwayathadis. Dan karena itu hadis di dunia Islam juga terbelah dua, hadis Syiah dan
hadisSunnah. Yang keduanya itu tidak ‘saling menyapa’. Kondisi umat Islam menjadi lebih
ruyam setelah kemunculan kelompokkelompok ektrim (Ghulat) yang keras, dan ahistoris yang
mengembangkan ideologi
‘takfiri’(mengkafirkan kelompok lain di luar kelomponya), baik di kalangan Syi’ah maupun
Sunnah.Beberapa aliran keras dan ektrim dari kalangan Syi’ah, seperti; syiah
Qaramithah,Rofidloh dan hasasin, dan beberapa dari kalangan Sunnah seperti Khawarij, salafi
danwahabi. Aura kontradiksi dan permusuhan diantara belahan dunia Islam masihmemancar dari
jurang pemisah antara Syiah dan Sunnah, di samping jurang – jurangkecil internal keduanya.
Aura tersebut muncul tidak lain karena bara api ; asobiah, jahiliah dan hiqdu wal hasad (dengki
dan iri hati) yang memancar dari dalam hati kaummuslimin yang lemah ilmu dan imannya B.
Persoalan Aqidah Teologi).

Persoalan teologi yang muncul dan timbul di dalam diskursus dan polemik umat Islam di zaman
klasik (zaman tabi’in awal sd dua generasi di belakangnya) adalah puncak persoalan politik,
yaitu terjadinya fitnatul kubro (terbunuhnya Amirul mukminin,Khalifah Utsman bin Affan), juga
terjadinya beberapa peperangan diantara sesamamuslim. Perang jamal (antara pasukan Ali bin
Abi Thalib dengan pasukan Siti Asiah),perang Shiffin (antara pasukan Ali bin Abi Thalib dengan
Muawiyah bin Abi Sufyan),Karbala dll. Yang melibatkan dan mengorbankan banyak pasukan
muslimin.Polemik tentang bagaimana status hukum seorang muslim yang tidak berhukumdengan
menggunakan hukum Allah (Al-Qur’an) ?. bagaimana status hukum pembunuhsesama muslim ?
Apakah dia masih mukmin, kafir atau fasiq?. Bagaimana status keislaman dan keimanan
seseorang yang berdosa besar ? Para ulama’ dan zu’ama’ darikalangan umat Islam , baik yang
Syi’ah maupun yang Sunnah memberikan argumentasi sesuai dengan keilmuan dan background
psikologi, sosial, akademik dan keagamaanmasing-masing.Kelompok orang yang tulus, lurus tetapi
kurang luas ilmu dan toleransinya, berpendapatbahwa orang-orang yang tidak berhukum dengan hukum
Allah secara tekstual, merekaitu telah kafir dan keluar dari agama Islam, mereka itu adalah kaum
khawarij, ataukebanyakan mantan pasukan elit Ali bin Abi Thalib yang desersi. Para ulama’ yang tekstual
tetapi tidak politis cenderung berpendapat, bahwa orang-orang yang beriman tetapi tidak berpegang pada
hukum Allah, tidak bisa di sebut Kafir,mereka mukmin yang fasiq. Mereka berdosa besar. Nasib mereka
di akhirat kelak fiimasyiatillah (terserah Allah) tidak di surga dan tidak di neraka. Senada dengan
itu,orang-orang yang fatalistis (jabariyah), juga muncul, mereka berpendapat, bahwakondisi apapun di
dunia ini adalah berdasarkan kehendak mutlak Allah SWT, termasuk nasib manusia.

