Ampel selama ini telah mengembangkan bidang keahlian (jurusan) Tafsir Hadits
(TH), Aqidah Filsafat (AF), dan Perbandingan Agama (PA). Dalam rangka
membuka Program Studi Politik Islam. Pertanyaan lebih lanjut adalah; relevankah
Fakultas Ushuluddin adalah filsafat, yaitu dalam jurusan Aqidah Filsafat. Politik
adalah salah satu pemikiran yang dikembangkan oleh filsafat. Tokoh filsafat
1
Karya Plato Republic dianggap sebagai karya monumental pertama tentang filsafat Politik yang
kemudian juga mengilhami gagasan tentang “Kota Tuhan” dari St. Agustinus di abad
pertengahan. Lihat David E. Apter, Pengantar Analisis Politik, terj. Setiawan Abadi (Jakarta,
LP3ES: 1996), 33.
2
Tentu ini adalah sebagian kecil dari para pemikir politik Barat, di samping tokoh-tokoh lain
seperti Montesquieu, John Stuart Mill, Bentham, Sir Thomas More, Lenin, dan lain-lain.
1
Di dunia Islam, pemikiran-pemikiran tentang politik tidak kalah
berbagai mazhab atau aliran teologi yang ada di dalam Islam. Sejarah mencatat
bahwa sepeninggal Nabi, persoalan politik segera muncul, yaitu tentang siapa
yang menjadi khalifah.3 Khalifah pertama dan kedua yaitu Abu Bakar dan Umar
bin Khattab dicatat telah berhasil menjaga keutuhan yang telah dibina oleh Nabi,
namun keadaan kemudian berbalik ketika kekhalifahan dipegang oleh Utsman bin
Affan yang berakhir secara menyedihkan. Utsman telah dibunuh secara kejam
oleh para pemberontak. Keadaan politik umat Islam kian memanas pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Puncak memanasnya situasi politik pada masa
tersebut adalah adanya perang saudara secara terbuka, yaitu antara pendukung Ali
dan pendukung Aisyah, istri Nabi yang juga mertua Ali; dan antara pendukung
kotak dalam beberapa “partai politik” besar, misalnya Sunni dan Syi’ah. Pada
(hokum Islam). Beberapa aliran kemudian muncul setelah ini, didasarkan atas
2
Selain persoalan politik praktis yang telah menghasilkan doktrin politik,
teologi, dan fiqih, khazanah politik umat Islam klasik juga dikembangkan oleh
kota dan Ibn Khaldun memiliki konsep sosiologi politik yang sangat
diniyyah, yaitu kekuasaan yang didasarkan pada hukum agama yang diwahyukan
(syari’ah) dan siyasah aqliyah, yaitu kekuasaan berdasarkan hukum politik akal
persoalan tentang ketatanegaraan atau dikenal sebagai fiqih siyasah. Definisi dari
fiqih siyasah adalah “Ilmu tata negara, salah satu disiplin ilmu tentang seluk beluk
khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan yang dibuat oleh pemegang
3
internasional, pengelolaan keuangan negara imarah, imamah, khilafah, sampai
banyak ditulis oleh para filsuf seperti Al-Ghazali, Ibnu’Arabi, dan Ibnu Taimiyah.
Dalam sejarah Islam modern, muncul pula pemikir-pemikir politik modern Islam,
Ali Abdul Raziq, Abul A’la al-Maududi, Muhammad Hussein Haikal, sampai
berbasis politik. Gerakan yang paling berpengaruh dan menjadi prototype gerakan
Islam selanjutnya adalah Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir tahun 1928
oleh Hasan al-Banna9 dan dalam sejarah perkembangannya menjadi oposisi dari
pemerintah Mesir. Gerakan politik lainnya adalah Hamas yang berlatar belakang
masuk dalam kehidupan politik dan sosial, maupun Jamaah Islami di India yang
politik Islam tidak kalah seru. Nasionalisme di Turki berujung pada pembentukan
8
Ibid., 192-221
9
Hasan al-Banna adalah penggagas tentang perlunya membangun kembali lembaga kekhalifahan.
