Anda di halaman 1dari 31

SEJARAH PERADABAN ISLAM

MAKALAH

ISLAM DI ANDALUSIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban


Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Momon, M.Ag.

Disusun Oleh:

Ade Putri (1152070004)

Fiki (1152070024)

Fikri Nurhayati (1152070025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN


P.MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI

0
BANDUNG
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul Islam di Adalusia
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan


keterbatasan kemampuandalam menyusun makalah ini. Penulis
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan baik dalam materi maupun cara penyajian
penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pengembangan dan kesempurnaan laporan ini.
Semoga informasi yang terdapat dalam laporan ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

Bandung , Maret 2017

Penyusu
n

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Proses masuknya Islam di Andalusia............................................................................3

B. Sistem Pemerintahan Islam di Andalusia......................................................................4

1. Sistem Pertahanan dan keamanan.............................................................................5


2. Sistem Birokrasi.......................................................................................................6
3. Sistem Sosial dan Politik..........................................................................................6
C. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia.....................................................................7

D. Sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Andalusia...........................................11

E. Kontribusi Islam di Andalusia untuk Kemajuan Eropa...............................................16

F. Dampak Kehancuran Peradaban Islam di Andalusia..................................................19

BAB III..................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................21
Simpulan............................................................................................................................21

2
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini masih banyak orang memahami bahwa kebangkitan dunia Eropa
(renaissance) adalah berkat kecermelangan tokoh-tokoh eropa pada abad 12-16 M
yaitu Anselmus, Thomas Aquinas, Roger Bacon, Galileo, Descartez dianggap sebagai
pencetus kebangkitan eropa tanpa pengaruh peradaban lain. Padahal pda
kenyataannya kemajuan eropa sangat dipengarusi pleh peradaban islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam meneyerap
peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan
peradaban antar negara. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini
banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang
di periode klasik. Lalu bagaimana Islam dapat mempengaruhi kemajuan di eropa?
Bagaimana proses masuknya islam ke spanyol?

Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan proses masuknya islam ke


spanyol (Andalusia), kemajuan peradaban islam di spanyol (Andalusia), factor yang
mempengaruhi runtuhnya Islam di Andalusia dan kontribusi Islam terhadap kemajuan
Eropa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses masuknya Islam ke Andalusia?


2. Bagaimana system pemerintahan dan politik Islam di Andalusia?
3. Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Andalusia?
4. Apa yang menjadi factor runtuhnya peradaban Islam di Andalusia?
5. Apa kontrikbusi peradaban Islam tehadap kemajuan Eropa?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengatahui proses masuknya Islam ke Andalusia?
2. Untuk mengatahui system pemerintahan dan politik Islam di Andalusia?
3. Untuk mengatahui kemajuan peradaban Islam di Andalusia?
4. Untuk mengatahui factor runtuhnya peradaban Islam di Andalusia?
5. Untuk mengatahui kontribusi peradaban Islam tehadap kemajuan Eropa?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses masuknya Islam di Andalusia

Dalam sejarah peradaban islam (Islamic Civilization Historic), Andalusia


(Spanyol; Andalucia) merupakan sebuah wilayah spanyol yang paling padat
penduduknya dan pulau terbesar kedua dari 17 wilayah yang membentuk spanyol,
dengan ibu kota Peradaban Islam di Afrika dan Spanyol bermula dari serangkaian
penaklukan oleh bangsa Arab pada abad ketujuh dan kedelapan, yang dilancarkan
melalui kota Mesir. Penaklukan bangsa Arab mulai berkembang, dan sampai pada
Spanyol kira-kira tahun 711 M.

Spanyol diduduki ummat Islam pada zaman Khalifah Walid bin Abdul Malik
(750-715 M), salah seorang Khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Sebelum penaklukkan Spanyol, ummat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari Dinasti Bani Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).

Menurut (Syalabi, 1983:154) yang dikutip oleh (Fathikah) dalam jurnalnya


yang berjudul Distorsi umat islam Andalusia: Perspektif pendidikan politik, islam
masuk ke Spanyol ini, dengan cara penaklukan atau ekspedisi. Dalam hal penaklukan
itu, ada tiga nama yang patut dicatat paling berjasa dalam sejarah penaklukan negeri
tersebut. Mereka adalah Tarif ibnu Malik, Tariq ibnu Ziyad, dan Musa ibnu Nusair.
Mereka bertiga mempunyai peranan sendiri-sendiri. Tarif ibnu Malik bersama
pasukannya adalah rombongan yang pertama kali melakukan penyerbuan, pada tahun
91 H. Tarif dan pasukannya melintasi selat yang menghubungkan antara benua Eropa
dan Afrika itu dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara

3
berkuda. Mereka menumpang empat buah kapal yang disediakan oleh Julian (Syalabi,
1983:154).

