Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

"Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Daulah Umayyah"

Dosen Pengampu:

Zahrotul Ilmiyah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Khusnul Huda (23052004)

Ulfatur Rohmah (23052006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ’ULUM LAMONGAN

TP 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul “Sejarah Peradaban
Islam Pada Masa Daulah Ummayah” tepat waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam.Selain itu, kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Zahrotul ilmiyah, M.Pd.
Selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikan nya makalah ini. Kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lamongan, 17 November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii


BAB I .........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................................1
BAB II ........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................2
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Ummayah ............................................................................................2
B. Para Khalifah Bani Umayyah .........................................................................................................3
1. Muawiyah (41-60 H/ 661-680 M) ...............................................................................................4
2. Yazid (60-64 H/ 680-683 M).......................................................................................................4
3. Muawiyah II (64 H/ 683 M) ........................................................................................................4
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-685 M) ................................................................................5
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 M) .......................................................................5
6. Al Walid bin Abdil Malik (86-96 H/ 705-715 M).......................................................................5
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M) .....................................................................6
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M) ...........................................................................6
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M) .......................................................................6
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M) ................................................................7
11. Al- Walid bin Yazid (125-126 H/ 743-744 M) ........................................................................7
12. Yazid bin Walid (126 H/ 744 M) .............................................................................................7
13. Ibrahim bin Walid (126 H/ 744 M)..........................................................................................7
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/ 744-750 M) .................................................................7
C. Kejayaan Dan Kemunduran Dinasti Ummayah ..............................................................................8
D. Peradaban Pada Masa Dinasti Umayyah .......................................................................................11
BAB III ....................................................................................................................................................14
PENUTUP ................................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN .............................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bani umayyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa khulafaur rasyidin yang
memerintah dari 661-750 M di jazirah Arab yang berpusat di Damaskus, Syiria, serta dari 756-
1031 di Cordoba Andalusiana dan Spayol. Dinasti Umayyah berawal dari berakhirnya
kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah kekuasaan Dinasti Umayyah. Pada masa
periode Ali dan Khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi.
Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi kesulitan-
kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para
pembesar yang lainya.
Hal ini jauh berbeda dengan masa sesudah khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti
yang berkembang sesudahnya, yang di mulai pada masa Dinasti Umayyah. Dengan adanya
perkembangan tersebut maka akan kita bahas pada makalah ini, untuk dapat memberi
pengetahuan kepada kita bagaimana perkembangan peradaban islam yang berkembang setelah
khulafaur rasydin, khususnya pada masa Dinasti Umayyah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti ummayah?
2. Bagaimanakah para khalifah bani ummayah?
3. Bagaimanakah kejayaan dan kemunduran dinasti ummayah?
4. Bagaimanakah peradaban pada masa dinasti ummayah?

C. Tujuan Penulisan

1. Supaya mengetahui berdirinya dinasti ummayah


2. Supaya mengetahui para khalifah bani ummayah
3. Supaya mengetahui kejayaan dan kemunduran dinasti ummayah
4. Supaya mengetahui peradaban pada masa dinasti ummayah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Ummayah


Muawiyah adalah pendiri Dinasti Umayah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Harb ibn
Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abdu Manaf. Sebagai keturunan dari Abdu Manaf, Muawiyah memiliki
hubungan kerabat dengan nabi Muhammad SAW. Ia masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah
( Fathul Makkah ) dengan penduduk lainya. Ketika itu Muawiyyah berusia 23 Tahun.1

Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 H / 661-750). Dengan 14 orang khalifah
yang dimualai dengan Umayyah ibn Abu Sufyan dan di akhiri oleh Marwan bin Muhammad. Pada
awalnya pemerintahan Bani Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi feodal atau kerajaan.
Pusat pemerintahanya berpusat di Damaskus, hal ini di maksudkan agar lebih mudah dalam
memerintah, karena Muawiyyah sudah begitu lama memegang kekuasaan di wilayah tersebut serta
ekspansi teritorial sudah begitu luas.2

Muawiyah dalam kepemimpinanya lebih banyak mengadopsi sistem kerajaan Persia dan
Romawi, cenderung otoriter, dan keputusanya ada pada pemimpin(khalifah). Menjelang hari hayatnya,
ia menujuk anaknya yang bernama Yazid, untuk menjadi penggantinya. Dan ia meminta seluruh rakyat
untuk mengikuti dan menaatinya. Demikian pula pada tahap selanjutnya setiap pergantian kekuasaan
dilakukan secara turun-temurun.3

