Anda di halaman 1dari 28

Studi Teologi Islam Sebagai Pendekatan Studi Islam

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam


Dosen Pengampu Fathorrahman, S.Sos.I., M.Pd.

MAKALAH

Oleh:
MISNAWATI
KAROMATIN KAMILAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN
PRENDUAN SUMENEP MADURA
2021-2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim..

Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas segala nikmat Allah Swt, yang


mana telah memberikan saya kesehatan yang tiada batas dan nikmat yang bergitu
berlimpah sehingga saya bisa mengerjakan makalah yang merupakan syarat dari
tugas kuliah ini dengan lancar dan insyaAllah bermanfaat.

Salawat dan salam tak lupa saya ucapkan kepada baginda besar Rasulullah
Saw. Yang mana telah menjadi suri tauladan dan menjadi penerang sehingga mampu
membawa kejayaan Islam yang terang benderang seperti saat ini. Yang mampu
menjadikan segala hal yang tidak mungkin menjadi mungkin seperti zaman yang
InsyaAllah barokah dari ufuk timur hingga ufuk barat ini.

Pada makalah singkat ini, saya akan menjelaskan sedikit banyak tentang Studi
Teologi Islam sebagai Pendekatan Studi Islam. Aspek umum yakni berisi tentang
pendekatan ilmu ketuhanan yang telah berkembang sejak dahulu. Maka, dari itu,
makalah ini saya akan menjelaskan judul tersebut secara mendetail, InsyaAllah.

Saya harap makalah ini mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya


kepada para pembaca serta mampu menambah wawasan kita semua. Amin. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karna saya
hanyalah manusia yang tidak sempurna. Akhir kata saya ucapkan.

Tsummassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,


PENDAHULUAN

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM

Secara etimologis, Theologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari
kata Theos artinya Tuhan atau Dewa dan Logos yang berarti Ilmu (science, study,
discourse) sehingga dapat diartikan bahwa Teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau
Ilmu Ketuhanan. Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari
sesuatu agama. Setiap orang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam,
perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya. Mempelajari teologi
akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang
tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman . Selain itu, rumusan-rumusan
teologi juga sering disusun sebagai persembahan kepada para penguasa, yang
dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi

Dalam agama Islam, ilmu ketuhanan ini dikenal dengan ilmu kalam, ilmu
tauhid, ilmu ushuluddin, dan ilmu aqidah. Teologi tidak sekadar sebagai keagamaan
yang kosong, tetapi menjelma sebagai ilmu tentang perjuangan sosial, menjadikan
keimanan berfungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi tindakan
manusia

Kenyataan yang harus dipertimbangkan adalah wujud sumber ajaran yang sekarang
bukan lagi dalam bentuk norma, melainkan sudah dalam bentuk praktek kehidupan
sosial yaitu masyarakat Islam yang Madinah. Pada masa Rasullaah di mekah,Nabi
SAW hanya menjadi pemimpin agama. Setelah hijrah ke Madinah, beliau memegang
fungsi ganda, yaitu sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Di sinilah
awal mula terbentuk sistem pemerintahan Islam pertama, yakni dengan berdirinya
negara Islam Madinah.
Ketika Nabi SAW wafat pada 632 M, Sepeninggal Nabi SAW inilah timbul persoalan
di Madinah, yaitu siapa pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir itu.
Dari sinilah, mulai bermunculan berbagai pandangan umat Islam. Sejarah
meriwayatkan bahwa Abu Bakar as-Siddiq-lah yang disetujui oleh umat Islam ketika
itu untuk menjadi pengganti Nabi SAW dalam mengepalai Madinah. Selanjutnya,
Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab. Kemudian, Umar digantikan oleh
Usman bin Affan.

Masalah kekhalifahan merupakan pembahasan utama setelah wafatnya


Rasulullah Saw, hal ini terjadi sampai akhir pemerintahan khulafaurrasyidin. Dalam
pro kontra kekhalifahan tersebut, kemudian terjadi pembunuhan terhadap Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Hal ini menjadi salah satu sebab yang menimbulkan
perbedaan pendapat dan perdebatan, sehingga akhirnya menjadi jelas kebenaran
tentang masalah yang mereka perselisihkan itu.

Awal kemunculan aliran dalam Islam terjadi pada saat khilafah Islamiyah
mengalami kesuksesan kepemimpinan dari Usman bin Affan ke Ali bin Abi Thalib.
Masa pemerintahan Ali merupakan era kekacauan dan awal perpecahan di kalangan
umat Islam. Namun, bibit-bibit perpecahan itu mulai muncul pada akhir kekuasaan
Usman.

Di masa pemerintahan khalifah keempat ini, perang secara fisik beberapa


kali terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan para penentangnya. Peristiwa-
peristiwa ini telah menyebabkan terkoyaknya persatuan dan kesatuan umat. Sejarah
mencatat, paling tidak, dua perang besar pada masa ini, yaitu Perang Jamal (Perang
Unta) yang terjadi antara Ali dan Aisyah yang dibantu Zubair bin Awwam dan Talhah
bin Ubaidillah serta Perang Siffin yang berlangsung antara pasukan Ali melawan
tentara Muawiyah bin Abu Sufyan.

