Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Aqidah pada masa Nabi adalah aqidah paling bersih, yaitu aqidah islam
yang sebenaranya, karena belum tercampur oleh kepentingan apapun selain hanya
karena Allah SWT. Ini disebabkan karena Nabi adalah sebagai penafsir al-Qur’an
satu-satunya, sehingga setiap sahabat yang membutuhkan penjelasan al-Qur’an
yang berkaitan dengan keyakinan maka Nabi langsung menjelaskan maksudnya.
Selain itu umat terbimbing langsung oleh Nabi, sehingga dalam memahami agama
tidak terjadi perbedaan.
Kemudian, aqidah pada masa sahabat masih sama dengan zaman Nabi,
belum membentuk sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri apalagi membentuk
sebuah nama tertentu, maupun aliran-aliran pemikiran tertentu.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang
ilmu kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat
dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga
teolog disebut sebagai “mutakallim”, yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata.
Ilmu “kalam” juga diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, yaitu ilmu
yang membahas ajaran dasar dari agama.
Perbedaan yang muncul pertama kali dalam Islam bukanlah masalah
teologi, melainkan bidang politik. Kemudian, seiring dengan perjalanan waktu,
perselisihan politik ini meningkat menjadi persoalan teologi. Bahkan ada dua teori
yang membahas latar belakang timbulnya persoalan teologi yakni perbedaan
aliran ilmu kalam. Pertama, awal tercampurnya masalah aqidah dengan hal yang
lain adalah sejak mulai dari  khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan terbunuh
karena beberapa sahabat Nabi terlibat dalam urusan yang bersifat politis. Dan
masalah ini kian rumit ketika peristiwa tahkim terjadi pada masa pemerintahan Ali
bin Abi Thalib. Kedua, aliran ilmu kalam muncul karena hasil iterpretasi atau
penafsiran terhadap al-Qur’an maupun kajian terhadap hadits yang bersifat
teologis. Diantara sekian banyak ilmu kalam yang bermunculan ialah Syi’ah,
Khawarij, Murji’ah, Qadiriyah, Jabariyah, dan Mu’tazilah yang berakhir dengan

1
peristiwa mihnah yang menjadi sebab awal terbentuknya aliran Ahlussunnah wal
Jama’ah.
Ahlussunnah wal Jama’ah memang “satu istilah” yang mempunyai
“banyak makna” , sehingga banyak golongan dan faksi dalam Islam yang
mengklaim dirinya adalah “Ahlussunnah wal Jama’ah”. ‘Ulama dan pemikir
Islam mengatakan, bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah itu merupakan golongan
mayoritas umat Islam di dunia sampai sekarang, yang secara konsisten mengikuti
ajaran dan amalan (sunnah) nabi dan para sahabat-sahabatnya, serta
memperjuangkan berlakunya di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam.
Meskipun pada mulanya Ahlussunnah wal Jama’ah itu menjadi identitas
kelompok atau golongan dalam dimensi teologis atau aqidah Islam dengan fokus
masalah ushuluddin (fundamental agama), tetapi dalam perjalanan selanjutnya
tidak bisa lepas dari dimensi keislaman lainnya, seperti Syari’ah atau Fiqhiyah,
bahkan masalah budaya, politik, dan sosial.
Melalui makalah ini nantinya akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan
dengan Ahlussunnah wal Jama’ah, baik tentang riwayat asal mula munculnya
aliran ini, perkembangannya, doktrin-doktrinnya dan yang terpenting adalah
kepercayaannya. Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran dan
penjelasan yang baik terhadap Ahlussunnah wal Jama’ah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sebenar nya ahlussunah wal jama’ah itu ?
2. Bagaimana sejarah lahir nya ahlussunah wal jama’ah ?
3. Prinsip-prinsip apa yang di pegang oleh ahlussunah wal jama’ah ?
4. Apakah Muhammadiyah termasuk golongan Ahlussunnah Waljama’ah ?

Anda mungkin juga menyukai