Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MASA KEKUASAN, PERKEMBANGAN PERADABAN,

KEMUNDURAN, DAN RUNTUHNYA DINASTI BANI UMAYYAH

Makalah ini di buat diajukan untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Za’im Kholilatul Ummi, S. Th.I, M. Ag.

Disusun oleh :

(220204110082) Ghozian Muhammad Al Ghiffari

(220204110081) Alya Amalia

(220204110091) Adha Salma Nabila

KELAS C

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS SYARIAH

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM

2022
A. KATA PENGANTAR

Segal puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada bimbingan kita Rosulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan
karunianya penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bu Za’im Kholilatul


Ummi, S. Th.I, M. Ag. Yang telah memberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang tulus dan sabar memberikan wawasan serta refrensi tentang materi pembahasan dan
bantuan lainnya yang tidak bisa di jelaskan satu persatu.

Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat memperluas wawasan
mengenai Masa Kekuasaan, Perkembangan, Peradaban, dan Kemunduran Dinasti Umayyah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan
penulis sendiri.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah penulis di masa yang akan dating dan mengharapkan keritik dan saran
dari pembaca

Malang, 22 September 2022

Penulis

1
B. ABSTRACK

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji kondisi Bani Umayyah pada puncak
kekuasaan nya, perkembangan peradaban, kemunduran, serta akhir dari Dinasti
Umayyah. Tulisan ini menggunakan metode library research, di mana penulis akan
membaca, menelaah, dan menganalisa berbagai sumber literature yang berkaitan
dengan puncak kekuasaan, perkembangan peradaban, kemunduran, dan akhir dari
Dinasti Umayyah. Kemudian di saring dan di tuangkan dalam kerangka pemikiran
yang teoritis. Jenis-jenis data yang di gunakan terdiri dari beberapa buku, jurnal
jurnal ilmiah, E book, dan beberapa artikel di website. Diawali dengan terbunuhnya
Ali bin Abi Thalib Mendorong masyarakat Madinah untuk membaiat Hasan bin Ali
sebagai khalifah penerus ayahnya. Namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatannya
kepada Muawiyah bin Abu Sufyan demi menjalin perdamaian di antara kaum
muslimin yang pada masa itu di landa berbagai fitnah sehingga menimbulkan banyak
perpecahan antar umat. Peristiwa ini menunjukkan awal mula berdirinya dinasti
Umayyah. Dinasti Umayyah yang berdiri hampir 90 tahun mampu memberikan peran
penting dalam perkembangan serta kemajuan peradaban umat islam dari berbagai
segi antara lain wilayah kekuasaan, ilmu pengetahuan, sistem pemerintahan, dan
lain sebagainya. Namun disisi lain, adapun penurunan Dinasti ini yang di sebabkan
banyak faktor sehingga tak bisa lepas dari keruntuhannya. Kajian ini mencoba
menelusuri sejarah kekuasaan, perkembangan peradaban, penurunan, serta
keruntuhan Dinasti Umayyah

Kata Kunci : Dinasti Bani Umayyah, Puncak Kekuasaan, Perkembangan, Penurunan


dan Keruntuhan.

2
C. DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1


B. ABSTRACK ...................................................................................................... 2
C. DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
D. PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1. Latar Belakang ............................................................................................ 4
2. Literatur Review ......................................................................................... 5
3. Metode Penelitian ........................................................................................ 5
4. Konsep Dasar .............................................................................................. 5
E. PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
1. Puncak Kekuasaan Bani Umayyah ........................................................... 6
2. Perkembangan peradaban ......................................................................... 9
a. Peradaban islam pada masa bani Umayyah ...................................... 9
b. Masa kemajuan dinasti bani umayyah ............................................... 9
c. Kemajuan bidang peradaban .............................................................. 13
3. Kemunduran dan akhir dinasti bani umayyah ........................................ 15
a. Kemunduran Dan Keruntuhan Bani Umayyah ................................. 15
b. Sebab Kemunduran Bani Umayyah .................................................. 16
F. PENUTUP .......................................................................................................... 17
1. Kesimpulan .................................................................................................. 17
G. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

