Anda di halaman 1dari 11

KEPEMIMPINAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN

BANI UMAYYAH

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Penyusun :

Muhammad Ihsan (G100200086)

Najihussalam (G100200088)

Bagas Pangestu (G100200080)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tasawuf dan Siyasah

Prodi Ilmu Qur’an Tafsir semester III

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrmanirrahim

Dengan mengharap puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Penyayang,Maha Pengampun serta Maha Penerima Taubat bagi hamba-hamba-Nya yang
mau bertaubat dan mohon ampunan-Nya.

Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pahlawan revolusioner dunia,Nabi


Muhammad SAW. yang telah menunjukkan kita kejalan yang lurus.Berkat rahmat dan
hidayahNya serta InayahNya pulalah,kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini,sebagai tugas dari Fakultas Agama Islam,Prodi Ilmu Quran dan Tafsir pada mata kuliah
Peradaban Islam

Kami sadar,bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya,untuk itu saran dan
kritik pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua aamiin

Surakarta,30 September 2021

Kelompok Penyusun

ii
Daftar isi

KEPEMIMPINAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN BANI UMAYYAH.........................................i


KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Kepemimpinan Dinasti Umayyah................................................................................................3
2.1 Sistem Pemerintahan Dinasti Umayyah.......................................................................................6
3.1 Kemunduran Masa Dinasti Umayyah..........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................8
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................8

iii
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepemimpinan dan sistem pemerintahan merupakan hal yang sangat krusial bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, dari kedua hal tersebut kita mampu menggali spirit orang-
orang terdahulu dalam mengembangkan dan menemukan konsep konsep kepemimpinan serta
sistem pemerintahan. Kami kira kita perlu menengok Kembali kebelakang terkait kepemimpinan
dan sistem pemerintahan awal peradab islam pasca khulafaur rasyidin.

Pasca khulafaur rasyidin islam jatuh pada sistem monarkhi dibawah pimpinan muawiyah
bin abi Sufyan yang dimana eranya disebut dinasti umayyah, pada zaman ini islam mencapai
beberapa prestasi, ini merupakan hal yang perlu dikaji Kembali, apa model kepemimpinannya
serta berkembangannya seperti apa, sistem pemerintahan, dan siapa saja yang berperan dalam
membangun dinasti Ummayah yang mampu membawa islam selama 90 tahun.

Selain itu perlu juga di ambil ibroh dari mundur dan runtuhnya dinasti ini yang nantinya
bisa menjadi pelajaran bagi kita supaya tidak jatuh pada kondisi yang sama.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.) Kepemimpinan Dinasti Umayyah

2.) Sistem pemerintahan Dinasti Umayyah

3.) Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan Dinasti Umayyah

Berdirinya Dinasti Umayyah ini dilatar belakangi oleh peristiwa tahkim pada perang
Siffin. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan,Muawiyah bin Abi sufyan beserta jumlah
sahabat lainnya angkat bicara di hadapan manusia dan mendorong mereka agar menuntut
darah Utsman dari orang-orang yang telah membunuhnya. Tragedi kematian Utsman bin
Affan,selanjutnya dijadikan dalih untuk mewujudkan “ambisinya”,Muawiyah dan
pengikut menuntut kepada khalifah Ali,pengganti Utsman agar dapat menyerahkan para
pembunuh Utsman kepada mereka. Karena tuntutan tersebut tidak dipenuhi,maka pihak
Muawiyah menjadikannya sebagai alasan untuk tidak mengakui kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib dan memisahkan diri dari pemerintahan pusat.

Langkah pertama yang diambil oleh khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menghadapi
pembangkangan Muawiyah adalah mengutus Abdullah Al-Bajali kepada Muawiyah agar
bersedia mengakui dan membalasnya seperti yang dilakukan oleh gubernur-gubernur
lainnya dan tidak memisahkan diri dari pemerintahan pusat. Muawiyah tidak segera
menjawab ajakan tersebut dengan maksud untuk kesan tidak baik. Untuk menentukan
sikap dalam menghadapi himbauan khalifah tersebut Muawiyah bermusyawarah dengan
Amru bin Ash,hasilnya menolak ajakan damai,dan memilih mengangkat senjata
memerangi pemerintah pusat.

