Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERADABAN ISLAM

“ ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH ”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
Dwi Putra Syahrul Muharom, M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Fahimmatuz Zahro` (21401090)


2. Alfin Fitriani (21401091)
3. Putri Rindang Hayomi (21401092)

PROGRAM STUDI
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk hidup dan masih diizinkan untuk
menikmati dan melihat keindahan ciptaan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Dan dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Dwi Putra Syahrul
Muharom,M.Ag. Selaku dosen dari mata kuliah Sejarah Peradapan Islam.Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kediri yang membahas tentang
“Islam Pada Masa Dinasti Umayyah”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan berupa kritik yang membangun
agar bisa memperbaiki kekurangan ataupun kesalahan yang ada. Kami berharap semoga makalah
ini dapat dipahami dan memberikan manfaat serta pengetahuan bagi pembaca makalah ini.

Kediri, 12 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................................................................ 1
Kata Pengantar .................................................................................................................... 2
Bab I .................................................................................................................................... 4
Pendahuluan ........................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5
Bab II .................................................................................................................................. 6
Pembahasan......................................................................................................................... 6
A. Awal Berdirinya Dinasti Umayyah ......................................................................... 6
B. Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Umayyah ............................................................ 9
C. Runtuhnya Dinasti Umayyah .................................................................................. 16
Bab III ................................................................................................................................. 18
Penutup ............................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah
kekuasan Bani Umayyah sebagai penerus pemimpin Umat Islam. Pada periode Ali dan
Khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para
Khalifah dipilih melalui proses musyawarah kesepakatan bersama.
Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil
kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya. Berbeda
dengan pemerintahan Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan Bani Umayyah adalah
berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feudal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau
turun menurun). Untuk mempertahankan kekuasaan, khilafah berani bersikap otoriter,
adanya unsur kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta hilangnya
musyawarah dalam pemilihan khilafah.
Dinasti bani Umayyah merupakan Kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh
Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak
pembai’atan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan
melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan baginya.
Terlepas dari persoalan sistem pemerintahan yang diterapkan, sejarah telah
mencatat bahwa Dinasti Umayyah adalah Dinasti Arab pertama yang telah memainkan
perang penting dalam perluasan wilayah, ketinggian peradaban dan menyebarkan agama
Islam keseluruh penjuru dunia, khususnya eropa, sampai akhirnya dinasti ini menjadi
Adikuasa. Melihat pentingnya pembelajaran mengenai corak pemerintahan Bani
4
Umayyah, maka pada kesempatan kali ini kami selaku pemakalah akan membahas
sekelumit tentang Islam Pada Masa Dinasti Umayyah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana awal berdirinya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana runtuhnya Dinasti Umayyah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan awal berdirinya Dinasti Umayyah.
2. Menjelaskan kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah.
3. Menjelaskan runtuhnya Dinasti Umayyah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Berdirinya Dinasti Umayyah

Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd AlSyam, kakek Abu
Sufyan. Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad Saw dan
Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib segenerasi pula dengan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib berasal dari keturunan Bani Hasyim
sedangkan Mu’awiyah berasal dari keturunan Bani Umayah. Kedua keturunan ini
merupakan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Quraisy. 1

Cikal bakal berdirinya dinasti Umayyah dimulai ketika masa khalifah Ali. Pada saat
itu Mu’awiyah yang menjabat sebagai gubernur di Damaskus yang juga masih kerabat
Utsman menuntut atas kematian Utsman. Dengan taktik dan kecerdikannya, ia
mempermainkan emosi umat islam. Mu’awiyah tidak mau menghormati Ali, dan
menyudutkannya pada sebuah dilema yaitu menyerahkan para pembunuh Utsman, atau
menerima status sebagi orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu, sehingga ia
harus diturunkan dari jabatan Khalifah. 2

Dari perselisihan tersebut terjadilah peperangan antara Ali dan Mu’awiyah.


Peperangan tersebut dikenal sebagai perang Siffin, karena terjadi di daerah bernama
Siffin. Dalam pertempuran itu hampir pasukan Muawiyyah dikalahkan pasukan Ali, tapi
berkat siasat penasehat Muawiyyah yaitu Amr bin 'Ash, agar pasukannya mengangkat
mushaf-mushaf Al Qur'an di ujung lembing mereka, pertanda seruan untuk damai dan
melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan Mu’awiyah.3 3

Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak menguntungkan
Ali, tapi akibat itu pula kubu Ali sendiri menjadi terpecah dua yaitu yang tetap setia
kepada Ali disebut Syiah dan yang keluar disebut Khawarij. Sejak peristiwa itu, Ali tidak

1
Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN-IB Press, jilid 1, Cet ke-2, 2002) hal. 83.
2
Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta :Serambi Ilmu Semesta, 2013) hal. 224-225.
3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 103.