Menurutnya, kekhalifahan adalah simbol persatuan umat Islam dan manifestasi ikatan bangsa
muslim. Imamah merupakan program dari ikhwanul Muslimin yang disiapkan Hasan al-Banna
melalui kerjasama kebudayaan, sosial, dan ekonomi pada seluruh bangsa muslim. Samsu Rizal
Panggabean, “Din, Dunya dan Daulah,” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 6, Ibid., 59.
10
Gerakan-gerakan ini merupakan reaksi dari dominasi Barat yang telah menjajah negara-negara
yang mayoritas penduduknya Islam maupun dominasi Barat atas kebudayaan dan ilmu
pengetahuan, yang telah menyebabkan banyak umat Islam tercerabut dari akarnya yang paling
mendasar yaitu ajaran Islam itu sendiri. Lebih lanjut lihat Samsu Rizal Panggabean, “Organisasi
dan Gerakan Islam,” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 6, Ibid. 83-103.
4
negara sekular sebagai dampak dari pembaharuan dan reaksi dari rezim represif
dari Kerajaan Usmani (Sultan Abdul Hamid II), merupakan tonggak perdebatan
tentang negara agama versus negara sekular. Pada penghujung abad XX dunia
juga dikejutkan oleh revolusi Islam di Iran, yang dipersiapkan oleh para ulama
Islam sebagai perekat persatuan atau solidaritas Islam. Hak-hak muslim sebagai
Tajikistan, maupun etnis Checnya yang berjuang memerdekakan diri sampai saat
ini.12
pesat, masalah yang terkait dengan politik sebagai ilmu khusus tidak lepas dari
keinginan keluarnya tekanan yang bersifat yuridis, historis, dan filosofis dalam
pembahasan tentang realitas politik. Dengan keluarnya ilmu politik dari ketiganya,
maka ilmu politik lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris.13
11
Johan Hendrik Meuleman, “Dinamika Abad ke-20,” dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 6,
Ibid, 14-29.
12
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta, Gramedia: 1983), 2.
13
Ibid.
5
Tentang politik sebagai disiplin ilmu tersendiri, Miriam Budiardjo
Austria, dan Perancis, bahasan mengenai politik dalam abad ke XVIII dan XIX
banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah
tidak pernah lepas dari sejarah. Akan tetapi dengan didirikannya Ecole Libre de
Sciences Politiques di Paris (1870) dan London School of Economics and Political
Science (1895) ilmu politik untuk pertama kali di negara-negara tersebut dianggap
sebagai disiplin ilmu tersendiri yang patut mendapat tempat di perguruan tinggi.
akan tetapi lama-kelamaan timbul hasrat untuk membebaskan diri dari tekanan
yuridis itu, dan lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris. Kebetulan
dan sosiologi, sehingga kedua cabang ilmu sosial ini banyak mempengaruhi
Saat ini filsafat politik adalah bagian yang telah terintegrasi dalam ilmu
politik.14 David E. Apter menyebutkan ada enam pendekatan atau sistem analisis
6
kajian politik tidak melulu masalah negara atau pemikiran tentang kenegaraan,
tapi lebih luas dari itu karena menyangkut pula perilaku politik, sistem kepartaian,
ideologi, koalisi, kekuasaan, sampai pada perubahan dan revolusi politik. Maka
menjadi tepat jika data-data empiris sangat penting di samping pemikiran, sejarah
maupun konstitusi atau aspek-aspek yuridis yang tidak bisa diabaikan dalam
penguatan analisisnya.
