UMAYYAH
Disusun Oleh :
Ari Nurmansyah (1911060260)
Melsi Oktamalia (1911060364)
Putri Martilesa (1911060400)
Raina Maharani (1911060404)
Ratih Agustina (1911060405)
Rekha Azhra Fauza (19110604080)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2020
KATA PENGANTAR
BANDAR LAMPUNG,....................2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hal-hal yang melatar belakangi berdirinya Dinasti
Umayyah.
2. Mengetahui siapa saja Khalifah-khalifah yang pernah memimpin pada
masaDinasti Umayyah.
3. Mengetahui keberhasilan apa saja yang diperoleh selama masa
pemerintahan Dinasti Umayyah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Damaskus. Nama dinasti ini dirujuk
kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani
Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan
Muawiyah I. Dinasti Umayyah berdiri di atas bangunan perpecahan umat Islam.
Berbagai peristiwa perpecahan umat Islam sebelumnya membayangi dinasti ini.
Bahkan, dinasti ini berdiri dari hasil perpecahan yang menyebabkan peperangan
antara Ali dan Muawiyah. Berkat kejeniusan Amr bin Ash, Muawiyah berhasil
memenangkan peperangan dengan Ali dan mendirikan Dinasti Umayyah.
Muawiyah menyadari bahwa perpecahan di kalangan umat Islam tidak dapat
dibiarkan lagi karena akan mengganggu kemajuan umat Islam sendiri.Untuk itu
dia melakukan segala hal untuk menyatukan umat Islam. Bahkan, dalam upaya
menyatukan umat Islam itu Muawiyah dan keturunannya tidak segan-segan
melakukan tindakan tegas dan kejam terhadap pemberontakan. Mereka tidak
mentolerir setiap potensi yang akan merusak persatuan umat Islam. Berkat
tindakan tegas itu maka umat Islam dapat bersatu pada masa pemerintahan Dinasti
Umayyah. Meskipun harus diakui masih ada pemberontakan tetapi itu hanyalah
pemberontakan kecil yang dengan mudah dapat dikalahkan oleh Dinasti Umayah.
3
Berkat persatuan umat Islam, Dinasti Umayyah berhasil mengembangkan
peradaban Islam.
4
masa Muawiyyah bin Abi Sufiyan inilah suksesi kekuasaan bersifat
Monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun-temurun) Mulai diperkenalkan,
dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk meyatakan setia terhadap
anaknya,yaitu Yazid bin Muawiyyah, pada tahun 679 M.
5
Marwan.
4. Marwan I bin al-Hakam, (65-66 H / 684-685 M).
Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid di
Damaskus. Ia dapat menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat
mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais,kemudian menduduki mesir.
Marwan menundukan palestina, hijaz, dan irak. Ia wafat pada tahun 65 H
dan menunjuk anaknya Abdul Malik dan Abdul Aziz sebagai pengganti
sepeninggalannya secara berurutan.
5. Khalifah Abdul Malik (65-86 H/685-705 M)
Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama
di bidang figih.Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas
wilayah dan wibawa kekuasaan keluarga Umayyah dari segala pengacau
negara yang merajalela pada masa-masa sebelumnya. Ia memerintahkan
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa Administrasi di wilayah
Umayyah, ia juga memerintahkan untuk mencetak uang secara teratur,
membangun beberapa gedung, dan masjid serta saluran-saluran air,
memajukan perdagangan, memperbaiki sistem ukuran timbang, takaran
dan keuangan dan menyempurnakan tulisan huruf Al-qur’an dengan titik
pada huru-huruf tertentu.Khalifah abdul Malik memerintah selam 21 tahun
dan wafat 86 H dan di ganti oleh putranya Al-Walid
6. Al-Walid Bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
Karena kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembangunan gedung-
gedung, pabrik- pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur
untuk para khalifah yang berlalu lalang dijalan tersebut. Ia membangun
masjid Al-Amawi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus. di
samping itu, ia menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni
parayatim piatu,fakir miskin, dan penderita cacat seperti orang lumpuh,
buta, dan sakit kusta.khalifah Walid bin Abdul Malik wafat tahun 96 H
dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman.