6
lagi menggerakkan pasukannya untuk menundukkan Muawiyyah tapi menggempur habis
orang-orang Khawarij, yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar 38 H,
dimana dari 1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya sehingga dari
delapan orang itu menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan ke Jazirah Arab. 4

Pada saat Ali terbunuh oleh seorang anggota khawarij. Kedudukan Ali sebagai
Khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena
Hasan ternyata lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat
perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu
kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah ibn Sufyan. 5

Dengan meninggalnya Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut sebagai
periode ke Khalifahan republic-dimulai sejak ke Khalifahan Abu Bakar (623)-telah
berakhir. Empat Khalifah pada masa ini dikenal oleh para sejarawan Arab sebagai al
Rasyidin. Pendiri Khalifah kedua, Mua’awiyah dari keluarga Umayyah, menunjuk
putranya sendiri, Yazid, sebagai penerusnya sehingga ia menjadi seorang pendiri sebuah
dinasti. Dengan demikian, konsep pewarisan kekuasaan mulai diperkenalkan dalam
suksesi ke Khalifahan, dan sejak itu tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan. Ke Khalifahan
Umayyah adalah Dinasti (Mulk) pertama dalam sejarah Islam. 6

Berikut nama-nama ke 14 Khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:

1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)


2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-65 H/683-684 M)
4. Marwan bin Hakam (65-66 H/684-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (66-86 H/685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik (86-97 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (97- 99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)

4
Ahmad al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Sarana, 2003)
hal.176.
5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-16, 2004) hal. 40.
6
Philip K. Hitti, History Of The Arabs. hal. 229.

7
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105- 125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127- 132 H/745-750 M) 7

7
Istian Aby Bakar, Sejarah Peradaban Islam untuk perguruan tinggi islam dan umum, (UIN malang pres, Cet-1
2008) hlm.49

8
B. Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Umayyah

Selama hampir satu abad memerintah, Bani Umayyah telah banyak mencapai
kemajuan-kemajuan oleh khalifah-khalifah yang berkuasa pada waktu itu, di antaranya
adalah:

a. Bidang Pemerintahan.

Dalam hal administrasi pemerintahan, Bani Umayyah membentuk beberapa Diwan


(depertemen) yang terdiri dari:

1) Diwan Rasail, bertugas mengurus surat-surat negara. Diwan ini terbagi dua macam,
yaitu sekretariat negara pusat dan sekretariat provinsi.

2) Diwan al-Kharaj, bertugas mengurus pajak. Diwan ini dibentuk di setiap provinsi yang
dikepalai oleh Shahib al-Kharaj.

3) Diwan al-Barid, merupakan badan intelijen yang bertugas sebagai penyampai rahasia
daerah kepada pemerintahan pusat.

4) Diwan al-Khatam, Mu‟awiyah merupakan orang pertama yang mendirikan Diwan


Khatam ini sebagai departemen pencatatan. Setiap peraturan yang dikeluarkan khalifah
harus disalin dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat
yang dituju. 8

9
5) Diwan Musghilat, bertugas untuk menangani berbagai kepentingan umum.

b. Bidang Politik Pemerintahan.

Perubahan yang paling menonjol pada masa Bani Umayyah terjadi pada sistem
politik, diantaranya adalah:

1.Politik dalam negeri

a) Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini berdasarkan


pada pertimbangan politis dan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah, pusat kaum

8
Ahmad Masrul Anwar, “Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Bani Ummayah,” Jurnal
Tarbiya, Vol. 1, No. 1, 2015, h. 55
9
Ahmad Zakki Fuad, Sejarah Peradaban ...., h. 91.

9
Syi’ah (pendukung Ali), dan juga jauh dari Hijaz, tempat tinggal Bani Hasyim dan Bani
Umayyah, sehingga bisa terhindar dari konflik yang lebih tajamantar dua bani tersebut
dalam memperebutkan kekuasaan. Lebih dari itu, Damaskusyang terletak di wilayah Syam
(Suriah) adalah daerah yang berada di bawah genggaman Muawiyah selama 20 tahun sejak
dia diangkat menjadi Gubernur di distrik ini sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab.

b) Sedangkan pada bidang pelaksanaan hukum, Daulah Bani Umayyah


membentuklembaga yang bernama Nidzam al Qadai (organisasi kehakiman). Kekuasaan
kehakiman dizaman ini dibagi kedalam tiga badan yaitu:

1) Al-Qadha’, bertugas memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena pada waktuitu


belum ada “mazhab empat” ataupun mazhab-mazhab lainnya. Pada waktu itupara qadhi
menggali hukum sendiri dari alkitab dan as-Sunnah dengan berijtihad.