C. Persoalan Fiqh pemahaman syariat Islam)

Setelah muncul dan berkembangnya persoalan politik dan aqidah dalam realitaskehidupan umat
Islam. Adalah munculnya persoalan baru yang terkait dengan fiqh atau pemahaman dalam
syari’at Islam. Baik syariat dhohir (hukum Islam), maupun syariat batin (akhlak islami) atau
tasawuf.Para ulama’ fiqh (hukum Islam), baik di kalangan Sunni, maupun Syiah secara garis
besar terbelah menjadi tiga kelompok pemahaman, yakni; para ahlul hadits (tekstualis),
ahlurro’yi (rasionalis), dan ahlus sunnah (tekstualis rasionalis).Demikian juga para ulama’
tasawuf (kerohanian dan kebatinan dalam Islam), juga terbedakan dalam tiga karakter, yakni;
sunni, falsafi dan baathini Para ulama’ yang konsen terhadap ajaran formal dan aturan-aturan
hukum Allah,secara garis besar memiliki tiga sikap mental yang berbeda. Ada yang memahami
teks aturan agama (syariat) dalam Al Qur’an dan as Sunnah sangat formal dan tektual. Mereka
adalah ahlul hadits, sehingga memunculkan madzhab – madzhab salaf yangtampak lebih formal
seperti madzhab Maliki.Para ulama’ yang cenderung rasional, seperti ulama’ Kufah dan Basrah
memahami agama lebih kontekstual dan esensial. Seperti imam madzhab Abu Hanifah.
Demikian juga para ulama’ Sunni yang cenderung konvergensif, akomodatif. Mereka
melahirkanmadzhab fiqih yang modern dan moderat, seperti Imam Syafi’i.Sedangkan dalam
bidang kerohanian (tasawuf) sebagai bagian dari pemahamankeagamaan. Juga terdapat tiga
kelompok pemahaman yang berkembang dalamkehidupan masyarakat Islam.Pertama, kelompok
yang cenderung mengikuti pola kesufian Rasulullah Saw. Merekaberusaha menjauhi
materialisme dan hedonisme tetapi secara aktif merekamendakwahkan ajaran Islam, khususnya
ajaran akhlak dan kerohaniannya. Mereka adalah para sufi Sunni, yang gerakannya sukses
pertama kali (gerakan i’tizal dan Zuhud atas prakarsa Hasan Basri. Yang selanjutnya diperkokoh
oleh Abu Qasim Junaidi AlBaghdadi, juga oleh para tokoh Sufi sunni yang lain.Kedua,
kelompok yang cenderung mengikuti pola kesufian para filosof dan ahli hikmah.Mereka lebih
cenderung pada aktivitas berfilsaf dan berteori. Hikmah hikmahkerohaniannya memenuhi
glosarium dunia Islam. Mereka adalah para sufi falsafi,dengan tokoh legendarisnya yang
bernama Ibnu Arobi.Sedangkan yang ke tiga, adalah para sufi baathini. Mereka, para sufi
baathini adalahorang-orang yang keasikan kebatinannya melampaui batas-batas etika dan
estetikaapapun, termasuk di dalamnya batasan syariat Islam. Kebatinan transkultural ini yang
selanjutnya disebut sebagai aliran tasawuf mabuk dan dianggap sesat oleh para aktivis syariat
islam. Pertama, kelompok yang cenderung mengikuti pola kesufian Rasulullah Saw.
Mereka berusaha menjauhi materialisme dan hedonisme tetapi secara aktif mereka
mendakwahkan ajaran Islam, khususnya ajaran akhlak dan kerohaniannya. Mereka adalah para
sufi Sunni, yang gerakannya sukses pertama kali (gerakan i’tizal dan Zuhud atas prakarsa Hasan
Basri. Yang selanjutnya diperkokoh oleh Abu Qasim Junaidi AlBaghdadi, juga oleh para tokoh
Sufi sunni yang lain.Kedua, kelompok yang cenderung mengikuti pola kesufian para filosof dan
ahli hikmah.Mereka lebih cenderung pada aktivitas berfilsaf dan berteori. Hikmah
hikmahkerohaniannya memenuhi glosarium dunia Islam. Mereka adalah para sufi falsafi,dengan
tokoh legendarisnya yang bernama Ibnu Arobi.Sedangkan yang ke tiga, adalah para sufi baathini.
Mereka, para sufi baathini adalah orang-orang yang keasikan kebatinannya melampaui batas-
batas etika dan estetikaapapun, termasuk di dalamnya batasan syariat Islam. Kebatinan
transkultural ini yangselanjutnya disebut sebagai aliran tasawuf mabuk dan dianggap sesat oleh
para aktivis syariat islam.

