Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH KEMUNCULAN ILMU KALAM

Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Universitas Islam Negeri Mataram

MUHAMMAD RIZQA ADYANA

e-mail: iamokay19@gmail.com

Abstrak

Ilmu Kalam merupakan pengetahuan mengenai bagaimana mengenal Aqidah dengan memakai
pendekatan logika. Ilmu ini menduduki posisi sangat penting dan terhormat dalam ilmu
pengetahuan Islam. Ilmu ini mengarahkan pembahasannya kepada bagian-bagian yang menjadi
landasan pokok agama islam yaitu kemahaesaan Tuhan, nubuwwah, akhirat dan hal yang
berhubungan dengan hal itu. Dalam perkembangannya Ilmu kalam muncul setelah wafatnya
nabi Muhammad SAW, terdapat banyak persoalan yang muncul di tengah umat islam dijawab
melalui tafsir-tafsir yang dibuat oleh para sahabat, yang tentunya tidak tunggal. Artikel ini
dimulai dari konflik pada masa kekhalifahan Usman hingga Ali yang awalnya merupakan konflik
politik lalu merambah ke isu teologi. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan yang
menggunakan metode kualitatif. Selanjutnya, data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan historis.
Kata Kunci: Sejarah, Ilmu kalam
PENDAHULUAN

Persoalan Agama bukan lagi hal bertransformasi dan merambah ke dalam


yang baru dalam kehidupan sekarang. perbedaan menginterpretasikan paham
Mengapa demikian, karena kerap kali kita keagamaan. Untuk memfokuskan konflik
menyaksikan berbagai pergolakan dalam tersebut, maka artikel ini mengulas lebih
dinamika masyarakat yang tidak lain dekat kepada konflik di era Khulafaur
merupakan masalah-masalah seputar Rasyidin, terkhusus pada pemerintahan
agama terkhusus teologi. Tema ini sangat Utsman bin Affan dan Ali bin abi Thalib.
menarik diangkat, untuk melirik kembali Setelah itu, diulas pula mengenai
berbagai persoalan-persoalan yang muncul latarbelakang kemunculan aliran-aliran
pada zaman kekhalifahan sebagai bahan teologis dalam Islam.
acuan kita untuk melihat lebih dalam serta
METODE PENELITIAN
dari berbagai sudut pandang untuk menilai
atau berkomentar mengenai berbagai sekte Kajian ini merupakan penelitian
atau aliran-aliran keagamaan seperti yang library research atau kepustakaan yang
masih eksis hingga hari ini. menggunakan metode jenis kualitatif.
Kajian kepustakaan dilakukan dengan cara
Seringnya timbul masalah
mengumpulkan data berupa karya tulis
keagamaan di tengah-tengah masyarakat
ilmiah yang relevan. Adapun tujuannya
dikarenakan setiap masyarakat akan
adalah untuk memecahkan masalah yang
menghayati dan merespon ajaran Islam
ditemukan. Untuk menganalisis sumber-
dengan cara yang berbeda, atau kerap kali
sumber yang membahas masalah yang
dikarenakan pada perbedaan paham dan
diangkat, penelitian ini menggunakan
aliran yang mereka anut. Meskipun
teknik analisis induktif dan pendekatan
mayoritas umat Islam mengaku
Historis. Pendekatan Historis adalah
mempraktikan sunnah-sunnah nabi
penelaahan serta sumber-sumber lain yang
Muhammad SAW, namun secara ideologi
berisi tentang informasi-informasi
dan emosional terikat dengan aliran-aliran
mengenai masa lampau dan dilaksanakan
yang berbeda.
secara sistematis, atau dalam kata lain
Oleh karena itu artikel ini akan penelitian yang mendesktipsikan gejala
menyajikan bagaimana sejarah tetapi bukan yang terjadi pada saat atau
kemunculan ilmu kalam. Yang mana diawali pada waktu penelitian dilakukan, dalam
dengan konflik-konflik sosial yang terjadi di penelitian historis ini menjabarkan tentang
tengah umat Islam, kemudian Sejarah kemunculan ilmu kalam mulai dari
latar belakang sampai dengan sakte-sakte sesuai dengan kebutuhan umat pada saat
yang terlahir secara garis besar. itu, di antaranya ialah kurang pengawasan
terhadap beberapa pejabat penting dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemerintahan, sehingga para pelaksana di
Konfrontasi Pada Masa Kekhalifahan lapangan tidak bekerja secara maksimal,
Utsman bin Affan Hingga Ali bin Abi Thalib diperparah lagi dengan adanya sikap
nepotisme dari keluarganya. Pada saat
Ilmu Kalam dan Teologi Islam
pemerintahannya, Usman sedikit demi
dapat dipastikan secara historis baru
sedikit mulai menunjuk kerabatnya untuk
muncul beberapa dekade setelah
menduduki jabatan-jabatan penting dan
Rasulullullah SAW meninggal. Ilmu kalam
memberikan kepada mereka
atau teologi Islam muncul sebagai akibat
keistimewaan-keistimewaan lain yang
dari perpecahan sosial-keagamaan dalam
menyebabkan timbulnya protes-protes dan
tubuh ummat Islam. Sebuah kenyataan
kritikan-kritikan rakyat secara umum. (al-
pahit dalam sejarah umat Islam dimana
Asy'ari, 1970)
munculnya Ilmu Kalam dipicu oleh
persoalan politik yang menyangkut Selanjutnya Berkobarlah fitnah
peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman besar di tengah kaum muslimin yang
bin Affan, yamg berbuntut pada penolakan dikobarkan oleh Abdullah bin Saba’,
Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi seorang Yahudi asal Yaman yang pura-pura
Thalib. Yang dimana peristiwa masuk Islam. Dia kemudian menaburkan
menyedihkan ini dalam wacana islam keraguan di tengah manusia tentang akidah
disebut dengan al-fitnah al-kubra (fitnah mereka dan mengecam Usman dan para
besar). (Nasution, 1986). Perseteruan gubernurnya. Dia dengan gencar mengajak
antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib semua orang untuk menurunkan Usman
memuncak sehingga terjadi Perang yang dan menggantinya dengan Ali sebagai
dikenal dalam sejarah dengan Perang usaha menabur benih fitnah dan benih
Shiffin. perpecahan. (Ath-Thabari, 1987)