Dalam penyerbuan itu, Tarif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia


menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya (Yatim, 2003:88-89). Suksesnya ekspedisi yang dicapai oleh Tarif dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol saat
itu, mendorong Gubernur Afrika utara yang berpusat di Qairuwan, yakni Musa ibnu
Nusair untuk mengusai wilayah subur dibagian Barat Daya Eropa. Tariq ibnu ziyad
diberi tugas untuk menaklukkan negeri hijau itu, dengan menyiapkan pasukan yang
berjumlah 7000 personil. Mereka menyeberangi selat antara Afrika Utara dan Eropa
itu dengan kapal-kapal yang telah disediakan oleh Julian sebagaimana penyebrangan
pertama kali yang dilakukan Tarif Pasukannya mendarat di sebuah gunung yang
terkenal dengan nama Gibraltal (Jabal Tariq). Penaklukan yang dipimpin Tariq ini
berakhir dengan kemenangan yang gemilang terjadi pada bulan Rajab tahun 92 H.
Rupanya Musa ibnu Nusair sendiri juga ingin berpartisipasi dalam peperangan
menaklukkan negeri hijau yang subur itu. Ia berhasil menaklukan kota yang sangat
kuat tersebut, selanjutnya ia taklukan kota Sevilla. Musa ibnu Nusair melanjutkan
ekspedisinya hingga bertemu pasukan Tariq ibnu Ziad di Toledo. Mereka besama-
sama meneruskan penaklukan ke utara, ke kota Saragossa dan Navarre (Brockelman,
1983:14).

B. Sistem Pemerintahan Islam di Andalusia

Dalam jurnal (Fatikhah) yang berjudul Distorsi umat islam Andalusia:


Perspektif pendidikan politik, ia mengutip bahwa secara politik, pemerintahan islam
di Andalusia ini terbagi menjadi enam peiode. Pertama, periode kepemimpinan para
wali (gubernur) tahun 711 -755 M; kedua, periode keamiran atau kepemimpinan
keturunan Bani Umayyah setelah berdirinya Daulah Bani Abbasiyah tahun 755-912
M; ketiga, periode kekhalifahan tahun 912-1013 M yang dimulai dari khalifah Abdur

4
Ruhman III hingga munculnya raja-raja kelompok atau yang dikenal dengan Muluk
al-Thawaif,; keempat, Kepemimpinan raja-raja kelompok (Muluk al-thawaif) tahun
1013-1086 M; kelima, kepemimpina murobithun tahun 1086-1143 dan muwahhidun
tahun 1146-1235 M; dan keenam, periode kepemimpinan Bani Ahmar tahun 1248-
1492 M.

Dalam sumber lain yang dikutip oleh (Pahlevi, 2009) dalam artikelnya yang
berjudul Politik islam di spanyol dan pengaruhnya di Eropa, struktur pemerintahan
Bani Umayyah menggunakan pola Autokrasi yakni sistem pemerintahan yang
kewenangannya dipegang penuh oleh pemimpin yang sedang berkuasa (pemerintah),
dalam hal ini adalah amir maupun khalifah. Pada masa pemerintahan Islam Andalusia
sistem pemerintahan dikendalikan secara penuh oleh khalifah baik dalam bidang
ekonomi, politik luar negeri, birokrasi, agama, budaya, militer dan lain sebagainya.
Pada intinya raja atau pemimpin adalah pemegang tunggal kekuasaan. Sedangkan
untuk jabatan kepemerintahannya menggunakan sistem yang berjenjang. Pada tingkat
pusat dipimpin oleh khalifah sedangkan pada wilayah dipimpin oleh seorang
gubernur (wali).

Dalam perkembangannya pasca pemerintahan Islam di Andalusia, sistem


pemerintah autokrasi ini dipergunakan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan
di Eropa. Seperti pada pemerintahan negara Italia, Inggris, Belanda, Skotlandia,
Rumania, dan lain sebagainya. Pada awal masa pencerahan di Eropa, sistem
pemerintahan autokrasi ini sangat laris sekali. Sebab dianggap mampu menyatukan
potensi yang dimiliki oleh bangsa secara maksimal dalam satu kendali. Sedangkan
sistem pemerintahan yang bertingkat ini dikembangkan oleh bangsa Eropa sebagai
studi politik mutakhir dan pembentukan negara modern dikemudian hari. Serta sistem
ini menjadi embrio lahirnya sistem pemerintahan aristrokrasi di Eropa beberapa
periode kemudian.