Karena kebuntuan tersebut pecahlah pertempuran antara kedua belah pihak. Setiap
hari Ali bin Abi Thalib mengirim seorang pemimpin pasukan untuk maju bertempur.
Begitu juga dengan Muawiyah. Perabg saudara ini terjadi pada 1 Shafar tahun 37 H/26-28
Juli 657 M. Perang saudara pertama dalam sejarah peradaban Islam itu terjadi padaan
fitnah besar. Peperangan ini berlangsung imbang sehingga kedua belah pihak setuju untuk
berunding dengan ditengahi seorang juru runding. Kemudian juru runding terus bolak
balik menemui Ali dan Muawiyah,sementara kedua belah pihak menahan diri dari
pertempuran. Pertempran dan perundingan membuat posisi Ali bin Abi Thalib melemah
tetapi tidak membuat ketegangan yang melanda kekhalifahan mereka. Perang saudara
antara kubu Muawiyan dan Ali akhirnya mereda. Kedua belah pihak akhirnya bertemu di
meja perundingan melalui Tahkim,yakni penunjukan dua pihak yang berselisih terhadap
seseorang yang adil dengan tujuan agar memberi keputusan terhadap dua pihak tersebut.

Peristiwa tahkim ini dimenangkan oleh pihak Muawiyah,dengan mengajukan


usulan kepada pihak Ali untuk kembali kepada hukum Allah. Dalam peristiwa tahkim,Ali
terpedaya oleh taktik dan siasat Muawiyah yang pada akhirnya ia mengalami kekalahan
secara politis. Sementara itu,Muawiyah mendapat kesempatan untuk mengangkat dirinya

3
sebagai khalifah sekaligus seorang raja. Muawiyah mendapatkan kursi kekhalifahan pada
tahun 41 H setelah Hasan bin Ali berdamai dengannya. Karena pasca meninggalnya
Ali,sebagian umat Islam membaiat Hasan sebagai penerus kepemimpinan umat
Islam,namun ia menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan menyerahkan
kepemimpinan kepada Muawiyah. Sehingga tahun itu dinamakan amul jamaah (tahun
persatuan). Umur sistem khalifah genap tiga puluh tahun ketika Hasan bin Ali dibaiat
menjadi khalifah. Beliau melepaskan kekhalifahan kepada Muawiyah pada bulan Rabiul
Awwal tahun 41 H.

Keberhasilan Muawiyah mendirikan dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari


kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya Ali saja,dari sejak semula Gubernur
Suriah itu memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di
masa depan. Pertama,dukungan yang kuat dari rakyat Suriah dan dari keluarga Bani
Umayyah sendiri. Kedua,sebagai seorang administrator,Muawiyah sangat bijaksana dalam
menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga,Muawiyah
memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan. Gambaran dari sifat mulia tersebut
dalam diri Muawiyah setidak-tidaknya tampak dalam keputusannya yang berani
memaklumkan jabatan Khalifah secara turun temurun.

Nama daulah Umayyah itu berasal dari nama Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Manaf,yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyyah.
Umayyah ini senantiasa bersaimng dengan pamannya,Hasyim bin Abdi Manaf,untuk
merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat dan bangsanya. Ia memang memiliki
unsur-unsur kualifikasi yang diperlukan untuk berkuasa di zaman jahiliyyah itu. Karena ia
berasal dari keluarga bangsawan,serta mempunyai cukup kekayaan dan mempunyai
sepuluh orang putera yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang yang memiliki
unsur-unsur ini di zaman jahiliyyah,berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh
kehormatan dan kekuasaan. Dalam susunan pertentangan yang sangat memuncak antara
Bani Hasyim dengan Bani Umayyah,yang telah menelorkan saudara pada akhir masa
khalifah Khulafaur Rasyidin,lahirlah Daulah Umayyah di bawah pimpinan Muawiyah bin
Abi Sufyan dalam tahun 41 H. Bani Umayyah baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad
saw,berhasil menaklukan kota Mekkah (Fathul Mekkah). Pada dasarnya Bani Umayyah
sudah sangat lama berkeinginan ubtuk menjadi khalifah,tetapi mereka belum berani
menampakkan keinginannya itu pada masa Abu Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab.
Barulah setelah Umar meninggal mereka menyokong atau mendukung pencalonan Utsman
sebagai khalifah dalam musyawarah yang dilakukan oleh enam orang sahabat. Sejak saat
itulah bani Umayyah mulai meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan Khilafah
Umayyah. Pada masa Utsman bin Affan inilah Muawiyah mencerahkan segala tenaga dan
kemampuannya untuk memperkuat dirinya,dsn menjadikan daerah Syam sebagai pusat
kekuasannya. Di masa khalifah Utsman bin Affan yang merupakan salah seorang anggota
klan Bani Umayyah,Muawiyah dikukuhkan menjadi Gubernur di Syiria,sehingga
tercapailah kekuasaan Bani Umayyah atas orangorang Quraisy di zaman
Islam,sebagaimana pernah mereka alami pada zaman Jahiliyyah. Ketika Khalifah Utsman

4
terbunuh,Muawiyah masih tetap memegang kekuasaan disana. Hal ini memungkinkan
bainya untuk dapat berjuang terus melawan Ali.