Faktor penyulut Perang Jamal ini disebabkan oleh yang Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang
dan menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut ditolak oleh
Aisyah, Zubair, dan Talhah. Zubair dan Talhah terbunuh ketika hendak melarikan diri,
sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah1.

1
https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam (diunggah Minggu,
8 Agustus 2021)
PEMBAHASAN

SEJARAH DAN TIMBULNYA ALIRAN-ALIRAN ISLAM

Aliran-aliran ini berawal dari dari perselisihan antara ke-khalifaan Ali bin
Abi Thalib yang saat itu tidak mau bertempur untuk melawan musuh dan lebih
berusaha untuk mencegah pertempuran dengan cara damai. Namun keputusan
tersebut mendapat respon negatif dari berbagai banyak pihak hingga timbulah banyak
aliran-aliran islam saat itu. AHIRNYA aliran teologi Islam adalah reaksi dari skisme
(perpecahan) politik umat Islam. Tragedi skisme itu terabadikan dalam sebuah
ungkapan “al-fitnah al-kubra”. Proses skisme itu berawal dari terbunuhnya Usman
Ibn Affan, yang pada akhirnya berimplikasi serupa terhadap khalifah keempat yakni
Ali ibn Abi Thalib. Ketika kedua khalifah tersebut terbunuh, wacana kemelut politik
lalu berkembang menjadi wacana agama (teologi).

Perselisihan yang terjadi antara Ali dan para penentangnya pun


menimbulkan aliran-aliran keagamaan dalam Islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah,
Muktazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah, Ahlussunah wal Jamaah, Jabbariyah, dan
Kadariah. Aliran-aliran ini pada awalnya muncul sebagai akibat percaturan politik
yang terjadi, yaitu mengenai perbedaan pandangan dalam masalah kepemimpinan dan
kekuasaan (aspek sosial dan politik). Namun, dalam perkembangan selanjutnya,
perselisihan yang muncul mengubah sifat-sifat yang berorientasi pada politik menjadi
persoalan keimanan.

“Kelompok khawarij yang akhirnya menjadi penentang Ali mengganggap


bahwa Ali tidak melaksanakan keputusan hukum bagi pihak yang memeranginya
sebagaimana ajaran Al-Qur-an. Karena itu, mereka menunduh Ali kafir dan darahnya
halal,” kata guru besar filsafat Islam, Prof Dr Mulyadi Kartanegara, kepada
Republika.

Sementara itu, kelompok yang mendukung Ali dan keturunannya (Syiah)


melakukan pembelaan atas tuduhan itu. Dari sinilah, bermunculan berbagai macam
aliran keagamaan dalam bidang teologi. Selain persoalan politik dan akidah
(keimanan), muncul pula pandangan yang berbeda mengenai Al-Qur’an (makhluk
atau kalamullah), qadha dan qadar, serta lain sebagainya

Ilmu ini tidak tumbuh langsung menjadi sempurna, melainkan keadaannya


seperti keadaan ilmu-ilmu Islam yang lain, yang pada mulanya terbatas ruang lingkup
pembahasannya, kemudian meluas dan berkembang sedikit demi sedikit. Dalam hal
ini, ia mengikuti hukum pertumbuhan dan perkembangan dan terpengaruh oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya sehingga
menjadi sempurna seperti apa yang diketahui dewasa ini.

Di Al-Qur’an yang merupakan kitab suci agama Islam mengajak untuk


berfikir, melakukan penalaran dan memperhatikan dengan indra, dicerna dengan akal
pikiran agar orang-orang melakukannya, khususnya dalam akidah-akidah
keagamaan2. Karena itu, orang-orang Islam harus menggunakan akalnya untuk
memahami Al-Qur’an, Sunnah dan Hadist Nabi yang datang untuk menetapkan dan
menjelaskan kitab suci ini.

2
Muslim A. kadir, Ilmu Islam Terapan (Menggagas Paradigma Amali dalam Agama Islam), (Jakarta :
Pustaka Pelajar, 2003) hal. 29.
MACAM-MACAM ALIRAN DALAM ISLAM

Setelah terjadinya perang saudara dengan terbunuhnya Usman bin ‘Affan,


kaum muslimin berbeda pendapat tentang dosa besar dan tentang orang yang
melakukannya. Apakah dosa besar itu? Apakah ia mukmin atau kafir? Perbedaan ini
secara otomatis disusul dengan perbedaan pendapat tentang “Iman”, defenisi dan
penjelasannya. Berangkat dari perbedaan pendapat tentang hal itu, muncul golongan
Khawarij, Murji’ah kemudian Mu’tazilah3.