3
D. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur Rasyidin


dalam sejarah Islam. Nama dinasti ini diambil dari Umayyah bin 'Abd asy-Syams atau
Muawiyah bin Abu Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang sahabat Nabi Muhammad,
lalu menjadi khalifah yang memimpin pada 661-680 Masehi. Secara garis besar, era
Kekhalifahan Umayyah terbagi atas dari dua periode utama, yakni tahun 661-750 M
berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode 756-1031 M di Cordoba
seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.1

Berdirinya Dinasti Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. ini
adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi Thalib. Perang Shiffin
terjadi usai kematian khalifah ketiga, Utsman bin Affan, yang membuka peluang bagi Ali
bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad, untuk memimpin. Setelah Ali bin Abi Thalib
wafat, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh Hasan bin Ali selama beberapa bulan.
Hasan kemudian melepaskan jabatannya. Usai Hasan bin Ali mundur, Muawiyah I tampil
sebagai pemimpin meskipun diwarnai dengan berbagai polemik di antara umat Islam
sendiri. Dari sinilah sejarah Kekhalifahan Umayyah dimulai.

Dinasti Bani Umayyah meletakkan titik fokusnya pada perluasan dan penaklukan
wilayah atau ekspansi yang tumbuh dari jiwa khalifahnya sendiri. Oleh karnanya Dinasti
Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaannya sehingga menjadi salah satu
wasilah berkembangnya peradaban islam. Dengan banyaknya budaya serta ilmu
pengetahuan yang di kembangkan dari daerah yang di kuasai tersebut. Yang mana
menjadi prestasi tersendiri bagi Dinasti Bani Umayyah yang sangat berperan bagi
perkembangan peradaban islam di banyak bidang.

Namun tidak bisa di pungkiri, bahwa Dinasti Umayyah juga memiliki penurunan yang
sangat berpengaruh bagi kuatnya politik pemerintahan Daulah Umayyah juga pada
kepercayaan umat islam kala itu, Yang banyak datang dari para khalifah sendiri. terutama
pada masa khalifah orde akhir. Sehingga, lemahnya hal tersebut mampu memicu ketidak

1
Yuda Prinada, "Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya", https://tirto.id/f7Z7
(diakses 27 September 2022/ pukul 19.55)

4
percayaan umat dan bemberontakanpun tak dapat di hindari. inilah yang menjadi faktor
dari banyak faktor keruntuhan Dinasti Bani Umayyah.

2. Literatur Review

Judul : Sejarah Peradaban Islam

Penulis : Prof. H. Abdurrahman Masd’ud, M.A., Ph.D.

Tahun : 2009

Tujuan : Mengetahui puncak kekuasaan, perkembangan peradaban, penurunan, serta


keruntuhan Dinasti Umayyah

Metode : Penelitian sejarah dengan pengumpulan data menggunakan library research

Hasil dan Kesimpulan : Bahwa di puncak kekuasaannya, Dinasti Umayyah memiliki


wilayah kekuasaan yang sangat luas, Daulah Umayyah juga memiliki peran besar
dalam perkembangan Peradaban pada banyak bidang seperti sosial politik, lmu
pengetahuan, keagamaan. Adapun keruntuhan dinasti ini tak terlepas dari banyak
faktor. Hingga menjadikan Bani Umayyah tergulingkan oleh pemberontakan Bani
Abbasyiyah

3. Metode Penelitian

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Makalah ini befokus pada kajian Dinasti


Umayyah di masa puncak kekuasaan, perkembangan peradaban,penurunan, serta
keruntuhannya dari berbagai faktor. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
metode library reseach, yaitu dengan membaca, menelaah dan mencatat berbagai literatur
yang sesuai pokok pembahasan. Kemudian di saring dan di tuangkan dalam kerangka
pemikiran yang teoritis. Jenis-jenis data yang di gunakan terdiri dari beberapa buku,
jurnal jurnal ilmiah, E book, dan beberapa artikel di website.

