Anda di halaman 1dari 15

PERIODE TABI’IN : PEMERINTAHAN DAULAH

UMAYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Lukman Hakim, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Sem. III/BKPI- 3

Tara Latifah Nur Qulby (0303211011)


Ely Armayani (0303211010
Mhd Wildan Fadli Harahap (030213154)

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
‫الرحِ يْم‬
‫الرحْ َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya, sehingga makalah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul
”Periode Tabi’in: Pemerintahan Daulah Umayah” dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan
tauladan baik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian
makalah, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.

Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi
tercapainya kesempurnaan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun orang yang membacanya.

Medan, 25 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ............................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Periode Tabi’in:Pemerintahan Daulah Umayah.............................. 2
1. Pendiri dan berdirinya sistem pemerintahan baru

dalam Islam .............................................................................. 2

2. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam ........................... 5

3. Kekhalifahan yang sukses dan tidak berhasil ........................... 6

4. Pergolakan dan lahirnya gerakan politik dan keagamaan ......... 9

5. Faktor kejatuhan dan berakhirnya Daulah Umayah ................. 9

BAB III : PENUTUP......................................................................................... 11


A. Kesimpulan .................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah masa khulafaur rasyidin berakhir, fase selanjutnya adalah zaman


tabiin. Era ini khususnya dimulai dengan masa kepemimpinan Dinasti Umayyah.
Menurut Noor Naemah Abd Rahman dalam Sejarah Kegiatan Fatwa Pada Era Al-
Tabi'in, kegiatan fatwa pada era tabiin memperlihatkan beberapa perkembangan
dan kemajuan. Sebab, adanya tuntutan zaman dalam menghadapi realitas kehidupan
umat pada waktu itu.

Era tabiin dimulai dari masa transisi kekuasaan pemerintahan dan


administrasi ke tangan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Mu'awiyah bin Abi
Sufyan pada 41 H dan berlanjut sampai awal kurun kedua Hijriyah, yaitu masa
berakhirnya pemerintah Bani Umayyah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendiri dan berdirinya sistem pemerintahan baru dalam Islam?


2. Bagaimana perluasan dan pengembangan wilayah Islam?
3. Bagaimana kekhalifahan yang sukses dan tidak berhasil?
4. Bagaimana pergolakan dan lahirnya gerakan politik dan keagamaan?
5. Bagaimana faktor kejatuhan dan berakhirnya Daulah Umayah?

C . Tujuan
1. Untuk mengetahui pendiri dan berdirinya sistem pemerintahan baru dalam
islam.
2. Untuk mengetahui perluasan dan pengembangan wilayah Islam.
3. Untuk mengetahui kekhalifahan yang sukses dan tidak berhasil.
4. Untuk mengetahui pergolakan dan lahirnya gerakan politik dan
keagamaan.
5. Untuk mengetahui faktor kejatuhan dan berakhirnya Daulah Umayah.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Periode Tabi’in: Pemerintahan Daulah Umayah

Pemerintahan Bani Umaiyyah yang berkuasa selama hampir satu abad


ini telah mengukir sejarah baru dalam pemerintahan Islam. Sejarah baru
tersebut melahirkan peradaban dan juga konsep-konsep pemikiran serta
sistem pemerintahan yang mana pada kekhalifahan Bani Umayyah inilah
lahir sistem pemerintahan monarki atau kerajaan turun temurun.
Walaupun sistem pemerintahan yang diterapkan sangat berbeda dari
sistem pemerintahan Islam sebelumnya, namun Bani Umayyah mampu
mencapai masa keemasan kejayaan pemerintahan Islam.

