Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu :

Hj. Sippah Chotban, S.Ag.,M.H.I.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. NADIA FAJRIANA (10400123067)


2. HAMRIANI S (10400123079)
3. SULAIKA (10400123084)
4. HAFIEZ AS’AD (10400123059)
5. HENDRA WIJAYA (10400123058)
6. MUHAMMAD AFDAL RESTIKA (10400123077)

KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan mudah guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
berjudul “Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah” dari Dosen Pengampu
Hj. Sippah Chotban, S.Ag.,M.H.I.

Sholawat serta salam kami tetap tercurahkan keapada nabi kita


Muhammad SAW. Terima kasih kepada anggota kelompok kami yang telah
berkontribusi dalam bentuk pikiran atau materi dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
menambah wawan tentang Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah bagi
para pembaca dan juga bagi penulis

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan penyusunan


makalah ini karena keterbatan pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Gowa , September 2023

Penulis,

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN
A. Dinasti Umayyah................................................................................................6
B. Kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah........................................................8
C. Faktor – faktor kemunduran Dinasti Umayyah..................................................9
BAB III..................................................................................................................13
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepeninggalnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kekhalifahan Islam
dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Seorang tokoh yang kecewa
atas kebijaksanaan yang diambil oleh Ali bin A bi Thalib dalam
mengambil keputusan terhadap kasus pembunuhan khalifah Ustman bin
Affan. Beliau juga merupakan pendiri dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah
didirikan oleh cara yang tidak demokratis.
Dengan Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib
tersebut mengakibatkan lahirnya kekuasan yang berpola dinasti atau
kerajaan. Bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang cenderung
bersifat kekuasaan feodal dan turun temurun, hanya untuk
mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter, kekuasaan mutlak,
kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya, dan hilangnya
keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan pemimpin
merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah khulafaur
rasyidin.
Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang
didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini
dilakukannya dengan cara menolak pembai’atan terhadap khalifah Ali bin
Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian
dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan
baginya. Jatuhnya Ali dan naiknya Mu’awiyah juga disebabkan
keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang menentang dari Ali)
membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian tampak kekuasaan dipegang
oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik
yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai
beberapa bulan.
Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada
Mu’awiyah, namun dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan
sesudahnya adalah diserahkan kepada ummat Islam. Perjanjian tersebut
dibuat pada tahun 661 M / 41 H dan dikenal dengan nama jama’ah karena
perjanjian ini mempersatukan ummat Islam menjadi satu kepemimpinan,
namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi
kerajaan. Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah
memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam, hal itu
dibuktikan dengan sumbangan-sumbangannya dalam perluasan wilayah,
kemajuan pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat
dibuat perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa itu Dinasti Umayyah?
b. Apa kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah?
c. Apa saja Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dari Dinasti
Umayyah?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penyusunannya makalah ini
adalah untuk:

a. Mengetahui apa itu Dinasti Umayyah?


b. Mengetahui apa saja kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah?
c. Mengetahui apa saja Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran
dari Dinasti Umayyah?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinasti Umayyah

Bani Umayyah (bahasa Arab: ‫ية أم نو ب‬, Banu Umayyah, Dinasti


Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahanIslam
pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661
sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (Ibu Kota di Damaskus); serta
dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Cordoba.
Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek
buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu
Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah.
Para sejarawan membagi dinasti Umayyah ini menjadi dua, yaitu
pertama dinasti yang dirintis oleh Muawiyah bin Abi Sofyan yang
berpusat di Damaskus dan yang kedua dinasti Umayyah di Andalusia
(Spanyol) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di
bawah pimpinan seorang gubernur pada masa khalifah Walid bin Malik.
Dan kemudian diubah menjadi kerajaan yang terpisah dari kekuasaan
dinasti Abasiyah setelah berhasil menaklukan dinasti Umayyah di
Damaskus.
Perintisan dinasti Umayyah dilakukan oleh Muawiyyah dengan
cara menolak membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan
perdamaian (tahkim) dengan pihak ali yang secara politik sangat
menguntungkan Muawiyyah. Setelah kaum Khawarij berhasil membunuh
Ali r.a pada tahun 661 M. Jabatan setelah Ali dipegang oleh putranya
Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun, karena tidak didukung oleh
pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyyah kuat akhirnya
Muawiyyah membuat perjanjian dengan Hasan bin Ali, yang berisi bahwa
penggantian pemimpin akan diserahkan kepada umat Islam setelah
pemerintahan Muawiyyah berakhir. Perjanjian ini terjadi pada tahun 661
M. (41 H) Dan tahun itu disebut am jama’ah karena perjanjian ini
mempersatukan umat Islam kembali menjadi satu kepemimpinan politik
yaitu Muawiyyah.1
Pemindahan kekuasaan pada Muawiyyah mengakhiri bentuk
pemerintahan demokrasi. Kekhalifaan menjadi monarchy heredetis
(kerajaan turun temurun). Karena dia memberikan interpretasi baru dari
kata-kata khalifah untuk mengagungkan jabatannya. Dia menyebutkan
“khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang dipilih Allah.2