4. Konsep Dasar

Tulisan ini membahas tentang Daulah Bani Umayyah pada masa puncak kekuasaan,
perkembangan peradaban, penurunan, serta keruntuhannya.

5
E. PEMBAHASAN

1. Puncak Kekuasaan Bani Umayyah

Setelah era Khulafaur Rasyidin usai, Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan


pertama yang berdiri setelahnya. Nama dinasti ini di ambil dari nama Umayyah bin Abd
Al-Syam, kakek Abu Sufyan. Setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib selaku khalifah
terakhir Khulafaur Rasyidin, Hasan bin Ali pun di baiat oleh masyarakat Madinah.
Namun dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu dilanda berbagai
fitnah, Yaitu sejak terbunuhnya Utsman Bin Affan, lalu perang Shiffin, perang Jamal,
serta peristiwa Tahkim, Hasan bin Ali pun menyerahkan Jabatan kekhalifahan ini
kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan. Sebagai awal berdirinya Dinasti Umayyah.

Masa kekhalifahan Dinasti Umayyah berlangsung hanya dalam kurun waktu 90


tahun. Yaitu dengan dimulainya masa khalifah pertama Muawiyah bin Abu Sufyan pada
661- 680 Masehi dan berakhir pasca pemberontakan Bani Abbasiyah pada masa khalifah
Marwan bin Muhammad pada tahun 750 Masehi.

Wilayah kekhalifahan Umayyah sangatlah luas, Luasnya wilayah kekuasan ini


dipengaruhi dari berbagai penaklukan yang terlaksana secara bersambung dari khalifah ke
khalifah seterusnya. Yang mana dinamika ini terjadi pada kalangan Bani Umayyah
sendiri. Wilayah tersebut antara lain meliputi Spanyol, seluruh wilayah Jazirah Arab,
Syiria, Palestina, Afrika Utara, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India
dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztari
yang termasuk Soviet Rusia.2

Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa
khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan
menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul,. Sedangkan
angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus
dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin
Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil
menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya

2
Abrari Syauqi, Ahmad Kastalani, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yoyakarta: Aswaja Pressindo,
2016), hal.. 37-38.

6
bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai
ke Multan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin


Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan
ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Di masa ini jugalah tercatat dalam sejarah
sebagai masa puncak dan keemasan dari pada Dinasti Umayyah. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi
militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711
M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan, Thariq bin Ziyad, pemimpin
pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan
antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang
sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat
dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu
kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota
lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah
jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena
mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa.

Di zaman Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui


pegunungan Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi.
Ia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours.
Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan
tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-
pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada zaman
Bani Umayyah ini.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat,


wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah
itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia
Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang
disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan

7
tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di
sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata
uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi
profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai
Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-
kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan
pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa
Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan
oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, di
antaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara
secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah
dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid
yang megah.3

Adapun masa khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik adalah masa keemasan dan
puncak kekuasaan dari pada masa kekhalifahan Dinasti Umayyah. Yang pada masanya,
beliau memusatkan perhatian pada upaya penaklukan di timur dan barat. Dengan
memperkuat serta meletakkan perhatian besar pada pengembangan militer. Beliau juga
membangun angkatan laut terkuat di masa Dinasti Umayyah4. Sehingga Dinasti Umayyah
mampu menguasai Transoxiana (sekarang Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan dan
Turkmenistan), anak benua India, dan Semenanjung Iberia di Eropa.