1. Pendiri dan Berdirinya Sistem Pemerintahan Baru dalam Islam

Setelah masa pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir,


pemerintahan Islam dilanjutkan oleh Bani Umayyah. Bani Umayyah
didirikan oleh seorang sahabat dari suku Quraisy bernama Mu‟awwiyah bin
Abu Sufyan pada tahun 41 H/661 M hingga tahun 132 H/750 M melalui
peristiwa tahkim.1 Nama dinasti ini dinisbahkan kepada Umayyah bin „Abd
Asy-Syams, yaitu kakek buyut dari khalifah pertama bani Umayyah,
Mu‟awwiyah bin Abu Sufyan.
Muawiyah adalah seorang penguasa yang ahli dan menguasai masalah
politik, ahli siasat, cerdik, kuat dan memiliki planning yang bagus dalam
urusan pemerintahan. Maka bukan sesuatu yang mengherankan jika dia
dapat menjadi gubernur selama 22 tahun, yaitu pada masa khalifah Umar
dan Utsman tahun 13- 35 H.Sehingga Mu‟awwiyah berhasil mendapat
kesempatan untuk menobatkan dirinya sebagai sebagai khalifah sekaligus
raja.1
Muawiyah sebagai pendiri dinasti Bani Umayyah pada awalnya
dipandang negatif oleh sebagian besar sejarawan. Keberhasilannya

1Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2013), h.
104.

2
memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin
dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu, Muawiyah juga dituduh
sebagai pengkhianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan dalam Islam,
karena dialah yang memulai mengubah sistem kepemimpinan negara
menjadi monarki atau kekuasaan raja yang diwariskan turun- temurun.
Kesuksesan kepemimpinan Bani Umayyah dengan sistem turun
temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah
bermaksud mencontoh sistem kepemimpinan monarki di Persia dan
Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia
memberikan penafsiran baru dari kata tersebut untuk mengagungkan jabatan
tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa"
yang diangkat oleh Allah.2
Dinasti Umayah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Bani Umayah yang didirikan oleh Mu‟awiyah bin Abu Sufyan yang
berpusat di kota Damaskus, Syiria. Fase ini berlangsung sekitar
hampir 1 abad, yaitu sekitar 90 tahun, dan mengubah sistem
pemerintahan dari khilafah menjadi monarki atau kerajaan.

b. Bani Umayah di Andalusia (Spanyol) yang pada awalnya


merupakan wilayah taklukan Umayyah yang dipimpin oleh
Gubernur pada zaman Walid bin Abdul Malik, kemudian diubah
menjadi kerajaan yang terpisahdari kekuasaan Dinasti Bani Abbas
setelah berhasil menaklukan Bani Umayah di Damaskus.3
Masa kekuasaan Bani Umayyah yang hampir mencapai satu abad,
tepatnya 90 tahun ini telah dipimpin sebanyak 14 orang khalifah.
KhaliFah yang pertama menjabat adalah Mua‟wwiyah bin Abu Sufyan,
sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.

2 Sulthon Mas‟ud, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), h.83.

3 Taufik Rachman, “Bani Umayyah ............................ ", h. 87.

3
Adapun urutan khalifah-khalifah yang menjabat pada masa pemerintahan
Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
a. Mu‟awiyah I bin Abi Sufyan (41-60H/661-679M)
b. Yazid I bin Mu‟awiyah (60-64H/679-683M)
c. Mu‟awiyah II bin Yazid (64H/683M)
d. Marwan I bin Hakam (64-65H/683-684M)
e. Abdul Malik bin Marwan (65-86H/684-705M)
f. Al-Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)
g. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-717M)
h. Umar bin Abdul Aziz (99-101H/717-719M)
i. Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)
j. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-742)
k. Al-Walid II bin Yazid II (125-126H/742-743M)
l. Yazid bin Walid bin Malik (126H/743M)
m. Ibrahim bin Al-Walid II (126-127H/743-744M)
n. Marwan II bin Muhammad (127-132H/744-750M)4

Sistem politik kenegaraan yang diterapkan pada masa pemerintahan Bani


Umayyah merupakan perpaduan antara sistem Islam dengan sistem Bizantium-
Persia. Perpaduan ini ternyata membawa kemajuan bagi Islam yang mana hal
tersebut merupakan sebuah prestasi yang mampu dicapai oleh Bani Umayyah,
dan dapat juga dikatakan Bani Umayyah ini mampu menanamkan dan
memadukan Chauvimisme dan militerisme dalam aspek pemerintahan.
Kecakapannya dalam bidang politik dan militer sangat luar biasa, militer dan
tentara bani Umayyah dikenal sebagai tentara yang paling disiplin dalam sejarah
peperangan Islam.