1
Dedy Supriyadi, SejarahPeradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Hal.103
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) Hal. l 42

6
Ketika 1 Dedy Supriyadi, SejarahPeradaban Islam. (Bandung:
Pustaka Setia, 2008) Hal.103 2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) Hal. l 42 4 Muawiyyah
mewajibkan seluruh rakyat untuk menyatakan setia terhadap anaknya
Yazid dimulailah penggantian secara turun- temurun yang berdasarkan
politik, lebih dari pada kepentingan keagamaan. Di pengaruhi oleh
keadaan Syiria (yang merupakan kaki tangan bizantium sebelum adanya
pemerintahan arab). Muawiyyah bermaksud mencontoh monarchy
heriditas yang ada di Persia dan kaisar Bizantium. Yang mana deklarasi ini
menyebabkan adanya pergerakan oposisi dari rakyat yang selanjutnya
menyebabkan adanya perselisihan dan peperangan saudara.3
Dinasti Umayyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya selama 90
tahun, dengan empat belas khalifah. Namun sebagian diantara mereka
tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah dengan baik mereka
bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk.

Berikut ini daftar nama Raja pada masa Dinasti Umayyah:

1. Muawiyah bin Sofyan (661-680 M)

2. Yazid bin Muawiyah (681-683 M)

3. Muawiyah bin Yazid (683-684 M)

4. Marwan bin Al-Hakam (684-685 M)

5. Abdul Malik bin Marwan(685-705M)

6. Al-walid bin Abdul Malik (705-715 M)

7. Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)

8. Umar bin Abdul Aziz (717-720 M)

9. Yazid bin Abdul Malik (720-724 M)

10. Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)

11. Walid bin Yazid (743-744 M)

12. Yazid bin Walid (Yazid II) (744 M)

13. Ibrahim bin Malik (744 M)

14. Marwan bin Muhammad (745-750 M)4


3
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah Kebudayaan Islam (Yogjakarta: Kota kembang, 1997) Hal. 66.
4
Prof. Dr. Abu Su’ud, Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2003), Hal. 66-67

7
B. Kemajuan yang dicapai Dinasti Umayyah
Masa pemerintahan Dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun
dengan 14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa
Dinasti ini dalam bidang administrasi misalnya, telah terbentuk berbagai
lembaga administrasi pemerintahanan yang mendukung tambuk pimpinan
Dinasti Umayyah.

Banyak terjadi kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, diantaranya:


1. Pemisahan kekuasaan; 2. Pembagian wilayah; 3. Bidang administrasi
pemerintahan; 4. Organisasi keuangan; 5. Organisasi keteraturan; 6.
Organisasi kehakiman; 7. Sosial dan budaya; 8. Bidang seni dan sastra; 9.
Bidang seni rupa; 10. Bidang arsitektur.5

Di samping melakukan ekspansi territorial, pemerintah dinasti Umayyah


juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan
yangkuat terhadap dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan
prasarana. Halini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama
mau melakukanpengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasiilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada
masa ini; 1) Ilmuagama; 2) Ilmu sejarah dan geografi; 3) Ilmu pengetahuan
bidang bahasa; dan 4)Bidang Filsafat.6

Khalifah Al-Walid mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para


penderita kusta meminta-minta di jalan bahkan khalifah menyediakan
danakhusus bagi para penderita kusta. Pada masa ini sudah ada jaminan untuk
social bagi anak- anak yatim dan anak terlantar. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan merupakan suatu keahlian yang masuk pada bidang pemahaman
dan pemikiran yang memerlukan sistematika dalam penyusunannya. Golongan
non-Arab sudah terbiasa dengan keahlian ini. Golongan ini disebut Mawali,
yaitu golongan yang berasal dari bangsa asing atau keturunannya.7