7. Sulaiman Bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
Ia tidak sebijak kakaknya, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci
oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu.Para pejabatnya
6
terpecah belah, demikian pula masyarakatnya.Orang-orang yang berjasa di
masa para pendahulunya disiksanya, seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan
Muhammad bin Qasim yang menundukan India. Ia meninggal pada tahun
99 H danmenunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya.
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada di
masa kekhalifahannya seperti menaikan gaji para gubernurnya,
memeratakan kemakmuran denganmemberi santunan kepada fakir miskin,
dan memperbarui dinas pos.Ia juga menyamakan kedudukan orang-orang
non-Arab sebagai warga negara kelas dua, dengan orang-orang Arab.Ia
mengurangi beban pajak dan menghentikan pembayaran jizyah bagi orang
Islam baru.Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan di gantikan oleh
Yazin II bin Abdul Malik.
9. Yazin II bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
Ada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum
Mudariyah dan Yamaniyah.Pemerintahan yang singkat itu mempercepat
proses kemunduran Bani Umayyah.Kemudian diganti oleh Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik.
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
Ia memerintah dalam waktu yang panjang, yakni 20 tahun. Pada masa
pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum syi’ah serta
bersekutu dengan kaum Abbasiyyah. Mereka menjadi kuat karena
kebijaksanaan yang diterapkan oleh khalifahUmar bin Abdul Aziz yang
bertindak lemah lembut terhadapsemua kelompok. Dalam diri keluarga
Umayyah sendiri terjadi perselisihan tentang putra mahkota yang
melemahkan posisi Umayyah.Masih ada empat khalifah lagi yang setelah
Hisyam yang memerintah hanya dalam waktu tujuh tahun, yakni :
11. Al-Walid II bin Yazid II,(126-127 H / 743-744 M)
12. Yazid III bin al-Walid,(127 H / 744 M)
13. Ibrahim bin al-Walid,(127 H / 744 M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133 H / 744-750 M)
Ia adalah penguasa terakhir yang terkenal dengan julukan marwan al-
7
himar (manusia keledai).Karena kebesarannya yang luar biasa dan
kesanggupannya menahan perasaan.Sebenarnya ia adalah penguasa yang
besar tapi sayang, ia muncul ketika didaulat Bani Umayyah sedang
merosot.Ia wafat pada tahun 135 H/750 M terbunuh di Mesir Oleh
pasukan Bani Abbasiyyah.
8
2.6 Kemunduran Dinasti Umayyah
Kemunduran dan kehancuran Dinasyti Bani Umayyah tidak terlepas dari masa
pembentukannya. Karena masa tersebut merupakan awal cikal bakal tumbuh dan
berkembangnya beberapa faktor penyebab kemunduran dan kehancuran tersebut.
Berawal dari kematian Khalifah ‘Usman bin ‘Affan, menimbulkan konflik yang
berkepanjangan dalam tubuh umat Islam, khususnya antara Mu’awiyyah dan ‘Ali.
Mu’awiyyah yang sudah lama mendambakan jabatan Khalifah memanfaatkan
momentum itu sebaik-baiknya. Kebijakan ‘Ali menurunkannya dari jabatan
Gubernur Syria tidak dihiraukan, bahkan ia memperkuat penolakannya terhadap
‘All sebagai Khalifah dengan alasan menuntut balas atas kematin ‘Usman.
Mu’awiyyah berusaha membangkitkan semangat dan emosi rakyat Syria dengan
mempertunjukkan baju ‘Usman yang bergelimang darah dan jemari istri ‘Usman
yang turut terpotong dalam pembunuhan tersebut.9 Akhirnya perang saudara tidak
dapat dihindarkan. Dengan memimpin pasukan sebanyak 50.000 orang, Khalifah
bergerak menuju Syria untuk menumpas pemberontakan Mu’awiyyah. Sementara
Mu’awiyyah menanggapi sikap ‘Ali tersebut dengan tindakan yang sama. Kedua
pasukan bertemu di daerah Siffln. Pada saat itu ‘Ali masih mencari jalan terbaik
agar tidak terjadi perang saudara sesama muslim. Namun usaha tersebut tidak
membuahkan hasil. Perang pun berlangsung dengan sengit. Pada hari kedua
pasukan Mu’awiyyah mulai terdesak. Mu’awiyyah yang cerdik atas nasebat ‘Amr
bin ‘Ash mengikatkan al-Qur’an pada Ujung tombak tentaranya sebagai isyarat
agar perselisihan diselesaikan dengan al-Qur’an Sebenarnya Khalifah ‘Ali
menyadari bahwa itu merupakan tipu muslihat Mu’awiyyah untuk menghindari
bencana, dan ia bermaksud untuk meneruskan peperangan. Akan tetapi tentara
menuntut agar perang dihentikan. Setelah pertempuran terhenti, diputuskan bahwa
perselisihan itu harus diselesaikan oleh dua orang penengah. Mu’awiyyah
mengangkat sahabatnya ‘Amr bin ‘Ash yang cerdik untuk menjadi penengah dari
pihaknya. Sedangkan dari pihak ‘Ali diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari. Kedua
orang penengah ini dibantu oleh 400 orang. Seandainya penengah tidak bisa
memutuskan persoalan, maka akan di putuskan berdasarkan suara, terbanyak.’’