Aliran Khawarij Ukwah bin Udayyah

Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib saat
menyikapi perdamaian peristiwa Tahkim oleh Muawiyah. Kata Khawarij berasal dari
bahasa Arab yang berarti keluar. Aliran ini sering disebut aliran ekstrem. Sebab
mereka menganggap keputusan Ali dan golongannya yang setuju berdamai dengan
Muawiyah adalah kafir dan halal darahnya

. Aliran Khawarij memiliki keyakinan bahwa jika seseorang tidak berhasil


membuktikan imannya dalam bentuk menghindari dari perbuatan dosa maka dapat
diterapkan hukum kafir dan dapat dibunuh4

Jika dikaji dari metodologi berfikir, pendirian ini berpangkal pada


keutuhan mutlak antara unsur-unsur iman yang terdiri dari pembenaran dalam hati
dengan realisasinya dalam perbuatan kongkret, keutuhan mutlak yang dituntut
oleh Khawarij antara iman dalam hati dengan perilaku praktis, sudah pasti
membawa pada konsekuensi bahwa pembunuh adalah orang yang tidak memiliki

3
Said Agil Al-Munawar dan Husni Rahim, Teologi Islam Regional (Aplikasi terhadap Wacana dan
Praktis Harun Nasution), Cet. I, (Jakarta : Ciputat Press, tt) Hal. 19.
4
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981) Hal.39
iman dalam hati atau dengan kata lain kafir. Di sini jelas terdapat potensi
keberagaman yang positif, meskipun cenderung tanpa kompromi.

1. Aliran Murji’ah

Murjiah berasal dari kata 'irja' yang berarti menangguhkan. Aliran ini
berpandangan bahwa orang berdosa tidak termasuk kafir dan tidak kekal dalam
neraka. Mereka yang berpendapat demikian termasuk golongan Murjiah moderat.
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa orang Islam yang percaya pada Allah
kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir sebab iman itu
terletak di dalam hati

Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah memberi defenisi iman sebagai berikut :
Iman adalah pengakuan dan pengetahuan tentang Tuhan, Rasul-rasulnya dan
tentang semua apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan tidak dalam
rincian. Iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada
perbedaan antara manusia dalam hal iman5

Aliran Mu’tazilah (Ahl al-Sunnah Wal Jama’ah)

Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan 'kaum rasionalis
Islam' karena dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal. Aliran ini
berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan mukmin,
tetapi berada di antara keduanya. pandangan lain dari Muktazilah adalah hanya
mengakui peristiwa Isra Rasulullah SAW, tetapi tidak mengakui Mi'raj Nabi ke langit.
Selain itu aliran ini tidak mengakui siksa kubur, tidak percaya perhitungan amal
hingga tidak percaya akan syafaat Nabi di Hari Kiamat
5
Menurut aliran ini, berbuat dosa, khususnya dosa besar, menyebabkan seseorang kehilangan iman
dan menjadi kafir, lihat : Muhammad Abu Zahrah, Al-Madhahib al-Islamiyah, (Kairo : Maktabah al-
Adab) Hal.90- 120.
Tokoh dalam aliran ini adalah Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ary dan Imam
Abu Mansur Al-Maturidy. Aliran ini pada dasarnya memilki aturan esensial
berfikir yang terdiri dari tiga komponen.

a) Pertama adalah pengakuan bahwa masing-masing lapisan realitas memiliki


logika berfikir yang sesuai dengan kodrat sendiri.
b) Kedua adalah pengakuan bahwa kebenaran dari lapisan lain dapat diterima
melalui keyakinan atas dasar otoritas aturan berfikir
c) ketiga adalah pengakuan bahwa lapisan realitas tersebut merupakan kesatuan
dasar Tuhan yang diterima dalam Islam. Jadi aliran ini tidak menetapkan
hukum kafir bagi pelaku dosa besar6

6
Imam Abu Hanīfah, Al-Fiqh Al-Akbar fi Al-Tauhīd, (Beirūt : Dār Al-Rabiyah li Al-Thiba’ah, tt) Hal.6
Namun dari ketiga aliran tersebut, terdapat dua liran yang masih terkenal
dan menyebar hingga saat ini. Kedua aliran itu adalah Ahlussunnah wal Jamaah
(Al-Mu’tazilah atau Sunni) dan Syiah. Hanya dua aliran inilah yang masih memiliki
banyak pengikut.

Penganut kedua paham ini tersebar di berbagai negara di dunia yang


terdapat komunitas Muslim. Tak jarang, dalam satu negara Muslim, terdapat dua
penganut aliran ini. Jumlah Muslim yang menganut paham Sunni jauh lebih banyak
dibandingkan yang menganut paham Syiah. Wikipedia menyebutkan, sekitar 90
persen umat Muslim di dunia merupakan kaum Sunni dan sekitar 10 persen menganut
aliran Syiah.

1. Ahlussunnah wal Jamaah (Al-Mu’tazilah atau Sunni)

Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan
ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi
dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang
selamat. Ulama mengatakan : Sungguh kelompok tersaebut sekarang ini
terhimpun dalam madzhab yang empat yaitu madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki,
dan Hanbali.”

Ketika membicarakan aliran-aliran teologi dalam Islam, ada sebuah hadis


Nabi SAW yang selalu diutarakan, ''Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.
Satu di antaranya yang selamat, sedangkan lainnya menjadi golongan yang
rusak. Beliau ditanya, siapa golongan yang  selamat itu? Beliau menjawab Ahlus
Sunnah wal Jama'ah.'' (Hadis riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan
Ahmad).
Banyak ulama berpendapat, Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah mereka
yang mengikuti semua yang berasal dari Nabi SAW, baik perkataan, perbuatan,
pengakuan, maupun hal-hal lain yang dikaitkan dengan pribadi Rasulullah SAW.
Itu sebabnya aliran ini disebut juga Ahlul Hadis was Sunnah (golongan yang
berpegang pada hadis dan sunah).

Mayoritas umat Islam mengaku mempraktikkan sunah-sunah Nabi SAW.


Namun secara ideologi dan emosional terikat dengan aliran-aliran yang berbeda.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, secara definitif tidaklah mudah. Ada aspek-
aspek yang mesti dilihat sebelum menggolongkan kelompok tertentu sebagai
Ahlus Sunnah atau bukan. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sejarah, sosial,
budaya, dan politik. Mengenai hal ini, ada beberapa alasan.

a) Pertama, ajaran Islam mampu mengubah lingkungan sosial dan budaya yang
berimplikasi pada perubahan pandangan hidup masyarakatnya.
b) Kedua, dalam proses perubahan dari kondisi lama pada kondisi baru, terjadi
penghayatan terhadap ajaran Islam yang dipengaruhi oleh keadaan sosial
budaya setempat. Setiap masyarakat akan menghayati dan merespons ajaran
Islam dengan cara yang berbeda karena mereka berada di suatu masa dan
lingkungan yang tidak sama7.

2. Syiah (Kelompok yang Mendukung Ali dan Keturunannya)

Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga dengan kata Tasyayu’
yang berarti patuh/mentaati secara agama dan mengangkat kepada orang yang
ditaati dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan.

Dalam Ensiklopedi Islam, Syiah yaitu kelompok aliran atau paham yang
mengidolakan bahwa Ali bin Abi Thalib ra. dan keturunannya adalah Imam-Imam
7
https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam (diunggah Senin,
9 Agustus 2021)
atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW (Ensiklopedi
Islam, 1997).

Sedangkan Qurais Shihab dengan mengutip pendapat Ali Muhammad


Al-Jurjani mendefinisikan bahwa Syiah, yaitu mereka yang mengikuti Sayyidina
Ali r.a dan percaya bahwa beliau adalah Imam sesudah Rasul saw. Dan percaya
bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan keturunannya8.

KESIMPULAN

Ilmu Ketuhanan tentu sangatlah dibutuhkan dan sangat penting untuk


dipelajari. Dari ilmu tersebut, seseorang mampu mengenal agama dan tuhannya
dengan benar. Segala yang dianut oleh seseorang bukanlah sebuah paksaan. Setiap
orang memilki haknya sendiri untuk percaya dengan agamanya terutama Tuhannya.
Dalam agama islam, ilmu ini dikenal dengan ilmu kalam, atau ilmu tauhid dan ilmu
aqaid yang memilki arti yang sama, dengan menjadikan Al-Qur’an dan Hadist-hadist
nabi sebagai rujukan ilmu ketuhanan tersebut.

Sejak Rasulullah Wafat, perselisihan sering terjadi baik dari dalam kaum
maupun dari luar. Hal tersebut memucak setelah kepemimpnan islam berada di bawah
pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Semenjak wafatnya Ali, aliran-aliran islam
bermunculan. Hal ini membuat kelompok muslim memiliki kepercayaan mereka
sendiri namun tetap berada di bawah naungan Islam.

Meskipun demikian, kondisi terakhir telah menyebabkan konflik


berkepanjangan dalam tubuh umat Islam yang bermuara pada lahirnya aliran teologi
dalam Islam. Aliran-aliran tersebut haruslah kita hargai tanpa harus saling
menjatuhkan karena aliran tersebut masih beratasnamankan Islam

8
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/apa-itu-syiah (diunggah Senin, 9 Agustus 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981) Hal.39

Imam Abu Hanīfah, Al-Fiqh Al-Akbar fi Al-Tauhīd, (Beirūt : Dār Al-Rabiyah li Al-
Thiba’ah, tt) Hal.6

Menurut aliran ini, berbuat dosa, khususnya dosa besar, menyebabkan seseorang
kehilangan iman dan menjadi kafir, lihat : Muhammad Abu Zahrah, Al-
Madhahib al-Islamiyah, (Kairo : Maktabah al-Adab) Hal.90- 120.

Muslim A. kadir, Ilmu Islam Terapan (Menggagas Paradigma Amali dalam Agama
Islam), (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2003) Hal. 29.

Said Agil Al-Munawar dan Husni Rahim, Teologi Islam Regional (Aplikasi terhadap
Wacana dan Praktis Harun Nasution), Cet. I, (Jakarta : Ciputat Press, tt)
Hal.19

https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam
(diunggah Minggu, 8 Agustus 2021)

https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam
(diunggah Senin, 9 Agustus 2021)

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/apa-itu-syiah (diunggah Senin, 9 Agustus


2021)

https://unupurwokerto.ac.id/pengertian-dan-metode-berpikir-ahlussunnah-wal-
https://mathlaulanwar.or.id/2018/12/14/sejarah-asal-usul-aliran-teologi-islam/presentation-

teologij Studi Teologi Islam Sebagai Pendekatan Studi Islam


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu Fathorrahman, S.Sos.I., M.Pd.

MAKALAH
Oleh :
MISNAWATI
NIM. 20219603079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN
PRENDUAN SUMENEP MADURA
2021-2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim..

Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas segala nikmat Allah Swt, yang
mana telah memberikan saya kesehatan yang tiada batas dan nikmat yang bergitu
berlimpah sehingga saya bisa mengerjakan makalah yang merupakan syarat dari
tugas kuliah ini dengan lancar dan insyaAllah bermanfaat.

Salawat dan salam tak lupa saya ucapkan kepada baginda besar Rasulullah
Saw. Yang mana telah menjadi suri tauladan dan menjadi penerang sehingga mampu
membawa kejayaan Islam yang terang benderang seperti saat ini. Yang mampu
menjadikan segala hal yang tidak mungkin menjadi mungkin seperti zaman yang
InsyaAllah barokah dari ufuk timur hingga ufuk barat ini.

Pada makalah singkat ini, saya akan menjelaskan sedikit banyak tentang Studi
Teologi Islam sebagai Pendekatan Studi Islam. Aspek umum yakni berisi tentang
pendekatan ilmu ketuhanan yang telah berkembang sejak dahulu. Maka, dari itu,
makalah ini saya akan menjelaskan judul tersebut secara mendetail, InsyaAllah.

Saya harap makalah ini mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya


kepada para pembaca serta mampu menambah wawasan kita semua. Amin. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karna saya
hanyalah manusia yang tidak sempurna. Akhir kata saya ucapkan.

Tsummassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,


PENDAHULUAN

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI ISLAM

Secara etimologis, Theologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari
kata Theos artinya Tuhan atau Dewa dan Logos yang berarti Ilmu (science, study,
discourse) sehingga dapat diartikan bahwa Teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau
Ilmu Ketuhanan. Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari
sesuatu agama. Setiap orang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam,
perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya. Mempelajari teologi
akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang
tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman . Selain itu, rumusan-rumusan
teologi juga sering disusun sebagai persembahan kepada para penguasa, yang
dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi

Dalam agama Islam, ilmu ketuhanan ini dikenal dengan ilmu kalam, ilmu
tauhid, ilmu ushuluddin, dan ilmu aqidah. Teologi tidak sekadar sebagai keagamaan
yang kosong, tetapi menjelma sebagai ilmu tentang perjuangan sosial, menjadikan
keimanan berfungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi tindakan
manusia

Kenyataan yang harus dipertimbangkan adalah wujud sumber ajaran yang sekarang
bukan lagi dalam bentuk norma, melainkan sudah dalam bentuk praktek kehidupan
sosial yaitu masyarakat Islam yang Madinah. Pada masa Rasullaah di mekah,Nabi
SAW hanya menjadi pemimpin agama. Setelah hijrah ke Madinah, beliau memegang
fungsi ganda, yaitu sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Di sinilah
awal mula terbentuk sistem pemerintahan Islam pertama, yakni dengan berdirinya
negara Islam Madinah.
Ketika Nabi SAW wafat pada 632 M, Sepeninggal Nabi SAW inilah timbul persoalan
di Madinah, yaitu siapa pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir itu.
Dari sinilah, mulai bermunculan berbagai pandangan umat Islam. Sejarah
meriwayatkan bahwa Abu Bakar as-Siddiq-lah yang disetujui oleh umat Islam ketika
itu untuk menjadi pengganti Nabi SAW dalam mengepalai Madinah. Selanjutnya,
Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab. Kemudian, Umar digantikan oleh
Usman bin Affan.

Masalah kekhalifahan merupakan pembahasan utama setelah wafatnya


Rasulullah Saw, hal ini terjadi sampai akhir pemerintahan khulafaurrasyidin. Dalam
pro kontra kekhalifahan tersebut, kemudian terjadi pembunuhan terhadap Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Hal ini menjadi salah satu sebab yang menimbulkan
perbedaan pendapat dan perdebatan, sehingga akhirnya menjadi jelas kebenaran
tentang masalah yang mereka perselisihkan itu.

Awal kemunculan aliran dalam Islam terjadi pada saat khilafah Islamiyah
mengalami kesuksesan kepemimpinan dari Usman bin Affan ke Ali bin Abi Thalib.
Masa pemerintahan Ali merupakan era kekacauan dan awal perpecahan di kalangan
umat Islam. Namun, bibit-bibit perpecahan itu mulai muncul pada akhir kekuasaan
Usman.

Di masa pemerintahan khalifah keempat ini, perang secara fisik beberapa


kali terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan para penentangnya. Peristiwa-
peristiwa ini telah menyebabkan terkoyaknya persatuan dan kesatuan umat. Sejarah
mencatat, paling tidak, dua perang besar pada masa ini, yaitu Perang Jamal (Perang
Unta) yang terjadi antara Ali dan Aisyah yang dibantu Zubair bin Awwam dan Talhah
bin Ubaidillah serta Perang Siffin yang berlangsung antara pasukan Ali melawan
tentara Muawiyah bin Abu Sufyan.