Dalam fakta sejarah setelah Islam Kebijakan politik Utsman yang


meluas ke mana-mana, tiba-tiba di akhir merangkul sanak keluarga ini
masa pemerintahan Usman, terjadi suatu menimbulkan rasa tidak simpatik terhadap
persoalan yang ditimbulkan oleh tindakan dirinya. Para sahabat yang semula
Usman yang kurang mendapat simpati dari menyokong Utsman, setelah melihat sikap
sebagian pengikutnya. (Munawar Rahman, dan tindakan yang kurang tepat itu, kini
1995). Tindakan Usman yang kurang mulai menjauh darinya. Sementara itu,
perasaan tidak senang muncul pula di pemberontak mesir, yang datang ke
daerah-daerah. Terutama di mesir, sebagai madinah dan kemudian membunuh Usman
reaksi tidak senang terhadap adalah Muhamad Ibn abi Bakr,anak angkat
dijatuhkannya Umar bin al-ash dari jabatan dari Ali Ibn Abi Talib. Dan pula Ali tidak
gubernurnya untuk digantikan oleh mengambil tindakan keras terhadap
Abdullah bin sa’ad bin abi sarah, salah pemberontak-itu, bahkan muhamad Ibn
seorang keluarga utsman. sekitar lima Abi Bakr diangkat menjadi Gubernur Mesir.
ratus orang berkumpul dan kemudian
Karena tuntutan ini tidak
bergrak menujuh Madinah untuk
mendapat serius akhirnya Muawiyah lebih
melakukan protes. Kehadiran para pelaku
lanjut menuduh Ali terlibat paling tidak
aksi protes ini akhirnya berakibat fatal bagi
melindungi para pelaku pembunuhan
diri khalifah Utsman, ia terbunuh oleh
khalifah Utsman. Pembangkangan
pemuka akibat protes tersebut. (al-Asy'ari,
Muawiyah ini rupanya juga berakhir pada
1970)
bentrokan senjata. Peperangan yang terjadi
Ali sebagai calon terkuat, menjadi antara pasukan khalifah Ali dan pasukan
khalifah yang keempat. Tetapi segera ia Muawiyah dalam sejarah Islam dikenal
mendapat tantangan dari pemuka-pemuka dengan perang shiffin. (al-Dzahiri)
yang ingin pula menjadi khalifah, terutama
Dalam pertempuran yang terjadi
Talha dan Zubeir dari mekah yang
antara kedua golongan ini di siffin, tentara
mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan
Ali dapat mendesak tentara Muawiyah
dari Aisyah, Talhah dan Zubeir ini di
sehingga yang disebut terakhir dapat
patahkan Ali dalam pertempuran yang
dipastikan akan kalah dan bersiap-siap
terjadi diIrak tahun 656. Tahlah dan Zubeir
meninggalkan medan pertempuran. Akan
mati terbunuh dan aisyah dikirim kembali
tetapi tangan kanan Muawiyah, Amr Ibn al-
ke mekkah. (Al-Asqalani, 2010). Tantangan
ash yang terkenal sebagai orang yang licik,
kedua datang dari Muawiyah Gubernur
meminta berdamai dengan mengangkat Al-
Damaskus dan keluarga yang dekat bagi
Qur’an ke atas. Qurra yang ada di pihak Ali
Usman. Sebagaimana halnya Tahlah dan
mendesak Ali supaya menerimah tawaran
Zubeir, ia tak mau mengakui Ali sebagai
itu dan dengan demikian dicarilah
khalifah. Ia menuntut kepada ali supaya
perdamaian dengan mengatas namakan
menghukum pembunuh-pembunuh
arbitrase. (Syahrastani, 2006)
Usman, bahkan ia menuduh ali turut
campur dalam soal pembunuhan itu. Salah Sebagai pengantara diangkat dua
seorang pemuka pemberontak- orang ‘Amr ibn al-ash dari pihak Muawiyah
dan Abu Musa al-Asy’ari dari pihak Ali. memisahkan diri atau secerders. Di luar
Dalam pertemuan mereka, kelicikan Amr pasukan yang membelot Ali, ada pula
mengalahkan perasaan taqwa Abu Musa. sebagian besar yang tetap mendukung Ali.
Sejarah mengatakan antara keduanya Mereka inilah yang kemudian
terdapat pemufakatan untuk menjatuhkan memunculkan kelompok syi’ah. (al-Najjar,
kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan 1993)
Muawiyah. Tradisi mengatakan bahwa Abu
Tahkim yang pada awalnya
Musa al-Asy’ari, sebagai yang tertua
ditempuh untuk mempertemukan kedua
terlebih dahulu berdiri mengemukakan
belah pihak yang berperang sehingga
kepada orang ramai putusan menjatuhkan
diharapkan terciptanya persatuan
kedua pemuka yang bertentangan itu.
dikalangan umat Islam, justru lebih buruk.
Berlainan dengan apa yang telah di setujui,
Sejarah mencatat bahwa penyelesaian
Amr Ibn al-ash, mengumumkan hanya
sengketa dengan cara tahkim antara Ali bin
menyetujui penjatuhan Ali yang telah
Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan,
diumumkan al-Asy’ari, tetapi menolak
ternyata tidak mampu memperjernih
penjatuhan Muawiyah. (Sulaiman, 1418)
persoalan. Sebaliknya, kondisi pertikaian
Sikap Ali yang menerima tipu bertambah runcing. Bagaimanapun dalam
muslihat Amr bin al-ash, utusan dari pihak peristiwa tersebut Ali bin Abi Talib merasa
Muawiyah dalam tahkim, sungguhpun dirugikan. Muawiyah yang semula
dalam keadaan terpaksa, tidak di setujui kedudukannya hanya sebagai gubernur
oleh sebagian tentaranya. Mereka naik menjadi khalifah setelah arbitrase,
berpendapat bahwa persoalan yang terjadi meskipun secara tidak resmi. Tidak
saat itu tidak dapat di putuskan melalui mengherankan putusan ini ditolak oleh Ali
tahkim. Putusan hanya datang dari Allah hingga beliau terbunuh.
dengan kembali kepada hukum-hukum
Di tahun 39 H, Ali dan Muawiyah
yang ada dalam Al-Qur’an. La hukma illa
menjalin kesepakatan agar perang diantara
lillah (tidak ada hukum selain dari hukum
mereka dihentikan. Dengan syarat,
Allah) atau la hukma illa Allah (tidak ada
Muawiyah menguasai Suriah tanpa campur
perantara selain Allah) menjadi semboyan
tangan dari Amirul Mukminin. Di tahun
mereka. Mereka memandang Ali bin Abi
selanjutnya yakni 40 H, tiga orang Khawarij
Thalib telah berbuat salah sehingga mereka
diutus untuk membunuh Muawiyah, Ali
meninggalkan barisannya. Dalam sejarah
serta dua orang juru bicaranya saat
Islam, mereka terkenal dengan nama
arbitrase. Ketiganya gagal terbunuh kecuali
khawarij, yaitu orang yang keluar dan
Ali. Dalam sejarah dikatakan saat Ali
hendak membangunkan orang-orang masih tetap dalam islam. Kemudian
untuk shalat ketika menjelang fajar, dua persoalan tersebut melahirkan aliran-
orang Khawarij mengikutinya kemudian aliran baru dalam pemikiran kalam
mereka membunuhnya di depan pintu disamping Khawarij. Aliran-aliran tersebut
Mesjid Kufah. Ali wafat tepatnya tanggal 14 adalah Murjiah, Qodariyah, Jabariyah,
Ramadhan 40 H/ 661 M. Mu’tazilah, Alussunnah Wal Jamaah dan
Syi’ah.
Selanjutnya kedudukan Ali sebagai
khalifah dijabat oleh anaknya, Hasan 1. Aliran Khawarij
selama beberapa bulan. Dikarenakan
Khawarij merupakan aliran teologi
Hasan ternyata lemah dan dilain pihak
pertama yang muncul dalam dunia Islam.
Muawiyah semakin kuat, maka hasan
Aliran ini mulai timbul pada abad ke -1 H
membuat perjanjian damai. Perjanjian
(abad ke 8 M) pada masa pemerintahan Ali
inilah yang membuat umat Islam kembali
bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari
bersatu dalam kepempinan politik di
Khulafaur Rasyidin. (Dr. H. Faisol Nasar bin
bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di
Madi, 2015). Mereka adalah kelompok yang
samping itu Muawiyah juga menjadi
paling tua di antara kelompok-kelompok
pemimpin absolut dalam Islam tahun 41 H.
Islam. Mereka dinamakan dengan
Tahun persatuan inilah yang pada akhirnya
Khawarij, sebagaimana dikatakan Ibnu
dikenal dalam sejarah sebagai tahun
Manzhur, karena telah keluar dari
jamaah, dan dengan ini berakhirlah masa
kumpulan manusia. Atau mereka adalah
Khulafaur Rasyidin dan dimulailah
kaum dari Ahl Al-Ahwa' (pengusung hawa
kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah
nafsu) yang memiliki pendapat-pendapat
politik Islam.
khusus. (Masturi Irham Zuhdi, 2015)
Aliran-Aliran ilmu Kalam
Pada mulanya sekte Khawarij
Seperti yang telah dipaparkan di merupakan sempalan Islam yang lahir
atas. Perang yang berakhir dengan tahkim, karena pergolakan politik, pada masa
ternyata tidak menyelesaikan masalah Khalifah Ali Bin Abi Thalib. mereka adalah
antara kedua belah pihak yakni Ali bin Abi kelompok yang ulet penghayatan dan
Thalib dan Muawiyah bin Abi Sofyan. pengamalan agama. Semboyan mereka
Sebaliknya justru menimbulkan persoalan adalah La Hukma Illa lillah (tidak ada
baru yaitu persoalan siapa yang kafir dan hukum selain Allah). (Dr. H. Faisol Nasar
siapa yang bukan kafir. Dalam arti siapa bin Madi, 2015). Ajaran-ajaran pokok
yang telah keluar dari islam dan siapa yang golongan Khawarij, secara umum adalah:
a. Orang Islam yang melakukan dosa lebih radikal, sebab mereka
besar adalah kafir. mengkafirkan ummat Islam,
b. Orang-orang yang terlibat dalam kecuali golongan mereka.
perang Jamal, yakni perang perang 3. An-Najadat, pengikut Najadah
antara Aisyah, Tholahah dan Ibnu ‘Amir yang merupakan
Zubair melawan Ali bin Abi Thalib pecahan dari golongan al-
dan pelaku airbirtasse termasuk Azariqoh.
yang menerima dan 4. As-Sufriyah, pengikut Ziyad
membenarkannya dihukum kafir. Ibnu Ashfar. Ajaran golongan
c. Pandangan dalam menentukan ini menyerupai golongan al-
khalifah cukup demokratis. Azariqoh.
Menurut mereka harus dipilih oleh 5. Al-Ibaadiyah, pengikut
rakyat serta tidak harus keturunan Abdullah Ibnu Ibaad Attamil.
Nabi dan tidak mesti keturunan Golongan ini agak lunak, sebab
bangsa Quraisy. Jadi, seorang pengikutnya boleh menikah
muslim dan golongan manapun dengan orang-orang dari
bisa menjadi khalifah asalkan golongan-lain.
memiliki kemampuan memimpin 6. Al-Ajaridah, pemimpin dari
danagan benar. golongan yakni Abd. Karim bin
Ajrod, yang dalam
Adapun tokoh-tokoh Khawarij yamg
perkembangannya terpecah
utama, antara lain, ialah: Abdullah bin
menjadi beberapa kelompok
Wahab al-Rosyidi, Urwah bin Hudair,
kecil seperti Syu’aibiyah,
Mustarid bin Sa’ad, Hausaroh al-Alsadi,
Hamziyah Hazimiyah dan
Quroib bin Masuah, Nafi bin al-Azroq dan
Maimuniyah.
Abdullah bin Basyir. Namun, akibat
perbedaan pendapat dari tokoh-tokoh Perpecahan itulah yang yang
tersebut, Khawarij terpecah menjadi menghancurkan aliran khawrij sehingga
