Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

“MASA KEMUNCULAN DAN KEHANCURAN BANI UMAYYAH”

Dosen Pengetahuan : Drs. Sudianto, M.ag

OLEH KELOMPOK 6 :

WARDINA AMELIA ( 0206231012)

RUSDINA ZAHIRA ( 0206231013)

PUTRI SOLIN ( 0206231014 )

PRODI HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahhirohman nirohhim.

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatu.

Alhamdullilahhirobbilalamin, puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt. Yang telah
memberikan kesehatan dan umur panjang sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalaH Sejarah Peradaban Islam yang berjudul “Masa Kemunculan Dan Kehancuran
Bani Umayyah ” dengan dosen pengampu Bapak Drs. Sudianto, M.Ag. Dan tak lupa
sholawat dan salam kami sanjungkan kepada kekasih Allah swt, yaitu nabi besar kita
Muhammad SAW. Yang menjadi suri teladan kita yang membawa kita dari alam yang
gelap ke alam yang terang menerang seperti saat ini.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Drs. Sudianto, M.Ag. yang terhormat
karena telah memberikan waktu dan kesempatan. Kami mengaku masih banyak kesalahan
dan kekurangan dalam menyusun makalah ini, baik kesalahan dari segi tata bahasa
ataupun penulisan makalah, oleh karena itu kami memohon maaf sebesarnya-besarnya.

Medan, 31 Maret 2024

(Kelompok 6 )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Sejarah Dinasti Bani Umayyah ................................................. 3

2.2 Kebijakan Politik Pada Khalifah Bani Umayyah................................................ 4

2.3 Penyebab Kehancurannya Bani Umayyah.......................................................... 5

2.4 Kedudukan Amirul mukminin......................................................................... 6

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 9

3.2 Saran............................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. iii

ii
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Nama dinasti Bani Umayyah dinisbatkan pada nama Umayyah bin Abd al-
Shams bin Abd Manaf. Dia merupakan salah satu raja Quraisy pada masa
Jahiliah. Umayyah dari awalnya memang sudah bersaing dengan keluarga
Hasyim bin Abdi Manaf dalam memperebutkan kekuasaan dan kehormatan,
karena memang mereka telah mencukupi syarat untuk berkuasa di zaman itu.
Yaitu dari keluarga bangsawan, mempunyai cukup kekayaan dan putra-putra
terhormat di masyarakat. Anak keturunan Umayyah baru masuk Islam setelah
Nabi Muhammad saw, berhasil menaklukkan kota Mekah (fathulMakkah).
Pada dasarnya Bani Umayyah sudah sangat lama berkeinginan untuk menjadi
khalifah. Pada masa Utsman bin Affan Muawiyah mencurahkan segala tenaga
dan kemampuannya untuk memperkuat dirinya, dan menjadikan daerah Syiria
(Syam) sebagai pusat kekuasaannya. Di masa khalifah Utsman bin Affan
yang merupakan salah seorang anggota klan Bani Umayyah, Muawiyah
dikukuhkan menjadi Gubernur di Syiria, sehingga tercapailah kekuasaan
Bani Umayyah atas orang-orang Bani Hasyim di zaman Islam, sebagaimana
pernah mereka alami pada zaman Jahiliah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sejarah Dinasti Bani Umayyah?
2. Bagaimana sistem politik pada khalifah Bani Umayyah?
3. Apa penyebab kehancuran nya bani umayyah?
4. Apa Kedudukan Amirul mukminin itu?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana sejarah berkembangnya Dinasti
bani Umayyah
2. Memahami sistem politik pada masa Khalifah Bani Umayyah
3. Agar dapat menyimpulkan penyebab kehancurannya Bani Umayyah
4. Mengetahui Kedudukan Amirul Mukminin

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Sejarah Dinasti Bani Umayyah

Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah. Fokus penelitian ini untuk
mengetahui sejarah berdirinya Bani Umayyah, peradaban islam pada masa Bani
Umayyah, dan sebab kemunduran dan keruntuhan Bani Umayyah. Hasilnya
adalah Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi
Manaf, Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan
khalifah Utsman bin Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan
mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali
terbunuh dan Hasan ibn Ali yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak
menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah melakukan perundingan dan
perjanjian. Bersatunya ummat muslim dalam satu kepemimpinan pada masa itu
disebut dengan tahun jama’ah (‘Am al Jama’ah) tahun 41 H (661 M). Dan
kemunduran dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah disebabkan oleh banyak
faktor, dinataranya adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik
berkepanjagan dengan golongan oposisi Syi’ah dan Khawarij, pertentangan etnis
suku Arab Utara dan suku Arab Selatan, ketidak cakapan para khalifah dalam
memimpin pemerintahan dan kecenderungan mereka yang hidup mewah,
penggulingan oleh Bani Abbas yang didukung penuh oleh Bani Hasyim, kaum
Syi’ah, dan golongan Mawali 1