2) Al-Hisbah, bertugas menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-soal pidanayang


memerlukan tindakan cepat.

3) An-Nadhar fil Madhalim, yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding.

Selain itu, Khalifah Bani Umayyah juga mengangkat pembantu-pembantu sebagai


pendamping yang sama sekali berbeda dengan Khalifah sebelumnya. Mereka merekrut
orang-orang non Muslim menjadi pejabat-pejabat dalam pemerintahan, seperti penasehat,
administrator, dokter dan kesatuan dalam militer. Hal ini terjadisejak Muawiyah menjabat
sebagai Khalifah, yang kemudian diwarisi oleh keturunannya. Tetapi pada zaman Umar
bin Abdul Azis kebijakan tersebut dihapus, karena orang-orang non Muslim (Yahudi,
Nasrani dan Majusi) yang memperoleh privilage di dalam pemerintahan banyak merugikan
kepentingan umat Islam, bahkan menganggap mereka rendah.

2) Politik luar negeri

Politik luar negeri Bani Umayyah adalah politik ekspansi yaitu melakukan
perluasandaerah kekuasaan ke negara–negara yang belum tunduk pada kerajaan Bani
Umayyah.Pada zaman Khalifah arRasyidin wilayah Islam sudah demikian luas, tetapi
perluasantersebut belum mencapai tapal batas yang tetap, sebab di sana-sini masih selalu
terjadipertikaian dan kontak-kontak pertempuran di daerah perbatasan. Daerah-daerah

10
yangtelah dikuasai oleh Islam masih tetap menjadi sasaran penyerbuan pihak-pihakdi
luarIslam, dari belakang garis perebutan tersebut. Bahkan musuh diluar wilayah Islam
telahberhasil merampas beberapa wilayah kekuatan Islam ketika terjadi perpecahan-
perpecahan dan permberontakan-pemberontakan dalam negeri kaum muslimin.

Berdasarkan kedaan semacam ini, terjadilah pertempuran-pertempuran antara


BaniUmayah dan negara-negara tetangga yang telah ditaklukkan pada masa khilafaur
rasyidin. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai Khurasan sampai ke sungai Oxus
dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah dilanjutkan
olehKhalifah Abdul Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan ber
hasilmenundukkan Balk, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya
sampaike India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke
Maltan. Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid bin Abdul
Malik.Pada masa pemerintahannya tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara
menujuwilayah Barat daya, benua Eropa, pada tahun 711 M. Setelah al Jazair dan Maroko
dapat ditaklukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, menyeberangi selat
yangmemisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di suatu tempat
yangsekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat
ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota
Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira
dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova.

Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena
mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui
pegununganPiranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Ia
mulaimenyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam
peperangan diluar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke
Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga
jatuh ketangan Islam di zaman Bani Umayyah.Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa
daerah baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangat

11
luas. Daerahdaerah tersrebutmeliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah
Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut
Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis diAsia Tengah. Dengan demikian, ekspansi yang
dilakukan oleh orang Islam di masa Bani Umayyahadalah sematamata suatu tindakan untuk
membela diri (defensif) dan jihad untukmenyiarkan agama Islam, terutama terhadap
penganut-penganut kepercayaan syirik, yangmenghalanghalangi sampainya ajaran Islam
ke dalam hati sanubari rakyat yang telah lama menanti-nantikannya. Perluasan yang
dilakukan pada masa Bani Umayyah meliputi tiga front penting, yaitudaerah-daerah yang
telah dicapai dan gerakan Islam terhenti sampai di situ, ketika masaKhalifah Usmanbin
Affan. Ketiga front itu sebagai berikut:

1) Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil. Dimasa pemerintahan


BaniUmayyah, pertempuran di front ini telah meluas, sampai meliputi
pengepunganterhadap kota Konstantinopel, dan penyerangan terhadap beberapa pulau di
laut tengah.

2) Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai ke pantai Atlantik, kemudianmenyeberangi
selat Jabal Thariq dan sampai ke Spanyol.