5
1. Sistem Pertahanan dan keamanan
Dalam sistem pertahanan dan keamanan pada masa Islam Andalusia
menggunakan sistem ketentaraan profesional. Artinya pemerintahan yang berkuasa
membentuk kesatuan angkatan perang lengkap dengan peralatannya seperti senjata,
gaji prajurit, jenjang karier, markas kesatuan tentara, strategi perang dan lain
sebagainya. Hal ini dapat terlihat dengan dibangunnya markas kesatuan tentara ditiga
titik utama di Andalusia yakni di wilayah utara, selatan dan tengah. Sistem ini
kemudian di Eropa dipergunakan untuk membangun kesatuan tentara yang kuat,
profesional dan membentuk kesatuan tentara atas dasar wilayah pertahananya dengan
melibat seluruh warga negaranya. Atau yang lebih dikenal dengan istilah wajib
militer seperti di Inggris dan lain sebagainya. Hal ini juga menjadi inspirasi bagi
bangsa Eropa untuk membentuk kesatuan tentara yang berdasarkan atas darat, laut
maupun udara. Serta tentara dijadikan sebagai alat utama untuk menjalankan misi
politiknya dalam rangka menaklukkan wilayah jajahannya untuk menguasai sumber
daya yang ada didaerah koloni mereka.

2. Sistem Birokrasi

Sistem Birokasi yang dipergunakan pada masa pemerintahan bani Umayyah


di Andalusia ini sangat sentralistik sekali. Dimana semua keputusan ada ditangan
khalifah, sedangkan para birokrat atau pegawainya hanya menjalankan kebijakan
yang telah dibuat oleh khalifah. Sebagai imbas dari sistem birokrasi yang ada dijaman
kejayaan Islam Andalusia, sistem birokrasi yang digunakan kerajaan Eropa juga
menjadi sentralistik dan berpusat pada penguasa atau raja.

3. Sistem Sosial dan Politik

Struktur Sosial dan Politik Pada masa bani Umayyah masyarakat Andalusia
terbagi dalam beberapa kelas berdasarkan garis keturunannya. Dimana kemudian
garis keturunan ini mempunyai pengaruh terhadap status yang mereka miliki dalam
bermasyarakat. Adapun kelompok kemasyarakatan tersebut berdasarkan ras-nya

6
antara lain sebagai berikut: kaum Barbar, Arab, penduduk pribumi dan penduduk
yang menganut agama Kristen dan Yahudi. Penduduk yang non arab mempunyai
status sosial yang rendah dan mempunyai kewajiban untuk membayar pajak kepada
pemerintah. Sebagai bentuk kewajiban mereka kepada negara, karena negara
memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kepada mereka. Hal ini kemudian
oleh kelompok non arab dan Islam dianggap sebagai diskriminasi yang dilakukan
oleh pemerintah dan menjadi salah satu penyebab terjadinya pemberontakan yang
mereka lakukan pada pemerintahan bani Umayyah.

C. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia


Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, Umat Islam
telah mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan Dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan ini mendatangkan penghasilan


ekonomi yang tinggi, sehingga banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol
Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas Arab (Utara dan
Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam, Barbar (umat
Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara
Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang
berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua
komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan sahan intelektual terhadap
terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra
dan pembangunan fisik Spanyol (Badi, 1969:38). Adapun kemajuan-kemajuan
intelektual yang telah dicapai oleh Islam di Spanyol antara lain:

a. Filsafat

7
Hal ini terjadi pada tahun 961-976 M, atas inisiatif al-Hakam untuk
mengimpor karyakarya ilmiah dan filosofis dari Timur, sehingga Cordova dengan
perpustakaan dan universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama
ilmu pengetahuan di Dunia Islam. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al sayigh (Ibnu Majah).

b. Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga


berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi (Syalabi, 1983:86). Dalam bidang sejarah dan geografi terdapat Ibn Jubair
dari Valencia (1145-1228 M), Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) dan lain-lain.

c. Bidang Fikih
Dalam bidang fikih, karena Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, para
ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab Imm Mlik. Para ulama
yang memperkenalkan mazhab ini antara lain Ziyd ibn Abd al-Rahmn,
perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qdi pada masa
Hishm ibn Abd al- Rahmn. Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya Ab Bakr ibn al-
Qutiyyah, Munzir ibn Sa'd al-Balti dan Ibn Hazm yang terkenal (Yatim, 2004:103).
Para siswa di kuttab kuttab tersebut mendapatkan materi fikih cukup lengkap dari
ulama-ulama tersebut yang berkompeten pada disiplin ilmunya. Perkembangan ilmu
agama di lingkungan masyarakat intelek Islam Spanyol, oleh sebagian penulis
sejarah, diidentikkan dengan perkembangan hukum Islam (ilmu fikih) atau ilmu
syariat yang telah mengalami penyempitan makna. Namun demikian, dari
penyempitan makna tadi, dampak positif yang tampak pada masyarakat adalah
adanya suatu tatanan hukum yang pasti dan dipegang sebagai pedoman hidup