Berdirinya dinasti Bani Umayyah ini dilatarbelakangi oleh peristiwa tahkim pada perang Siffin.
Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, Muawiyah bin Abi Sufyan beserta sejumlah sahabat lainnya
angkat bicara di hadapan manusia dan mendorong mereka agar menuntut darah Utsman dari orang-
orang yang telah membunuhnya 24 Tragedi kematian Utsman bin Affan, selanjutnya dijadikan dalih
untuk mewujudkan “ambisinya”, Muawiyah dan pengikut menuntut kepada khalifah Ali, pengganti
Utsman agar dapat menyerahkan para pembunuh Utsman kepada mereka. Karena tuntutan tersebut
tidak dipenuhi, maka pihak Muawiyah menjadikannya sebagai alasan untuk tidak mengakui
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dan memisahkan diri dari pemerintahan pusat

Langkah pertama yang diambil oleh khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menghadapi
pembangkangan Muawiyah adalah mengutus Abdullah al-Bajali kepada Muawiyah agar bersedia
mengakui dan membalasnya seperti yang dilakukan oleh gubernur-gubernur dan kaum muslimin
lainnya dan tidak memisahkan diri dari pemerintahan pusat. Muawiyah tidak segera menjawab ajakan
tersebut dengan maksud untuk memberi kesan tidak baik. Untuk menentukan sikap dalam menghadapi

1
Prof. DR. H. Samsul Nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 56
2
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1982), hlm. 30-31
3
Drs. Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 62
2
himbauan khalifah tersebut Muawiyah bermusyawarah dengan Amru bin Ash, hasilnya menolak ajakan
damai, dan memilih mengangkat senjata memerangi pemerintah pusat.4

B. Para Khalifah Bani Umayyah


Masa kekuasaan Dinasti Umayyah hampir mencapai satu abad, Tepatnya selama 90 tahun,
dengan 14 orang khalifah. Siapa sajakah ke-14 khalifah Dinasti Umayyah itu? Berikut daftar nama 14
khalifah dari Dinasti Umayyah:

1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M).

2. Azid bin Mu'awiyah (60-64 H/680-683 M).

3. Mua’wiyah bin Yazid (64-64H/683-683 M).

4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M).

5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)

6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)

7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-716 M).

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/716-720 M).

9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M).

10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)

11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M).

12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M).

13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/ 744-745 M).

14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)

Di antara 14 orang khalifah Bani Umayyah yang berkuasa sekitar 90 tahun, terdapat beberapa
orang khalifah yang dianggap berhasi dalam menjalankan roda pemerintahan. Adapun nama-nama
khalifah Bani Umayyah yang menonjol karena prestasinya masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Mu'awiyah bin Abi Sufyan.

2. Abdul Malik bin Marwan

3. Al-Walid bin Abdul Malik.

4. Umar bin Abdul Aziz.

5. Isyam bin Abdul Malik.

4
Ibid., 480
3
6.. Hisyam Bin Abdul Malik.5

Berikut ini biografi singkat 14 Khalifah-khalifah Bani Umayyah.

1. Muawiyah (41-60 H/ 661-680 M)


Muawiyah dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Hijrah, dan masuk Islam pada hari penaklukan
kota Mekah bersama-sama penduduk kota Mekah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun. Rasulullah
ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru masuk Islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga
ternama kepadanya, agar perhatian mereka kepada Islam itu dapat terjamin, dan agar ajaran-ajaran
Islam itu benar-benar tertanam dalam hati mereka. Sebab itu Rasulullah berusaha supaya Muawiyah
menjadi lebih akrab dengan beliau. Muawiyah lalu diangkat menjadi salah satu anggota
Penulis wahyu.
Muawiyah banyak meriwayatkan hadis, baik yang langsung dari Rasulullah, ataupun dari para
sahabat lain diantaranya dari saudara perempuannya, Habibah binti AbiSufyan, isteri Rasulullah, dan
dari Abdullah bin Abbas, Said bin Musayyab, dan lain-lain. Inilah yang menyebabkan Khalifah Umar
suka kepadanya. Selanjutnya pada masa Khalifah Usman, semua daerah Syam itu diserahkan kepada
Muawiyah. Dia sendiri yang mengangkat dan memberhentikan pejabat-pejabat pemerintahannya.
Dengan demikian, Muawiyah telah berhasil memegang jabatan gubernur selama 20 tahun. Dan sesudah
itu ia menjadi Khalifah selama 20 tahun pula.