Dengan demikian politik dan strategi yang diterapkan oleh pendiri Bani

Umayyah memberikan masukan yang besar dalam penguasaan wilayah-

4 Abrari Syauqi, Ahmad Kastalani, dkk, Sejarah Peradaban ..., h. 37.

4
wilayah baru.5
Yang menjadi catatan sejarah adalah sistem pemerintahan yang berubah
dari sistem “Bai‟at–Formatur” menjadi bentuk kerajaan. Kemudian dari sisi
kekuasaan khalifah pemerintahan Bani Umayyah ini sedikit berbeda dengan
masa Khulaurrasyidin dimana terjadi pemisahan antara urusan keagamaan
dengan pemerintahan. Hal ini dapat dipahami karena Mu‟awiyah sebagai
penguasa pertama negara bukanlah seorang yang ahli dalam soal-soal
keagamaan, sehingga masalah yang berhubungan dengan keagamaan diserahkan
kepada para ulama. Oleh karena itu diangkatlah qodhi atau hakim. Pada
umumnya para qodhi tersebutmenghukum sesuai dengan ijtihadnya yang
bersandarkan kepada Al-Qur‟an dan hadis sebagai sumber utama. Dengan sistem
tersebut seorang pemimpin dapat lebih konsentrasi terhadap pemerintahan dan
politik, karena yang khusus menjalankan masalah keagamaan secara praktis
yakni para qodhi.

2. Perluasan dan Pengembangan Wilayah Islam


Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana
usaha perluasan wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman kedua
khulafaurrasyidin terakhir menjadi fokus perhatiannya. Hanya dalam jangka waktu
90 tahun berkuasa, banyak negeri di empat penjuru mata angin beramai- ramai
masuk ke dalam kekuasaan Islam, yang mana meliputi wilayah Spanyol, seluruh
wilayah Jazirah Arab, Syiria, Palestina, Afrika Utara, sebagian daerah Anatolia,
Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztari yang termasuk Soviet Rusia.

Dalam hal administrasi pemerintahan, Bani Umayyah membentuk

Beberapa Diwan (depertemen) yang terdiri dari:6


1) Diwan Rasail, bertugas mengurus surat-surat negara. Diwan
ini terbagi dua macam, yaitu sekretariat negara pusat dan

5
Ahmad Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofi(Surabaya: CV. Indo
Pramaha, 2012), h. 91-92.

6Faisal Mubarak Seff, “Selayang Pandang Perkembangan Balaghah (Telah Kritis Terhadap Sejarah
Perkembangan Balaghah),” Al-Maqoyis, Vol. 2, No. 2, 2014.

5
sekretariat provinsi.
2) Diwan al-Kharaj, bertugas mengurus pajak. Diwan ini dibentuk
di setiap provinsi yang dikepalai oleh Shahib al- Kharaj.
3) Diwan al-Barid, merupakan badan intelijen yang bertugas
sebagai penyampai rahasia daerah kepada pemerintahan pusat.
4) Diwan al-Khatam, Mu‟awiyah merupakan orang pertama yang
mendirikan Diwan Khatam ini sebagai departemen pencatatan.
Setiap peraturan yang dikeluarkan khalifah harus disalin dalam
suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke
alamat yang dituju.
5) Diwan Musghilat, bertugas untuk menangani berbagai
kepentingan umum.

3. Kekhalifahan yang Sukses dan Tidak Berhasil


Beberapa khalifah dari dinasti ini memiliki catatan sejarah yang menonjol.
Setidaknya ada empat khalifah besar yang dikenal, yaitu Muawiyah bin Abu
Sufyan sebagai pendiri dinasti, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul
Malik, dan Umar bin Abdul Aziz. Berikut ini merupakan kemajuan-
kemajuan/kesuksesan oleh keempat khalifah tersebut:
1. Muawiyah bin Abu Sufyan
Sebagai pendiri dinasti Umayyah, Muawiyah dikenal sebagai Muawiyah I. Ia
memerintah dinasti ini sejak tahun 41 H hingga 60 H atau 661-680 M. Beberapa
kebijakan besar yang telah dilakukannya dan dikenal luas adalah sebagai berikut:

• Memindahkan ibu kota negara yang awalnya di Kota Kufah, Irak menuju
Damaskus, Syiria.
• Mengganti sistem kekhalifahan khulafaur rasyidin yang menunjuk khalifah
berdasarkan musyawarah umat Islam menjadi kerajaan yang mewariskan
kepemimpinan berdasarkan garis keturunan.
• Mencetak alat tukar pembayaran atau uang.
• Mendirikan dinas pos untuk melakukan pengiriman barang. Dinas ini
dilengkapi dengan pejabat khusus di posisinya dan kuda-kuda di tempat
tertentu sebagai alat transportasi.
• Kepemilikan harta oleh rakyat dipindahkan menjadi milik Allah yang
nantinya digunakan untuk kepentingan negara dan rakyat.