3) Front Timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang, yang satu menuju ke utara, ke
daerah-daerah diseberang sungai Jihun (Amru Dariyah). Dan cabang yang kedua menuju
ke Selatan, meliputi daerah Sind, wilayah India di bagian Barat.

c. Bidang Ekonomi.

Pada masa Bani Umayyah ekonomi mengalami kemajuan yang luar biasa.
Denganwilayah penaklukan yang begitu luas, maka hal itu memungkinkannya untuk
mengeks-ploitasi potensi ekonomi negeri-negeri taklukan. Mereka juga dapat mengangkut
sejumlah besar budak ke Dunia Islam. Penggunaan tenaga kerja ini membuat bangsa Arab
hidup dari negeri taklukan dan menjadikannya kelas pemungut pajak dan sekaligus
memungkinkannya meng-eksploitasi negeri-negeri tersebut seperti Mesir, Suriah dan
Irak.Tetapi bukan hanya eksplotasi yang bersifat menguras saja yang dilakukan oleh Bani
Umayyah, tetapi ada juga usaha untuk memakmurkan negeri taklukannya. Hal ini terlihat
dari kebijakan Gubernur Irak yang saat itu dijabat oleh al-Hajjaj bin Yusuf. Dia berhasil

12
memperbaiki saluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris, memajukan perdagangan, dan
memperbaiki sistem ukuran timbang, takaran dan keuangan.

Jadi, sumber ekonomi masa Daulah Bani Umayyah berasal dari potensi ekonomi
negeri-negeri yang telah ditaklukan dan sejumlah budak dari negara-negara yang telah
ditaklukkan diangkut ke Dunia Islam. Tetapi kebijakan yang paling strategis pada masa
Daulah Bani Ummayah adalah adanya sistem penyamaan keuangan. Hal ini terjadi pada
masa Khalifah Abdul Malik. Dia mengubah mata uang asing Bizantium dan Persia yang
dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada
tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Mata uang tersebut terbuat dari
emas dan perak sebagai lambang kesamaan kerajaan ini dengan imperium yang ada
sebelumnya.

d. Bidang Intelektual.

Kehidupan ilmu dan akal, pada masa Dinasti Bani Umayyah pada umumnya
berjalan seperti zaman khulafaur rasyidin, hanya beberapa saja yang mengalami kemajuan,
yaitu mulai dirintis jalan ilmu naqli, berupa filsafat dan eksakta. Pada saat itu, sebagaimana
masa sebelumnya, ilmu berkembang dalam tiga bidang, yaitu diniyah, tarikh dan filsafat.
Tokoh filsafat yang terkenal (beragama nasrani) adalah Yuhana al Dimaski, yang dikenal
dalam dunia Kristen sebagai Johannes Damacenes, yang kemudian diteruskan oleh
muridnya yang bernama Abu Qarra. Kebanyakan masyarakat dan Khalifah Bani Umayyah
mencintai syair. Pada masa itu lahir beberapa penyair terbesar, seperti Ghayyats Taghlibi
al-Akhtal, Jurair, dan AlFarazdak. Kota-kota yang menjadi pusat kegiatan ilmu, pada masa
Daulah Bani Umayyah, masih seperti zaman khulafa’ur rasyidin, Yaitu Kota Damaskus,
Kufah, Basrah, Mekkah, Madinah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru,
seperti kota Kairawan, Kordoba, Granada dan lain-lainnya. Ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Bani Umayyah terbagi menjadi dua yaitu:

a. Al-Adaabul Hadisah (ilmu-ilmu baru), yang terpecah menjadi dua bagian:

1. Al-Ulumul Islamiyah, yaitu ilmuilmu al-Qur’an, al-Hadits, al-Fiqh, al-


ulumulLisaniyah, at-Tarikh dan al-Jughrafi.

13
2. Al-Ulumud Dakhiliyah, yaitu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh kemajuan Islam, seperti
ilmu thib, fisafat, ilmu pasti dan ilmu-ilmu eksakta lainnya yang disalin daribahasa Persia
dan Romawi.

b. Al-Adaabul Qadimah (ilmu-ilmu lama), yaitu ilmu-ilmu yang telah ada di


zamanJahiliah dan di zaman khalafaur rasyidin, seperti ilmu-ilmu lughah, syair,
khitabahdan amsaal.

