Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ISLAM DI SPANYOL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Pogram Studi Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas Tarbiyah IAIN Bone

Di Susun Oleh :

Kelompok 6

AISYAH
NIM 862312021028
IRMAWATI
NIM 862312021033
KASMA
NIM 862312021034

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE 2021


KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh


Maha suci Allah l dan segala puji hanya milik-Nya.Penggenggam segala sesuatu
yang telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam melakukan
segala aktivitas. Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu kepada sebaik-
baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad SAW, dan kepada para sahabatnya,
keluarganya, Thabi’in, Thabi’ut-thabiin dan pada umatnya yang tetap berpegang teguh
memegang risalahnya.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
penulisan tugas makalah“Pola Pendidikan Islam di Andalusia (spanyol)” ini sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan serta sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata
kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala partisipasi dan
bantuan dari semua pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu secara mater
lataupun formil menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT dan mendapat balasan yang
takterhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi.Wabarokatuh.

Bone, 29 Oktober 2021

Kelompok 6

ii
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II ANDALUSIA PRA ISLAM..................................................................3


A. Letak Geografis Andalusia (spanyol) ........................................................3
B. Masa Kegelapan (Dark Age).......................................................................5

BAB III POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA ............................8


A. Perkembangan Pola Pendidikan Islam di Andalusia...................................8
1. Kuttab..........................................................................................................8
2. Mendirikan Lembaga Pendidikan...............................................................9
3. Pendidikan Tinggi......................................................................................11
4. Pengembangan Perpustakaan.....................................................................12
B. Faktor Pendukung Pendidikan Islam di Andalusia....................................13
BAB IV PENUTUP...................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membicarakan Spanyol Islam1 dalam konteks sejarah pendidikan dan
peradaban Islam sangat menarik untuk dicermati dan dikaji. Sebab,
pembahasan ini secara historis membicarakan perjalanan yang Panjang serta
jatuh bangunnya umat Islam selama kurun waktu lebih dari 7.5 abad di
Daratan Eropa. Hal ini disebabkan ekspansi Islam ke Spanyol merupakan
ekspansi wilayah yang paling gemilang dalam catatan sejarah kemiliteran
dan peradaban. Di bidang kemiliteran terbukti dengan kemampuan umat
Islam-Dinasti Umayyah-menguasai Spanyol dari kekuatan Visigotic yang
terkenal cukup kuat waktu itu. Sedangkan di bidang peradaban, Spanyol
Islam telah membawa peranan penting dalam konteks sejarah dan
kebudayaan. Kepesatan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang
dikembangkan Spanyol Islam telah membawa Spanyol Islam sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam di barat, sebagaimana halnya dengan
Baghdad yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di timur.
Kehadiran dan perkembangan kebudayaan peradaban yang dikembangkan
Spanyol Islam bukan saja memberikan warna dan ketinggian peradaban
dunia Islam, melainkan kehadirannya memainkan peranan penting dalam
memberikan kontribusi yang besar terhadap kebangkitan eropa.2
Sejarah Andalusia adalah satu dari sekian banyak sejarah yang
mengungkap keaslian, perjuangan dan hadirnya Islam sebagai satu temali
yang terus mencoba mengikat dan mengarahkan umat kepada kehidupan
yang hakiki, kebahagiaan yang sebenarnya dan mengarahkan umat kepada
suatu peradaban yang Islami. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah
menanamkan fondasi ilmu pengetahuan di Spanyol, sehingga telah
mengangkat harkat Spanyol menjadi gudangnya ilmu pengetahuan di

1Dalam sejarah Islam, Spanyol Islam lebih dikenal dengan nama Andalusia. Penamaan ini
diperuntukkan bagi semenanjung Iberia, yang terdiri atas Spanyol dan Portugal. Lihat :Tim
Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), hlm. 144.
2Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011 hlm.
75-76.