D. Persoalan Hegemoni Barat.

Penyebab dan akar Sejarah timbulnya berbagai aliran keagamaan dan politik dan sosialdalam
Islam, adalah adanya dominasi dan hegemoni barat atas wilayah sosial politikumat Islam.Setelah
sekitar dua abad bangsa barat menjajah umat Islam, umat Islam mulai bangkitdan tersadarkan
akan pentingnya kebangkitan umat Islam. Mulai dari Turki dan Mesiryang berhubungan dan
berhadapan langsung dengan bangsa barat. Turki berhadapan dengan Italia dan Mesir
berhubungan dengan Prancis (Ekspedisi Napoleon Bonaparte).Para ulama’ terbelalak melihat
peradaban yang jauh lebih tinggi daripada peradaban umat. Padahal mereka sangat yakin pada
Sabda nabi :“Al Islam ya’lu wala Yu’laa ‘alaih” (Islam adalah adalah peradaban tertinggi, tidak
ada yang mengunggulinya).Tatkala umat Islam masih tertidur lelap di dalam selimut penjajahan
barat, khususnya;Portugis, Inggris, Spanyol, dan Belanda. Para ulama’ Islam Mesir khususnya
SayyidJamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, berjuang
keras,menggelorakan kebangkitan umat Islam. Demikian juga para Sultan dan Khalifah
DinastiUsmaniyah di Turki, menggelorakan semangat kebangkitan melawan kolonialismebarat.
Maka terjadilah kebangkitan umat Islam di hampir seluruh penjuru dunia, atas prakarsa para
sultan dan ulma’ pemimpin umat. Termasuk kesultanan-kesultanan di wilayah Nusantara
(kawasan Asia tenggara). Mulaikesultanan Aceh (samudra pasai) sampai dengan kesultanan
Ternate dan Tidore.Kesultanan di Pulau Jawa sampai di kepulauan Sulu dan Mindanao.
Semuanya bangkitmelawan hegemoni dan penjajahan bangsa barat (Belanda, Inggris, Portugis
danSpanyol). Maka akhirnya muncul organisasi dan Jam’iyyah pergerakan dengan
berbagaimacam warna warni keislamannya.Dalam skala internasional, muncul Pan Islam,
Ikhwanul muslimin, Wahabi dll.Sedangkan di Indonesia, muncul Serikat Dagang Islam, Budi
Utomo, Al Khoiriyah,Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama’ dll. Semua organisasi dan Jam’iyyah
pergerakan tersebut tujuan utamanya adalah merebut kembali kemerdekaan dari
tangankolonialisme bangsa barat.
1.2 Macam – macam aliran dalam islam
1. Khawarij
Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib saat menyikapi
perdamaian peristiwa Tahkim oleh Muawiyah. Kata Khawarij berasal dari bahasa Arab yang
berarti keluar. Aliran ini sering disebut aliran ekstrem. Sebab mereka menganggap keputusan Ali
dan golongannya yang setuju berdamai dengan Muawiyah adalah kafir dan halal darahnya.

2. Syiah

Berseberangan dengan Khawarij, aliran Syiah sejalan dengan Ali bin Abi Thalib. Bahkan, Syiah
ini merupakan aliran yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib. Mereka memiliki pandangan
tentang Islam di antaranya menganggap bahwa Alquran yang sekarang mengalami perubahan
dan pengurangan. Menurut mereka, Alquran yang asli berada di tangan Al Imam Al Mastur
(Syiah Imamiyah).Terlebih lagi, golongan ini tidak mengamalkan hadis kecuali dari jalur
keluarga Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, kelompok ini juga menghalalkan nikah mut'ah
atau yang sering disebut kawin kontrak.

3. Muktazilah

Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan 'kaum rasionalis Islam' karena
dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal. Aliran ini berpendapat bahwa orang
Islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan mukmin, tetapi berada di antara
keduanya.Pandangan lain dari Muktazilah adalah hanya mengakui peristiwa Isra Rasulullah
SAW, tetapi tidak mengakui Mi'raj Nabi ke langit. Selain itu aliran ini tidak mengakui siksa
kubur, tidak percaya perhitungan amal hingga tidak percaya akan syafaat Nabi di Hari Kiamat.