Pada permulaan masa Daulah Bani Umayyah orang Muslim membutuhkan hukum
dan undangundang, yang bersumber pada alQur’an. Oleh karena itu mereka mempunyai
minat yang besar terhadap tafsir al-Qur’an. Ahli tafsir pertama dan termashur pada masa
tersebut adalah Binu Abbas. Beliau menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan isnaad.
Kesulitan-kesulitan kaum muslimin dalam mengartikan ayat-ayat al-Qur’an dicari dalam
al-Hadits. Karena terdapat banyak hadits yang bukan hadits, maka timbullah usaha untuk
mencari riwayat dan sanad al-Hadits, yang akhirnya menjadi ilmu hadits dengan segala
cabang-cabangnya. Maka kitab tentang ilmu hadits mulai banyak dikarang oleh orang-
orang Muslim. Diantara para muhadditsin yang termashur pada zaman itu, yaitu: Abu
Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhry, Ibnu Abi
Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at Tayammami al-Makky, Al-Auza’I Abdur
Rahmanbin Amr, Hasan Basri Asy-Sya’bi Tayammami al-Makky, Al-Auza’I Abdur
Rahmanbin Amr, Hasan Basri Asy-Sya’bi.

e. Bidang Sosial.

Dalam lapangan sosial, Bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak


antarabangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal
memiliki kebudayaan yang telah maju seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara Arab (yang memiliki ciri-ciri
Islam) dengan tradisi bangsa-bangsa lain yang bernaung dibawah kekuasaan Islam.
Hubungan tersebut kemudian melahirkan kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni
bangunan (arsitektur) dan ilmu pengetahuan. Seperti yang terjadi pada masa pemerintahan
Khalifah Walid bin Abdul Malik (705- 715 M) kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah.
Ia seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Oleh
karena itu, ia menyempurnakangedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-jalan yang

14
dilengkapi dengan sumur untuk parakabilah yang berlalu lalang dijalan tersebut. Ia
membangun masjid al-Amawi yang terkenalhingga masa kini di Damaskus. Disamping itu
ia menggunakan kekayaan negerinya untukmenyantuni para yatim piatu, fakir miskin, dan
penderita cacat seperti orang lumpuh, butadan sebagainya. Akibat lainnya adalah juga
banyak orang-orang dari negeri taklukan yang memelukIslam.

Mereka adalah pendatang-pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa


yangdikalahkan, yang kemudian mendapat gelar “al mawali”. Status tersebut
menggambarkaninferioritas di tengah-tengah keangkuhan bangsa Arab. Mereka tidak
mendapat fasilitas dari penguasa Bani Umayyah sebagaimana yang didapatkan oleh orang-
orang musliminArab.Dalam masa Daulah Bani Umayyah, orangorang muslimin Arab
memandang dirinya lebih mulia dari segala bangsa bukan Arab (mawali). Orang-orang
Arab memandang dirinya “saiyid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan-akan mereka
dijadikan Tuhan untukmemerintah. Sehingga antara bangsa Arab dengan negeri
taklukannya ter jadi jurang pemisah dalam hal pemberian hak-hak bernegara.

Pada saat itu banyak Khalifah Bani Umayyah yang bergaya hidup mewah yang
samasekali berbeda dengan para Khalifah sebelumnya. Meskipun demikian, mereka
tidakpernah melupakan orang-orang lemah, miskin dan cacat. Pada masa tersebut
dibangunberbagai panti untuk menampung dan menyantuni para yatim piatu, faqir miskin
danpenderita cacat. Untuk orang-orang yang terlibat dalam kegiatan humanis tersebut
mereka digaji oleh pemerintah secara tetap.

15
C. Runtuhnya Dinasti Umayyah
Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem
politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini.
Diantaranya adalah masalah polotik, ekonomi, dan sebagainya 10. Adapun sebab-sebab
kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:

a. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal kompromi.


Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan
para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini menyimpan dendam dikalangan para penentang
Bani Umayyah. Sehingga selama masamasa kekhalifahan Bani Umayyah terjadi
pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan
terganggu.
b. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya dikalangan
istana,menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu
keuangan Negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang
khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang Negara. Sifatsifat inilah yang
tidak disukai masyarakat, sehingga lambat laun mereka melakukan gerakan
pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.
c. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. Hal ini
berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.
d. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir
pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya
dan dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.
e. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab Himariyah)
semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayah mengalami kesulitan untuk
mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan Negara.
f. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa Bani
11
Umayah, karena tidak didasari dengan syari’at Islam.

10
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009) hal. 26.
11
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam. hal. 27-28.

16
Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani Abbasiyah yang bersekutu
dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah,
12
melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.