1
2

belahan eropa. Hanya karena kefanatikan agama, orang eropa mengusir


cendekiawan muslim keluar dari daerahnya, sekiranya hal ini tidak
dilakukannya maka masyarakat Spanyol niscaya akan lebih maju daripada
sekarang ini. Untuk itu, tulisan ini mencoba menelusuri kembali sejarah
perkembangan pendidikan yang dikembangkan dunia Islam Spanyol.
Semoga makalah ini akan mampu memberikan nuansa dan kebanggan bagi
umat Islam , terutama di tengah era modern ini yang hampir menghapus
andil Spanyol Islam sebagai “guru” yang membidani perkembangan
kebudayaan dunia saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geografis Andalusia (spanyol) dan kehidupannya
sebelum datangnya Islam?
2. Bagaimana pola dan perkembangan pendidikan Islam di Andalusia
(spanyol)?
3. Apa faktor pendukung perkembangan pola pendidikan Islam di Andalusia
(spanyol)?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Pola Pendidikan Islam di Andalusia (Spanyol) serta
pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti
perkembangan pendidikan Islam di Andalusia.
BAB II
ANDALUSIA PRA ISLAM

A. Letak Geografis Andalusia (spanyol)


Telah kita ketahui bersama sejarah merupakan satu cerminan yang sangat
berharga bagi kehidupan kita, cerminan positif masa lalu yang senantiasa
mesti kita ingat dalam rangka mentadaburi kekuasaan Alloh l, menata masa
depan dengan bekal positif dari masa lalu, sejarah adalah guru bagi kita jika
ia bersifat membimbing ke arah perbaikan dan sebaliknya ia akan menjadi
satu masalah besar bagi kita jika sejarah bersifat negatif yang
menjerumuskan ke jurang kenistaan moral, cara berfikir dan yang lainnya.
Dalam memahami sejarah tentunya kita memerlukan berbagai fasilitas,
baik berupa manuskrip-manuskrip, penelitian terhadap pelaku sejarah
tersebut, atau penelitian lapangan, yaitu meneliti suatu daerah yang
dahulunya telah menorehkan tinta sejarah yang akan kita teliti, terkait
dengan masalah itu kami berusaha menyajikan satu fasilitas dalam
memahami atau meneliti sebuah sejarah khususnya yang akan kami bahas,
yaitu Pola Pendidikan Islam di Andalusia, dengan menyajikan letak
geografis Andalusia itu sendiri.
Negeri Andalusia pada hari ini terletak di Spanyol dan Portugal. Atau juga
biasa di kenal sebagai semenanjung Iberia. Luas kedua negara itu sekitar
600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung Andalusia
dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era penaklukan
Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar (yang oleh para penulis dan
sejarawan arab dikenal dengan nama Dar Az-Ziqaq); yang lebarnya sekitar
12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan Jabal Thariq (Gibraltar).3
Spanyol adalah negara yang terkenal dan populer yang dulunya adalah
Andalusia, kepopulerannya dikarenakan adanya satu club sepak bola
ternama (Real Madrid). Kabar yang amat menggelitik, masyarakatnya lebih
mengenal pemain sepak bola ketimbang pemimpin negara mereka, bahkan

3Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan Abdul
Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013 hlm. 12.

3
4

dalam daftar kekayaan club ternama di dunia, Real Madrid termasuk


rangking teratas dalam peringkat pendulangan harta kekayaan.4
Semenanjung Iberia terletak dibagian tenggara Eropa, diatas daratan
segitiga yang semakin menyempit saat kita berjalan ke arah timur, dan
semakin melebar saat kita berjalan menuju arah barat. Dibagian selatan, ia
berbatasan dengan Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang di
kenal sebagai pegunungan Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari
segala penjuru; yang menyebabkan bangsa arab menyebutnya sebagai
Jazirah Al-Andalusia atau pulau Andalusia. Laut Tengah meliputinya dari
arah timur dan tenggara, kemudia Laut Atlantik meliputinya dari sisi barat
laut, barat, dan utara. Sehingga Pegunungan Pirenia adalah satu-satunya
perbatasan darat yang menghubungkan semenanjung ini dengan Eropa,
karena di utara ia bertemu dengan Laut Atlantik dan di selatan ia bertemu
dengan Laut Tengah (Mediteranian Sea). Pegunungan Pirenia yang menjadi
pemisah antara Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah semenanjung itu
membalikan wajahnya membelakangi Eropa dan mengarah ke arah Maroko.
Inilah yang kemudian disepakati oleh para geografis muslim bahwa
Andalusia sebenarnya adalah kelanjutan dari Afrika, dan bukan belahan
benua Eropa. Apalagi telah diketahui bahwa semenanjung ini memiliki
banyak kesamaan ekologis (tanaman dan hewan) dengan Maroko,
khususnya kota Sabtah (Cueta) dan Thanjah (Tangier). Adapun dari dalam
semenanjung itu sendiri maka kita berhadapan dengan sebuah dataran tinggi
yang dikenal denag Maseta, yang dilintasi oleh pegunungan secara
horizontal, dipenuhi oleh banyak sungai yang mengalir, seolah-olah ia hidup
diatas jalur-jalur air.5 Inilah letak geografis Negeri Andalusia yang sekarang
kita kenal dengan Spanyol.

4Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011 hlm.
95.
5Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan Abdul
Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm. 12-13.
B. Masa Kegelapan (Dark Age)
Penting kita ketahui kondisi Andalusia sebelum datangnya Islam, untuk
mengingatkan kita akan perihnya para pejuang Islam dalam melakukan
ekspansi ke suatu daerah yang jauh dari kata manusiawi, harga diri dijual
murah bahkan diperjual belikan dengan sesuatu yang sangat hina, keadaan
ini menjadikan satu ujian bagi para pejuang Islam didalam menjalankan
misinya, yaitu mengIslamisasi mereka, mengajak mereka mentauhidkan
Alloh l, dengan adanya hal ini (perjuangan para pejuang Islam) diharapkan
menjadi satu motivasi bagi kita didalam menjalankan dan mendakwahkan
hak-hak Islam yang dibawah naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Eropa pada waktu itu hidup dalam masa-masa kebodohan dan
keterbelakangan yang luar biasa, yang biasa disebut dengan masa kegelapan
(Dark Age). Kedzhaliman adalah sistem yang berlaku disana para penguasa
menguasai harta dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup dalam
kemiskinan yang parah. Para penguasa menguasai istana dan benteng,
sementara rakyat kebanyakan bahkan tidak mempunyai tempat berteduh dan
rumah yang layak. Mereka benar-benar berada dalam kemiskinan yang luar
biasa. Bahkan mereka diperjualbelikan bersama dengan tanah, moral-moral
benar mengalami degradasi. Kehormatan yang diinjak-injak, dan kehidupan
sangat jauh dari nilai-nilai yang normal. Kebersiahan individu misalnya
tidak kelihatan; sampai-sampai mereka membiarkan rambut mereka tumbuh
menjulur diwajah-wajah mereka tanpa merapikannya. Mereka sebagaimana
dituturkan oleh para pengembala muslim yang datang ke negeri-negeri
tersebut ketika itu, tidak mandi kecuali sekali atau dua kali dalam setahun.
Bahkan mereka menganggap bahwa semua kotoran yang menumpuk
ditubuh mereka akan menyehatkan tubuh; karena menjadi berkah dan
kebaikan untuk mereka.6
Entah apa yang membuat mereka merasa sehat, bugar dan merasa tidak
ada masalah dalam kondisi tubuhnya ketika mereka hanya bisa

6Ibid, hlm. 15-16.

5
6

membersihkan badannya hanya satu atau dua kali dalam setahun,


masalahnya bukan pada kebersihan yang bisa dan tidaknya mereka lakukan
melainkan penyebab apa yang membuat mereka lupa akan kebersihan
badannya, itulah dark age masa kegelapan yang kita sebut diatas tentu kita
faham istilah kegelapan. Kata gelap berarti lawan dari terang, dengan
adanya penerangan kita dapat melakukan suatu hal yang kita inginkan
dengan mudah karena dengan washilah penerangan itulah kita dapat
tertuntun ke arah yang positif (paling minimalnya). Berbeda dengan istilah
gelap atau kegelapan, istilah gelap tentu lawan dari kata terang itu sendiri
yang berarti dengan adanya kegelapan seseorang akan terhambat dalam
melakukan suatu hal yang ia inginkan, baik itu yang bersifat khusus ataupun
umum bahkan menyebabkan adanya pembunuhan karakter, gaya hidup, cara
pandang ataupun pecahnya suatu sosisalisasi antara ia dengan
lingkungannya. Dengan inilah masyarakat Eropa terhinakan sehingga
mayoritas diantara mereka tergelapkan dengan adanya otoritas dari pihak
penguasa yang bersikap pragmatisme7 dan hedonisme8, yang lebih
mengarahkan kepada kepuasan sepihak tanpa memperhatikan orang-orang
disekelilingnya.
Sebagian penduduk kawasan tersebut malah saling berkomunikasi hanya
dengan isyarat, karena mereka tidak mempunyai bahasa lisan, apalagi
bahasa yang tertulis. Mereka mempunyai keyakinan yang sebagiannya sama
dengan keyakinan kaum Hindu dan Majusi, seperti; membakar orang yang
telah meninggal saat kematiannya, ikut membakar istri bersamanya jika
sang istri masih hidup, atau membakar budak perempuan bersamanya, atau
membakar siapapun yang mencintai mencintai si mayit. Orang-orang
mengetahui hal tersebut dan menyaksikannya.9 Sehingga kondisi Eropa

7Didalam kamus ilmiah populer (Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry), pragmatis adalah,
berpegang teguh pada kenyataan untuk umum; pengikut pragmatisme; bersifat pragmatisme;
memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan menambah pengetahuan; mudah dilakukan. Yang
dimaksud istilah pragmatisme diatas adalah lebih ke sikap yang dapat memuaskan dirinya sendiri
dengan tanpa melihat kondisi lain di sekelilingnya.
8Istilah hedonisme diambil dari kata hedona yang berarti kelezatan atau kenikmatan, sementara
istilah hedonisme itu sendiri adalah doktrin yang mengatakan bahwa kebaikan yang pokok dalam
kehidupan adalah kenikmatan.
9Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan Abdul
Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm. 16.
secara umum sebelum penaklukan Islam diliputi oleh keterbelakangan,
kedzhaliman, dan kemiskinan yang parah, serta sangat jauh dari sisi
peradaban dan kemodernan sedikitpun.
Kekacauan Eropa yang parah itu berlangsung dalam kurun waktu yang
lama. Kecenderungan pada ilmu pengetahuan di Eropa tidak muncul kecuali
pada abad ke 11 dan 12 Masehi.10 Pada akhirnya, setelah masa Dark Age di
wilayah Andalusia, Islam tersebar di banyak wilayah semenjak abad
permulaan. Ketika kaum muslimin memasuki Andalusia, mereka telah
sampai di selatan dan tengah Perancis pada tahun 114 H/ 732 M. Juga telah
sampai ke selatan dan barat laut Italia.11

10Ibid, hlm. 16.


11Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: Penerbit Akbar Media, 2013. Hlm. 544.

7
BAB III
POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA

A. Perkembangan Pola Pendidikan Islam di Andalusia


1. Kuttab
Sebagaimana yang ditulis dalam sejarah peradaban pendidikan Islam,
dengan semakin meluasnya wilayah kekuasan Islam, telah ikut memperkaya
dan memotivasi umat untuk mendirikan lembaga pendidikan seperti kuttab
dan masjid. Begitu pula di andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang
menyebar sampai kepinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa
mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih,
bahasa dan sastra, dan kesenian. Kuttab termasuk lembaga pendidikan
terendah yang sudah tertata dengan rapih di saat itu, sehingga Kuttab-kuttab
itu mempunyai banyak tenaga pendidik dan siswa-siswanya. Pada lembaga
ini siswa-siswanya mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan di
antaranya adalah :
a. Fikih
Pemeluk Islam di Andalusia menganut Madzhab Maliki, maka para ulama
memperkenalkan materi-materi fikih dari Madzhab Imam Malik. Tokoh-
tokoh yang termasyhur disini di antaranya tersebut nama Ziyad ibnu
Abdurahman dan dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya sempat menjadi qodi
dimasa Hisyam ibn Abdurahman dan masih banyak nama-nama yang lain,
seperti Abu Bakar ibn Al-Qutiyah, Munzir ibn Said Al-Baluti dan Ibn Hazm
yang sangat populer di kala itu.
Santri pada kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari ulama-
ulama yang ahli di bidang ilmunya sehingga para siswanya lebih cepat
menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan
minat belajar dikala itu.
b. Bahasa dan Sastera
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini
dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu
melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi Islam (bahasa arab),
sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian

8
8
8
9

Tokoh-tokoh bahasa tersebutlah seperti Ibn Sayidih, Ibn Malik yang


mengarang Al-fiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-
Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati. Di bidang sastra tersohor
nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-‘Iqd al-farid, Ibn Bassam dengan
karyanya al-Dzakhirah fi mahasin ahl al- Jazirah, dan al-Fath Ibn Khaqan
dengan karyanya kitab al-Qalaid, dan lain-lain.12
c. Sains
Yang terdiri dari Ilmu-ilmu Kedokteran, Fisika, Matematika, Astronomi,
Kimia, Botani,13 Zoologi,14 Geologi,15 Ilmu Obat-obatan, juga berkembang
dengan baik. Beberapa tokoh dalam tokoh dalam bidang Astronomi, yaitu
Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya An-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji.
Dalam bidang obat-obatan, antara lain Ahmad bin Iyas, Ibnu Juljul, Ibnu
Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid, dalam bidang kedokteran, yaitu
Ummul Hasan binti Abi Ja’far (seorang tokoh dokter wanita), dalam bidang
geografi, yaitu Ibnu Jubar, Ibnu Bathutah.16

2. Mendirikan Lembaga Pendidikan


Ketika umat Islam berkuasa di Spanyol, umat Islam telah mendirikan
madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang
pengembangan pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh
daerah kekuasaan Islam, antara lain di Qurthubah (cordova), Isybiliah
(seville), Thuailithiah (toledo), Ghranathah (granada) dan lain sebagainya.
Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, khalifah Abdul
Rahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan universitas cordova
sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dari sini terlihat dengan jelas begitu
besarnya perhatian yang diberikan penguasa dalam memajukan pendidikan
Islam di Spanyol waktu itu. Dengan kondisi ini tidak heran jika dikatakan

12Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group,
2011. Hlm. 98-99.
13Ilmu tumbuh-tumbuhan
14Studi tentang hewan dan kehidupannya
15Ilmu bumi alam atau pertanahan atau kulit bumi
16Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah, 2013. Hlm. 173.

9
bahwa pertumbuhan lembaga pendidikan sebagai sarana pengembangan
ilmu pengetahuan tumbuh laksana jamur di musim penghujan. Di Cordova
misalnya, telah berdiri lembaga pendidikan, baik sekolah rendah sampai
perguruan tinggi kurang lebih sebanyak 800 sekolah, belum lagi sekolah-
sekolah yang yang ada di daerah lain seperti Toledo, Seville dan lain
sebagainya.
Dari penjelasan diatas, dapatlah dipahami bahwa pola lembaga pendidikan
yang ditawarkan pada masa itu telah memiliki kesamaan stratifikasi dengan
pendidikan saat ini. Kesamaan itu adalah dengan diterapkannya tingkatan-
tingkatan kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal
ini berarti telah ada pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi
pada saat itu, baik yang menyangkut taraf perkembangan peserta didik,
fasilitas, maupun materi yang diajarkan.
Untuk sekolah rendah, pendidikan Spanyol Islam menitikberatkan pada
pendidikan agama yang meliputi : dasar-dasar agama dan sastera.
Sedangkan pada taraf berikutnya meningkat pada materi pendidikan ilmu-
ilmu akal, seperti matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisika, seni
arsitektur, geografi, ekonomi, dan sebagainya. Serta pengembangan ilmu-
ilmu naqli (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan A-Qur’an dan Hadits)
Dalam menunjang pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam
memberlakukan kurikulum universal dan kompeherensif, artinya,
menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara integral pada
setiap tingkatan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Indikasi dari
kedalaman dan keluasan kurikulum Spanyol Islam waktu itu boleh jadi
ditentukan konsekuensi-konsekuensi praktikal yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan bersifat
fleksibel dan adaktif. Untuk pendidikan kejuruan, kurikulum yang
ditawarkan boleh memberikan penekanan khusus pada spesialisasi yang
ditawarkan. Pengembangan kebijaksanaan ini diberikan hak kepada
kebijaksanaan lembaga atau penguasa dimana pendidikan itu dilaksanakan.
Sedangkan metode yang diterapkan dapat dibagi kepada dua macam.