8
sehingga aspek-aspek lahiriah sebagai objek kajian ilmu fikih dari masyarakat
tersebut, juga tercermin pada sebagian pandangan para filosof, bisa terkendali dan
berada dalam landasan-landasan normatif agama (Watt, 1992:61-62).

d. Bidang Bahasa dan sastra

Menurut Hitti (1970:557), di Spanyol sebetulnya (sedikit) tertinggal jika


dibandingkan dengan orang-orang Irak namun kemudian prestasi-prestasi yang cukup
spektakuler bermunculan. Al-Qli (901-67 M.), seorang profesor Universitas Cordova
kelahiran Armenia awalnya belajar di Baghdad, baru kemudian disusul oleh
Muhammad bin Hasan al-Zubayd (928-989), seorang muridnya yang berdarah asli
Spanyol kelahiran Seville yang mewarnai hampir seluruh ilmu gurunya itu. Sebagai
bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol, bahasa
Arab diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang muslim maupun yang
nonmuslim. Hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela
menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam
bahasa Arab sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam tata bahasa.
Di antara ahli bahasa yang terkenal ialah Ibn Mlik, pengarang kitab Alfiyyah, Ibn
Sayyidn, Ibn Khurf, Ibn al-Hjj, Ab Al al-Shibl, Ab al-Hasan ibn Usfr, dan
Ab Hayyn al-Gharnat. Bahkan, orang Islam Spanyol juga berjasa atas penyusunan
tata bahasa Hebrew (bahasa orang Yahudi) yang secara esensial didasarkan pada tata
bahasa Arab.
Selanjutnya, di bidang sastra, terdapat juga kemajuan yang sangat signifikan
dan melahirkan banyak tokoh. Ibn Abd al-Rabbih, seorang pujangga yang sezaman
dengan Abd al-Rahmn III mengarang Al-'Iqd al-Fard dan Al-Aghn. 'Al bin
Hazm (terkenal dengan nama Ibn Hazm) juga menulis sebuah antologi syair cinta
berjudul Tawq al-Hammah. Dalam bidang syair, yang digabungkan dengan dengan
nyanyian, terdapat tokoh Abd al-Wahd bin Zaydn (1003-1071) dan Walladah (w.
1087) yang melakukan improvisasi spektakuler dalam bidang ini. Karya mereka,
Muwassah dan Jazal merupakan karya monumental yang pernah mereka ciptakan

9
pada masa itu sehingga orang-orang Kristen mengadopsinya untuk himne-himne
Kristiani mereka.

e. Bidang Musik dan Kesenian

Syair merupakan ekspresi utama dari peradaban Spanyol. Pada dasarnya, syair
Spanyol didasarkan pada model-model syair Arab yang membangkitkan sintimen
prajurit dan interes faksional para penakluk Arab (Lapidus, 1999:584). Dalam bidang
musik dan seni, Spanyol Islam memiliki tokoh seniman yang sangat terkenal, yaitu
al-Hasan ibn Nf dikenal dengan julukan Ziryb (789-857). Setiap kali ada
pertemuan dan perjamuan di Cordova, Ziryb selalu mempertunjukkan kebolehannya.
Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu, ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada
anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada budak-budak
sehingga kemasyhurannya tersebar luas (Shalab, 1984:128).

2. Kemajuan pembangunan fisik

Disamping kemjuan intelektual, Spanyol Islam juga mencapai kemajuan di


bidang pembangunan fisik. Pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat
Islam sangat banyak. antara lain dalam perdangangan, jalan-jalan dan pasar-pasar,
bidang pertanian dan lain-lainya. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik
yang menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota,
istana, masjid, pemukiman dan tanaman-tanaman. Di antara pembangunan yang

10
megah adalah Masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Jafariyah di Saragosa, tembok
Toledo, Istana al-Makmun, Masjid Seville dan Istana al-Hamra di Granada.
Cordova dan Granada di masa Bani Umayah mengalami perkembangan yang
pesat. Banyak pembangunan yang dilaksanakan, seperti Istana dan Masjid-masjid.
Kota ini di perluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Dan
berdirinya sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16
lengkungan dalam gaya Romawi,menghubungkan Cordova dengan daerah pinggiran
di gerbang sungai. Sedangkan di sebelah Barat jambatan itu berdiri Istana al-Cazar.
Perkembangan ini terjadi pada masa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir di
pertengahan abad ke-10 M. Cordova juga terkenal dengan barang-barang kerajinan
dari perak, sulaman-sulaman dari sutra dan kulit, yang mempunyai bentuk khusus.
Pada masa ini Cordova menjadi pusat Ilmu Pengetahuan, dan berdirinya Universitas
Cordova. Di samping itu, di kota ini terdapat sebuah perpustakaan besar yang
mempunyai koleksi buku kira-kira 400.000 judul (Lapidus, 1999:581). Begitu juga
dalam bidang pertanian ,dengan pembangunan irigasi yang baik, membawa
kemakmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat. Sehingga mampu membangun
beberapa daerah.