4. Murjiah

Murjiah berasal dari kata 'irja' yang berarti menangguhkan. Aliran ini berpandangan bahwa
orang berdosa tidak termasuk kafir dan tidak kekal dalam neraka. Mereka yang berpendapat
demikian termasuk golongan Murjiah moderat. Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa
orang Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidak
menjadi kafir sebab iman itu terletak di dalam hati.Golongan ini termasuk dalam golongan
Murjiah ekstrem.

5. Qadariyah

Aliran selanjutnya berasal dari kata 'qadr' yang artinya mampu atau berkuasa. Kelompok
Qadariyah berpendapat bahwa manusia memiliki kuasa untuk menentukan jalan hidupnya. Selain
itu, aliran ini berpandangan bahwa segala yang dilakukan manusia karena manusia memiliki
kekuatan untuk mengendalikan dirinya sendiri.

6. Jabariyah
Berbanding terbalik dengan Qadariyah, aliran Jabariyah memandang bahwa manusia tidak
mempunyai kebebasan dan kekuatan untuk menentukan kehendak dan perbuatannya.

7. Ahlus Sunnah wal Jamaah


Ahlus Sunnah wal Jamaah merupakan aliran yang mengikuti petunjuk dari Nabi Muhammad
SAW serta para sahabatnya. Aliran ini dalam menjalankan kehidupan bertumpu pada Alquran,
hadis, ijma' ulama, dan Qiyas.[]
1.3 Karakteristik aliran dalm islam
Secara umum, berbagai macam aliran keagamaan dalam Islam dikenal dengan istilah teologi
(kalam). Sebagai sebuah cabang ilmu dalam Islam, ilmu kalam membicarakan perkataan Allah
(Alquran), wujud Allah, sifat-sifat Allah, pengutusan nabi dan rasul, serta berita-berita mengenai
alam gaib. Kelahiran ilmu kalam ini sangat terkait erat dengan masalah yang dihadapi umat
Islam, menyangkut hakikat iman dan status dosa besar serta masalah takdir dan
kebebasan.Setelah peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin Affan, kaum Muslim terpecah ke
dalam kelompok Khawarij dan Syiah yang mewakili pandangan berbeda tentang status pelaku
pembunuhan tersebut.Apakah orang beriman yang melakukan pembunuhan masih bisa dikatakan
beriman? Apa pula hukuman bagi pelaku dosa besar, seperti pembunuhan? Masalah tersebut
meluas lagi menjadi masalah takdir ketika orang-orang yang dituduh melakukan pembunuhan
membela diri. Kemudian, dari aliran-aliran itu, muncullah kelompok yang lebih besar dan mapan
secara intelektual, seperti Kadariyah, Jabbariyah, Murjiah, Muktazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah,
dan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bagaimanakah karakter masing-masing aliran keagamaan
tersebut?

Di bawah ini, gambaran singkat tentang pandangan, sikap, dan gagasannya dalam setiap
permasalahan yang dikemukakan.

1.Syiah

Salah satu kelompok terbesar dalam mazhab Islam, khususnya dalam bidang teologi (kalam),
adalah Syiah. Pada mulanya, Syiah hanya diidentikkan dengan pengikut Ali bin Abi Thalib yang
menyetujui adanya tahkim atau perundingan antara Ali dan Muawiyah untuk mengakhiri Perang
Siffin. Tetapi, dalam perkembangannya, istilah Syiah ini melekat pada seluruh umat Islam di
dunia yang menyatakan dirinya sebagai golongan pendukung dan pengikut Ali serta
keturunannya yang sering kali disebut ahlulbait.Ada yang menyatakan bahwa Syiah lahir
langsung setelah Nabi SAW wafat (632 M). Ketika itu, terjadi perdebatan antara kaum Muhajirin
dan Ansar tentang pengganti Nabi SAW. Sejak Nabi wafat, kaum Syiah mendukung Ali untuk
menjadi khalifah karena mereka yakin Ali berhak menggantikan kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW.Tetapi, kelompok ini baru berhasil menaikkan Ali ke kursi kekhalifahan
setelah Usman terbunuh. Dan, selama masa kepemimpinan Ali, kelompok Syiah senantiasa
membela dan berada di belakang Ali. Ketika Ali terbunuh, mereka lalu mengalihkan dukungan
itu kepada keturunan Ali hingga anak cucunya.