6
• Memberikan ruang kepada orang-orang Nasrani yang ahli di bidangnya untuk
terlibat dalam proyek pembangunan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan
farmasi. Ide seperti ini sebelumnya sempat ditolak di zaman khalifah Umar
bin Khattab radhiyallahu anhu karena kehati-hatian.
• Membentuk badan intelijen militer untuk memantau kekuatan militer negara
lain.
• Membentuk jabatan dinas pencatatan sipil untuk agar lebih mudah
mengkoordinasikan urusan sipil negara.

2. Abdul Malik bin Marwan


Sebagai khalifah kelima, Abdul Malik bin Marwan memimpin dinasti Umayyah
pada tahun 65-86 H / 684-705 M. Berikut ini merupakan pencapaian besar yang
telah dilakukannya:

• Mencetak mata uang sendiri yang bertuliskan huruf Arab. Langkah ini
dilakukan untuk menggantikan mata uang yang dicetak oleh Kekaisaran
Romawi dan Kekaisaran Persia di daerah yang telah dikuasai Islam.
• Mendirikan pabrik kapal di wilayah Tunisia untuk memperkuat kekuatan
angkatan laut.
• Membentuk Mahkamah Khusus yang menangani pegawai pemerintah dan
pembantu kerajaan yang melakukan kesalahan.
• Memperbaiki sistem kerja dinas pos dengan memperbanyak ekspedisi pos
sehingga sistem kerjanya lebih teratur dan dapat diandalkan.
• Mendirikan bangunan yang indah megah di dalam negeri.

3. Al-Walid bin Abdul Malik


Sebagai khalifah keenam, Al Walid bin Abdul Malik dijuluki sebagai Al Walid I.
Ia memerintah dinasti Umayyah pada tahun 86-96 H / 705-714 M. Pada masa Al
Walid bin Abdul Malik, dinasti Umayyah mencatatkan puncak kejayaannya.

Berikut ini adalah inovasi yang telah dilakukannya sehingga mampu membawa
dinastinya mencapai puncak kejayaan:

• Menyediakan tenaga pengajar untuk anak-anak yatim.


• Orang-orang tua yang tidak punya teman hidup, anak-anak yatim piatu, dan
para musafir mendapatkan perhatian khusus di masa pemerintahan ini. Hal ini
karena Al Walid I membangun panti jompo, panti asuhan, dan rumah
singgah.
• Para penyandang disabilitas disediakan panti-panti khusus agar mereka dapat
mengembangkan diri di tengah keterbatasan.
• Para musafir dibangun telaga khusus agar tidak kehausan.
• Para penghafal Al Quran, ulama, fakir miskin, dan orang-orang lemah
mendapatkan subsidi tetap.
• Menyediakan pemandu jalan untuk para tuna netra.
• Pegawai kerajaan pada zaman Al Walid I dipilih secara ketat. Hanya mereka
yang cerdik, pandai, dan berintegritas yang diterima.

7
• Mendirikan pabrik-pabrik dan gedung-gedung pemerintahan.
• Membangun rumah sakit khusus penderita kusta.
• Mendirikan rumah sakit dan klinik gratis untuk rakyat yang sakit.
• Merenovasi Masjid Nabi di Madinah dan Masjid Al Aqsa di Palestina.
• Jalan-jalan diperbaiki dan dilengkapi dengan marka agar pengguna jalan
lebih mudah dalam menggunakan jalan.

4. Umar bin Abdul Aziz


Khalifah Umar bin Abdul Aziz dijuluki sebagai Umar II karena secara nasab
memiliki pertalian darah dengan khalifah Umar bin Khattab. Dari jalur ibunya,
Umar bin Abdul Aziz merupakan cicit dari sahabat utama Nabi Muhammad SAW
tersebut.