2. Yazid (60-64 H/ 680-683 M)


Namanya Yazid bin Muawiyah, ibunya Maisun al Kalbiyah yaitu seorang wanita padang pasir
yang dikawini Muawiyah sebelum ia menjadi Khalifah. Tetapi Maisun ini tidak merasa betah dengan
kehidupan di kota. Akhirnya Muawiyah memulangkannya kepada keluarganya bersama Yazid
puteranya, karena wanita ini merindukan kehidupan di alam padang pasir dan betapa ia benci pada
kehidupan dalam istana serta pakaian-pakaian yang serba mewah itu.

Penunjukan Muawiyah terhadap penggantinya adalah suatu tindakan yang ijaksana, dan adanya
yang baru itu dari kalangan Bani Umayyah adalah suatu hal yang dapat diterima karena keadaan
darurat. Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya. Yazid.
Meskipun dalam internal Bani Umayyah ada orang yang lebih baik daripada Yazid, misalnya Abdul
Malik bin Marwan. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan
munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara
beberapa kali dan berkelanjutan.6

3. Muawiyah II (64 H/ 683 M)


Ia hanyalah seorang pemuda yang lemah. Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian ia
mengundurkan diri karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya di rumah sampai ia meninggal
tiga bulan kemudian. Alasan ia dipilih karena neneknya, yaitu Muawiyah I telah meletakkan asas-asas

5
Ibid., 25.
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2003), hlm. 45
4
system warisan dalam jabatan khalifah itu. Ia telah bejuang selama bertahun-tahun untuk melaksanakan
pengangkatan Yazid, disamping itu rakyatpun telah bersedia pula untuk menerima sistem warisan itu.7

4. Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-685 M)


Marwan bin Hakam memegang peranan penting dalam perang Jamal. Setelah perang Jamal
selesai, Marwan mengundurkan diri dari kancah politik kemudian ia memberikan baiah dan sumpah
setianya atas pengangkatan Ali menjadi Khalifah. Muawiyah menganggap hal itu dilakukan Marwan
hanyalah karena suatu sebab yang memaksa, yaitu untuk menjaga kemaslahatan Bani Umayyah yang
berada di Mekah dan Madinah. Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fasih
berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Quran. Dan banyak meriwayatkan hadits-hadits dari
para sahabat Rasulullah yang terkemuka, terutama dari Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Ia juga
telah berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. Ia meninggal pada bulan Ramadhan
tahun 63 H, setelah ia membujuk lebih dahulu dua orang puteranya untuk menggantikannya berturut-
turut, yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz. Dengan demikian telah mengabaikan putusan Muktamar al
Jabiyah. Isinya adalah diputuskan adanya keharusan untuk mendirikan kekhalifahan, dalam pertemuan
itu juga telah diputuskan juga sebuah prinsip yang sangat penting bahwa pemilihan seorang khalifah
hanya terlaksana melalui prosedur pemilihan dari umat, aspirasi umat atau wakil umat yang aspiratif
dan mempresentasikan kedaulatan umat, seperti para sahabat yang berkumpul pada hari Saqifah.

5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 M)


Abdul Malik ini dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umayyah. Ketika ia diangkat
menjadi Khalifah, alam islami sedang berada dalam keadaan terpecah-belah. Bin Zubair di
Hijjaz/Mekah memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah. Kaum Syiah mengadakan pemberontakan.
Dari kaum Khawarij membangkang pula.

Maka Al Mukhtar bin Ubaids as Tsaqafi (67 H/ 622-687 M) mengerahkan sejumlah besar
tentara untuk mengganas, dan dia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dia mengganas Namun, semua
kekacauan ini mampu dilewati oleh Abdul Malik. Ia berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat
kepada kekuasaannya. Begitu pula, ia dapat menumpas segala pembangkangan dan pemberontakan.
Sebab itulah ia berhak disebut sebagai “pendiri yang kedua” bagi Dinasti Umayyah.8

6. Al Walid bin Abdil Malik (86-96 H/ 705-715 M)


Khalifah al Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Tumbuh dengan semua kemewahan. Ia
mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia
berbicara kurang fasih. Khalifah al Walid bin Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya. Pada
masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke
Spanyol dibawah pimpinan pasukan Tariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh Gubernur Musa
bin Nusair. Karena kekayaan melimpah ruah ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-
pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah dagang yang berlalu lalang di
7
Ibid., 50
8
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 2, (Jakarta: PT. AlHusna Zikra, 1995), hlm 273.
5
jalur tersebut. Ia membangun masjid al-Amawwi yang terkenal hingga masa kini di Damascus.
Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, diberinya
mereka jaminan hidup, dan disediakannya para pendidik untuk mereka. Begitu pula untuk orang-orang
yang cacat, disediakannya pelayan-pelayan khusus. Dan untuk orang-orang buta, disediakannya pula
para penuntun. Orang-orang itu semua diberinya gaji yang teratur.