2.Khawarij

Aliran kalam pertama yang muncul dalam sejarah Islam pada abad ke-1 H adalah Khawarij.
Nama Khawarij mengacu kepada sekelompok orang yang memilih keluar dari kelompok Ali bin
Abi Thalib karena ketidaksetujuan terhadap tahkim atau perundingan damai yang disepakati Ali
dengan pihak Muawiyah. Mereka menuduh kedua belah pihak sebagai orang-orang yang tidak
beriman dan kafir karena mengambil keputusan tidak berdasarkan Alquran. Bagi kaum Khawarij,
yang berhak memutuskan perkara hanyalah Allah SWT.Sejak awal kemunculannya, kaum
Khawarij terkenal keras hati dalam beragama. Mereka tidak mau berkompromi terhadap
penyimpangan ajaran agama yang mereka yakini. Sikap keras hati inilah yang membuat mereka
rentan terhadap perpecahan. Dalam perjalanan itu, kelompok ini terpecah menjadi beberapa
sekte. Ada yang mengatakan Khawarij terpecah menjadi delapan sekte dan ada pula yang
berpendapat menjadi lebih dari 20 sekte Selain itu, kaum Khawarij juga terkenal selalu menjadi
oposan terhadap pemerintah Islam pada zamannya ketika mereka menganggap pemerintahan itu
sudah menyimpang dari ajaran Islam. Itulah yang terjadi, baik pada masa Umayyah maupun
Abbasiyah.

Salah satu doktrin Khawarij adalah kepemimpinan Islam (khilafah). Mereka sebenarnya cukup
demokratis. Umat Islam berhak dan bebas menentukan siapa pemimpin mereka serta berhak dan
bebas untuk dipilih menjadi pemimpin asalkan mampu melaksanakan jabatan tersebut. Kaum
Khawarij juga berpendapat bahwa pemimpin wajib ditaati sepanjang dia bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam. Sebaliknya, jika menyeleweng dari ajaran Islam, ia harus dibunuh.

3.Murjiah

Pada awalnya, Murjiah mengacu kepada segolongan sahabat Nabi SAW, seperti Abdullah bin
Umar, Saad bin Abi Waqqas, dan Imran bin Husin, yang tidak mau melibatkan diri dalam
pertentangan politik antara Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada saat terjadi perang
saudara antara pasukan Ali dan Muawiyah, kelompok ini berdiri di antara kelompok Syiah dan
Khawarij. Karena itu, aliran teologi ini mempunyai paham di tengah-tengah.Murjiah dikenal
sebagai aliran teologi yang memberi harapan besar kepada orang Mukmin yang melakukan dosa
besar untuk tetap dianggap sebagai seorang Mukmin yang baik di hadapan Allah SWT. Menurut
penganut paham Murjiah, manusia tidak berhak dan tidak berwenang untuk menghakimi seorang
Mukmin yang melakukan dosa besar, apakah mereka akan masuk neraka atau masuk surga.
Masalah ini mereka serahkan kepada keadilan Tuhan kelak pada hari pembalasan.Aliran Murjiah
sendiri terbagi menjadi dua kelompok. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa orang yang
telah beriman, meskipun kemudian menyembah berhala, tetap tidak bisa disebut kafir. Menurut
mereka, iman terletak di hati dan tidak bertambah atau berkurang karena perbuatan. Para tokoh

Murjiah yang memiliki pandangan seperti ini adalah Jahm bin Safwan, Ubaid al-Muktaib, dan
Muhammad bin Karram.Sementara itu, sebagian lainnya berpandangan bahwa dosa besar
seorang Mukmin tidak menyebabkan orang itu kafir atau keluar dari Islam. Namun, orang itu
kelak akan menjalani hukuman atau siksa neraka sesuai dengan dosanya. Nama-nama seperti
Abu Yusuf (ulama Hanafi), Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, dan Imam Abu
Hanifah disebut-sebut sebagai tokoh Murjiah yang memiliki pandangan seperti ini.

4.Muktazilah

Salah satu aliran teologi Islam yang rasional dan liberal adalah Muktazilah. Pandangan
teologisnya lebih banyak ditunjang akal dan lebih bersifat filosofis. Perintis aliran ini adalah
Washil bin Atho sekitar tahun 100 H/718 M. Muktazilah muncul sebagai reaksi atas
pertentangan antara Khawarij dan Murjiah tentang orang Mukmin yang berdosa besar.