beberapa golongan, antara lain: keberadaannya kini hanya ada dalam
catatan Sejarah. (Hamid, 2008)
1. Al-Muhakkimah, sekte
Khawarij yang pertama, yakni 2. Aliran Murji’ah
golongan yang memisahkan
Aliran Murji’ah muncul dari
diri dari Ali bin Abi Thali ra.
golongan yang tidak sepaham dengan
2. Al-Azariqoh, pengikuta Nafi
golongan Khawarij. Hal ini tercermin dari
Ibnu Azaroq yang terkenal
ajarannya yang bertolak belakang denagan Tokoh utama aliran Murji’ah, ialah
ajaran Khawarij. Pengertian Murji’ah itu Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman
sendiri adalah penangguhan vonis dan Diror bin Umar. Dalam perkembanga
hukuman atas perbuatan seseorang selanjutnya aliran ini terbagi dalam
muslim yang berbuat dosa besar. Sebab kelompok moderat dan ekstrem. Kelompok
yang berhak menjatuhkan hukuman Murji’ah moderat dipelopori oleh Hasan
terhadap seorang pelaku dosa hanyalah bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Allah SWT. Sehingga seorang muslim, sedangkan kelompok Murji’ah ekstrem
sekalipun melakukan dosa besar, dalam dipelopori oleh Jaham bin Shofwan. Namun
kelompok ini tetap diakui sebagai muslim sebagaimana aliran Khawarij, aliran
dan punya harapan bertaubat. Murji’ah juga hanya tunggal dalam catatan
sejarah. Akan tetapi ajaran-ajarannya
Secara garis besarnya, ajaran-
tentang kufur dan dosa besar masih diikuti
ajaran pokok Murji’ah, adalah:
oleh kaum muslim bahkan diserap oleh
a. Pengakuan iman cukup hanya ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah. (pp. 68-
dalam hati. Dengan demikian 69)
pengikut golongan ini tidak
3. Aliran Qodariyah
dituntut membuktikan keimanan
mereka dalam amal perbuatan Aliran Qodariyah muncul di Irak,
sehari-hari. Tentu ini suatu dua tokoh utama Qodariyah, ialah Ma’abad
kejanggalan yang sulit diterima al-Juhani al-Bashri dan Ghoilan al-
oleh kalangan Murji’ah sendiri. Dimasyqi. Ma’abad al-Juhani menyebarkan
Oleh karena iman dan amal ajaran Qodariyah di Irak dan berhasil
perbuatan dalam ajaran Islam mendapatkan pengikut dalam waktu yang
merupakan satu kesatuan. relative singkat. Ia terbunuh dalam
b. Selama meyakini dua kalimat pertempuran melawan al-Hujjaj. Ma’abad
syahadat, seorang muslim yang memang terlibat dalam politik sebagai
berbuat dosa besar tidak dihukum pendukung Aburrohman al-Asy’ats,
kafir. Hukuman terhadap gubenur sajistan yang menentang
perbuatan manusia ditangguhkan, kekuasaan Bani Umaiyah. Sedangkan
dalam arti hanya allah yang berhak Ghoilan al-Dimasyqi tokoh penerus yang
menjatuhkannya kelak di alam berjasa mengembangkan paham Qodariyah
akhirat. sampai ke Iran. Akan tetapi paham ini
dinilai membahayakan pemerintah pada
waktu itu, sehingga Ghoilan dihukum
bunuh oleh pemerintah Hisyam bin Abdul perlawanan terhadap Bani Uamiyah tahun
Malik, khalifah Dinasti Bani Umaiyah 131 H.
kesepuluh (105-125 H/724-743 M).
Pengikut aliran Jabariyah terbagi
Adapun ajaran-ajaran pokok aliran dalam dua kelompok. Pertama, kelompok
Qodariyah, adalah: ekstrem yang termasuk di dalamnya Jahm
bin Shofwan. Kedua, kelompok moderat, di
a. Manusia memiliki kudrat irodat
antaranya, Dhiror bin Amru, Hafaz al-Fardi
untuk berusaha dan berbuat
dan Hussein bin Najjar.
sesuai dengan kemampuannya.