7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)


Sulaiman bin Abdul Malik dilahiran pada tahun 54 H/674 M. Ia dilantik menjadi Khalifah
setelah saudaranya, Al Walid meninggal dunia. Sebelum wafatnya, Al Walid pernah bermaksud untuk
memecat Sulaiman dari kedudukannya sebagai putera mahkota, karena ia ingin mengangkat puteranya
sendiri yang bernama Abdul Aziz. Khalifah Sulaiman tidak sebijaksana kakaknya, kurang bijaksana,
suka harta sebagaimana diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ganimah) dari
Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nusair. Ia menginginkan harta itu jatuh ke tangannya, bukan ke
tangan kakaknya, al Walid yang saat itu masih hidup walau dalam keadaan sakit. Musa bin Nusair
diperintahkan oleh Sulaiman agar memperlambat datangnya ke Damascus dengan harapan harta yang
dibawanya itu jatuh ke tangannya. Namun Musa enggan melaksanakan perintah Sulaiman tersebut,
yang mengakibatkan ia disiksa dan dipecat dari jabatannya ketika Sulaiman naik menjadi Khalifah
menggantikan Al-Walid.9

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)


Khalifah ketiga yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz, meskipun masa pemerintahannya sangat
pendek, namun Umar merupakan lembaran putih Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri
sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah
Umayyah yang banyak disesali. Dia merupakan personifikasi seorang Khalifah yang takwa dan bersih,
suatu sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah.10

9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M)


Ia tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja, membuatnya tidak merasakan nilai dan
harga kekuasaan. Sebab, ia mendapatkan kekuasaan dan sama sekali tidak merasakan jerih payahnya.
Ia menjadi khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai dengan pesan saudaranya yang bernama
Sulaiman bin Abdul Malik. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Yazid ini,
antara lain ialah pemberontakan yang dilakukan oleh Yazid bin Muhallab. Khalifah Umar mencurahkan
tenaga yang tidak sedikit untuk melenyapkan segala kezaliman dan memelihara Baitul mal milik kaum
muslimin, tetapi Yazid segera meruntuhkan usaha Khalifah yang terdahulu dengan cara
mengembalikan tanah-tanah dan hibah-hibah itu kepada para pemegangnya semula. Yazid meninggal
pada tahun 105 H/723 M dan memerintah selama 4 tahun.11

9
Ibid., 78
10
Ibid., 78
11
Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: PT. AlHusna Zikra, 1995), hlm. 95
6
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, yaitu kira-kira dua puluh tahun. Hisyam termasuk
Khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya. Ia
telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan keuangan Negara dengan
amat teliti. Musuh-musuh Bani Umayyah pun mengakui kebagusan pembukuan di masa Hisyam.
Hisyam dikenal sebagai seorang Khalifah yang penyantun dan sangat taqwa. Hisyam bin Abdul Malik
meninggal pada tahun 125 H/742 M. pemerintahannya berlangsung selama dua puluh tahun. Pada masa
pemerintahannya negara mengalami kemerosotan dan melemah.12

11. Al- Walid bin Yazid (125-126 H/ 743-744 M)


Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi Khalifah, al-Walid
berusia sebelas tahun, dan ketika ayahnya menderita sakit yang terakhir, al-Walid sudah berumur lima
belas tahun. Diriwayatkan bahwa, pada waktu kematian menghampiri ayahnya, al-Walid maju ke
mimbar kemudian mengumumkan kematian ayahnya dan kemudian al-Walid mendeklarasikan dia
sebagai khalifah, kemudian dia di bai’at. Al-Walid moralnya tidak begitu tinggi, dia mempunyai sifat
kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari ayahnya. Faktor-faktor itulah nampaknya yang telah
mendorong pemuda itu untuk menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan
hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya perempuan, bergelimang dosa dan
maksiat.

12. Yazid bin Walid (126 H/ 744 M)


Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah, yang telah dicapainya dengan
usaha baik secara rahasia ataupun terang-terangan. Masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang
enam bulan. Dan masa yang pendek itu penuh dengan kesukaran-kesukaran. Yazid meninggal dunia
setelah memangku jabatan Khalifah dalam masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi
saudaranya, Ibrahim untuk menjadi Khalifah sesudahnya.13

13. Ibrahim bin Walid (126 H/ 744 M)


Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dalam waktu singkat pada tahun 126 H sebelum ia
turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan terhadap lawan-lawan politiknya. Karena kondisi
pemerintahan saat itu mengalami goncangan, naiknya Ibrahim bin Walid sebagai Khalifah tidak
disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan sebagian ahli sejarah menyebutkan
di kalangan sebagian Bani Umayyah ada yang menganggapnya hanya sebagai gubernur, bukan
khalifah.

