Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

"SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA


DINASTI UMAYYAH"
Dosen Pembimbing: Dirhamzah, S.Pd.I.,M.Ag.

Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Program Studi : Biologi

Disusun oleh:

KELOMPOK IV

HADRIYAN RUKMANA HARUN 60300119075

NUR HAKIKI DEWI KUMALA 6030119076

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SULAWESI SELATAN
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji kita panjatkan atas kehadirat Allah
SWT., yang mana telah melimpahkan berkat, rahmat, karunia, petunjuk serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh atau mungkin masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan agar para pembaca mau dan mampu memberikan
sebuah kritik dan saran yang membangun agar kami dapat termotivasi untuk
membuat makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini memiliki banyak manfaat
khusunya bagi kami sebagai penyusun terlebih umunya bagi para pembaca
sekalian. Aamiin ya robbal ‘alamiin.

Samata, 22 September 2019

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN MATERI

A. DINASTI UMAYYAH I (DAMASKUS) ....................................................... 4


B. DINASTI UMAYYAH II (ANDALUSIA/ SPANYOL) ................................. 10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................ 19
B. SARAN ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Dinasti Umayyah Periode I ( Damaskus )
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, mulailah
berdiri masa kekuasaan yang berpola Dinasti atau Kerajaan. Pola kepemimpinan
sebelumnya masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad yaitu
pemilihan khalifah dengan proses musyawarah. Bentuk pemerintahan Dinasti atau
kerajaan yang cenderung bersifat turun temurun, hanya untuk mempertahankan
kekuasaan, adanya otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang di
tambahi tipu daya dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam
menentukan Khalifah merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti
sesudah Khulafaur Rasyidin.
Dinasti Umayyah merupakan kerajaan islam pertama yang lahir di kota
Damaskus pada tahun 40 H oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Seorang tokoh yang
kecewa atas kebijaksanaan yang diambil oleh Ali bin Abi Thalib dalam
mengambil keputusan terhadap kasus pembunuhan khalifah Ustman bin Affan.
Beliau juga merupakan pendiri dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah didirikan oleh
cara yang tidak demokratis.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak
Khawarij membunuh Khalifah Ali, meskipun kekuasaan di pegang oleh putranya
Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya
kepemimpinan hanya berlangsung beberapa bulan saja. Hasan kemudian
menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa
pemilihan kepemimpinan sesudahnya diserahkan kepada umat islam. Perjanjian
tersebut disebut dengan am jama’ah yang dibuat pada tahun 661 M/ 41 H karena
perjanjian ini menyatukan umat islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara
tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi kerajaan. Munculnya

1
Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban islam, hal
itu dibuktikan dengan sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan
pendidikan, kebudayaan, dll.
2. Dinasti Umayyah Periode II ( Andalusia/ Spanyol )
Spanyol adalah sebuah negara yang pernah ditaklukkan oleh Islam untuk
mengembangkan agama Islam di negeri tersebut. Ketika Islam masuk ke negeri
Spanyol, negeri ini banyak mengalami perkembangan peradaban yang pesat baik
dari kebudayaan maupun pendidikan Islam, karena Spanyol didukung oleh
negerinya yang subur dengan penghasilan ekonomi yang cukup tinggi sehingga
menghasilkan para pemikir hebat. Spanyol mengalami perkembangan pesat dalam
kebudayaan dan pendidikan Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama
dan sastra, kemudian meningkat dengan mempelajari ilmu-ilmu akal. Karena
dalam waktu relatif singkat Cardova dapat menyaingi Baghdad dalam bidang ilmu
pengetahuan dan kesusastraan. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak
menarik perhatian para sejarawan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Dinasti Umayyah?

2. Bagaimana awal berdirinya Dinasti Umayyah?

3. Bagaimana fase-fase pemerintahannya Dinasti Umayyah?

4. Bagaimana kemunculan Diasti Umayyah II, serta cara-cara yang ditempuh


hingga Dinasti Umayyah II ini berdiri?