Mawali berasal dari maula, budak tawanan perang yang sudah


dimerdekakan. Dalam perkembangan selanjutnya, Mawali diperuntukan bagi
bangsa non-Arab.8

Demikian berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada


pemerintahan dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dinasti Umayyah mengalami

5
Maidir Harun, Firdaus Agung, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN IB Press,
2001), h. 82-87.
6
Musyifirah Sunanto, Sejarah Islam Klasik; Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
(Jakarta: Kencana, 2004), h. 41-42
7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Raasulullah sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana Peradana Media, 2009), cet ke-3, h. 60
8
Ahmad Amin dalam Musyrifah Susanto, Sejarah Islam Klasik; Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 42-43.

8
kehancuran pada masa kepemimpinan khalifah Walid bin Yazid karena terjadi
peperangan yang dilakukan oleh bani Abbas yang terjadi pada tahun 132 H
atau 750 M.9

C.Faktor – faktor kemunduran Dinasti Umayyah


Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran, akhirnya Dinasti
Umayyah benar-benar mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan
ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah
memerintah kurang lebih 6 tahun (744 sampai 750 M).

Keruntuhan dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin


Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawa pasukan Abu Muslim al-
Khurasani pada tahun 748M. pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis
terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Selain itu, pasukan Marwan bin
Muhammad yang ditawan dibunuh. Sementara yang tersisa dan masih hidup,
terus dikejar dan kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang
sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan
Abu Muslim al-Khurasani.

Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauan sosial dan politik,


sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa
tersisih bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas.
Bergabungnya masyarakat untul mengalahkan kekuatan Bani Umayyah,
menandai berakhirnya masa-masa kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar
tahun 750 M Bani Umayyah tumbang.

Selain itu, Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai


dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan
yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Diantaranya adalah masalah polotik,
ekonomi, dan sebagainya.10

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Murodi menjelskan sebab-


sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:

1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal


kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa
pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini
menyimpan dendam dikalangan para penentang Bani Umayyah. Sehingga
selama masa-masa kekhalifahan Bani Umayyah terjadi pergolakan politik
yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan
terganggu.
9
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), h. 33
10
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1987), Hal. 26

9
2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya
dikalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka,
disamping mengganggu keuangan Negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik
bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan
memboroskan uang Negara. Sifat-sifat inilah yang tidak disukai masyarakat,
sehingga lambat laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk
menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah.


Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.

4. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga


akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak
menghabiskan daya dan dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani
Umayyah mengendur.

5. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab
Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayyah
mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta
keutuhan Negara.

6. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa


Bani Umayyah, karena tidak didasari dengan syari’at Islam.11

Sedangkan dari sumber lain, secara garis besar dapat disimpulkan kemunduran

Dinasti Umayyah terbagi menjadi dua faktor, yaitu:

1. Faktor Internal

Beberapa alasan mendasar yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan


Dinasti Umayyah adalah karena kekuasaan wilayah yang sangat luas tidak
dibaringi dengan komunikasi yang baik, sehingga menyebabkan suatu
kejadian yang mengancam keamanan tidak segera diketahui oleh pusat.

Selanjutnya mengenai lemahnya para khalifah yang memimpin. Diantara


khalifah-khalifah yang ada, hanya beberapa saja khalifah yang cakap, kuat,
dan pandai dalam mengendalikan stabilitas negara. Selain itu, di antara
mereka pun hanya bisa mengurung diri di istana dengan hidup bersama
gundik-gundik, minum- minuman keras, dan sebagainya. Situasi semacam ini
pun mengakibatkan munculnya konflik antar golongan, para wazir dan
panglima yang sudah berani korup dan mengendalikan negara.