Hasil tahkim tersebut tidak disetujui oleh sebagian besar pihak ‘Ali dan mereka
memisahkan diri. Golongan ini disebut dengan kaum Khawarij. Mereka menilai
9
bahwa tahkim tersebut merupakan penyimpangan syari’at. Berdasarkan indikasi
tersebut mereka membasmi pengazaz hasil tahkim dengan cara kekerasan. Di
antara orang yang menjadi sasaran utama ancaman Khawarij adalah’Ali dan
Mu’awiyyah. Keduanya dipandang sebagai pribadi yang telah menyimpang dari
syari’at. Bahkan dalam Perspektif politik keduanya dianggap sebagai penghalang
dalam usaha mengembalikan persoalan Khalifah kepada umat melalui pemilihan
yang bersifat demokratis. Mereka hanya berhasil membunuh ‘Ali dan gagal
membunuh Mu’awiyyah karena Mu’awiyyah telah menerapkan sistem protokoler
yang dianut oleh dinasti Romawi.12 Berbeda dengan kaum Syi’ah, mereka tidak
menggutuk ‘Ali ketika berlangsung tahkim, bahkan mereka tetap menunjukkan
kesetiaan kepada Imam ‘Ali dalam berbagai kondisi politik. Baik golongan
Khawarij maupun Syi’ah sama-sama menentang pemerintahan Bani Umayyah.
Mereka menjadi gerakan oposisi baik secara terbuka maupun secara tersembunyi.
Penumpasan gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah
Umayyah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi
Manaf, Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan
khalifah Utsman bin Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan
mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali
terbunuh dan Hasan ibn Ali yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak
menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah melakukan perundingan dan
perjanjian. Bersatunyaummatmuslimdalamsatukepemimpinanpadamasaitudisebut
dengantahunjama’ah (‘Am al Jama’ah) tahun 41 H (661 M).
SistempemerintahanDinastiBaniUmayyahdiadopsidarikerangkapemerintahanBi
zantium, dimanaiamenghapussistemtradisional yang cenderungpadakesukuan.
Pemilihankhalifahdilakukandengansistemturuntemurunataukerajaan,
halinidimulaiolehUmayyahketikamenunjukanaknyaYaziduntukmeneruskanpemeri
ntahan yang dipimpinnyapadatahun 679 M.
Padamasakekuasannya yang hampirsatuabad,
dinastiinimencapaibanyakkemajuan.Dintaranyaadalah: kekuasaan territorial yang
mencapaiwilayahAfrika Utara, India, danbenuaEropa, pemisahankekuasaan,
pembagianwilayahkedalam 10 provinsi,
kemajuanbidangadministrasipemerintahandenganpembentukandewan-dewan,
organisasikeuangandanpercetakanuang, kemajuanmiliter yang
terdiridariangkatandaratdanangkatanlaut, organisasikehakiman,
bidangsosialdanbudaya, bidangsenidansastra, bidangsenirupa, bidangarsitektur,
dandalambidangpendidikan.
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah disebabkan oleh banyak
faktor, dinataranya adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik
berkepanjagan dengan golongan oposisi Syi’ah dan Khawarij, pertentangan etnis
suku Arab Utara dan suku Arab Selatan, ketidak cakapan para khalifah dalam
memimpin pemerintahan dan kecenderungan mereka yang hidup mewah,
penggulingan oleh Bani Abbas yang didukung penuh oleh Bani Hasyim, kaum
Syi’ah, dan golongan Mawali.
11
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern.
Yogyakarta: LESFI, 2004
12