Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dia Ayu Arofah

Kelas : PI1D
NIM : 1860308221091

RESUME MATERI

Proses pembentukan pemikiran islam berbagai peristiwa misalnya


ada persentuhan pendapat, agama, kebudayaan atau peradaban antara
satu dengan lainnya. Peristiwa yang saling bersentuhan tersebut
mengakibatkan terjadinya asimilasi. Sehingga ada perkembangan
pemikiran muslim dipisahkan menjadi 3 fase yang memiliki kaitan dengan
sejarah islam.
Fase pertama adalah saat masa kekhalifahan Ali, saat itu terjadi
perang Shiffin dan perang Jamal yang akibat dari perang ini
memunculkan golongan Khawarji. Yang akhirnya muncullah kelompok-
kelompok lain yang akhirnya membuat perdebatan di dalam tubuh islam
sendiri. Fase kedua adalah saat ekspansi agama Islam ke daerah eropa
dan asia yang kemudian memperkaya khazanah kebudayaan Islam. Fase
ketiga adalah saat adanya perubahan dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern.
Adanya ekspansi yang dilakukan di daerah eropa dan asia ini
membuat berbagai keilmuan yang ada di dalam Islam pun lahir seperti
filsafat, teologi islam dan tasawuf dan fikih.
Yang pertama bidang kalam atau teologi, secara harfiah kalam
berarti harfiah. Pendukung ilmu ini adalah orang-orang yang menjadikan
dogma atau masalah teologis kontroversial sebagai topik diskusi dan
wacana dialetik, dengan menawarkan bukti-bukti spekulatif untuk
mempertahankan pendirian mereka. Dulu pada saat nabi Muhammad
SAW masih hidup, segala perkara dikembalikan kepada beliau. Namun
setelah nabi Muhammad SAW wafat, umat Islam mulai mengalami
perpecahan. Permasalahan pertama yang muncul adalah tentang perkara
keabsahan pengganti nabi Muhammad SAW. Yang kemudian perkara ini
mengalami puncaknya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, pada
saat itu pendukung antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah saling
berselisih. Perselisihan terus berlanjut hingga menemui puncaknya pada
peristiwa arbitrase, yakni perundingan yang dilakukan dua utusan dari
pihak Ali Bin Abu Thalib dan pihak Muawiyah yang tengah berperang yang
kemudian disebut perang Shiffin. dan perselisihan Ali ibn Abi Thalib
dengan Aisyah yang mengakibatkan terjadinya perang Jamal. Akibat
peristiwa-peristiwa inilah muncullah aliran atau mazhab dalam ilmu
teologi ini. Selain faktor politis yang menyebabkan munculnya perbedaan
pada paham teologi, ada lagi faktor pertemuan antara ajaran Islam
dengan kebudayaan lain. Perkenalan umat Islam dengan kebudayaan dan
peradaban luar teutama yang berkaitan dengan filsafat ketuhanan,
ditunjang pula dengan kemenangan umat Islam, mengharuskan umat
Islam mempelajari pengetahuan, sistem berpikir dan filsafat mereka.
Faktor lainnya, yaitu berkaitan dengan pemahaman ayat Alquran, ialah
kadar pengetahuan dan penghayatan umat Islam terhadap nash-nash
agama, yang kelihatannya ada beberapa ayat yang tidak sejalan,
sehingga terjadilah penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran dan al Hadist
yang berbeda antara ulama yang satu dengan yang lainnya.
Yang kedua bidang fikih, dalam Islam hukum didasarkan kepada
wahyu, termasuk hukum dalam kemasyarakatan yang juga disandarkan
kepada wahyu. Namun seiring luasnya wilayah Islam, permasalahan
dalam kehidupan bermasyarakat pun semakin kompleks. Mengatasi hal
tersebut para sahabat mengembalikan kepada al-Quran dan Sunnah.
Namun tidak semua persoalan yang timbul dapat dikembalikan kepada
Alquran atau Sunnah Nabi, maka untuk itu Khalifah dan sahabat
mengadakan ijtihad. Semakin banyaknya ijtihad ini, kemudian dijabarkan
ke dalam beberapa cabang. Yang kemudian Ulamaulama fiqh
mengembangkan dua pendekatan yang berbeda terhadap fikih. Satu
didasarkan kepada pemikiran (ra’yi) dan kedua didasarkan kepada