10
a. Metode bagi pendidikan formal.
Pada pendidikan ini, guru (dosen) duduk diatas podium. Ia memberikan
materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan membacakan
manuskrip-manuskrip. Setelah itu guru menerangkan secara jelas.
Kemudian materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar diberikan
kebebasan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, bahkan
diperkenankan untuk berbeda pendapat dengan statemen yang diberikan
gurunya asal mereka dapat mengajukan bukti-bukti yang mendukung
kebenaran pendapatnya. Kesimpulan dari diskusi tersebut kemudian mereka
catat, khususnya pada materi yang terbatas buku cetakannya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang dosen dibantu oleh
seorang asisten yang bertugas untuk membantu pelajar (mahasiswa) dalam
memahami materi yang dipelajarinya. Ia menggunakan tiga langkah dalam
presentasinya, yaitu : menerangkan materi secara umum, agak singkat, dan
secara detail. Kemudian jika masih ada yang belum mengerti, ia tidak
segan-segan untuk mengulangnya kembali. Kemudian mahasiswa
menghafalnya, mengulang lagi apa yang dihafalnya, dianalisis dan di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Metode pendidikan bagi pendidikan nonformal.
Model pendidikan ini menggunakan metode halaqoh. Posisi guru berada
diantara para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku, dan kemudian
menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini merupakan metode
pengajaran yang telah membumi di Spanyol.17

3. Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Spanyol merupakan tonggak
sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad ke delapan dan
akhir abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi
ikon Spanyol , sehingga termasyhur keseluruh dunia.

17Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group,
2011. Hlm. 79-84.

11
12

Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang


pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidkan tinggi yang terkenal
yang setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas
Nizamiyah di Baghdad. Perguruan Tinggi ini telah menjadi pilihan utama
bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan
Asia, Eropa, Afrika dan belahan dunia lainnya.
Banyak yang pantas dilirik pada daerah ini, khususnya dalam bidang
pendidkan. Perpustakaannya saat itu tiada tara tandingannya, yang
menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin
ilmu. Buku-buku ini di konsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang
sedang menuntut ilmu.
Selain itu, terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada
perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedoktedran, astronomi, teologi , hukum
Islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang
cukup di kenal di antaranya, Yaitu Ibn Qutaibah yang dikenal sebagai ahlu
tata bahasa, Abu Ali Qali yang ahli di bidang biologi. Namun, secara garis
besar pada perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu
pengetahuan, yaitu filsafat dan sains.18

4. Pengembangan Perpustakaan
Bagaimanapun juga, kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari
prasarana-prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas
perpustakaan. Untuk itulash khalifah-khalifah umayyah di Spanyol telah
berupaya menyisihkan dana dari kas negara untuk membangun berbagai
sarana pendukung tersebut secara intensif. Hal ini dapat dilihat dari upaya
khalifah Abdurrahman III (912-961 M) membangun perpustakaan di
Granada hingga mencapai 600.000 jilid buku. Upaya yang sama juga
dilakukan oleh khalifah Al-Hakam II (961-976 M) tak maun kalah dengan
upaya yang dirintis bapaknya. Ia juga membangun perpustakaan terbesar

18Ibid, hlm. 99-100.


(greatest library) di seluruh Eropa pada masa itu dan masa-masa
sesudahnya.
Ambisi untuk mendirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan oleh para
khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah dimiliki oleh setiap
masyarakat Spanyol Islam. mereka mengoleksi berbagai buku bukan untuk
kepentingan dirinya saja. Akan tetapi ia wakafkan untuk dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat umum seperti yang dilakukan oleh Abdul Murif, seorang
hakim di Cordova. Ia telah mengoleksi berbagai buku-buku langka. Ia juga
memperkerjakan enam orang karyawan untuk menyalin buku-buku tersebut
sehingga dapat disebarluaskan pada masyarakat umum. Ia keluarkan biaya
secara pribadi yang tidak sedikit untuk melaksanakan ambisinya tersebut.
Besarnya perhatian umat Islam di Spanyol dalam penyediaan sarana
perpustakaan perlu rasanya diacungkan jempol dan ditiru oleh umat Islam di
daerah lainnya. Ini dapat dilihat dengan berdirinya perpustakaan Khazanatul
Humist-tsani di Andalusia. Perpustakaan lain yang didirikan oleh
perorangan untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka berlomba-
lomba untuk mendirikannya. Dengan fenomena ini tidaklah heran jika
dalam waktu yang relatif singkat, pertumbuhan perpustakaan Spanyol Islam
laksana jamur. Kondisi ini pula yang ikut mendukung bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di Spanyol sehingga dengan sekejap telah menyulap
daerah Spanyol dari negara yang kaya, makmur dan maju.19