Tidak hanya dekat dengan pertalian darah, kesalehan Umar bin Abdul Aziz juga
tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Ia berhati-hati terhadap dunia, peduli
dengan dakwah Islam, lembut terhadap orang lemah, keras terhadap segala bentuk
kecurangan, dan semangat dalam mempelajari agama. Sebab-sebab inilah yang
menaikkan derajatnya di hadapan Allah sehingga namanya harum melegenda,
meski puncak kejayaan dinasti Umayyah bukan terjadi di jamannya.

Ia telah dikenal sebagai ulama dan ahli ilmu sebelum ditunjuk menjadi khalifah.
Rakyat dan para tokoh Islam telah mencintainya sebelum ia duduk di kursi
pemerintahan. Maka ketika pengumuman itu sampai ke seluruh penjuru negeri,
semua bergembira, kecuali pejabat-pejabat yang korup.

Ada banyak hal yang telah dilakukannya untuk Islam dan dinastinya. Beberapa di
antaranya adalah:

• Mengembalikan harta kepada pemiliknya. Pada masa berdirinya dinasti,


kepemilikan harta pribadi tidak diakui
• Pemeluk Islam bertambah pesat tanpa harus melakukan banyak invasi ke
negara lain. Ia banyak menggunakan diplomasi.
• Pelaksanaan hukuman harus dilakukan seizing khalifah.
• Memberantas kemiskinan dalam waktu sekejap sampai-sampai tidak ada
penduduk Madinah yang berhak menerima zakat.
• Mengirim pendakwah ke seluruh negeri.
Selain lima poin di atas, masih ada banyak prestasi yang telah dibukukan oleh
Umar bin Abdul Aziz. Negara benar-benar sejahtera saat itu. Sayang,
kepemimpinannya hanya bertahan tiga tahun karena Allah mengambilnya untuk
berpulang ke hadapan rahmat-Nya.

Ia meninggal karena diracun oleh pembantu kerajaan. Namun setelah tertangkap,


pembantu itu ia bebaskan dan diperintahkan mengasingkan diri agar tidak

8
dihukum oleh negara. Ia meninggalkan keluarganya dalam keadaan sedikit harta
karena ia merasa tidak berhak atas itu semua.7

Sedangkan khalifah yang tidak berhasil adalah khalifah Marwan bin Muhammad
pada 127 H (744 M).

4. Pergolakan dan Lahirnya Gerakan Politik dan Keagamaan


Dalam pergolakan politik yang terjadi diantara berbagai
kelompok muslim di akhir masa khilafah dan perebutan kekuasaan yang semakin
memanas diakhiri dengan munculnya dinasti Umayyah pasca menangnya
Muawiyyah dalam alih kendali atas kekuasaan umat islam pada masa tersebut
sejarah mencatat bahwa system politik yang bergaya demokrasi umat muslim telah
berubah haluannya menjadi monarki heredities yang mana kekuasaan berada
ditangan raja (khalifah). Dinasti Umayyah merupakan titik tolak sejarah dimana
islam pertama kali mengenalkan sistem kekerajaan. Dengan bergantinya
kekuasaan diatas tangan dinasti Umayyah berubah pula keadaan umat islam pada
saat itu di berbagai aspek social seperti ekonomi, politik, pemerintahaan dan
bahkan perpindahan ibukota negaranya. Perpindahaan ibukota ini tentu memiliki
taktik politik yang akan dijalankan Umayyah dikedepannya salah satu nya untuk
memperkuat eksistensi dinasti yang telah mendapat legitimasi politik dari
masyarakat Syiria dan pengamanan dalam negeri yang sering mendapat serangan-
serangan dari berbagai musuhnya.8

5. Faktor Kejatuhan dan Berakhirnya Daulah Umayah

Pada masa-masa awal kekuasaan, Bani Umayyah mengalami


kemajuan yang pesat. Kemajuan-kemajuan banyak diraih pada masa
pemerintahan Muawiyah sampai kepada Hisyam. Sedangkan pada tahun
berikutnya sudah mengalami kemunduran dan hingga akhirnya kekuasaan
Bani Umayyah runtuh disebabkan oleh berbagai faktor.