5. Masa kejayaan Dinasti Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa


khalifah siapakah masa kejayaan itu terjadi dan prestasi apa saja yang
pernah diraih?

6. Runtuhnya Dinasti Umayyah II, yaitu menjelaskan sebab-sebab mengapa


Dinasti Umayyah II runtuh?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Dinasti Umayyah.

2. Untuk mengetahui proses awal berdirinya Dinasti Umayyah.

3. Mengetahui fase-fase pemerintahan Dinasti Umayyah.

4. Bagaimana kemunculan Diasti Umayyah II, serta cara-cara yang ditempuh


hingga Dinasti Umayyah II ini berdiri?

5. Masa kejayaan Dinasti Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa


khalifah siapakah masa kejayaan itu terjadi dan prestasi apa saja yang
pernah diraih?

6. Runtuhnya Dinasti Umayyah II, yaitu menjelaskan sebab-sebab mengapa


Dinasti Umayyah II runtuh?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DINASTI UMAYYAH I ( DAMASKUS )


1. Proses Lahirnya Dinasti Umayyah I
Bani Umayyah (bahasa Arab: ‫ بنو امية‬, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau
Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa
Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari tahun 40 Hijriyah sampai tahun 132
Hijriyah ( 658 M – 750 M ) atau sekitar 92 tahun lamanya Dinasti Umayyah itu
berdiri. Para sejarawan membagi dinasti Umayyah ini menjadi dua, yaitu pertama
dinasti yang dirintis oleh Muawiyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus
dan yang kedua dinasti Umayyah di Andalusia (Spanyol) yang pada awalnya
merupakan wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan seorang gubernur pada
masa khalifah Walid bin Malik. Dan kemudian diubah menjadi kerajaan yang
terpisah dari kekuasaan dinasti Abasiyah setelah berhasil menaklukan dinasti
Umayyah di Damaskus.
Lahirnya Dinasti Umayyah I Damaskus di kota kecil bernama Illiyat di wilayah
Yerussalem pada tahun 40 H yang di pimpin oleh Muawiyah bin Abu Sufyan,
diperkirakan oleh para pakar sejarahwan sebagai sabotase terhadap pemerintahan
Ali bin Abi Thalib dari pemerintahan terakhir Khulafaurrasyidin. Karena
pengangkatan Ali bin Abi Thalib oleh mayoritas masyarakat Islam mengganti
khalifah Usman tidak pernah disetujui oleh pihak Muawiyah, maka berbagai cara
dilakukan oleh Muawiyah untuk menurunkan atau menghancurkan Ali bin Abi
Thalib dari pemerintahannya. Salah satu caranya ialah Muawiyah dan
kelompoknya memfitnah Ali dengan menyebarkan isu bahwa Ali-lah yang ada di
belakang terbunuhnya Usman bin Affan. Isu ini termakan oleh beberapa pembesar
di kalangan umat Islam, seperti Siti Aisyah, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah. Mereka mengumumkan perang terhadap Ali bin Abi Thalib karena
sewaktu mereka meminta pertanggungjawaban khalifah Ali akan kematian Usman
bin Afan, Ali dengan tegas mengatakan dia tidak tahu menahu tentang kematian