14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/ 744-750 M)


Ia dibaiat sebagai khalifah setelah ia memasuki Damaskus dan setelah Ibrahim bin Walid
melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127 H/744 M. Marwan adalah orang besar, berani dan

12
Ibid., 101.
13
Ibid., 108-109.
7
memiliki kebijaksanaan serta kelicinan. Ia mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang
pertempuran. Ia berhasil membuat rencana untuk penyusunan kembali kekuatan-kekuatan Islam. Ia
meninggalkan sistim pembagian balatentara kepada beberapa kesatuan, yang masing-masingnya terdiri
dari orang-orang yang berasal dari satu kabilah. Dan sebagai ganti dari sistim tersebut ia menyusun
suatu balatentara yang teratur, dimana masing-masing anggotanya mendapat gaji tertentu.14

C. Kejayaan Dan Kemunduran Dinasti Ummayah


1. Kejayaan dan Keberhasilan Bani Umayyah

Pada Masa Bani Umayyah berkuasa, harus diakui banyak sekali keberhasilan yang di
capai, jika dapat diklasifikan, maka yang paling utama dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu: (1)
Wilayah kekuasaan dan Perpolitikan dan (2) Perkembangan Keilmuan, berikut diantaranya:

1) Ekspansi (perluasan wilayah/daerah kekuasaan) secara besar-besaran. Daerah-daerah itu


meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil,
Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di
Asia Tengah.

2) Muawiyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.

3) Mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan. kuda yang lengkap
dengan peralatannya di sepanjang jalan.

4) Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya,
jabatan khusus seorang hakim (gadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi
adalah seorang spesialis dibidangnya.

5) Abd al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah
yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan
memakai kata-kata dan tulisan. Arab.

6) Khalifah Abd al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan- pembenahan administrasi


pemerintahan dan memberlakukan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam. Keberhasilan Khalifah Abd al-Malik diikuti oleh puteranya al-Walid ibn
Abd alMalik (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan
pembangunan. Dia membangun panti- panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat
dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap.

7.) Dia juga membangun jalan jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah
lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung. pemerintahan dan mesjid-mesjid yang megah.15

14
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2004), hlm. 67
15
Syalabi, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo,1999) hlm. 45
8
8.) Pada aspek politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru untuk
memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi negara yang lebih teratur. Selain
mengangkat Penasihat sebagai pendamping, Khalifah Bani Umayyah di bantu beberapa
sekretaris yaitu: Katib ar-Rasail, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan
surat menyurat dengan para pembesar setempat; Katib al-Kharaj, sekretaris yang bertugas
menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara; Katib al-Jundi, sekretaris yang
bertugas menyelenggarakan segala hal yang berkaitan dengan ketentaraan; Katib asy-Syurtah,
sekretaris yang bertugas sebagai pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum; Katib al-Qudat,
sekretaris yang menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hukum
setempat.

9.) Perkembangan Keilmuan. Pada masa pemerintahan dinasti umayyah, kota Makkah dan
Madinah menjadi tempat berkembangnya music, lagu dan puisi. Sementara di Irak (Bashrah dan
Kufah) berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam. Sedangkan di Marbad,
kota. satelit di Damaskus, berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, dan cendikiawan lainnya.
Beberapa ilmu yang berkembang pesat seperti:

a) Pengembangan Bahasa Arab. Pada Dinasti Umayyah, Bahasa arab dijadikan Bahasa
resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-
menyurat menggunakan Bahasa arab.

b) Ilmu Qiraat. Ilmu seni membaca al-Quran yang merupakan syariat tertua yang mulai
dikembangkan pada masa khulafaa Rasyidin. Pada dinasti ini lahir para ahli qiraat
ternama seperti Abdullah bin Qusair.

c) Ilmu Tafsir. Salah satu bukti perkembangan ilmu tafsir masa itu adalah dibukukannya
ilmu tafsir oleh mujahid.

d) Ilmu Hadits. Pada masa ini, hadits-hadits nabi berupaka untuk dikumpulkan,
kemudian di teliti asal-usul nya, hingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri
yang dinamakan ilmu hadits. Di antara ahli hadits yang terkenal pada masa ini adalah
Al-Auzi Abdurrahman bin Amru, Hasan Basri, Ibnu Abu Malikah, Asya'bi Abu Amru
Amir bin Syurahbil.