Mulanya, aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena mereka sulit memahami
ajarannya. Namun, pada masa Khalifah al-Ma'mun (penguasa Abbasiyah, 813-833 M),
Muktazilah mendapat dukungan dan semakin kokoh setelah khalifah menjadikannya mazhab
resmi negara.Dengan dukungan yang besar, aliran ini memaksakan ajarannya kepada kelompok
lain yang dikenal dengan mihnah (ujian akidah). Mihnah muncul sehubungan dengan pandangan
tentang Alquran. Menurut kaum Muktazilah, Alquran adalah kalam Allah SWT dan Alquran
adalah makhluk (dalam arti diciptakan Tuhan). Karena itu, Alquran tidak qadim (tidak berawal).
Hal ini ditolak oleh ulama tradisional, khususnya para ahli hadis.Muktazilah memiliki lima
ajaran dasar yang populer dengan istilah al-Ushul al-Khamsah. Pertama, at-tauhid yang berarti
meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT yang Maha Esa. Kaum Muktazilah hanya
menerima zat Allah dan menolak adanya sifat pada Allah.Kedua adalah al-Adl. Kaum
Muktazilah yakin bahwa Allah SWT adil dan baik. Dia memberikan pilihan kepada manusia
untuk berbuat baik atau jahat. Ketiga adalah al-wa'd wa al-wa'id. Menurut kaum ini, Allah SWT
menepati janji-Nya untuk memasukkan orang Mukmin ke dalam surga serta mencampakkan
orang kafir dan orang berdosa besar ke dalam neraka.Keempat adalah al-manzilah bain
almanzilatain, yaitu ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazilah. Bagi mereka, orang
yang berdosa besar bukan termasuk Mukmin dan bukan pula kafir, melainkan berada di antara
keduanya yang disebut fasik. Kelima adalah al-amr bi al-ma'ruf wa an-nahy 'anil-munkar. Dalam
prinsip Muktazilah, setiap Muslim wajib menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan.

5.Asy'ariyah

Asy'ariyah merupakan salah satu aliran terpenting dalam teologi Islam. Aliran yang didirikan
Abu Hasan Al-Asy'ari ini muncul pada awal abad ke-9 H sebagai reaksi terhadap Muktazilah
yang dianggap menyesatkan umat Islam. Ketika Muktazilah mulai memudar di mata masyarakat,
muncullah Al-Asy'ari. Al-Asy'ari mengungkapkan beberapa pemikirannya yang bersebarangan
dengan Muktazilah.

Inti ajaran yang dibawa Al-Asy'ari adalah sikap moderat terhadap setiap doktrin teologi. Pada
satu sisi, Asy'ariyah menggunakan akal untuk menyikapi masalah teologis. Di sisi lain, aliran ini
juga percaya penuh kepada dalil wahyu. Salah satu contohnya adalah sifat Tuhan. Aliran
Muktazilah menolak sifat Tuhan. Sedangkan, menurut Asy'ariyah, Tuhan memiliki sifat, tetapi
sifat yang dimiliki-Nya tidak perlu dipertanyakan karena daya nalar manusia tidak akan sanggup
memikirkan sifat Tuhan.

6.Maturidiyah

Aliran teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi ini
merupakan ajaran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran ini berkembang di tengah
iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapat antara Muktazilah dan Asy'ariyah
mengenai masalah kemampuan akal manusia.Pada dasarnya, aliran Maturidiyah memiliki banyak
persamaan dengan Asy'ariyah. Namun, dalam beberapa hal, Maturidiyah menempatkan akal pada
posisi yang tinggi. Menurut al-Maturidi, Tuhan bersifat nonmaterial sehingga Ia tidak
mempunyai bentuk jasmani.Mengenai perbuatan manusia, al-Maturidi berpendapat bahwa
manusia dapat berbuat sekehendak hatinya. Ia bebas berbuat dan bertindak. Perbuatannya itu
tidak dapat disandarkan pada Tuhan. Di samping itu, menurutnya, kekuasaan Tuhan itu terbatas
karena adanya janji-janji Tuhan dan Tuhan harus menepati janji-Nya itu sesuai dengan
pernyataan Tuhan sendiri.Kendati gigih menyerang Muktazilah, dalam beberapa hal, aliran
Maturidiyah memiliki persamaan dengan Muktazilah. Baik Maturidiyah maupun Muktazilah,
keduanya sependapat bahwa ayat-ayat mutasyabihat (ayat-ayat yang samar) dalam Alquran harus
ditakwilkan. Persamaan lainnya adalah hal kemampuan akal. Al-Maturidi menganggap bahwa
dengan akalnya, manusia mampu mengetahui adanya Tuhan, menilai baik atau buruk suatu
perbuatan, dan mengetahui kewajiban syukur kepada Tuhan.