4
Usman. Mereka lalu mengangkat perang terhadap Ali bin Abi Thalib dengan
tujuan memaksa Ali unuk mengakui perbuatannya. Perang tersebut di sebut
perang Jamal karena Aisyah mengendarai unta pada saat memimpin perang.
Kemenangan perang berada di pihak Ali karena mayoritas masyarakat Islam
mendukung Ali bin Abi Thalib.
Kelompok Muawiyah tetap membuat propaganda untuk menghancurkan
pemerintahan Ali dengan cara menghimpun kekuatan besar dengan tujuan
menyerang Ali bin Abi Thalib. Tantangan Muawiyah dijawab oleh Ali dengan
mempersiapkan pasukan. Perang berkecamuk dan menelan banyak korban
diantara kedua belah pihak yang bertikai. Perang tersebut dalam sejarah dikenal
dengan nama perang Sif􀏐in karena terjadi di wilayah kecil Sifein, sebuah wilayah
perbukitan antara Madinah dengan Damaskus. Kemenangan perang berada di
pihak Ali karena mayoritas masyarakat Islam mendukung khalifah Ali bin Abi
Thalib. Akan tetapi seperti pada perang sebelumnya yaitu perang Jamal,
Muawiyah tidak pernah menerima kemenangan khalifah Ali bin Abi Thalib. Sikap
tidak mau menerima kekalahan itu di wujudkan Muawiyah dengan mengajak
damai khalifah Ali sampai 3 kali dengan cara membujuk dan merobek-robek al-
Qur’an. Pada akhirnya Ali mau berdamai karena melihat al-Qur’an dirobek-robek
oleh Muawiyah.
Skenario perdamaian diatur oleh Muawiyah atas ide Amru bin Ash, dan pra
perdamaian dilakukan antara Muawiyah dengan Amru bin ‘Ash disatu pihak dan
Ali dengan Musa Asyari di pihak lawan . Pra perdamaian itu menyepakati untuk
besok pada saat perdamaian, Muawiyah dan Ali di umumkan diturunkan dari
jabatan khalifah dan diangkat khalifah yang baru atas pilihan masyarakat Islam.
Ternyata besoknya pada saat perdamaian berlangsung pada saat acara
mengumumkan menurunkan Muawiyah dan Ali, yang berdiri giliran pertama
mengumumkan adalah Abu Musa karena usianya lebih tua, dan dia
mengumumkan bahwa hari ini menurunkan Ali dari kekhalifahan. Sementara
giliran kedua Amru bin ‘Ash berdiri kemudian mengumumkan bahwa karena Ali
sudah di turunkan dari khalifah, maka saya mengumumkan Muawiyah menjadi
khalifah yang sah. Sekenario perdamaian ini disebut Arbitrase.

5
Sikap damai Ali ternyata tidak memberi perdamaian yang sesungguhnya tetapi
menambah sejarah panjang pertikaian Ali dengan Muawiyah. Kelompok Ali
justru pecah menjadi 3 kelompok, khawarij yang menentang keras terhadap
perdamaian, syiah yang setuju dengan sikap Ali dan murjiah yang mengambil
jalan tengah dengan sikap diam. Muawiyah memfungsikan kelompok keras
khawarij untuk membunuh khalifah Ali dan seorang pengikut garis keras khawarij
yang bernama Abdur Rahman bin Muljam pada suatu pagi setelah sholat shubuh
menusuk khalifah Ali. Wafatnya Ali disambut oleh pihak Muawiyah dengan suka
ria, karena dengan demikian Bani Umayyah yang telah diproklamirkan pada tahun
40 hijriyah akan menjadi eksis dan menjadi satu-satunya pemerintahan yang sah
dalam Islam.
Pemindahan kekuasaan pada Muawiyyah mengakhiri bentuk pemerintahan
demokrasi. Kekhalifaan menjadi monarchy heredetis (kerajaan turun temurun).
Karena dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata khalifah untuk
mengagungkan jabatannya. Dia menyebutkan “khalifah Allah” dalam pengertian
“penguasa” yang dipilih Allah.2 Ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyat
untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid dimulailah penggantian secara
turun- temurun yang berdasarkan politik, lebih dari pada kepentingan keagamaan.
Di pengaruhi oleh keadaan Syiria (yang merupakan kaki tangan bizantium
sebelum adanya pemerintahan arab). Muawiyyah bermaksud mencontoh
monarchy heriditas yang ada di Persia dan kaisar Bizantium. Yang mana deklarasi
ini menyebabkan adanya pergerakan oposisi dari rakyat yang selanjutnya
menyebabkan adanya perselisihan dan peperangan saudara.3 Dinasti Umayyah
berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan empat belas
khalifah. Namun sebagian diantara mereka tidak mampu menjalankan tugasnya
sebagai khalifah dengan baik mereka bukan hanya lemah tetapi juga bermoral
buruk. Berikut ini daftar nama Raja pada masa Dinasti Umayyah:
1. Muawiyah bin Sofyan (661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)
4. Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)