e) Ilmu Fikih. Pada awal mulanya perkembangan ilmu fiqh didasari pada dibutuhkannya
adanya peraturan-peraturan sebagi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Al-Quran dan hasits dijadikan sebagai dasar fiqh Islam. diantara ahli fiqh yang terkenah
adalah Sa'ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan
Kharijah.

f) Ilmu Nahwu. Dengan meluasnya wilayah Islam dan didukung dengan adanya upaya
Arabisasi maka ilmu tata bahasa Arab sangat dibutuhkan. Sehingga dibukukanlah ilmu
nahwu dan menjadi salah satu ilmu yang penting untuk dipelajari. Salah satu tokoh yang
9
legendaris adalah Abu al- Aswad al-Du'ali yang berasal dari Baghdad. Salah satu jasa
dari Al- Du'ail adalah menyusun gramatika Arab dengan memberikan titik pada huruf-
huruf hijaiyah yang semula tidak ada.

g) Ilmu Geografi dan Tarikh. Geografi dan tarikh pada masa ini telah menjadi cabang
ilmu tersendiri. Dalam melalui ilmu tarih mereka mengumpulkan kisah tentang Nabi dan
para Sahabatnya yang kemudian dijadikan landasan bagi penulisan buku-buku tentang
penaklukan (maghazi) dan biograf (sirah). Munculnya ilmu geografi dipicu oleh
berkembangnya dakwah Islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh.

h) Usaha Penterjemahan. Pada masa ini dimulau usaha penterjemahan buku-buku ilmu
pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Arab. Ini merupakan rintisan
pertama dalam penerjemahan buku yang kemudian dilanjutkan dan berkembang pesat
pada masa Dinasti Abbasiyah. Buku-buku yang diterjemahkan pada masa ini meliputi
buku-buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, ilmu kedokteran,
dan lain-lain.

10.) Seni dan Budaya. Pada masa bani Umayah ini berkembang seni Arsitektur terutama setelah
ditaklukkananya spanyol oleh Thariq bin Ziyat. Ekspresi seni ini diwujudkan pada bangunan-
bangunan masjid yang didirikan mada masa ini. Arsitektur bangunannya memadukan antara
budaya Islam dengan budaya sekitar. Bukti perkembangan arsitektur pada masa ini nampak
seperti pada. Kuba batu Masjidil al-Aqsha yang dikenal dengan Dome or The Rock (Qubah
Ash-Shakhra) di Yerusalem, bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang
disempurnakan bangunannya pada masa Umar bin Abdul Aziz, menara- menara yang didirikan
oleh al-Walid di Suria dan Hijaz, bangunan gereja yang diperbaiki dan diubah fungsinya oleh
al-Walid menjadi masjid, serta istana- istana kecil dan rumah-rumah peristirahatan pada
khalifah dan anak-anaknya. Seni rupa berupa lukisan yang terlihat pada ukiran dinding
bangunan juga berkembang. Para pelukis disebut dengan mushawwirun. Sedangkan dalam lagu
dan nyanyian sebenarnya telah berkembang pada masa pra islam dengan adanya lagu
kemenangan, perang, keagamaan dan cinta serta terdapat beberapa alat musik berupa tabur segi
empat (duff), seruling (ashabah), suling rumput (zamr). Musisi terkenal pada masa ini salah
satunya adalah Said ibn Misjah, Ibn Surayjsab Ibn Muhriz.16

2. Kemunduran Dinasti Bani Umayyah


Setelah berkuasa selama 90 tahun, akhirnya Dinasti Bani Umayyah berakhir dengan Berikut ini
adalah beberapa faktor yang dominan dalam fase kemunduran atau kehancuran dinasti Bani Umayyah,
yaitu: Munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan Bani Umayyah,
seperti kelompok Khawarij, Syiah, dan kelompok muslim non-Arab (mawali); Tidak adanya ketentuan
yang jelas dan tegas tentang sistem pergantian khalifah, ketiadaan ketentuan menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga khalifah; Ketidakmampuan dari para

16
Philip K Hitti, History of Arabs end terjemah (Jakarta: Serambi, 2002), hlm.343
10
penguasa Bani Umayyah untuk menggalang persatuan dan kesatuan dari pertentangan yang semakin
lama semakin meruncing antara etnis suku Arabiah Utara (Bani Qais) dengan suku Arabiyah Selatan
(Bani Kalb), yang sudah ada sejak sebelum Islam; Sikap hidup yang bermewah-mewahan dalam
lingkungan keluarga khalifah, sehingga mereka yang memegang kekhalifahan berikutnya tidak mampu
memikul beban kenegaraan yang berat; Terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad oleh tentara
Abbasiyah di kampung Busir daerah Bani Suweif sebagai akhir dari Dinasti Bani Umayyah di
Damaskus; Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abdul Muthalib
sebagai saingan Bani Umayyah dalam kekhalifahan.17

D. Peradaban Pada Masa Dinasti Umayyah


Selama hampir satu abad memerintah, Bani Umayyah telah banyak mencapai kemajuan-
kemajuan oleh khalifah-khalifah yang berkuasa pada waktu itu, di antaranya adalah:

a. Perluasan Wilayah

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif. dimana usaha perluasan
wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak zaman kedua khulafaurrasyidin terakhir menjadi fokus
perhatiannya. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun berkuasa, banyak negeri di empat penjuru mata
angin beramai- ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam, yang mana meliputi wilayah Spanyol, seluruh
wilayah Jazirah Arab. Syiria, Palestina, Afrika Utara, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia,
Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztari
yang termasuk Soviet Rusia.

b. Bidang Pemerintahan.

Dalam hal administrasi pemerintahan, Bani Umayyah membentuk beberapa Diwan


(depertemen) yang terdiri dari:

1) Diwan Rasail, bertugas mengurus surat-surat negara. Diwan ini terbagi dua macam, yaitu
sekretariat negara pusat dan secretariat provinsi.

2) Diwan al-Kharaj, bertugas mengurus pajak. Diwan ini dibentuk di setiap provinsi yang
dikepalai oleh Shahih al-Kharaj.

3) Diwan al-Barid, merupakan badan intelijen yang bertugas sebagai penyampai rahasia daerah
kepada pemerintahan pusat.

4) Diwan al-Khatam, Mu'awiyah merupakan orang pertama yang mendirikan Diwan Khatam ini
sebagai departemen pencatatan. Setiap peraturan yang dikeluarkan khalifah harus disalin dalam suatu
register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat yang dituju.

5) Diwan Musghilat, bertugas untuk menangani berbagai kepentingan umum.

17
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya (Jakarta: UI-Press,1999), hlm. 59-62
11
c. Bidang Politik Kenegaraan

Peristiwa penting yang menjadi kemajuan dalam bidang politik kenegaraan pada masa
pemerintahan Bani Umayyah adalah peristiwa Amul Jama'ah atau tahun persatuan umat Islam.
Peristiwa amul jama'ah adalah bersatunya umat Islam kepada kekuasaan Mu'awwiyah. Ini merupakan
pembuka jalan untuk menyusun kekuasaan baru umat Islam setelah terjadi perpecahan antara Ali dan
Mu'awiyah. Pada saat inilah Mu'awiyah dipercaya umat Islam secara mayoritas untuk menyebarkan
Islam ke penjuru dunia. Dengan peristiwa ini juga, maka Mu'awiyah berhasil mengkosolidasikan situasi
dalam negeri dan setelah berhasil di dalam negeri, maka segeraa mengadakan ekspansi dan perluasan
wilayah.

d. Bidang Kemiliteran

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah, dibentuk organisasi militer yang terdiri dari angkatan
laut (al-bahriyah) dan angkatan kepolisian (as-syurtah).

e. Bidang Ekonomi

Perekonomian merupakan salah satu unsur terpenting dalam memperlancar proses


pembangunan suatu negara. Sebab apabila suatu negara mengalami kemerosotan ekonomi, maka akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan yang akan dilakukan.

Pada masa pemerintahan Abdul Malik, perkembangan bidang perdagangan dan ekonomi dan
teraturnya pengelolaan pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan ketertiban yang terjamin
telah membawa masyarakatnya pada tingkat kemakmuran. Realisasinya dapat dilihat dari hasil
penerimaaan pajak di wilayah Syam saja tercatat 1.730.000 dinar emas dalam setahun.

Kemakmuran masyarakat Bani Umayyah juga terlihat pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Aziz. Kemiskinan dan kemelaratan telah dapat diatasi pada masa pemerintahan khalifah ini. Kebijakan
yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz dalam implikasinya dengan perekonomian yaitu membuat
aturan- aturan mengenai takaran dan timbangan, dengan tujuan agar dapat membasmi pemalsuan dan
kecurangan dalam pemakaian alat-alat tersebut.

f. Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.

Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan), terdapat beberapa kemajuan yang diraih pada masa Bani
Umayyah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan. diantaranya sebagai berikut:

1) Pengembangan bahasa Arab.

2) Marbad sebagai kota pusat kegiatan ilmu.

3) Ilmu qira'at

12
4) Ilmu tafsir.

5) Ilmu hadist.

e. Bidang Pengembangan Bahasa Arab

Khalifah Bani Umayyah berupaya meneruskan tradisi menjaga kemurnian bahasa Arab
sebagaimana yang telah dilakukan pada masa-masa sebelumnya. Pada masa tersebut, tepatnya ketika
pemerintahan khalifah Abdul Malik, dinyatakan dengan tegas bahwa bahasa resmi kerajaan adalah
bahasa Arab. Dengan demikian bahasa-bahasa lain yang mendominasi di wilayah kekuasaan. semakin
tergantikan oleh bahasa Arab.18

Selain penetapan kebijakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan, juga dilakukan
beberapa kebijakan-kebijakan lain yang bertujuan untuk mengembangkan bahasa Arab pada masa
pemerintahan Bani Umayyah, diantaranya:

1) Menggantian mata uang yang sebelumnya memakai bahasa Persia dan Bizantium dengan
mata uang baru yang berisi tulisan-tulisan berbahasa Arab.

2) Penyempurnaan konten bahasa Arab yang mencakup penambahan titik-titik pada huruf Arab
dan perumusan tanda vokal dhommah, fathah, dan kasroh, agar memudahkan bagi orang-orang non-
Arab untuk membaca tulisan berbahasa Arab. Selain itu juga pada aspek kosa kata, sehingga muncul
istilah-istilah berbahasa Arab yang cukup memadai yang bisa digunakan dalam bidang hukum, tata
negara, retorika, tata bahasa, dan lain sebagainya. Namun sayangnya belum merambah pada bidang
kedokteran, filsafat, dan ilmu sains, Selain menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan
sebagai bentuk upaya mengembangkan bahasa Arab, sya'ir berbahasa Arab pada masa kekhalifahan
Bani Umayyah juga ikut berkembang, hal ini disebabkan banyaknya muncul aliran dan fanatisme
terhadap kelompok masing-masing sehingga bermunculan sya'ir yang memuji kelompoknya sendiri dan
sya'ir yang mencela lawannya. Juga penguasa memberi dukungan untuk menyelenggarakan lomba
membaca puisi berbahasa Arab dengan penghargaan yang menjanjikan. Berangkat dari itu, maka
mulailah terbentuk dasar-dasar kaidah ilmu balaghah yang sejak masa Jahiliyah dan permulaan Islam
sudah nampak kecintaan dan perhatian masyarakat Arab terhadap ilmu balaghah.

18
Zainal Azman, Pendidikan Pada Zaman Bani Umayyah (Jakarta: El-Ghiroh, 2016), hlm. 75-80

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jika bicara tentang Bani Umayyah, tentu tidak bisa terlepas dari 3 hal yang sangat
fundamental yaitu sejarah terbentuknya, kemajuan yang di capai dan fase kemundurannya
Tidak bisa dipungkiri, Dinasti Bani Umayyah telah banyak memberi warna baru dalam sejarah
peradaban Islam seperti yang paling mendasar adalah mengubah sistem pemerintahan Islam dari
sistem musyawarah mufakat kepada sistem monarki absolut. Muawiyah adalah pendiri Dinasti
Umayah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abdu
Manaf. Sebagai keturunan dari Abdu Manaf, Muawiyah memiliki hubungan kerabat dengan
nabi Muhammad SAW. Dan masa Dinasti Umayyah berlangsung selama 90 tahun dengan 14
orang khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa Dinasti ini yakni dalam bidang
administrasi. Serta peninggalan peradaban islam pada masa Dinasti Umayyah ada yang
berbentuk fisik (bangunan-bangunan, sarana-sarana umum, dan sebagainya) dan nonfisik
(intelektual dan ilmu pengetahuan).

14
DAFTAR PUSTAKA

Samsul, Nizar. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Syalabi, Ahmad. 1982. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Mahrus, As’ad. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Jakarta: Erlangga.
Yatim, Badri. 2023 Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syalabi. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam 2. Jakarta: PT AlHusna Zikra.
Syalabi. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam 2. Jakarta: PT AlHusna Zikra.
Maryam Siti. 2004. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:
LESFI.
Syalabi. 1999. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Hitti, Philip K. 2002, History of Arabs end terjemah. Jakarta: Serambi.
Nasution, Harun. 1999. Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press.
Azman, Zainal. 2016. Pendidikan Pada Zaman Bani Umayyah. Jakarta: El-Ghiroh.

15

Anda mungkin juga menyukai