B. Faktor Pendukung Pendidikan Islam di Andalusia


Kemajuan pola pendidikan dan ilmu pengetahuan di Andalusia tidak
terlepas dari berbagai faktor pendukung. Baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal dalam hal ini adalah faktor ajaran Islam sebagai
motivasi, nilai dan doktrin serta dilihat pula dari Hadits yang berkaitan
dengan keutamaan menuntut dan mentransfer ilmu, semua itu merupakan
faktor pendorong utama dalam memajukan pola pendidikan Islam di
Andalusia,20 ini terlihat dari gairah umat Islam dalam menyikapi dorongan

19Ibid, hlm. 85-86.


20Ibid, hlm. 88.

13
tersebut. Mereka menyikapi perkembangan pendidikan bukan hanya
semata-

14
14

mata karena mencari kedudukan tertentu dalam pemerintahan akan tetapi


tidak lebih karena tuntutan ajaran agama Islam. sedangkan faktor eksternal
pendukung pola pendidikan Islam di Andalusia diantaranya :
1. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam cepat sekali
majunya, kerena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan
berwawasan jauh ke depan.
2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol yang
sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada).
3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur dan ujung barat
wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini
menunjukan bahwa, meskipun umat Islam terdiri dari beberapa kesatuan
politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan budaya Islam
4. Adanya persaingan antara Abbasyiah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol
dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang
pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang menyaingi
Universitas Nizamiyah di baghdad yang merupakan persaingan positif, tidak
selalu dalam peperangan.21

Dari beberapa bacaan dapat disimpulkan bahwa selain dari beberapa faktor
diatas pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap
pendidikan, yakni dengan murahnya buku-buku bacaan atau, diberikan
penghargaan yang tinggi berupa emas murni kepada penulis atau
penerjemah buku, seberat buku yang di terjemahkannya. Hal menarik yang
lainnya adalah, pemerintah juga memberikan kepada makanan pokok
sehingga masalah pengisian kepala dan pengisian perut tidak terlalu
dihiraukan lagi dan relativ murah dijangkau serta didapat oleh masyarakat.22

21Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 2012. Hlm. 97-98.
22Ibid, hlm. 101.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Negeri Andalusia terletak di Spanyol dan Portugal. Luas kedua negara itu
sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung
Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era
penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar yang lebarnya
sekitar 12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan Jabal Thariq (Gibraltar). Sebelum
islam datang, Andalusia dijuluki Dark Age karena negeri ini ada dalam
masa-masa kebodohan dan keterbelakangan yang luar biasa.
2. Pola pendidikan Islam di Andalusia terdiri dari (1) Kuttab, yang dipelajari
didalamnya ilmu fiqih, bahasa dan sastera serta sains. (2) Mendirikan
lembaga pendidikan, seperti madrasah-madrasah yang tersebar di cordova,
seville, toledo, dan granada. (3) Pendidikan Tinggi, seperti Universitas
Cordova yang berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol. (4) Pengembangan
Perpustakaan, seperti pembangunan perpustakaan di Granada hingga
mencapai 600.000 jilid buku.
3. Faktor pendukung perkembangan pola pendidikan Islam di Andalusia,
diantaranya (1) Faktor internal, dalam hal ini adalah faktor ajaran Islam
sebagai motivasi, nilai dan doktrin serta dilihat pula dari Hadits yang
berkaitan dengan keutamaan menuntut dan mentransfer ilmu. (2) Faktor
eksternal, dalam hal ini adalah adanya dukungan dari penguasa, Adanya
beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol yang sangat
terkenal, Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur dan ujung
barat dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan serta adanya
persaingan dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.

15
DAFTAR PUSTAKA

As-Sirjani, Rhagib, 2013. Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad


Ihsan dan Abdul Rasyad Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Nizar, Samsul, 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, 1994. Ensiklopedi Islam Jilid I, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Usairy, Ahmad, 2013. Sejarah Islam sejak zaman nabi adam hingga abad XX,
Jakarta: Penerbit Akbar Media.
Ramayulis, 2012. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
Munir Amin, Samsul, 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah.

16

Anda mungkin juga menyukai