pemikiran analogi (qiyas). Secara umum tahap perkembangan fikih bisa
dibagi ke 5 bagian, pertama yaitu pada masa kerasulan nabi Muhammad
SAW hingga paruh pertama abad ke 1 H pada masa ini sumber hukum
meliputi wahyu serta akal, kedua adalah masa pembentukan fikih yang
dimulai abad ke 1 H hingga awal 2 H pada tahap ini fikih telah berbentuk
mazhab, ketiga dimulai sejak awal 2 H hingga pertengahan 4 H, pada
tahap ini bentuk fikih dikodifikasi dan dilengkapi dengan ilmu ushul fikih,
keempat adalah masa kemunduran fikih yang ditandai dengan adanya
peristiwa jatuhnya Bagdad dan tertutupnya pintu ijtihad oleh para ulama’,
kelima adalah munculnya kesadaran akan pentingnya kitab hukum Islam
yang mudah dioperasionalkan dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, dan Negara.
Yang ketiga adalah bidang filsafat, antara Filsafat dan agama
membahas mengenai topik yang sama, yaitu manusia dan dunianya.
Agama membawa kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta sedangkan
filsafat berasal dari manusia yang penuh akan ketidak jelasan. Pemikiran
filosofis masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai ahli-
ahli Islam di Suria, Mesopotamia, Persia, dan Mesir. Filsafat sebagai satu
bagian yang sah dari Islam, memang memiliki varian yang beragam.
Keberadaan filsafat ini kerap dimusuhi karena dianggap sebagai saingan
agama. Namun jika kita lihat dari sisi positifnya, filsafat ini bisa
membangun suatu pandangan baru berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah
yang pandangan tersebut diberikan pandangan ilmiah yang setengahnya
disediakan oleh filsafat.
Yang keempat adalah bidang tasawuf, Tasawuf adalah tingkah laku
dan perasaan, tingkah laku yang menjauhi segala keinginan dan hal-hal
yang memesona dan ditujukan demi kesucian jiwa dan tubuh. Kajian-
kajian tasawuf dalam Islam tidak terbentuk sekaligus, tetapi berkembang
menembus perjalanan waktu melewati fase-fase tertentu secara
bertahap. Tasawuf terbagi dalam 3 fase. Pada fase pertama ini, tasawuf
tampil dalam bentuk ibadah dan zuhud, beberapa tokoh zuhud ini adalah
al Hasan al Basri (110 H/728 M), Ibrahim bin Adham (159H/776 M) dan
Rabi ah al Adawiyyah. Pada fase ini tasawuf tidak mempedulikan tentang
kajian atau studi. Dan dalam urusan ibadah para kaum sufi mencari
tempat yang terisolir dan jauh dari manusia. Pada fase kedua, para sufi
mulai melakukan kajian teoritis. Sebagai bukti, mereka membicarakan
tentang keasyikan dan kerinduan, takut dan harapan, cinta dan emosi,
tiada dan ada, fana’ dan kekal, beberapa tokoh pada fase ini adalah al
Muhasibi (242 H / 857 M), Zu al Nun al Misri (244 H / 859 M), Abu Yazid
al-Bistami ( 260 H – 874 M), al Junaid (298 H-910 M), al Hallaj (309 H /
922 M). Selanjutnya pada fase ketiga, kaum sufi mulai semakin mengisi
teori-teori tasawuf dengan menggeluti kajian-kajian filosofis yang dalam.

Selanjutnya adala islam kontemporer, pemikiran ini terjadi akibat


sentuhan tradisionalitas dan modernitas yang berasal dari Barat. Salah
satu penyebab adanya islam kontemporer adalah karena penyerangan
Israel terhadap Arab pada tahun 1967. Mereka bertanya-tanya
bagaimana bisa sebuah negara kecil bisa mengalahkan negara yang
besar. Menanggapi pertanyaan ini para intelektual Arab menjelaskan
sebab-sebab kekalahan mereka. Di antara sebab-sebab yang sudah
dijelaskan, sebab yang paling signifikan adalah masalah cara pandang
orang Arab kepada budaya sendiri dan kepada capaian modernitas.
Bangsa arab memandang modernitas lebih sebagai tantangan identitas
kultural. Secara umum ada tiga tipologi yang mewarnai wacana pemikiran
Arab kontenporer, pertama yaitu tipologi transformatik, kedua tipologi
reformistic, ketiga tipologi pemikir ideal-totalistis.

Anda mungkin juga menyukai