7.Ahlus Sunnah wal Jamaah

Dalam perkembangannya, aliran Asy'ariyah dan Maturidiyah inilah yang kemudian menjelma
menjadi paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Aliran ini sering juga disebut aliran Sunni. Sesuai
dengan namanya, Ahlus Sunnah wal Jamaah merupakan aliran yang percaya sepenuhnya kepada
sunah atau hadis Nabi SAW yang sahih.Salah satu ciri Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah sikap
moderat dalam segala perkara. Saat menyikapi perang antara Ali bin Abi Thalib dengan
Muawiyah bin Abu Sufyan, misalnya, kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak memihak atau
mengkafirkan salah satu pihak, sebagaimana dilakukan kaum Khawarij yang mengkafirkan
keduanya atau kaum Syiah yang memihak Ali dan mengkafirkan Muawiyah. Bagi mereka, baik
Ali maupun Muawiyah, keduanya sama-sama berijtihad. Kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah
memang berusaha mengambil jalan tengah di antara paham yang ada.Ada empat sumber hukum
bagi kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, yaitu Alquran, hadis Nabi, ijmak (kesepakatan para
ulama, terutama mengenai suatu pertimbangan hukum), dan kiyas (penyamaan hukum suatu
peristiwa yang belum ada ketentuan hukumnya dengan suatu kejadian yang sudah ditentukan
hukumnya). Hal ini berbeda dengan kalangan Syiah yang menolak kiyas dan kalangan
Muktazilah yang tidak menggunakan ijmak.

8.Kadariyah

Salah satu aliran kalam yang memberi penekanan terhadap kebebasan dan kekuasaan manusia
dalam perbuatannya adalah Kadariyah. Paham ini menyebutkan bahwa manusia mempunyai
kekuasaan untuk melaksanakan kehendaknya, tidak semata-mata terpaksa tunduk kepada takdir
Tuhan.Perbuatan baik manusia dilakukan atas kehendak dan kemauannya sendiri berdasarkan
kebebasannya untuk memilih perbuatan baik itu. Demikian juga ketika berbuat jahat, ia
melakukannya atas kemauan dan kehedaknya sendiri. Itulah sebabnya, jika manusia berbuat
baik, ia diganjar dengan pahala. Jika ia memilih berbuat jahat, ia mendapat dosa dan siksa di
neraka kelak.Menurut paham Kadariyah, takdir tidak membuat nasib manusia telah ditentukan
terlebih dahulu sehingga manusia hanya mengikuti nasib yang ditetapkan bagi dirinya. Menurut
Kadariyah, takdir adalah ketentuan Allah SWT yang berlaku bagi seluruh alam semesta. Alquran
menyebutnya dengan sunnatullah (hukum alam). Alam beserta isinya berjalan menurut ketetapan
Allah SWT. Sunnatullah menunjukkan proses perjalanan sebab akibat. Dengan demikian,
manusia mampu mengetahui dan dapat berencana untuk melakukan pilihan-pilihan dalam
kehidupannya.Jabbariyah Paham yang memiliki pendirian berlawanan dengan Kadariyah adalah
Jabbariyah. Menurut paham Jabbariyah, manusia terikat dengan kehendak Tuhan sehingga tidak
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Berbeda dengan
Kadariyah, paham ini cenderung memandang bahwa manusia tidak memiliki kebebasan
berkehendak, melainkan Tuhan yang menentukan segalanya, termasuk perbuatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai