Email : nugrohodwip17@gmail.com
Email : aminahcaniago10@gmail.com
Dosen Pengampu Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam IAIN Pekalongan
Abstrak
Awal munculnya teologi Islam tidak terlepas dari permasalahan politik yang akhirnya terus
berkelanjutan kepada permasalahan yang sesungguhnya yaitu bercorak agama. Sehingga
hal ini kemudian menjadi pembicaraan yang pelik dalam teologi Islam. Disamping itu,
peneliti mencantumkan beberapa persoalan yang sering kali muncul dalam teologi. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelebaran masalah pembahasan di dalamnya. Sesuai
latar belakang pemikiran yang ada di bab pendahuluan, dengan tidak bermaksud
menganggap permasalahan yang lain tidak penting, penelit i berusaha untuk memaparkan
empat permasalahan saja. Hal ini dirasa penting untuk diangkat sesuai dengan
penelitian ini. Dengan demikian, peneliti mencoba memberikan gambaran secara umum
tentang persoalan-persoalan teologi yang sering muncul dengan disertai alasan-alasan yang
menyertainya dari masing-masing madzhab atau golongan yang terlibat di dalamnya.
Sehingga dalam pembahasan ini akan tampak jelas madzhabmadzhab yang memberikan
argumenya dalam mempertahankan pendirian dan pendapatnya.
PENDAHULUAN
Diskursus tentang teologi selalu menarik untuk dijadikan bahan kajian secara
Nasution dalam pendahuluan bukunya Teologi Islam, dibahas tentang ajaran-ajaran dasar
suatu agama. Setiap pribadi yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara intens,
diharuskan untuk mengkaji teologi yang terdapat di dalam agamanya, karena hanya
melalui domain kajian inilah ia akan memiliki landasan yang kuat yang senantiasa bisa
dijadikan sebagai pandangan dunia tauhid sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh
perubahan zaman.
Perubahan teologi muncul dalam pentas sejarah Islam ketika permasalahan politik
mengedapan tidak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. ketika itu muncul issue
dikalangan umat Islam tentang siapakah yang paling berhak untuk menggantikan Nabi
sebagai kepala Negara bukan sebagai Nabi atau Rasul. Karena Islam, menurut R.
Strothman, bukan hanya merupakan system agama melainkan juga merupakan system
politik. Maka wajar jika pemakaman jenazah Nabi menjadi issue yang harus diselesaikan
PEMBAHASAN
Istilah “teologi” secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani, theos berarti
Tuhan dan logos berarti pengetahuan.” Dengan demikian, bila kata itu dirangkai maka
berate pengetahuan tentang Tuhan. Adapun secara terminologis teologi diartikan sebagai
dunia realita.
Awal munculnya teologi Islam tidak terlepas dari permasalahan politik yang
agama. Sehingga hal ini kemudian menjadi pembicaraan yang pelik dalam teologi Islam.
Lahirnya madzhab-madzhab dalam Theologi Islam, tentunya tidak bisa terlepas realitas
khususnya selama di Madinah, di samping menjadi kepala agama juga menjadi kepala
1
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Press, 2009), hal.3.
Beberapa waktu kemudian setelah Rasullullah wafat, maka timbullah aneka
ragam pemiikiran atau pendapat tentang siapa yang berhak untuk menduduki jabatan
dalam pemerintahan/khalifah. Sebagai orang yang memegang amanat akan misi Rasul
Allah dalam menegakkan agama Islam, maka beberapa persyaratan tertentu harus
perjuangan itu. Jadi tidak mengherankan kalau masyarakat Madinah pada waktu
wafatnya Nabi Muhammad Saw. Sibuk memikirkan pengganti beliau untuk memimpin
Negara yang baru lahir itu. Dengan hal tersebut, sehingga menjadikan penguburan Nabi
merupakan soal kedua bagi mereka, maka akhirnya timbullah soal khilafah, soal
pengganti Nabi Muhammad Saw. Tentu tidak bisa di gantikan. Maka seiring dengan
golongan yang ada di Madinah saling berbeda pendapat untuk mendapatkan hak,
yaitu
Golongan Anshar berpendapat, bahwa dari kalangan merekalah yang berhak dan
harus diangkat sebagai pengganti Rasul, menduduki jabatan khalifah. Secara historis,
mereka memiliki dedikasi cukup tinggi, pengorbanan yang cukup besar dalam menerima
rombongan Rasul (Muhajirin) di Madinah, dan disitu pula berdiri Daulah Islamiyah.
yang harus diangkat sebagai khalifah, karena dari kalangan mereka pula per tama kali
para pendukung Ali bin Abi Thalib berkeyakinan, bahwa yang berhak menjadi pengganti
Rasul sebagai khalifah haruslah dari kalangan “Ahli Bait Rasul” sendiri. Menurut mereka
pada waktu itu satu-satunya orang yang paling berhhak adalah Ali bin Abi Thalib
disamping beliau dianggap putra Rasul, juga menantu Nabi.2
akhirnya dapat diketahui bahwa Abu Bakar yang disetujui oleh masyarakat Islam sebagai
Kemudian Abu Bakar digantikan oleh Umar ibn al-Khattab dan Umar digantikan
oleh Utsman ibn Affan. Selama Abu Bakar dan Umar memegang tampuk pemerintahan
perpedaan pendapat tentang siapa yang berhak menjadi khalifah tidaklah begitu kentara.
Hal ini tidak menimbulkan pertentangan tajam dalam dunia Islam. Akan tetapi diwaktu
khalifah Utsman ibn Affan, dikalangan umat Islam mulai terjadi perpechan karena
sehingga menimbulkan kekacauan di tubuh umat Islam. Disamping itu juga ada hal yang
lain, yakni setelah wafatnya Utsman, sebagai pengganti terkuat adalah Ali. Akan tetapi
segera ia mendapat tantangan dari pemuka-pemuka lain yang juga ingin menjadi khalifah
yang keempat, yaitu Thalhah dan Zubair yang dapat dukungan dari Aisyah. Akhirnya
terjadi peperangan yang mengakibatkan terbunuhnya orang tersebut, dan Aisyah dikirim
ke Makkah.
meluas ke permasalahan ajaran dan pemahaman agama Islam. Sehingga dapat kita
terbunuhnya Utsman oleh Muhammad ibn Bakr anak angkat dari Ali ibn Abi Thalib.
Thalhah dan Zubair yang mati terbunuh dalam pertempuran dengan Ali dan terbunuhnya
Golongan ini dulunya adalah sebagian dari pengikut Ali yang keluar, sedang
pengikut lain masih banyak yang setia kepada Ali. Mereka disebut kaum Syi’ah, yaitu
2
Ibid, hal.48.
golongan yang sangat fanatik terhadap Ali, maka dari sini dapat dilihat bahwa dari
1. Madzhab Mu’tazilah
adalah golongan yang membawa persoalan teologi yang lebih mendalam dan
bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa oleh kaum Khawarij dan
Kata Mu’tazilah berasal dari kata I’tizal yang berarti memisahkan diri.
Sedangkan Mu’tazilah adalah orang-orang yang memisahkan diri. Hal ini diketahui
diamana permulaan abad pertama hijriah di kota Basrah (Irak) tepatnya di masjid
Basrah duduklah seorang imam yang bernama Hasan al-Basri bersama muridnya.
Pada suatu hari datang seoarang bertanya mengenai pendapatnya tentang orang yang
berdosa besar. Ketika Hasan al-Basri masih berfikir, Washil bin Atha’ mengeluarkan
pendapatnya sendiri dengan mengatakan: “pembuat dosa besar tidak mukmin dan
tidak kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya”. Kemudian ia berdiri dan
menjauhkan diri dari Hasan al-Basri pergi ketempat lain di masjid, disana ia
mengatakan:”Washil bin Atha’ menjauhkan diri dari kita”. Dengan demikian, orangorang
yang mengasingkan diri disebut Mu’tazilah, dimana dalam hal ini
mengasingkan diri bisa berarti mengasingkan diri dari kuliah Hasan al-Basri.
2. Madzab Asy’ariah
Adalah sebuah paham yang dinisbatkan kepada Abu Hasan alAsy’ari.Dulunya al-
Asy’ari adalah pengikut madzhab Mu’tazilah, tetapi pada
3
Muhammad Abdul, Risalah Tauhid (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal.9.
memisahkan diri dari pemikiran Mu’tazilah.
adanya perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa menghancurkan mereka
kalau tidak segera diakhiri. Sebagai seorang muslim yang sangat gairah terhadap
dikhawatirkan menjadi korban sikap ahli hadits yang hanya memegangi nash-nash
kebekuan yang tidak bisa dibenarkan agama. Oleh karenanya, al-Asy’ari mengambil
jalan tengah antara golongan rasional dan golongan tektualis, dan ternyata jalan yang
Untuk mengetahui corak pemikiran madzhab Asy’ariah, maka dengan ini ada
dua corak pemikiran yang kelihatannya berlawanan pada diri al-Asy’’ari, akan tetapi
sebenarnya saling melengkapi. Dua corak itu ialah pertama, ia berusaha mendekati
bermadzhab Syafi’I dan yang lain ada yang mengatakan ia bermadzhab Maliki.
Dari dua hal tersebut merupakan akibat pendekatan kepada madzhabmadzhab fiqh
Sunni dan keyakinan adanya kesatuan madzhab-madzhab tersebut
dalam soal-soal kecil (furu’), karenanya menurut pendapat al-Asy’ari semua orang
berijtihad adalah benar. Dengan demikian, al-Asy’ari yang sebelumnya sebagai orang
yang pernah menganut paham Mu’tazilah, tidak menjauhkan diri dari pemakaian akal
pikiran dan argumentasi pikiran ini dijadikan sebagai dasar atau pokok yang tugasnya
Muhammad Ibn al-Tayyib Ibn Muhammad Abu Bakar al-Baqillani, tetapi al-Baqillani
tidak begitu saja menerima ajaran-ajaran al-Asy’ari. Dalam beberapa hal ia tidak
sepaham dengan al-Asy’ari. Salah satu pengikut al-Asy’ari yang besar pula
pengaruhnya ialah Abd Al-Malik al-Juwaini yang terkenal dengan nama Imam
alHuramain. Sama dengan al-Baqillani, al-Juwaini juga tidak selamanya setuju dengan
berpendapat bahwa tangan Tuhan harus diartikan kekuasaan Tuhan, mata Tuhan
terbesar pengaruhnya pada umat Islam yang bermadzhab Asy’ariah. Berlainan dengan
kedua gurunya al-Juwaini dan al-Baqillani, paham teologi yang dimajukannya boleh
pertalian antara dalil akal dengan dalil syara’(naqli) ialah kalau dalil akal merupakan
fondamen bagi suatu bangunan, maka dalil syara’ merupakan bangunan itu sendiri.
Fondamen tidak aka ada artinya, kalau ada bangunan di atasnya, sebagaimana
bangunan tidak akan senantiasa kokoh tanpa fondamen. Jadi madzhab Asy’ariah pada
akhir perkembangannya ialah apabila ada ayat -ayat al-Qur’an yang menyerupakan
3. Madzhab Maturidiah
adalah seperti madzhab Asy’ariah, dimana masih tergolong Ahli Sunnah. Nama
Muhammad Abu Mansur. Tokoh yang dikenal dengan nama Abu Mansur al-Maturidi.
titik kesamaan. Hal ini dimungkinkan karena musuh yang dihadapi kedua madzhab
tersebut adalah sama yaitu Mu’tazilah. Tetapi dalam segi yang lain kedua madzhab
keras untuk memantapkan akidah yang terkandung dalam al-Qur’an dengan penalaran
dan dalil logika, akan tetapi salah satu madzhab tersebut memberikan otoritas yang
lebih besar terhadap akal dari pada yang lain. Sebagai bukti akan hal tersebut
ma’rifat dapat dijangkau dengan penalaran akal. Asy’ariah tidak mengakui adannya
sesuatu dapat dinilai baik berdasarkan subtansinya karena akal, tanpa adanya instruksi
dari syara’. Sedangkan Maturidiah mengakui bahwa sesuatu dapat dinilai baik
berdasarkan subtansinya dapat dijangkau oleh akal manusia. Maka dengan demikian
jelas, bahwa madzhab Maturidiah memberiakn otoritas yang besar terhadap akal
manusia, akan tetapi kapasitas dalam pemakaian akal ini tidak bertentangan dengan
Salah satu pengikut penting dari al-Maturidi ialah Abu al-Yusr Muhammad alBazdawi.
Seperti al-Baqillani dan al-Juwaini, al-Bazdawi tidak pula selamanya
sepaham dengan al-Maturidi. Antara kedua pemuka madzhab Maturidiah ini, terdapat
sendiri, dan golongan Bukhara yaitu pengikut -pengikut al-Bazdawi. Kalau golongan
4. Mazhab khawarij
dibunuh oleh pemberontak yanh tidak puas dengan kebijakan politik utsman yang
disetir oleh ambisi keluarga. Setelah utsamn wafat ali bin abu thalib diangakat
menjadi khalifah (655-661), akan tetapi tidak semua pemuka waktu itu mengangkat
bai'at sebagaimana yang dilakukan kepada abu bakar dan usman. Mereka menuduh
4
Imam Muhammad Abu Zahra, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996), hal. 190-195.
Kelompok keras yang tidak menyetujui diselenggarakannya majelis tahkim
mengecan dan menuduh ali telah berdosa besar. Kemudian mereka memisahkan diri
dan keluar dari kelompok ali dan membentuk kekuatan baru, kelompok inilah hang
kemudian disebut Khawarij, yaitu orang-orang yang memisahkan diri dan keluar dari
mereka terhadap term kafir dan perbuatan dosa besar. Ada versi lain tentang awal
menjelang terjadinya pembunuhan terhadap usman. Bahkan usman bin affan mereka
anggap telah menyeleweng mulai dari tahun ketujuh (650 M) dari masa khalifahnya,
sejak waktu itulah usman dianggap telah menjadi kafir. Perbincangan masalah
kafir,dosa besar dan musyrik bukan lagi soal politik,tetapi sudah masuk pasa
pemikiran teologi. Jadi menurut versi ini secara substansi teologi lahir pada akhir
kepemimpinan usman. Karena kaum masig berada dalam kesatuan organik dengan
organil-lahirlah kelompok ini keluar dari induk organisasi yang dipimpin oleh Ali.