6
5. Abdul Malik bin Marwan(685-705M)
6. Al-walid bin Abdul Malik (705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
11. Walid bin Yazid (743-744 M)
12. Yazid bin Walid (Yazid II) (744 M)
13. Ibrahim bin Malik (744 M) 14. Marwan bin Muhammad (745- 750 M)
2. Fase-Fase Pemerintahan Dinasti Umayyah
Selama 92 tahun Bani Umayyah I berdiri dapat dibagi menjadi beberapa fase
pemerintahan, yaitu:
a. Fase berdiri atau fase pembentukan dan pembinaan
Dimulai dari berdirinya Bani Umayyah tahun 40 H atau 662M sampai masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik khalifah ke-6 ketika Islam masuk Eropa
atau Andalusia yang dibawa oleh Tariq bin Ziad tahun 711 M. Pada masa ini
pembinaan peradaban Islam berjalan dengan pendekatan Arabisasi (arab oriented)
yaitu pengembangan peradaban yang berciri Arab. Pada saat itu pengembangan
peradaban didominasi ukiran-ukiran di dinding-dinding masjid dan istana yang
dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligrafi yang indah. Lagu-lagu padang pasir dari
warisan arab pra Islam dipadukan dengan seni Islam yang menghasilkan lagu-lagu
qasidah yang indah. Ilmu yang dikembangkan oleh Bani Umayyah I pada saat itu
masih yang berciri arab asli, yaitu bahasa (nahwu dan balaghah), qiraat dan hadis,
tafsir dan tarikh Islam. Pada fase pertama ini perluasan wilayah berjalan sangat
pesat, Islam masuk sampai wilayahwilyah pelosok di empat benua: Asia, Afrika
Eropa dan Amerika.
Wilayah di Imperium – Imperium besar: Yunani, Romawi, Persia dan Gothia
banyak yang takluk pada Islam dengan membayar upeti yang besar. Khusus
Imperium besar Yunani pada saat itu telah lemah dan semua wilayah telah
dikuasai oleh Imperium yang baru muncul yaitu Islam Bani Umayyah I.
Pembinaan peradaban, ilmu dan kebudayaan serta administrasi pemerintah

7
berkembang baru pada periode selajutnya sementara pada periode ini para
khalifah focus pada pengembangan wilayah kekuasaan atau perluasan wilayah
(islamisasi) .
b. Fase Kemajuan/ Ke-emasan
Dimulai dari masa khalifah ke -7 Sulaiman bin Abdul Malik sampai masa
Umar bin Abdul Aziz khalifah yang ke-8 dari pemerintahan Bani Umayyah I
Damaskus. Pada fase ini Islam telah berkembang hampir di penjuru dunia, seperti
dari wilayah Asia Tenggara sampai Asia Timur jauh dari Afrika utara sampai
Andalusia dan dari India sampai Persia. Islam dibawa oleh sahabat-sahabat nabi;
Uqbah bin Na􀏐i dan Musa bin Nusair di Afrika Utara, Saad bin Abi Waqas di
wilayah Cina dan Indonesia, Abdullah bin Abi Sara di India dan Tariq bin Ziad di
Eropa atau Andalusia. Pada fase kedua ini perluasan wilayah Islam tetap berjalan
dengan lancar, banyak wilayah baru yang ditaklukan, akan tetapi perhatian
pemerintah diarahkan penuh pada pengembangan peradaban ilmu dan
administrasi pemerintahan. Pemerintahan Bani Umayyah sedang membangun
pusat-pusat kota menjadi kota satelit yang indah, Masjid dan istana di bangun
dalam kualitas yang baik, serta pada fase ini penemuan mata uang sebagai alat
pembayaran telah ditemukan oleh khalifah Marwan bin Hakam khalifah keempat
Bani Umayyah I sebagai bukti kemajuan peradaban Bani Umayyah telah berjalan
dengan pusat. Pada fase ini Bani Umayyah I sudah mampu menciptakan beberapa
peradaban yang mempunyai kualitas tinggi, dan dapat dimanfaatkan oleh orang
banyak. Bentuk-bentuk peradaban yang tumbuh pada masa kejayaan Bani
Umayyah I diantaranya;
a. Ilmu pengetahuan ; qiraat, nahwu dan balaghah, tafsir, hadis dan sejarah
b. Bangunan 􀏐isik; Istana, Masjid, pengairan dan irigasi, dan jembatan.
c. Fasilitas pendidikan ; Kuttab, Halaqah di Masjid, dan Majelis munadarah.
d. Departemen pemerintah; Nidhamul Maal = keuangan, Siasy = politik, harby=
keamanan, Idary = adminstrasi, dan Qadi = hukum, Jawatan pos, pengawal istana,
ketentaraan, sekretaris dan pengantar surat.
c. Fase lemah sampai runtuh