b. Manusia memiliki kuasa penuh Aliran mengajarkan paham, bahwa
atas dirinya tanpa kudrat irodat manusia tidak memiliki kekuatan untuk
Allah. dengan kata lain, masnusia berbuat sesuatu dan tidak memiliki
itu sendiri yang menentukan kemampuan. Dengan kata lain, segala
perbuatannya apakah ia ingin kemauan dan perbuatan manusia
berbuat baik atau jahat. sesungguhnya hanya kehendak Allah SWT,
c. Menolak adanya qodar dan takdir namun manusia tetap menerima
Allah dalam segala usaha dan konsekuensi pahala dan siksa atas
perbuatan manusia. perbuatannya. Dengan demikian paham
d. Umat islam yang berdosa besar aliran ini bertolak belakang dengan paham
tidak dihukumi sebagai kafir, Qodariyah. Ajaran lain yang disebarkan
namun juga tidak digolongkan oleh aliran Jabariyah antara lain:
sebagai mukmin, melainkan hanya
a. Al-Qur’an adalah makhluk
sebagai muslim. (pp. 69-70)
sebagaimana yang lain, yang fana
4. Aliran Jabariyah dan tidak abadi.
b. Di akhirat kelak, Tuhan tidak dapat
Aliran Jabariyah lahir di Khurosan.
dilihat.
Pelopor lahirnnya aliran ialah Tsalut Ibnu
c. Neraka dan surga itu tidak abadi.
‘Ashom. Aliran ini kemudian berkembang
(p. 70)
luas berkat Jahm bin Shofwan, seorang
Persia yang menjadi pegawai Syuroih bim 5. Aliran Mu’tazilah
al-Harits dari kelompok bendera hitam
Aliran Mu’tazilah (artinya
yang memberontak kepada pemerintahan
memisahkan diri) muncul di Bashroh, Irak,
Bani Umaiyah. Jahm bin Shofwan akhirnya
pada abad kedua Hijriyah. Kelahirannya
tertangkap dan dihukum mati dalam
bermula dari tindakan Wasil bin Atho (700-
750M/80-131H) memisahkan diri dari
gurunya Imam Hasan al-Bashri karena c. Janji dan ancaman. Aliran
perbedaan pendapat antara keduannya. Mu’tazilah berpendapat bahwa
Wasil bin Atho berpendapat, bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari
seorang mukmin yang melakukan dosa janjinya, memberi pahala kepada
besar, statusnya tidak mukmin lagi namun orang muslim berbuat baik, dan
tidak juga kafir yang berarti fasik. melimpahkan siksa kepada orang
Sebaliknya menurut Imama Hasan al- muslim yang berbuat dosa.
Bashri, mukmin yang melakukan dosa d. Posisi di antara dua posisi. Ajaran
besar statusnya tetap mukmin. Adapun ini dicetuskan oleh Wasil bin Atho
paham yang diajarkan Mu’tazilah yang sendiri yang menyebabkannya
mana terdiri dari lima ajaran pokok, antara memisahkan diri dari Imam Hasan
lain: al-Bashri, bahwa seorang mukmin
berbuat dosa besar, statusnya di
a. Tauhid – keesaan Allah SWT.
antara mukmin dan kafir, yakni
Dalam hal ini Mu’tazilah
fasik.
berpendapat:
e. Amar Makruf (tuntutan berbuat
1. tidak mengakui sifat Allah,
baik) dan Nahi Mungkar
sebab apa yang dikatakan
(mencegah segala perbuatan
orang sebagai sifat Allah,
tercela). Jadi ajaran Mu’tazilah
tidak lain dzat Allah itu
yang terakhir ini lebih banyak
sendiri;
berkaitan dengan hukum/fikih.
2. Al-Qur’an adalah
(pp. 70-71)
makhluk;
3. Tuhan, di alam akhirat 6. Aliran Ahlussunnah Wal Jamaah
kelak tidak dapat dilihat
Yang tergolong dalam aliran ini
oleh mata manusia. Yang
adalah mereka yang mengikuti sunnah
terjangkau oleh mata
Nabi Muhammad SAW (ahlussunnah) dan
manusia bukanlah Tuhan.
sahabat nabi (jamaah). Pendiri aliran ini
b. Keadilan Allah SWT. Aliran