Qodri Azizy. Ia menyatakan bahwa ilmu-ilmu sosial dan humaniora telah dipakai
untuk mengkaji atau meneliti agama. Dan yang menjadi persoalan bukan pada
tepat atau tidak tepatnya penggunaan ilmu sosial untuk kajian Islam, tapi lebih
pada kesenjangan apa yang terjadi dan kekurangan atau kelemahan apa yang harus
dipecahkan.16 Lebih lanjut, Qodri Azizy menyatakan bahwa selama ini yang
terjadi bahwa kalau kita berbicara tentang studi Islam, hampir selalu merujuk pada
sosok ajaran Islam, belum terbiasa pada masyarakatnya yang merefleksikan atau
bahkan mengaplikasikan ajaran tersebut. Hal ini sering dianggap sebagai bukan
wilayah kajian Islam, namun wilayah disiplin lain, yakni social sciences atau
humanities, yang biasa dianggap ilmu-ilmu sekuler. Di satu pihak, realisasi ilmu
tersebut menjadi biasa jika dilakukan oleh para ahli yang kurang mendalami ilmu-
ilmu keislaman. Di pihak lain, orang Islam sendiri sering memperlakukan ilu-ilmu
tersebut sebagai ilmu luar yang seolah terlepas sama sekali dari ilmu Islam.17
16
Qodri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman (Jakarta, Direktorat Perguruan Tinggi Agama
Islam: 2003), 88-89.
17
Ibid., hal. 97
7
Ketika pemikiran Islam dikaji dengan meletakkannya pada posisi hasil
pemikiran ulama dan dilihatnya secara interdisipliner, maka kajian seperti ini akan
memerlukan disiplin lain dari luar (social sciences/humanities). Kajian seperti ini
masih dikategorikan pada kajian “ajaran Islam” dalam hal yang berkaitan dengan
Islam, maka perilaku para pemeluk Islam, baik secara sadar atau tidak sadar, tidak
jarang berupa perilaku yang terpengaruh atau realisasi ajaran Islam itu sendiri.
Inilah saya kira salah satu ciri penting kajian Islam dengan menggunakan disiplin
ilmu sosial untuk mengkaji masyarakat muslim mau tidak mau tidak lepas dari
kajian Islam itu sendiri dalam konteks sosialnya. Artinya, ajaran dan keyakinan
Berdasarkan hal tersebut, maka politik Islam sebagai disiplin ilmu untuk
melihat realitas politik umat Islam, baik dari aspek perilaku, institusi, lembaga,
menjadi relevan untuk dikembangkan. Beberapa contoh realitas politik umat Islam
tidak terpisahkan dengan kawasan dunia muslim pada umumnya, maka pengaruh
18
Ibid., hal. 100. Lebih lanjut lagi Dr Qodri Azizi menawarkan cara ideal untuk mengatasi ini
adalah mewujudkan para ilmuwan sosial yang dalam waktu bersamaan juga mendalami ilmu-ilmu
keislaman, atau ahli Islam yang dalam waktu bersamaan mendalami ilmu-ilmu sosial. Langkah
berkutnya adalah mewujudkan suatu teori dalam dunia ilmu sosial yang mencerminkan identitas
keislaman meskipun belum/tidak sampai meng-Islamkan ilmu sosial.
19
Jajat Burhanudin, Islamisasi Kelembagaan Politik, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 5,
hal 63-66
8
tradisi politik lokal juga bisa diamati dalam tradisi politik Islam di Indonesia.
Ketiga, Ulama sebagai bagian dari struktur politik di Indonesia. Menurut Husni
Rahim dkk,20 ulama menduduki posisi utama bukan saja pada bidang keagamaan,
tetapi juga sosial, politik dan budaya. Dalam bidang agama, ulama adalah penafsir
yang sah atas doktrin agama, dan dalam bidang sosial-politik, peran yang sama
juga disandangnya. Dengan demikian, ulama telah memainkan peranan yang besar
bernuansa keislaman.
20
Husni Rahim, dkk, Struktur Politik dan Ulama, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 5, hal.
91
9
4. Islam sebagai agama yang holistik, termasuk memiliki konsep tentang
yang lain vis a vis dengan gerakan Islam Kultural yang diperjuangkan
basis utama.
5. Kajian tentang Islam Politik dan Islam Kultural sangat menarik untuk
praktis.
6. Moralitas politik menjadi hal yang sangat penting dalam kancah politik.
10
bagaimana berpolitik dengan etika politik yang benar. Pergeseran tujuan
politik inilah yang menarik untuk dikaji dalam melihat fakta-fakta empirik
di lapangan.
perlunya mewujudkan ilmuwan sosial (dalam hal ini politik) yang dalam waktu
11