8
Fase ini dimulai dari masa kekuasaan Yazid bin Abdul Malik khalifah ke-9
yang tidak bisa mengendalikan pemerintahan seperti kedua kakaknya Walid dan
Sulaiman. Pada saat dia diangkat banyak terjadi pemberontakan dan khalifah
Yazid sendiri tidak dapat mengendalikan pemberontakan-pemberontakan tersebut.
Kondisi ini terjadi sampai puncaknya pada saat pengangkatan 2 khalifah dalam
satu tahun berjalan yaitu putra dari khalifah Walid, khalifah ke-12 Yazid bin
Walid dan ke-13 Ibrahim bin Walid. Menurut para pakar sejarah Islam bahwa
masa puncak lemahnya Bani Umayyah dikarenakan masyarakat benci dan marah
kepada pemerintahan Bani Umayyah lantaran terjadi pengangkatan 2 khalifah
dalam satu tahun pemerintahan, dan tidak segera mengambil kebijakan siapa
diantara kedua putra mahkota Walid 2 itu menjadi khalifah yang sah.
Sistem monarki yang dipakai dalam proses peralihan kepemimpinan di Bani
Umayyah I ikut memperparah kelemahan Bani Umayyah termasuk factor paling
dominan penyebab runtuhnya tahun 132 H atau tahun 670 M. Akibat dari
pelaksanaan sistem monarki di Bani Umayyah I selain yang disebutkan di atas
juga dapat memberi peluang kepada para putra mahkota untuk melakukan
penyelewengan kekuasaan, seperti kolusi, korupsi, tidak disiplin dalam pekerjaan
dan tidak dapat bertanggungjawab terhadap satu pekerjaan. Akhirnya yang terjadi
adalah para pembesar lain seperti pengawal istana, perdana mentri dan para
qodhilah yang dapat mengendalikan pemerintahan, sementara para khalifah yang
berkuasa tidak dapat mengambil tindakan hokum terhadap para pelaku nepotisme,
korupsi dan penyelewengan jabatan lainnya. Sikap mayarakat terhadap kasus-
kasus amoral di atas membuat masyarakat semakin benci dan marah pada
keturuan Bani Umayyah I, puncaknya dari kemarahan tersebut membuat
masyarakat melakukan demonstrasi menuntut tanggung jawab para khalifah. Bani
Umayyah I.
Lemahnya Bani Umayyah I pada fase ini terjadi hampir di semuah wilayah
kekuasaan Bani Umayyah I. Sementara di luar kekuasaan Bani Umayyah I sedang
berkembang pesat beberapa kekuatan baru seperti Abbasiyah dan Syiah di
Wilayah Hijaz dn Persia, bani Fatimiyah di Mesir dan Thohiriyah di Maroko.
Sedangkan kekuatan baru yang berhadapan langsung dengan Bani Umayyah I

9
adalah Abbasiyah . Peperangan yang di lancarkan kedua kekuatan ini berjalan
secara terbuka hampir di semuah wilayah Bani Umayyah I, dan pada akhirnya
kekuatan Abbasiyahlah yang memenangkan pertempuran tersebut. Maka
berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah I tepatnya tahun 132 hijriyah atau tahun
750 masehi setelah kalah dalam perang al-Zab melawan keturunan Abbasiyah.