bidang teologi berkisar pada soal kufur dan dosa besar. Orang yang beriman
melakukan dosa besar menjadi kafir, dalam arti keluar dari islam,yaitu murtad dan
wajib dibunuh. Apabila dilihat dari sisi keteguhan memegang prinsip, Khawarij
termasuk kelompok yang berpegang teguh kepada prinsip yang diyakinya, akan tetapi
kelemahannya sangat kaku dalam penerapan ajarannya. Hal ini pula yanh
umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badawi yang hidup di padanh pasir yang
serba tandus, membuat mereka bersifat sederhana dalam cara hidup dan
pemikiran,tetapi keras hati dan pemberani.5
5. Mazhab Murjiah
pendapat kaum khawarij yang mengkafirkan orang-orang yang telah melakukan dosa
besar, dalam hal ini asalah ali bin abi thalib, Mu'awiyah, Amr bin ash,abu musa alasy'ari,
dll yang menerima arbitrase atau gahkim. Hal ini diawali oleh pertikaian dan
pertumpahan darah antara pengikut Ali dengan pengikut Mu'awiyah ibn Abi Sufyan
munculnya aliran-aliran teologi,maka pada waktu itulah muncul tiga aliran teologi
islam,aliran khawarij, aliran murjiah, dan mu'tazilah. Dimana tiga aliran itu
mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam
Kata murji'ah diambil dari kata "arjaa" yang berarti melambatkan dan
menunda. Pendapat ahmad amin ini didukunh oleh pendapat al-syahrastani dan harun
memberi pengharapan". Makna melambatkan dan menunda itu ditujukan kepada paea
pelaku dosa besar yang hukumannya tergantung pada hari akhir nanti,dan semuanta
itu terserah allah, jika diam-diam masuk surga dan jika tidak akan masuk neraka.
Adapun yang dimaksud pengharapan di sini adalah pelaku dosa bersar diharapkan
melakukan dosa besar, dalam hal ini kaum murjiah menegaskan bahwa orang itu
Mazhab murjiah yang tidak mau turut campur dalam kafir mengkafirkan para sahabat
yang bertikai sehingga melakukan dosa besar, terlepas dari niatnya baik karena ingin
mempertahankan dirinya atau lainnya, maka para sahabat itu masih dapat dipercayai
dan tidak keluar dari jalan yang benar. Sehingga aliran ini punya argumentasi untuk
5
Prof. Dr. H. Ris’an Rusli, M.Ag, Teologi Islam Cet.4 (Jakarta: KENCANA, 2019), hal.5.
menguatkan pendapatnya :
a) Iman itu tidak akan rusak karena perbuatan maksiat (dosa besar) sebagaimana
b) pelaku dosa besar masih mengakui/tetap mengucapkan dua kalimat syahadat yang
menjadi dasar u tama dari keimanan. Corak keimanan murjiah ini secara
politis mempunyai dampak yang dapat menetralisasi keadaan unat islam yang
Damaskus, walaupun dia dianggap kafir. Oleh sebab itu. Oleh sebab itu,
mendamaikan umat, yaitu "orang islam yang melakukan dosa besar tapi masih
mengucap dua kalimat syahadat, masih mukmin bukan kafir atau musyrik". Dan
imam atau pemimpin yang bersalah dan berbuat dosa tidak menjadi kafir akibat
kesalahannya itu, oleh karena itu harus tetap ditagig dan shalat di belangnya
sah.6
-Azariqah, diambil dari seorang tokoh bernama Nafi' IBN Al-azraq daerah
Rasyid al Tawil dan Atiah Al Hanafi tidak sepaham dengan orang-orang azraqi,
- Ajaridah ( Abd. Al Karim ibn arjad, Maimunah Ibn Khalid dan Hamzah ibn
Adraq)
6
Ibid, hal.19.
far)
-Allaf
-Jubba’i
-Nazzam
-Jahiz
-Mu’tamir
-Mudrar
-Fuwati
4. Tokoh-tokoh Asy’ariyah
-Baqillany
-Qaazali
-Taimi al Kubro
7
Ibid, hal.105.
5. Tokoh-tokoh Maturidiyah
PENUTUP
kebenaran wahyu dan atau dengan pemikiran akal. Teologi dalam islam disebut dengan
ilmu kalam, yang memberikan dalil naqli terhadap adanya Allah SWT.
Teologi islam mulai muncul pada masa khalifah yang berhubungan dengan gejala
politik, selain itu juga karena adanya perbedaan pemikiran antar imam, guru, dan murid.
Nasution, Harun. 2009. Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan . Jakarta: UI
Press.
Abu Zahra, Muhammad.1996. Aliran Politik dan Akidah dalam Islam . Jakarta: Logos.