a. Cordova

Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih
oleh Bani Umayyah, Abdurrahman Ad-Dakhil (822-852 M). Kemudian mencapai
puncak keindahannya pada masa Abdurrahman An Nasyir (911-961 M). Kota ini
indah dipandang mata. Jembatan besar dibangaun di atas sungai yang mengalir di
tengah kota. Tamantaman dibangun untuk menghiasi. Pohon-pohon dan bunga-bunga
di impor dari Timur. Diantara kebanggaan kota Cordova adalah masjid Cordova. Di
kota Cordova terdapat 491 masjid. Disamping itu, ciri khusus kota adalah adanya
tempat pemandian. Di Cordova terdapat 900 pemandian.

11
b. Granada

Granada memiliki tanah yang subur, banyak pegunungan dan sungai-sungai. Pada
sebuah bukit kecil yang tingginya 150 meter di atas kota Granada terdapat sebuah
istana yang indah yang dibuat oleh raja Bani Akhmar dan diberi nama Al-Hamrah.
Al-Hamrah merupakan istana yang permai yang megah dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah
indahnya. Sedangkan dalam bidang pertanian, Spanyol sudah mengenal irigasi dan
saluransaluran air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun
kebunkebun tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Karena kemajuan ekonomi Spanyol
mampu membangun beberapa kota yang megah dan mempunyai banyak bangunan
yang monumental. Abdurrahman III membangun kota Cordova dilengkapi dengan
taman, Istana, jalan-jalan, masjid, perpustakaan. Kota termegah adalah Az-Zahrah
yang dibangun oleh Abdurrahman III dan kota Granada yang cantik yang memiliki al-
Hamrah terkenal di seluruh Dunia (Yatim,1997: 99-100).

D. Sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Andalusia

Menurut Sudirman dalam jurnalnya yang berjudul Islam dan peradaban


spanyol: catatan kritis beberapa factor penyebab kesuksesan islam di Spanyol, ia
mengemukakan bahwa beberapa faktor yang menjadi sebab kemunduran dan
kehancuran islam di Andalusia-Spanyol, yaitu:

1. Konflik Islam dan Kristen

Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka


nampaknya merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen
taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka,
termasuk posisi hirarki tradisional dengan syarat tidak melakukan perlawanan
bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa

12
kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara
Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan yang pesat, sementara umat
Islam sedang mengalami kemunduran. Bahkan, banyak orang Kristen memakai
nama-nama Arab dan meniru cara hidup lahiriyah kaum Muslimin. Bahasa Arab pun
menjadi salah satu bahasa utama (Lebor, 2009: 112). Istilah Muzarabes (Arabisasi)
yang digalakkan terhadap orang-orang Spanyol Kristen menyebabkan bahasa Latin
hampir terlupakan (Arnold, t.th.: 122)

2. Tidak adanya ideologi pemersatu

Pada dasarnya, para muallaf semestinya diperlakukan sama sebagai orang


Islam yang sederajat. Namun di Spanyol sebagaimana politik yang dijalankan Bani
Umayyah di Damaskus, orang Arab tidak pernah mau menerima orang Islam pribumi.
Setidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberikan istilah ibad dan
muwalladun kepada para muallaf yang merupakan suatu ungkapan yang
merendahkan. Konsekuensinya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian yang pada akhirnya mendatangkan dampak
besar terhadap sosio-ekonomi negara tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan

Tanpa adanya sistem peralihan kekuasaan yang pasti, perebutan kekuasaan di


antara ahli waris pasti akan muncul. Munculnya muluk al thawaif yang akhirnya
memaksa runtuhnya kekuasaan bani Umayyah tak dapat dihindari. Salah satu

13
penyebab jatuhnya Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di
Spanyol ke tangan Ferdinand dan Isabella adalah permasalahan ini.

4. Kesulitan ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius sehingga lalai membina
perkonomian. Padahal, peradaban kuat tanpa ditopang dengan ekonomi yang mapan
dapat dipastikan akan hancur. Terbukti dengan timbulnya kesulitan ekonomi yang
memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer penguasa Islam Spanyol.

Dalam sumber lain, yang ditulis (Nasrah,2009:14-16) dalam artikel e-USU


Repository Universitas Sumatera Utara dengan judul sebab-sebab kehancuran islam
di Spanyol, Faktor-faktor kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol yaitu:

1. Terjadinya Pemberontakan

Terjadi beberapa peristiwa dan pemberontakan dan keharusan yang dilakukan


oleh golongan-golongan tertentu yang merasa tidak puas, tidak senang, dan cemburu
terhadap khalifah yang berkuasa. Pada zaman khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, Abdullah dan
sulaiman. Mereka mempermaklumkan kemerdekaan dan memobilisasi kesatuan-
kesatuan mereka di Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Hisyam
yang terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M. Disamping itu, terdapat pula

14
pemberontakanyang dilakukan oleh kaum Yamaniah di Tertosa yang dipimpin oleh
Said Ibnu Husain, tetapi mereka dapat dikalahkan.

Pada zaman Khalifah Abdurrahman (756-788 M) terjadi pemberontakan yang


dilakukan oleh orang Berber, Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol yang
meminta bantuan kepada pejuang Kristen Prancis bernama Charles, dan mereka dapat
dikalahkan oleh tentara Abdurrahman. Pada zaman khalifah Hakam (796-822) terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh kaum faqih yang berambisi memperoleh
kedudukan, mereka menghasut dan mencela hakam sebagai orang yang tidak
beragama, dengan pidato-pidatonya mereka membakar kefanatikan orang-orang
muslim Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan mendapat serangan dari
Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih hidup ketika dikalahkan oleh
Hisyam, mereka meminta bantuan kepada Raja Franka.

2. Perubahan Struktur Politis

Di zaman Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan struktur politis.


Hisyam II baru berusia 11 tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya masih
sangat muda, Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang
bernama muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas pemerintahan.
(Mahmudunnasir, 1991:308). Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para
pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan.

Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius


menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya ke puncak
kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan
karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia amengirimkan tentara itu dalam
berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan keunggulaannya atas para pangeran

15
Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar
kehormatan al-Mansur Billah. la dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di
Spanyol, sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan
Hisam II tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan bahwa peranan khalifah
sangat lemah dalam memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan orang
lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan atas dasar kemampuan yang
dimilikinya melainkan atas dasar warisan turun menurun. Hisam II memang bukan
orang yang cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan
dalam negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan
mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan
meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun
masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol.

AI-Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia


tidak berkwalitas dalam memegang jabatannya sehingga dimusuhi penduduk dan
kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada
orang atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di seluruh negara.
Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009 M, yang kemudian dipulihkan
kembali tahtanya pada tahun berikutnya.

Sejak itu sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota Umayyah lainnya
serta tiga orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah
sementara. Dalam masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali
pertukaran khalifah, tiga orang di antaranya dua kali maenduduki jabatan khalifah
pada priode tersebut. Pada tahun 1031 M khilafah dihapuskan oleh orang-orang
Cordova. (Hitti, 1970: 218).

3. Adanya permintaan bantuan terhadap kekuasaan luar

16
Munculnya Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang ke Spanyol atas
permintaan al-Mu'tamin untuk membantu untuk melawan Al-fonso, Raja castille.
Dengan bantuan ini al-Mu'tamin, Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI.
Tetapi, sayangnya dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit
berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun kemudian Ibnu Tasyfin
datang ke Spanyol, dan dalam waktu yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol
seluruhnya, karena perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan
Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit pada tahun 1090 M-
1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin tersebut timbul perpecahan antara muslim
Spanyol dan Muslim Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan
kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-nyiakan permintaan
bantuan orang-orang Arab, mereka datang menyerbu Spanyol dan dengan mudah
mereka dapat menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah Dinasti
Muwahhidin di Spanyol.

4. Melemahnya Kekuatan Militer

Disintegrasi politik yang terjadi pada waktu itu menyebabkan lemahnya


kekuatan militer dan ekonomi, sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan
penting dalam mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen rupanya tahu
tentang keadaan umat Islam yang sudah oyong itu. Oleh karena itu, pangeran-
pangeran Kristen di Utara memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum
Muslimin yang telah berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula pada abad ke-
10 membayar upeti kepada orang Islam, tetapi menjelang pertengahan abad ke-II
mereka dengan leluasa menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil
Islam.

17
Perbatasan kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah Selatan. Peristiwa
terpenting adalah tahun 1085 ketika penguasa Teledo yang lemah tidak mampu
menahan tekanan raja Castille sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya.
Teledo memiliki pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya oleh sungai
Tagus, dan tidak pernah dapat direbut kembali oleh orang-arang Islam.