B. DINASTI UMAYYAH II ( ANDALUSIA/ SPANYOL )


1. Berdirinya Dinasti Umayyah II
Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi
merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa
Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke
Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya
bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan
kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick.
Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut
kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada
Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada
Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera
dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk
menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan
gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan
selat Gibraltar atau Jabal Thariq.
Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan
penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka
Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah
keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa
dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di
penjara akibat korban sepucuk surat.

10
Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah,
diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan
Umayyah di Damaskus, mereka adalah:
a. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M).
Pada masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem,
Cainbra, Malaga, dan Ellira.
b. Ayub bin Habib, pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat
pemerintahan.
c. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
d. Saman bin Malik Al-Chaulanyn (719-721 M)
e. Anbasah (723-726 M), pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai
wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.
f. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat menguasai
Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah kekuasaan Prancis.
2. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya
kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa
itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui
umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
a. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode
ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan
di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan
invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai
pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah
Daulat Umayyah di Damaskus.
b. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar
amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan
Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir

11
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M
dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani
Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika Bani Abbas
berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil
mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan,
baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan
mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian
penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan
hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran,
sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada
masa Abdurrhma al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia
mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga
kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
c. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang
bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif (raja-raja kelompok).
Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada
periode ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan
universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam
II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
d. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah
pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Sivilie.
e. Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil
Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan
dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya adalah
sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin.

12
Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang
tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja kristen
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika
Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti
Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun
1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan
Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa dekade dinasti ini
mengalami banyak kemajuan.
f. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti Bani
Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di
Spanyol. Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan
tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
3. Masa Kejayaan Dinasti Umayyah II
a. Perkembangan Kota dan Seni Bangun
Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun
kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling
kota dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan
menjadi salah satu kota terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih
tegak berdiri adalah Masjid Jami Cordova.
1.) Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun
oleh al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-
taman yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir
dan Al-Manshur.
2.) Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan
paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh
tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah,
karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.

13
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1.) Al-Qashr al-Kabir
adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh
beberapa orang penggantinya.
2.) Al-Rushafah
Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang
dibangun al-Dakhil disebelah barat laut Cordova.Istana ini mencontoh bentuk
istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3.) Masjid Jami’ Cordova
4.) Jembatan Cordova
5.) Al-Zahrar
Dibangun al-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga
mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-
kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra ialah kolam-kolam marmer buatan
konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis
emas.
Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang
menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-
Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum
6.) Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova.
Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-Manshur,
gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat
tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.
Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah, pasar-
pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan al-
Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan
Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-Zahra yang dalam
perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota Cordova.
b. Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab

14
Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke
daratan itu.Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada
permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadibahasa resmi di Andalusia.
Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab
yang dalam arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa.
Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi
lainnya.Menurut Amer Ali”Orang –arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair
alam.Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh
orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah:
1.) Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih. Ia menekuni ilmu
kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan
sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah
ia gubah syair-syair, sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.
2.) Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa
potong saja yang ditemukan
3.) Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta. Isi-puisi
yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-
aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain.
4.) Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia pada masa itu.
Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula music dan seni
suara.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab mempunyai
keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai
sekarang, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap
transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia
yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa
ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran
hukumnya adalah hadits. Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasulilllah

15
saw amat besar pada waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad
ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya
dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn
Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang
membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman
ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili
generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu
pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas
kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama.
Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa
memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakansalah satu
kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat
untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun
perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari
kota-kota besar hingga ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju,
sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari
Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara
Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah
menuntut ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga
lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.
4. Runtuhnya Daulah Umayyah II
Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor,
faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Konflik Islam dengan Kristen

16
Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka
sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen
taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan adat mereka,
termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun
demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang
Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak
pernah berhenti dari pertentangan tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M
umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang
mengalami kemunduran.
b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang
islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani
Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang
pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah
‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai
merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar
terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan tidak adanya
ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
c. Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua masa islam di Spanyol,para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat
membertkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena
inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada
yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan
Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
e. Keterpencilan