Faktor penyulut Perang Jamal ini disebabkan oleh yang Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang
dan menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut ditolak oleh
Aisyah, Zubair, dan Talhah. Zubair dan Talhah terbunuh ketika hendak melarikan diri,
sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah9.

9
https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam (diunggah Minggu,
8 Agustus 2021)
PEMBAHASAN

SEJARAH DAN TIMBULNYA ALIRAN-ALIRAN ISLAM

Aliran-aliran ini berawal dari dari perselisihan antara ke-khalifaan Ali bin
Abi Thalib yang saat itu tidak mau bertempur untuk melawan musuh dan lebih
berusaha untuk mencegah pertempuran dengan cara damai. Namun keputusan
tersebut mendapat respon negatif dari berbagai banyak pihak hingga timbulah banyak
aliran-aliran islam saat itu. AHIRNYA aliran teologi Islam adalah reaksi dari skisme
(perpecahan) politik umat Islam. Tragedi skisme itu terabadikan dalam sebuah
ungkapan “al-fitnah al-kubra”. Proses skisme itu berawal dari terbunuhnya Usman
Ibn Affan, yang pada akhirnya berimplikasi serupa terhadap khalifah keempat yakni
Ali ibn Abi Thalib. Ketika kedua khalifah tersebut terbunuh, wacana kemelut politik
lalu berkembang menjadi wacana agama (teologi).

Perselisihan yang terjadi antara Ali dan para penentangnya pun


menimbulkan aliran-aliran keagamaan dalam Islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah,
Muktazilah, Asy'ariyah, Maturidiyah, Ahlussunah wal Jamaah, Jabbariyah, dan
Kadariah. Aliran-aliran ini pada awalnya muncul sebagai akibat percaturan politik
yang terjadi, yaitu mengenai perbedaan pandangan dalam masalah kepemimpinan dan
kekuasaan (aspek sosial dan politik). Namun, dalam perkembangan selanjutnya,
perselisihan yang muncul mengubah sifat-sifat yang berorientasi pada politik menjadi
persoalan keimanan.

“Kelompok khawarij yang akhirnya menjadi penentang Ali mengganggap


bahwa Ali tidak melaksanakan keputusan hukum bagi pihak yang memeranginya
sebagaimana ajaran Al-Qur-an. Karena itu, mereka menunduh Ali kafir dan darahnya
halal,” kata guru besar filsafat Islam, Prof Dr Mulyadi Kartanegara, kepada
Republika.

Sementara itu, kelompok yang mendukung Ali dan keturunannya (Syiah)


melakukan pembelaan atas tuduhan itu. Dari sinilah, bermunculan berbagai macam
aliran keagamaan dalam bidang teologi. Selain persoalan politik dan akidah
(keimanan), muncul pula pandangan yang berbeda mengenai Al-Qur’an (makhluk
atau kalamullah), qadha dan qadar, serta lain sebagainya

Ilmu ini tidak tumbuh langsung menjadi sempurna, melainkan keadaannya


seperti keadaan ilmu-ilmu Islam yang lain, yang pada mulanya terbatas ruang lingkup
pembahasannya, kemudian meluas dan berkembang sedikit demi sedikit. Dalam hal
ini, ia mengikuti hukum pertumbuhan dan perkembangan dan terpengaruh oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya sehingga
menjadi sempurna seperti apa yang diketahui dewasa ini.

Di Al-Qur’an yang merupakan kitab suci agama Islam mengajak untuk


berfikir, melakukan penalaran dan memperhatikan dengan indra, dicerna dengan akal
pikiran agar orang-orang melakukannya, khususnya dalam akidah-akidah
keagamaan10. Karena itu, orang-orang Islam harus menggunakan akalnya untuk
memahami Al-Qur’an, Sunnah dan Hadist Nabi yang datang untuk menetapkan dan
menjelaskan kitab suci ini.

10
Muslim A. kadir, Ilmu Islam Terapan (Menggagas Paradigma Amali dalam Agama Islam), (Jakarta :
Pustaka Pelajar, 2003) hal. 29.
MACAM-MACAM ALIRAN DALAM ISLAM

Setelah terjadinya perang saudara dengan terbunuhnya Usman bin ‘Affan,


kaum muslimin berbeda pendapat tentang dosa besar dan tentang orang yang
melakukannya. Apakah dosa besar itu? Apakah ia mukmin atau kafir? Perbedaan ini
secara otomatis disusul dengan perbedaan pendapat tentang “Iman”, defenisi dan
penjelasannya. Berangkat dari perbedaan pendapat tentang hal itu, muncul golongan
Khawarij, Murji’ah kemudian Mu’tazilah11.