E. Kontribusi Islam di Andalusia untuk Kemajuan Eropa

Menurut (Ubadah,2008:154-162) dalam jurnalnya yang berjudul Peradaban


islam di Spanyol dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Barat, ia mengemukakan
kontribusi islam di Andalusia dalam kemajuan Eropa adalah kemajuan pendidikan
dan ilmu pengetahuan.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap


peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik dan sosial, maupun
perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains
disamping bangunan fisik. Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rushd
(1120-1198 M.). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan
berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua
orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian
Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar
pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rushdisme)
yang menuntut kebebasan berpikir. Namun Pihak gereja menolak pemikiran rasional
yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah, di Eropa kemudian lahir reformasi


pada abad ke-16 M. dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rushd
dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi

18
lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan
pada abad ke-16 M. di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad
17 M di Jenewa.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rushd, ke


Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di
universitas universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville,
Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif
menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu
adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan
pada tahun 1231 M.; tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rushd. Di akhir zaman
pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di universitas-universitas itu,
ilmu yang mereka peroleh dari universitas universitas Islam diajarkan, seperti ilmu
kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari
adalah pemikiran Al-Farab, Ibn Sin dan Ibn Rushd.

Dengan kekecualian pada ilmu keagamaan, boleh dikatakan seluruh


perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat intelek Islam Spanyol mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat, terutama setelah memasuki abad
pertengahan. Hal ini relevan dengan pernyataan Chistave Le Bon yang mengatakan
bahwa perkenalan dengan peradaban Islamlah sebenarnya yang membawa Eropa
menjadi dunia beradab. Abad ke-9 dan ke-10 adalah saat pusat-pusat Islam di Spanyol
sedang berada di puncak kecemerlangannya. Pusat-pusat intelektual di Barat hanya
berupa benteng-benteng yang dihuni oleh para bangsawan yang dirinya merasa
bangga atas ketidakmampuan membaca mereka.

Tahap selanjutnya, dengan melalui tahap-tahap kecurigaan ketakutan yang


luar biasa dan secara diam-diam kecemburuan dan kekaguman terhadap Islam,

19
masyarakat Eropa akhirnya berhasil mentransfer metodologi ilmiah intelek
masyarakat Islam. Ironisnya, masyarakat Islam justru terpuruk dalam fase
kemunduran. Metode eksperimen, eksplorasi, observasi, yang pada awalnya
digunakan dalam setiap kajian ilmiah, berubah menjadi metode pengulangan
pendapat para guru, yang belakangan diketahui bahwa metode tersebut digunakan
oleh sedikit masyarakat terpelajar abad pertengahan di Eropa sebelum datangnya
Islam.

Dalam sumber yang lain, kami mendapatkan bahwa muslim di spanyol


memiliki kontribusi terhadap gerakan Renaisans di Eropa. Sebagaimana yang dikutip
oleh Tatang, dalam bahan ajar tentang Tarikh islam yang berjudul Kontribusi Islam
terhadap kemajuan di Eropa. Persentuhan Eropa dengan peradaan Islam benar-benar
memberikan pengaruh luar biasa terhadap kehidupan mereka. Pengaruh terpenting
yang diambil Eropa dari pergaulannya dengan umat Islam adalah semangat untuk
hidup yang dibentangkan oleh peradaban dan ilmu Islam. Keterpengaruhan Eropa
pada peradaan Islam itu bersifat menyeluruh. Hampir tidak ada satu sisi pun dari
berbagai sisi kehidupan Eropa yang tidak terpengaruh oleh peradaban Islam (Quthb,
1995: 251). Dalam bukunya Making of Humanity, Robert Briffault menegaskan,
"Tidak hanya ilmu yang mendorong Eropa kembali pada kehidupan. Tetapi pengaruh-
pengaruh lain yang masuk terutama pengaruh-pengaruh peradaban Islam yang
pertama kali menyalakan kebangkitan Eropa untuk hidup." (Quthb, 1996: 35). Al-
Qaradhawi (2005: 121) menulis bahwa metode, sekolah, universitas, ulama, dan buku
menjadi pengaruh serta penggerak kebangkitan Eropa. Akhirnya pada abad ke-15
muncullah gerakan di Eropa yang dinamakan renaissance. Renaissance berasal dari
kata renasseimento yang berarti lahir kembali atau rebith sebagai manusia yang serba
baru (Suhamihardja, 2002: 5). Renaissance diartikan sebagai kelahiran kembali atau
kebangkitan kembali jiwa atau semangat manusia yang selama abad pertengahan
terbelenggu dan diliputi oleh mental inactivity. Renaissance disebut juga abad
sebangkitan karena ia adalah awal kebangkitan manusia Eropa yang ingin bebas dan
tidak lagi terbelenggu sebagai kehendak untuk merealisasikan hakikat manusia