Abu al-Hasan al-Asy’ari di Bashroh dan Abu
Mu’tazilah berpendapat bawha
Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Allah SWT akan memberikan
imbalan kepada manusia sesuai Abu al-Hasan al-Asy’ari (260-
denga napa yang dieprbuat 324H/873-935M), adalah cucu dari
manusia. sahabat Nabi yang terkenal, Abu Musa al-
Asy’ari semula ia berpaham Mu’tazilah
karena diasuh dan berguru pada ayah dengan paham-paham yang di ajarkan oleh
tirinya Abu Ali al-Jubbai yang juga guru Mu’tazilah. (p. 72)
besar Mu’tazilah di Bashroh. Pada akhirnya,
7. Aliran Syi’ah
ia meragukan paham Mu’tazilah dan
memohon kepada Allah SWT agar diberi Yang dimaksudkan Syi’ah di sini
petunjuk jalan yang benar. Ketika berusia adalah mereka yang memuja-muja Ali bin
empat puluh tahun. Abu Hasan Abi Thalib dan keturunannya. Mereka
memproklamasikan diri bahwa ia telah menganggap Ali yang berhak menjdi
meninggalkan keyakinannya yang lama. khalifah setelah Nabi Muhammad SAW
Sejak saat itu ia menyebarluaskan paham wafat. Pelopor golongan ini, ialah Abdullah
barunya yang terkenal dengan ahlussunnah bin Saba’, pendeta yahudi asal Yaman yang
waljamaah. masuk Islam pada masa pemerintahan
Ustman bin Affan. Ia, dalam berbagai
Pokok-pokok pikiran Abu Hasan
literature, disebut sebagai tokoh yang
al-Asy’ari, antara lain:
banyak berperan dalam memecah-belah
a. Tuhan memiliki sifat-sifat yang umat Islam.
dimana disebutkan di dalam Al-
Golongan Syi’ah ini muncul dari
Qur’an.
sakit hati Abdullah bin Saba’, karena
b. Al-Qur’an adlah qadim, bukan
kedatangannya di Madinah tidak disambut
makhluk. Hal itu didasarkan pada
oleh khalifah Ustman bin Affan ra. Ia
ayat: Sesungguhnya urusan-Nya
kemudian mengadakan oposisi dengan
apabila Dia menghendaki sesuatu
megeluarkan fatwa bahwa sesungguhnya
Dia hanya berkata padanya,
yang berhak menjadi khalifah sepeninggal
“jadilah” maka jadilah sesuatu itu.
Rasulullah SAW. Ialah Ali bin Abi Thali bra.
(QS. 36/Yasin: 82)
Dan ketiga khalifah sebelumnya tidak sah.
c. Kelak di akhirat tuhan dapat
Mereka ini menamakan diri pecinta Ahlul
dilihat oleh mata kepala manusia.
Bait (keluarga Nabi) dan kemudian
Pendapatnya ini didasrkan pada
mendapat banyak pengikut.
ayat: “wajah-wajah (orang
mukmin) pada hari itu berseri- Ajaran-ajaran golongan Syi’ah
seri. Memandang Tuhannya.” (QS. antara lain:
75/ Al-Qiyamah: 22-23)
a. Mengutuk dan tidak
Jelaslah bahwa pokok-pokok membenarkan jabatan khalifah
pikiran al-Asy’ari bertolak belakang Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Umar
bin Khattab ra dan Ustman bin
Affan ra. Sebab ketiganya dianggap Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud,
merampas jabatan khalifah bagi Ibnu Majah dan Nasai. Mereka juga
Ali bin Abi Thalib ra. tidak menerima tafsir Al-Qur’an
b. Pangkat kekhalifahan (keimanan) selain yang ditafsirkan oleh
dilakukan secara turun temurun imamnya. Mereka tidak
sampai 12 imam, mulai dari (1) Ali menggunakan ushul fikih. Dan
bin Abi Thalib; (2) Hasan bin Ali tidak menerima qiyas dan ijmak.
bin Abi Thalib; (3) Husein bin Ali (pp. 73-74)
bin Abi Thalib; (4) Ali Zainal
KESIMPULAN DAN SARAN
Abidin bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib; (5) Muhammad al-Baqir Dengan meninggalnya khalifah