17
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang
sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian
tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen
disana.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dinasti Umayyah I ( Damaskus )
Bani Umayyah (bahasa Arab: ‫ ب نو أم ية‬, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau
Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa Khulafaur
Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (Ibu Kota
di Damaskus); serta dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan
Cordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari
khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala
disebut juga dengan Muawiyah.
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana
perhatian tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti
sejak zaman Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak
bangsa di penjuru empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam,
yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriyah,
Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang
sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet
Rusia.
Secara garis besar dapat disimpulkan kemunduran Dinasti Umayyah terbagi menjadi
dua faktor, yaitu:
a. Faktor Internal, seperti karena kekuasaan wilayah yang sangat luas tidak dibarengi
dengan komunikasi yang baik, sehingga menyebabkan suatu kejadian yang
mengancam keamanan tidak segera diketahui oleh pusat. Serta mengenai lemahnya
para khalifah yang memimpin.
b. Faktor Eksternal, seperti Intervensi luar yang berpotensi meruntuhkan kekuasaaan
Dinasti Umayyah berawal. Gerakan yang dilancarkan untuk mendirikan pemerintahan
Bani Abbasyiah semakin kuat. Pada tahun 446 M dan memproklamasikan berdirinya
pemerintah Abbasyiah.
2. Dinasti Umayyah II ( Andalusia/ Spanyol )

19
Dinasti Bani Umayyah II didirikan oleh salah seorang keluarga Bani Umayyah yang
berhasil meloloskan diri dari kejaran orang-orang bani Abbasiyah, yaitu Abdurrahman.
Selanjutnya karena kemampuannya meloloskan diri ke Andalusia dia diberi julukan “Ad-
Dakhil”. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di Andalusia meneruskan
usaha perluasan wilayah Islam ke beberapa daerah di Eropa. Bukan hanya usaha
perluasan wilayah saja yang mereka lakukan, melainkan juga pengembangan seni,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa mereka lakukan karena daulah ini bisa
bekerja sama dengan negeri-negeri tetangganya, termasuk daulah Abbasiyah yang
semula menjadi musuh mereka. Letak Andalusia yang berada di benua Eropa
memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan ke berbagai wilayah Eropa. Sehingga
bisa dikatakan kemajuan yang dicapai daulah Umayyah II hampir sama dengan kemajuan
daulah Abbasiyah di Baghdad.
Seperti halnya daulah-daulah Islam yang dahulu, Dinasti Umayyah II juga mengalami
keruntuhan akibat perebutan kekuasaan. Meskipun penyebab terburuknya adalah
serangan kaum Kristen, namun kondisi umat Islam di Andalusia saat itu sedang melemah
sedangkan kondisi umat Kristen berada dalam kemajuan yang pesat.
B. SARAN
Harapan kami, makalah ini dapat dijadikan sebagai literatur perbandingan
mengenai peristiwa maupun aspek yang melingkupi tema Masa Dinasti Umayyah
I dan II itu sendiri, hal ini dikarenakan dalam pembuatan makalah ini berdasar
pada berbagai referensi buku-buku mengenai sejarah perkembangan pada masa
Dinasti Umayyah I dan II.

20
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jikid. (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1983), hal. 154
[2] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adan hingga Abad XX,
Cet. V (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2007)
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 93-99
[4] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, (Jakarta, UI
Press, 1985), hal. 82
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam…hal. 107-108
Al-Usairy, Ahmad. 2007. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar
Ibrahim, Hassan. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam.Yogjakarta: Kota kembang
Mufradi, Ali. 1997 Islam di Kawasan Kebudayaan, Jakarta: Logos
Murodi. 1987. Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra
Supriyadi, Dedy. 2008 Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
Su’ud, Abu. 2003. Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta
Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam. Jakarta: Prenada Media
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Buku Sejarah Kebudyaan Islam Kelas X K13

21

Anda mungkin juga menyukai