1
Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam I terj, Muchtar Yahya(Jakarta: Pustaka al-Husna,
1983), 27.
2.2 Kebijakan Politik Pada Khalifah Bani Umayyah
Kebijakan bani umayyah di masa Muawiyah bin Abu Sufyan Berawal
sebagai salah satu orang kepercayaan Nabi, karier politik Muawiyah bin Abu
Sufyan terus menanjak pada masa Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin kedua, Khalifah Umat bin Khattab (634-644), Muawiyah
dipercaya menjadi Gubernur Syria. Ketika Hasan bin Ali menyerahkan
kepemimpinan umat Islam kepadanya pada tahun 661, Muawiyah mendirikan
Kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus, Suriah. Muawiyah segera menetapkan
tujuan yang jelas dalam pemerintahannya dan merumuskan serangkaian
kebijakan. Berikut ini kebijakan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan sebagai
khalifah pertama Bani Umayyah. Membentuk Diwanul Hijabah Diwanul Hijabah
adalah sebuah lembaga yang bertugas memberikan pengawasan kepada khalifah.
Pembentukan lembaga ini didasari oleh pengalaman masa lalu, di mana beberapa
Khulafaur Rasyidin meninggal karena dibunuh oleh orang-orang yang tidak puas
dengan kepemimpinan dan kebijakan-kebijakannya. Keberadaan Diwanul Hijabah
diharapkan dapat menghindarkan khalifah Bani Umayyah dari ancaman
pembunuhan. Membentuk Departemen Pencatatan Departemen Pencatatan
(Diwanul Khatam) bertugas mencatat semua peraturan yang dikeluarkan khalifah
dalam berita acara pemerintahan. Berita acara kebijakan dan surat-surat asli
disegel dan dikirimkan ke alamat yang dituju, sementara salinannya disimpan.
Mengubah sistem pemerintahan dari khilafah ke kerajaan Sepeninggal Nabi
Muhammad, kepemimpinan umat Islam dipegang oleh Khulafaur Rasyidin yang
dipilih secara demokratis. Muawiyah bin Abu Sufyan mengubah tradisi tersebut
menjadi sistem kepemimpinan secara turun-temurun. Muawiyah mengadopsi
sistem monarki yang ada di Persia dan Kekaisaran Bizantium dengan menunjuk
putranya, Yazid bin Muawiyah sebagai penerusnya. 2

2
Ibnu Katsir, al-Bidayah wan Nihayah terj. Abu Ihsan al-Atsari (Jakarta: Darul Haq, 1424 H/
2004 M) Cet 1, 453
2.3 Penyebab Kehancurannya Bani Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:

1.Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru
(bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas.
Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini
menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota
keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa syi'ah dan khoewarij
terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir
maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani
Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah.

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia
Utaradan Arabia Selatan yang sudah ada sejak zaman sebelum islam makin
meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian
timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu
inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa arab yang diperlihatkan pada
masa Bani Umayyah.

5
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap
hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping
itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap
perkembangan agama sangat kurang.

5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah


munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-abas ibn abdul
muthalib Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari bani hasyim dan kaum
mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.3

2.4 Kedudukan Amirul Mukminin

Kedudukan Amirul Mukminin yang berarti pemimpin orang-orang beriman


merupakan julukan dari khalifah Umar bin Khattab RA. Umar disebut sebagai
orang pertama yang mendapat julukan tersebut.

"Umar dicatat sebagai orang yang pertama kali digelari Amir al Mu'minin
(pemimpin orang beriman)," bunyi keterangan dari buku Kisah Hidup Umar ibn
Khattab oleh Mustafa Murrad. Gelar Amirul Mukminin ini diketahui digunakan
oleh Umar sebagai tanda pengenal dalam suratnya. Hal ini juga, disebut
cendekiawan muslim Husain Haekal, sebagai pengganti bahasa untuk menjelaskan
khalifah pengganti dari penggantinya Rasulullah SAW (khalifah khalifatur
Rasulullah). Mengapa Umar bin Khattab diberi gelar Amirul Mukminin?

3
Philip K. Hitti, History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Islam.
Terj. Cecep lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 283-
284
Diceritakan dalam buku Umar bin Khattab RA oleh Abdul Syukur Al Azizi, Umar
bin Abdul Aziz pernah bertanya pada Abu Bakar bin Sulaiman bin Khatsamah
atau Hatsmah. Ia menyebut, tiap surat yang ditulis dari Abu Bakar RA selalu
diberi tanda pengenal Abu Bakar Khalifah Rasulullah SAW, begitu pun dengan
Umar bin Khattab.

"Lantas, siapa yang pertama kali mengubah julukan untuk Umar bin Khattab RA
menjadi Amirul Mukminin?" tanya Umar bin Abdul Aziz.