Ali bin Zainal Abidin; (6) Jakfar al- Ustman bin Affan yang kemudian

Shodiq bin Muhammad al-Baqir; digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. Di masa

(7) Musa al-Kazhim bin Jakfar al- kepemimpinan beliau, Ali bin Abi Thalib

Shodiq; (8) Ali al-Ridho bin Musa menghadapi berbagai permasalahan dan

al-Kazhim; (9) Muhammad al- jauh dari kata stabil. Walaupun dalam

Jawwad bin Ali al-Ridho; (10) Ali keadaan terdesak, ternyata Ali bin Abi

bin Muhammad bin Ali al-Ridho; Thalib tidak kehilangan kebesarannya, ia

(11) Hasan bin Ali bin Muhammad masih menjunjung tinggi nilai-nilai

al-Aksari; sampai (12) Muhammad keislaman walaupun dalam sebagaian

bin Hasan al-Mahdi yang hilang pendapat dikatakan bawah Ali bin Abi

Ketika berusia lima tahun, serta Thalib melakukan kesalahan dengan

dinantikan dan diyakini menunda pengusutan pembunuhan

kehadirannya kelak dikemudian Ustman dan menerima tahkim dalam

harri/menjelang hari kiamat. perang Siffin.

c. Imam adalah maksum, yakni tidak Kondisi terakhir telah


pernah berbuat dosa sebagaimana menyebabkan konflik berkepanjangan
nabi. Mereka juga percaya bahwa dalam tubuh umat islam. Yang pada
imam juga menerima wahyu dari perkembangannya, konflik yang awalnya
Allah, dengan suara Jibril as. berasal dari dinamika sosial politik
Dengan tidak melihatnya. kemudian merambah ke dalam
d. Tidak menerima hadits yang permasalahan-permasalahan paham
diriwayatkan oleh selain imam keagamaan. Dari perbedaa pendapat
mereka. Karena itu mereka tidak tentang dosa besar, secara otomatis disusul
mengakui hadts-hadits Bukhori, dengan perbedaan pendapat tentang Iman,
definis dan penjelasannya. Berangkat dari dalam Sejarah. Jakarta:
perbedaan-perbedaan sudut pandang Paramadina.
inilah, yang belakangan memunculkan Nasution, H. (1986). Teologi Islam :
berbagai aliran seperti Khawarij, Murjiah, Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Mu’tazilah dan sebagainya. Perbandingan. Jakarta: UI Press.

Sulaiman, M. b. (1418). Mukhtashar


DAFTAR PUSTAKA Sirati al-Rasul. Saudi: al-Dakwah
wa al-Irsyad.
Al-Asqalani, A. I.-H. (2010). Fathul baari
Jilid 13 : Penjelasan kitab shahih Syahrastani, M. b. (2006). al-Milal wal al-
al bukhari. (Amiruddin, Trans.) Nihal. (A. Syukur, Trans.)
Jakarta: Pustaka Azzam. Surabaya: Bina Ilmu.

al-Asy'ari, A. a.-H. (1970). Maqalat al-


Islamiyyin wakhtilaf al musallin.
Beirut: Maktabah al 'Asriyyah.

al-Dzahiri, A. b. (n.d.). al-Fashlu fi al-


Milal wa al-Ahwa’ wa al-Nahl.
Kairo: Maktabah Khaniji.

al-Najjar, A. (1993). Aliran Khawarij,


Mengungkap Akar Perselisihan
Umat. Jakarta: Lentera.

Ath-Thabari, A. J. (1987). Tarikh Al-


Umam Wa al-Muluk (1 ed.).
Beirut: Dar Al-Fikr.

Dr. H. Faisol Nasar bin Madi, M. (2015).


ILMU KALAM. Jember: IAIN
Jember Press.

Hamid, S. R. (2008). Buku Pintar Agama


Islam. Jakarta: CAHAYA SALAM.

Masturi Irham Zuhdi, M. A. (2015).


Ensiklopedi Aliran dan Madzab
di Dunia Islam (1 ed.). Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar.

Munawar Rahman, B. (1995).


Kontekstualisasi Doktrin Islam

Anda mungkin juga menyukai