2. Faktor Eksternal

11
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1987) Hal. 27-28

10
Intervensi luar yang berpotensi meruntuhkan kekuasaaan Dinasti
Umayyah berawal pada saat Umar II berkuasa dengan kebijakan yang lunak,
sehingga baik Khawarij maupun Syiah tak ada yang memusuhinya. Namun,
segala kelonggaran kebijakan-kebijakan tersebut mendatangkan konsekuensi
yang fatal terhadap keamanan pemerintahannya. Semasa pemerintahan Umar
II ini, gerakan bawah tanah yang dilakukan oleh Bani Abbas mampu berjalan
lancar dengan melakukan berbagai konsolidasi dengan Khawarij dan Syiah
yang tidak pernah mengakui keberadaan Dinasti Umayyah dari awal. Setelah
Umar II wafat, barulah gerakan ini melancarkan permusuhan dengan Dinasti
Umayyah. Gerakan yang dilancarkan untuk mendirikan pemerintahan Bani
Abbasyiah semakin kuat. Pada tahun 446 M mereka memproklamasikan
berdirinya pemerintah Abbasyiah, namun Marwan menangkap pemimpinnya
yang bernama Ibrahim lalu dibunuh. Setelah dibunuh, pemimpin. gerakan
diambil alih oleh seorang saudaranya bernama Abul Abbas as-Saffah yang
berangkat bersama-sama dengan keluarganya menuju Kuffah. Kedudukan
kerajaan Abbasyiah tidak akan tegak berdiri sebelum khalifah-khalifah
Umayyah tersebut dijatuhkan terlebih dahulu.12

As-Saffah mengirim suatu angkatan tentara yang terdiri dari laskar pilihan
untuk menentang Marwan, dan mengangkat pamannya Abdullah bin Ali untuk
memimpin tentara tersebut. Antara pasukan Abdullah bin Ali dan Marwan pun
bertempur dengan begitu sengitnya di lembah Sungai Dzab, yang sampai
akhirnya pasukan Marwan pun kalah pada pertempuran itu.

Sepeninggal Marwan, maka benteng terakhir Dinasti Umayyah yang


diburu Abbasyiah pun tertuju kepada Yazid bin Umar yang berkududukan di
Wasit. Namun, pada saat itu Yazid mengambil sikap damai setelah mendengar
berita kematian Marwan. Di tengah pengambilan sikap damai itu lantas Yazid
ditawari jaminan keselamatan oleh Abu Ja’far al-Mansur yang akhirnya Yazid
pun menerima baik tawaran tersebut dan disahkan oleh As-Saffah sebagai
jaminannya. Namun, ketika Yazid dan pengikut-pengikutnya telah meletakkan
senjata, Abu Muslim al- Khurasani menuliskan sesuatu kepada As-Saffah
yang menyebabkan Khalifah Bani Abbasyiah itu membunuh Yazid beserta
para pengikutnya.

12
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam (Jakarta Akbar. 2007), Hal. 211.

11
12
BAB III

KESIMPULAN

Bani umayyah (Bani umayyah, Dinasti umayyah atau kekhalifahan


umayyah) adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa khulafaur rasyidin
yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazariah Arab dan sekitarnya(Ibu kota di
Damaskus);serta dari 756 sampai 1031 di Corboda, Spanyol sebagai kekhalifahan
Carboda. Nama Dinasti ini di rujuk kepada Umayyah bin Abd asy-Syams, kakek
buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu sufyan atau
kadangkala disebut juga dengan Muawuyih.

Masa pemerintahan Bani umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,


dimana perhatian tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penakukkan,
yang terhenti sejak zaman Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka
waktu 90 tahun, banyak bangsa di penjuru empat mata angina beramai ramai
masuk kedalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah
Afrika utsrs, Jazirah arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak,
Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet Rusian. Secara
garis besar dapat disimpulkan kemunduran Dinasti Umayyah terbagi menjadi dua
faktor, yaitu :

1. Faktor Internal, seperti karena kekuasaan wilayah yang sangat luas tidak
dibarengi dengan komunikasi yang baik, sehingga menyebabkan suatu kejadian
yang mengancam keamanan tidak segera diketahui oleh pusat. Serta mengenai
lemahnya para khalifah yang memimpin.

2. Faktor Eksternal, seperti Intervensi luar yang berpotensi meruntuhkan


kekuasaaan Dinasti Umayyah berawal. Gerakan yang dilancarkan untuk
mendirikan pemerintahan Bani Abbasyiah semakin kuat. Pada tahun 446 M dan
memproklamasikan berdirinya pemerintah Abbasyiah.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/alhadi/article/download/353/333/
#:~:text=Dinasti%20Umayyah%20merupakan%20sebuah%20rezim,tersebut%20tidak
%20berlangsung%20lama%2C%20karena

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/eltarikh/article/download/8532/5245

https://www.academia.edu/22114966/Sejarah_Peradaban_Islam_DINASTI_UMAYYAH

https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalongan/
sharia-economy-20/makalah-spi-kel-3/46309152

14

Anda mungkin juga menyukai