Pada akhirnya daulat Bani Umayyah runtuh dan keruntuhannya menjadi pelajaran bagi kaum
muslimin. Barangkali di antara sebabsebabnya yang terpenting ialah dampak pembunuhan yang
dilakukan oleh Yazid ibn Muawiyyah terhadap al-Husein, cucu Rasulullah. Bahwa situasi sosial
politik pada masa Ali ibn Abi Thalib dan Muawiyyah tidak jauh berbeda.

Karena pada masa kepemimpinan mereka terjadi pemberontakan. Meski pemberontakan


Muawiyyah tidak sebanyak pada masa Ali. Yang membedakan antara keduanya adalah system
pemerintahannya, di mana khalifah Ali menggunakan system demokrasi dan Muawiyyah
menggunakan system kerajaan. Bahwa pemberontakanpemberontakan yang terjadi disebabkan
karena keinginan untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan. Baik itu pada masa
khalifah Ali maupun bani Umayyah. Selain itu juga kurangnya persatuan antara umat islam itu
dalam ukhuwah Islamiyah. 13

12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. hal.48.
13
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hal. 78.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf,
Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan khalifah Utsman bin
Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan
kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali yang
diangkat oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah
melakukan perundingan dan perjanjian. Bersatunya ummat muslim dalam satu
kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jama’ah (‘Am al Jama’ah) tahun 41 H
(661 M).
Pada masa Daulah Bani Umayyah banyak kemajuan yang telah dicapai. Ekspansi
yang terhenti pada masa Khalifah Usman dan Ali dilanjutkan oleh Dinasti ini. Sehingga
kekuasaan Islam betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol,
AfrikaUtara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia,
Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia
Tengah. Di samping melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga
berjasa dalam bidang pembangunan dan kemajuan ilmu pengetahuan, misalnya
mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang. Ilmu naqli,
yaitu filsafat dan ilmu eksakta mulai dirintis. Ilmu tafsir al-Qur’an berkembang dengan
pesat, karena orang Muslim membutuhkan hukum dan undang-undang, yang bersumber
pada al-Qur’an. Apabila menemui kesulitan dalam melakukan penafsiran, mereka
mencarinya dalam al-Hadits. Karena banyaknya hadits palsu, maka timbullah usaha
untuk mencari riwayat dan sanad al-Hadits, yang akhirnya menjadi ilmu hadits dengan
segala cabang-cabangnya.
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah disebabkan oleh banyak
faktor, dinataranya adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik
berkepanjagan dengan golongan oposisi Syi’ah dan Khawarij, pertentangan etnis suku
Arab Utara dan suku Arab Selatan, ketidak cakapan para khalifah dalam memimpin

18
pemerintahan dan kecenderungan mereka yang hidup mewah, penggulingan oleh Bani
Abbas yang didukung penuh oleh Bani Hasyim, kaum Syi’ah, dan golongan Mawali.
Selain itu pembunuhan yang dilakukan oleh Yazid ibn Muawiyyah terhadap al-Husein,
cucu Rasulullah juga di anggap menjadi salah satu foktor penyebab keruntuhan dinasti
Bani Umayyah.
Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani Abbasiyah yang
bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir
Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana. Dan dengan
terbunuhnya Marwan bin Muhammad maka berakhirlah masa kekhalifahan dinasti bani
Umayyah.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Maidir Harun dan Firdaus. 2002. “Sejarah Peradaban Islam”. Padang : IAIN-IB.
Philip K. Hitti. 2013. “History Of The Arabs”. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.

Dedi Supriyadi. 2008. “Sejarah Peradaban Islam”. Bandung : Pustaka Setia.

Ahmad al-Usairi.2003. “Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX”. Jakarta:
Akbar Media Sarana.

Badri Yatim. 2004. “Sejarah Peradaban Islam”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Istian Aby Bakar. 2008. “Sejarah Peradaban Islam untuk perguruan tinggi islam dan umum”.
Malang : UIN malang.

Al Ahqaf, M. I. PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH.

Lestari, M. (2021). Kebijakan Ekonomi pada Masa Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Turki
Utsmani.

Nur, M. (2015). Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan
dan Kemunduran). PUSAKA, 3(1), 111-126.

Iryanti, F. (2019). Gerakan Radikal Dalam Lintasan Sejarah Islam Masa Dinasti Bani
Umayyah (Studi Kasus Khawarij) (Doctoral dissertation, UIN SMH
BANTEN).
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet-16, 2004.

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002

20

Anda mungkin juga menyukai