Dinasti Bani Umayyah berkuasa selama 90 tahun,sejak 41 H/661 M sampai


dengan 132 H/750 M. Muawiyah bin Abi Sufyan merupakan pendiri Dinasti Bani
Umayyah. Ia juga khalifah pertama dari 14 khalifah Bani Umayyah. Namanua disejajarkan
denga Khulafaur Rasyidin. Bahkan kesalahannya yang mengkhianati prindip pemilihan
kepala negara oleh rakyat dapat dilupakan orang karena jasa-jasanya dan kebijaksanaan
politiknya yang mengagumkan.

Dengan berbagai cara Muawiyah dapat menduduki jabatan khalifah dan


menjadikannya sebagai hak keturunannya. Dengan demikian Muawiyah telah mengubah
sistem politik musyawarah dengan sistem monarchi. Hal itu banyak didukung oleh kondisi
umat Islam waktu itu. Sistem musyawarah masih terlalu maju sehingga ajaran Nabi ini
hanya dapat berjalan selama hanya dalam waktu 30 tahun yaitu masa Khulafaur Rasyidin.
Sesudah itu umat Islam belum siap. Walaupun demikian,Muawiyah termasuk orang yang
berhasil memadukan sistem musyawarah dengan sistem monarchi dan Daulah Islamiyah
dapat dikuasai karena dia banyak memperhatikan riwayat kisah raja besar sebelumnya,baik
dari kalangan Arab ataupun bukan,untuk meniru dan meneladani siasat dan politik mereka
dakam menghadapi pergolakan yang dihadapi. Naiknya Muawiyah sebagai khalifah
menandai fase baru dalam babakan Sejarah Peradaban Islam yang kantas disebut sebagai
era kekhalifahan Umayyah,sistem suksesi (pergantian pemimpin) ini kenyataannya telah
berubah menjadi pemerintahan dinastik,yang secara normatik tidak dikenal dalam ajaran
Islam,yang menekankan sistem Syura’ dalam alih kekuasaan. Muawiyah inilah yang
mengawali tradisi bagi para selanjutnya penominasian seorang putra mahkota bagi
anaknya,Yazid,sebagai pewaris kekuasaan.

Keluarga Bani Umayyahitu terdiri atas dua cabang,merekalah yang memegang


jabatan khalifah itu. Cabang pertama ialah keluarga Harb bin Umayyah dan cabang kedua
adalah keluarga Abdul Ash bin Umayyah. Kebanyak khalifah-khalifah Bani Umayyah
adalah berasal dari cabang yang kedua itu. Adapun khalifah-khalifah yang berasal dari
cabang pertama hanyalah Muawiyah,putranya Yazid,dan cucunya Muawiyah II. Yazid
hampir tidak dapat menikmati jabatan Khalifah itu,karena kesulitan-kesulitan yang timbul
pada masanya. Adapun Muawiyah II hanyalah beberapa hari saja menduduki
singgasananya. Demikianlah,walaupun Muawiyah telah berjuang dalam waktu yang begitu
panjang untuk mendapatkan jabatan Khalifah,namun setelah ia meninggal,jabatan tersebut
tiadalah tetap pada anak cucunya. Muawiyah telah berusaha dengan sepenuh tenaga agar
puteranya Yazid diangkat menjadi Khalifah sesudah wafatnya,tetapi kesulitan-kesulitan
yang besar telah menunggu puteranya itu. Maka Muawiyah pada hakikatnya bukanlah
mendudukkan puteranya itu di atas singgasana kekuasaan,tapi hanyalah di atas sebuah
roda yang terus menerus berputar,sampai dia jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas
terakhirnya.
5
2.1 Sistem Pemerintahan Dinasti Umayyah

Bani Umayyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin
yang memerintah dari 661 M sampai 750 M di Jazirah Arab dan sekitarnya. Diakhir masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat islam mulai bergejolak sehingga muncul menjadi tiga
kekuatan politik yang dominan yaitu  Syiah, Muawiyah dan Khawarij. 

Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah adalah
gubernur yang diangkat Khalifah Umar ibn Khattab untuk wilayah Jordania. Muawiyah
dilahirkan di kota Mekah sekitar 15 tahun sebelum Hijrah dari pasangan Abu Sufyan dan
Hindun. Muawiyah sendiri adalah seorang pemimpin yang berani, berpikiran kuat, sangat
jujur,serta ahli dalam bidang politik dan pemerintahan.

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman
Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di penjuru
empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah
Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah
Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet Rusia.

Memasuki kekuasaan masa Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah,
pemerintah yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun
temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh dengan kekerasaan, diplomasi dan tipu daya,
tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Sukses kepemimpinan secara turun-temurun
dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk meyatakan setia terhadap
anaknya, Yazid. Muawiyah mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang
menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu
untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutkan khalifah Allah dalam pengertian
penguasa yang diangkat oleh Allah.

Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan empat belas
khalifah. Namun diantara sebagian mereka tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai
khalifah dengan baik, bukan hanya lemah tetapi juga memiliki moral yang buruk.

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman
Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di penjuru
empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah
Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah
Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet Rusia.

6
Pada masa pemerintahannya, Bani Umayyah telah banyak membuat kebijakan politik,
diantaranya:

Pertama, pemindahan  pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan  ini


didasarkan pada pertimbangan politik dan alasan  keamanan.

Kedua, Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang  yang  berjasa dalam


perjuangannya mencapai puncak kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia angkat kembali menjadi
Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syubah yang diangkat menjadi Gubernur di Persia.

Ketiga, menumpas orang-orang  yang beroposisi yang dianggap berbahaya  jika tidak bisa
dibujuk dengan harta dan kedudukan dan menumpas kaum pemberontak.

Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angkatan yaitu darat, laut dan
kepolisisan yang tangguh dan loyal.

Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan islam baik ke timur maupun ke barat. Perluasan
wilayah di Dinasti ini merupakan ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di
zaman Umar bin Khattab.

Keenam, baik Muawiyah maupun para penggantinya membuat kebijaksanaan yang berbeda
dari zaman Khulafa Rasyidin.

Ketujuh, Muawiyah mengadakan pembaharuan dibidang administrasi pemerintah dan


melengkapinya dengan jabatan-jabatan baru yang sangat banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Byzantium.

Kedelapan, kebijaksanaan dan keputusan politik penting dibuat oleh Khalifah Muawiyah
adalah mengubah sistem pemerintahan dari bentuk khalifah yang bercorak Demokratis
menjadi sistem Monarki dengan mengangkat putranya, Yazid menjadi putra mahkota.

3.1 Kemunduran Masa Dinasti Umayyah

Kemunduran pada masa dinasti bani umayyah disebabkan banyak faktor, mulai dari
faktor eksternal dan juga internal antara lain

1.sistem pemerintahan yang menggunakan monarki merupakan suatu budaya yang baru
dikenal bangsa arab, sistem ini menekankan pada senioritas.pengaturan pergantian yang
tidak jelas menyebabkan persaingan di kalangan keluarga yang tidak sehat.

2.latar belakang berdirinya dinasti umayyah tidak terlepas dari berbagai macam konflik,
syiah dan khawarij sejak awal sudah menjadi Gerakan oposisi yang senantiasas
melakukan perlawanan sampai akhir pemerintahan umayah, hal ini sudah tentu
menhabiskan tenaga pemerintah bani umayyah.

3.kesulitan pemerintah dalam menggalang persatuan diantara bangsa-bangsa arab selatan


dan utara, dan juga dipengaruhi oleh kaum mawali( non-arab) yang merasa menjadi
masyarakat kelas dua.

7
4. disebabkan kehidupan mewah dilingkunganistana yang menyebabkan anak-anak
khalifah tak mampu memikiul beban kenegaraan Ketika sudah menjabat menjadi
khalifah. Sehingga muncul figure khalifah yang lemah. Selain itu adanya ketidakpuasan
dari kalangan agamawan yang merasa perkembangan keagamaaan tidak diperhatikan.

5. munculnya Gerakan dari bani abbas yang mendapat banyak dukungan dari oposisi
pemerintahan bani umayyah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dinasti bani umayyah yang telah berdiri selama 90 tahun tidak terlepas dari berbagai
permasalahan internal dan eksternal,banyak terobosan-terobosan yang dihadirkan oleh para
khalifah zaman umayyah, dinasti ini juga banyak menorehkan prestasi diberbagai bidang, di
bidang perluasan wilayah dinasti umayyah sudah mampu mencaplok kerajaan spayol di
eropa, dan juga kota Punjab ditimur.

Kemunduran dari dinasti umayyah disebabkan beberapa faktor antara lain internal dan
eksternal, mulai dari lemahnya figur khilafah karna hidup dalam kemegahan istana juga
ancama dari oposisi dan berbagai macam Gerakan bawah tanah. Tentu ini menajdi salah satu
dari sejarah Panjang peradaban islam, kita harus mampu mengambil nilai-nilai semangat saat
itu dan diaplikasikan untuk hari ini.

Daftar Pustaka
,Rahmadi ,Fuji ,(Medan, al-hadi ),2018“Dinasti umayyah (kajian sejarah dan
kemajuannya) volume III”,

lili muslim,korie,Afdayeni,Melia(bukittingi) ”Umar bin Abdul Azis: zaman


keemasan Islam Masa Dinasti Umayyah” Vol. 03 , No. 01., Januari-Juni 2019

yatim,badri, Rajawali Pers,2010 (Sejarah Peradaban Islam)

Anda mungkin juga menyukai