Aliran Khawarij Ukwah bin Udayyah

Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib saat
menyikapi perdamaian peristiwa Tahkim oleh Muawiyah. Kata Khawarij berasal dari
bahasa Arab yang berarti keluar. Aliran ini sering disebut aliran ekstrem. Sebab
mereka menganggap keputusan Ali dan golongannya yang setuju berdamai dengan
Muawiyah adalah kafir dan halal darahnya

. Aliran Khawarij memiliki keyakinan bahwa jika seseorang tidak berhasil


membuktikan imannya dalam bentuk menghindari dari perbuatan dosa maka dapat
diterapkan hukum kafir dan dapat dibunuh12

Jika dikaji dari metodologi berfikir, pendirian ini berpangkal pada


keutuhan mutlak antara unsur-unsur iman yang terdiri dari pembenaran dalam hati
dengan realisasinya dalam perbuatan kongkret, keutuhan mutlak yang dituntut
oleh Khawarij antara iman dalam hati dengan perilaku praktis, sudah pasti
membawa pada konsekuensi bahwa pembunuh adalah orang yang tidak memiliki

11
Said Agil Al-Munawar dan Husni Rahim, Teologi Islam Regional (Aplikasi terhadap Wacana dan
Praktis Harun Nasution), Cet. I, (Jakarta : Ciputat Press, tt) Hal. 19.
12
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981) Hal.39
iman dalam hati atau dengan kata lain kafir. Di sini jelas terdapat potensi
keberagaman yang positif, meskipun cenderung tanpa kompromi.

2. Aliran Murji’ah

Murjiah berasal dari kata 'irja' yang berarti menangguhkan. Aliran ini
berpandangan bahwa orang berdosa tidak termasuk kafir dan tidak kekal dalam
neraka. Mereka yang berpendapat demikian termasuk golongan Murjiah moderat.
Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa orang Islam yang percaya pada Allah
kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir sebab iman itu
terletak di dalam hati

Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah memberi defenisi iman sebagai berikut :
Iman adalah pengakuan dan pengetahuan tentang Tuhan, Rasul-rasulnya dan
tentang semua apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan tidak dalam
rincian. Iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada
perbedaan antara manusia dalam hal iman13

Aliran Mu’tazilah (Ahl al-Sunnah Wal Jama’ah)

Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan 'kaum rasionalis
Islam' karena dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal. Aliran ini
berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan mukmin,
tetapi berada di antara keduanya. pandangan lain dari Muktazilah adalah hanya
mengakui peristiwa Isra Rasulullah SAW, tetapi tidak mengakui Mi'raj Nabi ke langit.
Selain itu aliran ini tidak mengakui siksa kubur, tidak percaya perhitungan amal
hingga tidak percaya akan syafaat Nabi di Hari Kiamat
13
Menurut aliran ini, berbuat dosa, khususnya dosa besar, menyebabkan seseorang kehilangan iman
dan menjadi kafir, lihat : Muhammad Abu Zahrah, Al-Madhahib al-Islamiyah, (Kairo : Maktabah al-
Adab) Hal.90- 120.
Tokoh dalam aliran ini adalah Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ary dan Imam
Abu Mansur Al-Maturidy. Aliran ini pada dasarnya memilki aturan esensial
berfikir yang terdiri dari tiga komponen.

d) Pertama adalah pengakuan bahwa masing-masing lapisan realitas memiliki


logika berfikir yang sesuai dengan kodrat sendiri.
e) Kedua adalah pengakuan bahwa kebenaran dari lapisan lain dapat diterima
melalui keyakinan atas dasar otoritas aturan berfikir
f) ketiga adalah pengakuan bahwa lapisan realitas tersebut merupakan kesatuan
dasar Tuhan yang diterima dalam Islam. Jadi aliran ini tidak menetapkan
hukum kafir bagi pelaku dosa besar14

Imam Abu Hanīfah, Al-Fiqh Al-Akbar fi Al-Tauhīd, (Beirūt : Dār Al-Rabiyah li Al-Thiba’ah, tt)
14

Hal.6
Namun dari ketiga aliran tersebut, terdapat dua liran yang masih terkenal
dan menyebar hingga saat ini. Kedua aliran itu adalah Ahlussunnah wal Jamaah
(Al-Mu’tazilah atau Sunni) dan Syiah. Hanya dua aliran inilah yang masih memiliki
banyak pengikut.

Penganut kedua paham ini tersebar di berbagai negara di dunia yang


terdapat komunitas Muslim. Tak jarang, dalam satu negara Muslim, terdapat dua
penganut aliran ini. Jumlah Muslim yang menganut paham Sunni jauh lebih banyak
dibandingkan yang menganut paham Syiah. Wikipedia menyebutkan, sekitar 90
persen umat Muslim di dunia merupakan kaum Sunni dan sekitar 10 persen menganut
aliran Syiah.

3. Ahlussunnah wal Jamaah (Al-Mu’tazilah atau Sunni)

Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan
ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi
dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang
selamat. Ulama mengatakan : Sungguh kelompok tersaebut sekarang ini
terhimpun dalam madzhab yang empat yaitu madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki,
dan Hanbali.”

Ketika membicarakan aliran-aliran teologi dalam Islam, ada sebuah hadis


Nabi SAW yang selalu diutarakan, ''Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.
Satu di antaranya yang selamat, sedangkan lainnya menjadi golongan yang
rusak. Beliau ditanya, siapa golongan yang  selamat itu? Beliau menjawab Ahlus
Sunnah wal Jama'ah.'' (Hadis riwayat Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan
Ahmad).
Banyak ulama berpendapat, Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah mereka
yang mengikuti semua yang berasal dari Nabi SAW, baik perkataan, perbuatan,
pengakuan, maupun hal-hal lain yang dikaitkan dengan pribadi Rasulullah SAW.
Itu sebabnya aliran ini disebut juga Ahlul Hadis was Sunnah (golongan yang
berpegang pada hadis dan sunah).