Abu Bakar bin Sulaiman pun mengutip cerita dari neneknya yakni seorang wanita
muhajirat yang bernama Asy Syifa. Saat itu, Umar bin Khattab menulis surat
kepada pejabat di Irak agar mereka mengirim dua orang untuk membagikan
informasi padanya perihal Irak dan masyarakatnya. Pejabat yang disurati Umar
kemudian mengirim Lubaid bin Rabi'ah dan Adi bin Hatim. Keduanya kemudian
bertandang ke Masjid Nabawi sesampainya mereka di Madinah. Hingga akhirnya,
kedua utusan dari Irak tersebut bertemu dengan Amr bin Ash RA. Lubaid dan Adi
pun berkata pada Amr bin Ash, "Bantulah kamu meminta izin untuk bertemu
dengan Amirul Mukminin Umar,"Amr pun kembali bertanya, "Mengapa kau
memanggil khalifah dengan Amirul Mukminin?"Utusan itu menjawab, "Ya,
karena Umar adalah pemimpin (amir), sementara kita adalah orang-orang beriman
(mu'minin),"Amr yang mendengar jawaban tersebut pun menilai panggilan itu
sangat baik. "Demi Allah, tepat sekali engkau menyebutkan namanya,"Kemudian,
Amr masuk menemui Khalifah Umar dan berkata, "Assalamu'alaika wahai Amirul
Mukminin,"Apa yang terlintas dalam benakmu dengan nama yang kamu sebutkan
tadi, wahai Ibnu Ash? Beritahukanlah kepadaku apa yang mendorongmu
memanggilku dengan sebutan tadi," tanya Umar. Lalu, Amr menceritakan
pertemuan dan pembicaraannya dengan kedua utusan dari Irak tersebut. “Kedua
utusan itulah yang memulai menyebut Amirul Mukminin. Dan, aku rasa sangat
cocok untuk namamu,” terang Amr.

7
"Kami kaum mukminin, dan Anda ialah amir (pemimpin) kami," lanjutnya. Sejak
saat itulah, surat-surat yang dikirimkan oleh Umar bin Khattab selalu dibubuhi
dengan julukan Amirul Mukminin. Julukan yang berarti pemimpin para kaum
mukminin. Setelahnya, mengutip Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Bani
Abbasiyah olehSyaikh Muhammad Al-Khudari, pemimpin Islam usai Khulafaur
Rasyidin juga menggunakan gelar ini. Pada masa pimpinan Abdurrahman An
Nashir, misalnya, ia menjadi orang pertama yang menggunakan gelar Amirul
Mukminin dari Dinasti Bani Umayyah di Andalusia.4

4
H.S. Kartoredjo, Kamus Baru Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 139.
7Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah al-Nahdah, 1965), 166.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan masa kemunculan dan kehancuran Bani Umayyah mencakup berbagai
aspek penting dalam sejarah Islam. Kebijakan politik dan orientasi mereka menandai
periode ini, dengan penekanan pada kedudukan Amir al-Mukminin dan sistem sosial
yang membedakan antara Arab dan Mawali. Sistem militer yang kuat juga menjadi ciri
penting, tetapi interregnum Umar bin Abdul Aziz menandai periode reformasi yang
singkat namun signifikan. Pembangunan peradaban, sistem peradilan, dan perkembangan
intelektual, terutama dalam bahasa dan sastra Arab, juga menjadi fokus pada masa ini.
Sistem pergantian kepala negara dalam bentuk dinasti menjadi pola yang dominan,
namun keruntuhan Bani Umayyah akhirnya mengakhiri periode ini, memberikan jalan
bagi dinasti-dinasti berikutnya dalam sejarah Islam

3.2 Saran
Saran materi yang disampaikan tentang masa kemunculan dan kehancuran Bani
Umayyah telah mencakup berbagai aspek penting dalam sejarah Islam dengan
baik. Namun, beberapa tambahan atau penekanan lebih lanjut dapat meningkatkan
pemahaman pembaca, seperti:
1. Ekonomi dan perdagangan: Menyertakan informasi tentang ekonomi dan
perdagangan pada masa itu dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang
kejayaan dan kejatuhan Bani Umayyah.
2. Aspek agama: Menyoroti peran agama dalam kebijakan politik dan kehidupan
sehari-hari pada masa itu, termasuk hubungan antara penguasa dan ulama.
3. Dampak sosial dan budaya: Mendiskusikan dampak kebijakan politik terhadap
masyarakat Arab dan Mawali serta bagaimana itu memengaruhi identitas sosial
dan budaya mereka.

9
4. Konflik internal dan eksternal: Memperjelas konflik internal di antara klan dan
kelompok politik, serta konflik eksternal dengan kekaisaran-kekaisaran lain pada
masa itu.
5. Pengaruh jangka panjang: Menganalisis warisan Bani Umayyah dan bagaimana
masa mereka mempengaruhi perkembangan Islam dan dunia Arab setelahnya.

Dengan memasukkan aspek-aspek ini, pembaca akan mendapatkan pemahaman


yang lebih holistik tentang periode yang penting ini dalam sejarah Islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam I terj, Muchtar Yahya(Jakarta: Pustaka al-Husna,
1983), 27.
Ibnu Katsir, al-Bidayah wan Nihayah terj. Abu Ihsan al-Atsari (Jakarta: Darul Haq, 1424 H/
2004 M) Cet 1, 453

Philip K. Hitti, History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Islam.
Terj. Cecep lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 283-
284

H.S. Kartoredjo, Kamus Baru Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),
139.7Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah al-Nahdah, 1965), 166.

iii

Anda mungkin juga menyukai