7 Nelly Yusra, “Diambang Kemunduran dan Kehancuran Dinasty Bani Umayyah,” Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 2, 2012.
8 Abdul M Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Pustaka Book Publisher,

Yogyakarta:2010

9
Adapun beberapa faktor penyebab kemunduran dinasti umayyah
adalah:
a. Adanya gerakan oposisi dari pendukung Ali dan Khawarij baik yang
dilakukan secara terbuka maupun tertutup. Hal ini banyak mencuri
perhatian pemerintah ketika itu.
b. Sistem penggantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek
senioritas. Pengaturan sistem penggantian khalifah yang tidak jelas
menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan
anggota keluarga istana.
c. Terjadinya pertentangan etnis antara suku Arabia utara (Bani Qays)
dan Arabia selatan (Bani Kalb) yang sudah sejak zaman sebelum
Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para
penguasa Bani Umayyah sulit menggalang persatuan dan kesatuan.
Di pihak lain, sebagian besar golongan Mawalli (Non Arab)
terutama di Irak dan bagian timur lainnya merasa tidak puas karena
status Mawalli itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah
dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperilhatkan pada masa
Bani Umayyah.
d. Kelemahan dan ketidakmampuan beberapa Khalifah Bani Umayyah
dalam memimpin pemerintahan, kemudian ditambah lagi dengan
pola hidup yang mewah, boros, mabuk-mabukan dan perilaku yang
tidak mencerminkan seorang pemimpin. Sehingga golongan tokoh
agama sangat kecewa karena perhatian penguasa terhadap agama
sangat kurang.
e. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-
‟Abbas bin Abdul Mutalib. Gerakan ini mendapat dukungan dari
Bani Hasyim, golongan Syi‟ah, dan kaum Mawalli yang sangat
kecewa dengan sistem pemerintahan Bani Umayyah.9

9Dewi Indasari, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah,”
Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni, Vol. 9, No. 2, 2017.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bani Umayyah merupakan penguasa Islam yang telah merubah


sistem pemerintahan yang mulanya demokratis menjadi monarki atau sistem
pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Kerajaan Bani Umayyah tidak
diperoleh melalui pemilihan atau suara terbanyak sebagaimana dilakukan
oleh pemimpin sebelumnya, yaitu khulafaur rasyidin. Meskipun Bani
Umayyah tetap menggunakan istilah Khalifah, namun mereka memberikan
interpretasi tersendiri untuk mengagungkan jabatannya. Mereka
menyebutnya sebagai “Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang
diangkat oleh Allah.
Kekuasaan Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun, yaitu mulai
tahun 680-750M. Dinasti ini dipimpin oleh 14 Khalifah.Pada masa Daulah
Bani Umayyah banyak kemajuan yang telah dicapai, diantaranya perluasan
wilayah, kemajuan pada bidang pemerintahan, bidang politik kenegaraan,
bidang kemiliteran, bidang ekonomi, bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan, serta bidang pengembangan bahasa Arab.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, Pembaca diharapkan lebih banyak membaca
buku-buku tentang Sejarah Peradaban Islam, sehingga lebih banyak
menambah ilmu dan wawasan tentang materi tersebut,Kritik dan saran juga
kami harapkan dari pembaca, untuk membuat makalah-makalah selanjutnya
agar lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sulthon Mas‟ud, Sejarah Peradaban Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
2014).

Ahmad Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam Paradigma Teks, Reflektif, dan
Filosofi(Surabaya: CV. Indo Pramaha, 2012).

Faisal Mubarak Seff, “Selayang Pandang Perkembangan Balaghah (Telah Kritis


TerhadapSejarah Perkembangan Balaghah),” Al-Maqoyis, Vol. 2, No. 2,
2014.

Nelly Yusra, “Diambang Kemunduran dan Kehancuran Dinasty Bani Umayyah,”


JurnalPemikiran Islam, Vol. 37, No. 2, 2012.

Abdul M Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Pustaka Book


Publisher, Yogyakarta:2010.

Dewi Indasari, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani


Umayyah,”Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni, Vol. 9, No. 2,
2017.

12

Anda mungkin juga menyukai