20
sendiri. Renaissance merupakan gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan
memahami kembali peradaban dan kebudayaan Yunani dan Romawi kuno
(Suhamihardja, 2002: 3). Renaissance terjadi melalui proses yang sangat panjang
dimana pengaruh Islam sangat dominan dan tidak bisa dipungkiri. Dengan munculnya
renaissance, maka perhatian dan penggalian terhadap filsafat Abad Kuno, terutama
filsafat Aristoteles, semakin berkembang. Orang Eropa Barat untuk pertama kalinya
mengenal tulisan-tulisan Aristoteles melalui terjemahan-terjemahan bahasa Arab,
serta melalui ajaran-ajaran dan komentar-komentar yang disusun filosof-filosof Arab
yang menafsirkan filsafat Aristoteles yang telah mendapat pengaruh dari paham Neo-
Platonisme.

F. Dampak Kehancuran Peradaban Islam di Andalusia

Menurut (Effendi,2009) dalam makalahnya yang berjudul Peradaban Islam


di Spanyol Eropa, beberapa dampak akibat kehancuran peradaban islam di Andalusia,
yaitu:

1. Rendahnya Semangat Para Ahli dalam Menggali Budaya Islam.

Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak


negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan
dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu
pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubitubi
dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap
peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan,
bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di
Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk
hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika
Utara. Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak
psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk

21
bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan
usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan
peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang
demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami
masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan
dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun
peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.

2. Orang-Orang Eropa Menguasai Ilmu Pengetahuan dari Islam

Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap
ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan
negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembagalembaga riset dibangun,
Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam
yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk
orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belajar
di Universitas-Universitas Islam itu. Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam,
banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga
pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon
( 1214 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240
sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan
menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam
bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli
berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di
Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan
namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu,
yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang
diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab
Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 1038 M ). Di dalam buku itu

22
terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya
Roger Bacon.

23
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Masuknya Islam ke Andalusi bermula dari adanya penaklukan yang dipimpin


Tariq pada bulan Rajab tahun 92 H. Pemerintahan islam di Andalusia ini terbagi
menjadi enam peiode. Pertama, periode kepemimpinan para wali (gubernur) tahun
711 -755 M, kedua periode keamiran atau kepemimpinan keturunan Bani Umayyah
setelah berdirinya Daulah Bani Abbasiyah tahun 755-912 M, ketiga periode
kekhalifahan tahun 912-1013 M yang dimulai dari khalifah Abdur Ruhman III hingga
munculnya raja-raja kelompok atau yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif, keempat
Kepemimpinan raja-raja kelompok (Muluk al-thawaif) tahun 1013-1086 M, kelima
kepemimpina murobithun tahun 1086-1143 dan muwahhidun tahun 1146-1235 M dan
keenam, periode kepemimpinan Bani Ahmar tahun 1248-1492 M.

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, Umat Islam
telah mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan Dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Kontribusi islam di Andalusia dalam kemajuan Eropa adalah kemajuan pendidikan
dan ilmu pengetahuan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Badi,Luthfi Abd Al. 1996. Al-Islam fi Isbaniya. Kairo: Maktabah Al-Nahdhah Al-
Mishriyah

Efendi, Nawawi.2009. Peradaban islam di Spanyol Eropa. Surakarta: Program Pasca


Sarjana (Magister Pemikiran Islam) Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fathikah. Distorsi umat islam Andalusia: Perspektif pendidikan politik

Nasrah.2004. e-USU Repository Universitas Sumatera Utara. Sebab-sebab


kehancuran islam di Spanyol.hal:14-16

Pahlevi, Gita Anggraeni. 2009. Tentang sistem pemerintahan islam di Spanyol.


Melalui http://gitapahlevi.blogspot.co.id/2009/01/sejarah-peradaban-islam.html.
Diakses pada Sabtu, 20.46 WIB.

Tatang. Bahan ajar tarikh islam kontribusi islam terhadap kemajuan Eropa. melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19650314199203
1-TATANG/Tarikh_Islam/(5)_Kontribusi_Islam_terhadap_Kemajuan_Eropa.pdf.
Diakses Pada Sabtu, 21.39 WIB

25
Sudirman. . Islam dan peradaban spanyol: catatan kritis beberapa factor penyebab
kesuksesan islam di Spanyol. Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hal: 16-17

Ubadah.2008. Jurnal Hunafa. Peradaban islam di Spanyol dan pengaruhnya


terhadap peradaban barat Vol.5 No.2, 151-164.

Yatim, Badri.2004. Sejarah peradaban islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

26

Anda mungkin juga menyukai