Mayoritas umat Islam mengaku mempraktikkan sunah-sunah Nabi SAW.


Namun secara ideologi dan emosional terikat dengan aliran-aliran yang berbeda.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, secara definitif tidaklah mudah. Ada aspek-
aspek yang mesti dilihat sebelum menggolongkan kelompok tertentu sebagai
Ahlus Sunnah atau bukan. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sejarah, sosial,
budaya, dan politik. Mengenai hal ini, ada beberapa alasan.

c) Pertama, ajaran Islam mampu mengubah lingkungan sosial dan budaya yang
berimplikasi pada perubahan pandangan hidup masyarakatnya.
d) Kedua, dalam proses perubahan dari kondisi lama pada kondisi baru, terjadi
penghayatan terhadap ajaran Islam yang dipengaruhi oleh keadaan sosial
budaya setempat. Setiap masyarakat akan menghayati dan merespons ajaran
Islam dengan cara yang berbeda karena mereka berada di suatu masa dan
lingkungan yang tidak sama15.

4. Syiah (Kelompok yang Mendukung Ali dan Keturunannya)

Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga dengan kata Tasyayu’
yang berarti patuh/mentaati secara agama dan mengangkat kepada orang yang
ditaati dengan penuh keikhlasan tanpa keraguan.

Dalam Ensiklopedi Islam, Syiah yaitu kelompok aliran atau paham yang
mengidolakan bahwa Ali bin Abi Thalib ra. dan keturunannya adalah Imam-Imam
15
https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam (diunggah Senin,
9 Agustus 2021)
atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW (Ensiklopedi
Islam, 1997).

Sedangkan Qurais Shihab dengan mengutip pendapat Ali Muhammad


Al-Jurjani mendefinisikan bahwa Syiah, yaitu mereka yang mengikuti Sayyidina
Ali r.a dan percaya bahwa beliau adalah Imam sesudah Rasul saw. Dan percaya
bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan keturunannya16.

KESIMPULAN

Ilmu Ketuhanan tentu sangatlah dibutuhkan dan sangat penting untuk


dipelajari. Dari ilmu tersebut, seseorang mampu mengenal agama dan tuhannya
dengan benar. Segala yang dianut oleh seseorang bukanlah sebuah paksaan. Setiap
orang memilki haknya sendiri untuk percaya dengan agamanya terutama Tuhannya.
Dalam agama islam, ilmu ini dikenal dengan ilmu kalam, atau ilmu tauhid dan ilmu
aqaid yang memilki arti yang sama, dengan menjadikan Al-Qur’an dan Hadist-hadist
nabi sebagai rujukan ilmu ketuhanan tersebut.

Sejak Rasulullah Wafat, perselisihan sering terjadi baik dari dalam kaum
maupun dari luar. Hal tersebut memucak setelah kepemimpnan islam berada di bawah
pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Semenjak wafatnya Ali, aliran-aliran islam
bermunculan. Hal ini membuat kelompok muslim memiliki kepercayaan mereka
sendiri namun tetap berada di bawah naungan Islam.

Meskipun demikian, kondisi terakhir telah menyebabkan konflik


berkepanjangan dalam tubuh umat Islam yang bermuara pada lahirnya aliran teologi
dalam Islam. Aliran-aliran tersebut haruslah kita hargai tanpa harus saling
menjatuhkan karena aliran tersebut masih beratasnamankan Islam

16
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/apa-itu-syiah (diunggah Senin, 9 Agustus 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1981) Hal.39

Imam Abu Hanīfah, Al-Fiqh Al-Akbar fi Al-Tauhīd, (Beirūt : Dār Al-Rabiyah li Al-
Thiba’ah, tt) Hal.6

Menurut aliran ini, berbuat dosa, khususnya dosa besar, menyebabkan seseorang
kehilangan iman dan menjadi kafir, lihat : Muhammad Abu Zahrah, Al-
Madhahib al-Islamiyah, (Kairo : Maktabah al-Adab) Hal.90- 120.

Muslim A. kadir, Ilmu Islam Terapan (Menggagas Paradigma Amali dalam Agama
Islam), (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2003) Hal. 29.

Said Agil Al-Munawar dan Husni Rahim, Teologi Islam Regional (Aplikasi terhadap
Wacana dan Praktis Harun Nasution), Cet. I, (Jakarta : Ciputat Press, tt)
Hal.19

https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam
(diunggah Minggu, 8 Agustus 2021)

https://republika.co.id/berita/61241/sejarah-munculnya-aliran-teologi-dalam-islam
(diunggah Senin, 9 Agustus 2021)

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/apa-itu-syiah (diunggah Senin, 9 Agustus


2021)

https://unupurwokerto.ac.id/pengertian-dan-metode-berpikir-ahlussunnah-wal-
https://mathlaulanwar.or.id/2018/12/14/sejarah-asal-usul-aliran-teologi-
islam/presentation-teologijamaah/

amaah/

Anda mungkin juga menyukai