Dan setelahnya, kekuasaan Dinasti umayyah terus menerus menurun. Terlebih


setelah wafatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Padahal ia mampu mengembalikan
sedikit dari pada penurunan Dinasti Umayyah setelah kekhalifahan Sulaiman bin Abdul
Malik ( khalifah setelah Al-Walid bin Abdul-Malik). Terutama dalam hal perkembangan
ilmu agama islam, Ekspansi, militer, administrasi negara, serta perdamaian antara
kelompok Amamiyah, Syiah, dan Khawarij. Yang semua ini adalah polemik yang
senantiasa terjadi pada masa Dinasti Umayyah. Sayangnya, khalifah Umar bin Abdul
Aziz hanya menjabat selama 2 tahun. Di umurnya yang tergolong muda, yaitu 39 tahun.5

3
Dr. Siti Zubaidah, M.Ag., SEJARAH PERADABAN ISLAM,(Medan, PERDANA PUBLISHING, 2016), hal 79 - 81
4
Wikipedia, “Al-Walid bin Abdul-Malik”, https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Walid_bin_Abdul-
Malik#Penaklukan_dan_pemerintahan (diakses 27 September 2022, pukul 20,23)
5
Taufiq Rahman, Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase, (Universitas Negeri Sumatera Utara,2018) hal 92

8
2. Perkembangan peradaban

a. Peradaban islam pada masa bani Umayyah

Nama Dinasti Bani Umayyah diambil dari Umayyah bin Abd Al-Syam, kakek
Abu Sufyan. Umayyah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad
Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib berasal dari
keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah berasal dari keturunan Bani Umayyah.
Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Quraisy.

Cikal bakal berdirinya dinasti umayyah dimulai ketika masa khalifah Ali. Pada
saat itu Mu’awiyah yang menjabat sebagai gubernur di Damaskus yang juga masih
kerabat Utsman.

Terbentuknya Dinasti Umayyah merupakan gambaran awal bahwa umat islam


ketika itu telah kembali mendapatkan identitasnya sebagai negara yang berdaulat,
juga merupakan fase ketiga kekuasaan islam yang berlangsung selama kurang lebih
satu abad (661-750 M). Perubahan yang dilakukan, tidak hanya sistem kekuasaan
islam dari masa sebelumnya (masa Nabi dan Khulafaurrasyidin) tapi juga perubahan-
perubahan lain di bidang sosial politik, keagamaan, intelektual dan peradaban.6

b. Masa kemajuan dinasti bani umayyah

Masa pemerintahan bani umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, di mana
perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak
zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun,
banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam
kekuasaan islam, yang meliputi tanah spanyol, seluruh wilayah afrika utara, jazirah
arab, syiria, palestina, sebagian daerah anatolia, irak, persia, afganistan, india dan
negri-negri yang sekarang dinamakan turkmenistan, uzbekistan dan kirgiztan yang
termasuk soviet rusia.

Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer di zaman umayyah


mencakup tiga front penting, yaitu sebagai berikut.

6
Ely Zainudin, PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH, (Universitas Islam nahdlatul Ulama
Jepara,2015

9
Pertama, front melawan bangsa romawi di asia kecil dengan sasaran utama
pengepungan ke ibu kota konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di laut
tengah.

Kedua, front afrika utara. Selain menundukkan daerah hitam afrika, pasukan
muslim juga menyebrangi selat gibraltar, lalu masuk ke spanyol.

Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke
jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di sebrang
sungai jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri sind,
wilayah india bagian barat.

Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini ialah terjadi pada paruh
pertama dari seluruh masa kekhalifahan bani umayyah, yaitu ketika kedaulatan
dipegang oleh muawiyah bin abi sufyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman
kekuasaan abduk malik. Diluar masa-masa tersebut, usaha-usaha penaklukan
mengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat
tipis.

Pada masa pemerintahan muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan


wilayah, meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling
mencolok ialah keberaniannya mengepung kota konstantinopel melalui suatu
ekspedisi yang dipusatkan di kota pelabuhan dardanela, setelah terlebih dahulu
menduduki pulau-pulau di laut tengah seperti rodhes, kreta, cyprus, sicilia dan sebuah
pulau yang bernama award, tidak jauh dari ibu kota romawi timur itu. Di belahan
timur, muawiyah berhasil menaklukan khurasan sampai ke sungai oxus dan
afghanistan.

Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh muawiyah, lalu disempurnakan oleh
khalifah abdul malik. Di bawah komando gubernur irak, hajjaj bin yusuf, tentara
kaum muslimin menyebrangi sungai ammu darya dan menundukkan balkh, bukhara,
khawarizm, farghana dan samarkand. Pasukan islam juga melalui makran masuk ke
balukhistan, sind dan punjab sampai ke multan, islam mengijjakan kakinya untuk
pertama kalinya di bumi india.

Kemudian tiba masa kekuasaan al-walid I yang disebut-sebut sebagai “masa


kemenangan yang luas”. Pengepungan yang gagal atas kota konstantinopel di zaman

10
muawiyah, dihidupkan kembalu dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup
kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukkan ibu kota romawi tetap saja belum
berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas pertahanan
islam lebih jauh ke depan, dengan menguasai basis-basis militer kerajaan romawi di
mar’asy dan ‘amuriyah.

Prestasi yang lebih besar dicapai oleh al-walid I ialah di front afrika utara dan
sekitarnya. Setelah segenap tanah afrika bagian utara diduduki, pasukan muslim
dibawah pimpinan thariq bin ziyad menyebrangi selat gibraltar masuk ke spanyol.
Lalu ibu kotanya, cordova segera dapat direbut, menyusul kemudiankota-kota lain
seperti sevilla, elvira, dan toledo. Gubernur musa bin nushair kemudian
menyempurnakan penaklukan atas tanah eropa ini dengan menyisir kaki pegunungan
pyrenia dan menyerang carolingian prancis.7

Selain keberhasilan bani Umayyah dalam ekspansi wilayah, bani Umayyah


juga menorehkan prestasi dalam bidang pembangunan fisik. Pembangunan fisik
tersebut adalah :

1. Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya.


2. Membangun jalan raya.
3. Mencetak mata uang.
4. Membangun panti asuhan.
5. Membangun gedung pemerintahan.
6. Membangun masjid.
7. Membangun rumah sakit.
8. Membangun sekolah studi kedokteran.8

Disamping keberhasilan tersebut, bani umayyah juga banyak berjasa dalam


pembangunan berbagai bidang, baik politik (tata pemerintahan) maupun sosial
kebudayaan. Dalam bisang politik bani umayyah menyusun tata pemerintahan yang
sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat majelis penasihat sebagai

7
Drs. Samsul Munir Amin,M.A., SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta,AMZAH,2009) hal 129-131.
8
Ely Zainudin, PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH, (Universitas Islam nahdlatul Ulama
Jepara,2015

11
pendamping, khalifah bani umayyah dibantu oleh bebrapa orang sekertaris untuk
membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi :

1. Katib ar-rasail, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan administrasi dan surat-


menyurat dengan para pembesar setempat.
2. Katib al-kharraj, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan
pengeluaran negara.
3. Katib al-jundi, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan berbagai hal yang
berkaitan dengan ketentaraan.
4. Katib asy-syurtah, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan
keamana dan ketertiban umum.
5. Katib al-qudat, sekertaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui
badan-badan peradilan dan hakim setempat.

Dalam bidang sosial budaya, bani umayyah telah membuka terjadinya kontrak
antar bangsa-bangsa muslim (arab) dengan negri-negri taklukan yang terkenal
memiliki tradisi yang luhur seperti persis, mesir, eropa, dan sebagainya. Hubungan
tersebut lalu melahirkan kreativitas baru yang menajubkan di bidang seni, terutama
seni bangunan (arsitektur), bani umayyah mencatat suatu pencapaian yang gemilang
seperti Dome of the rock (qubah ash-shakhra) di yarusalem menjadi monumen terbaik
yang hingga kini tal henti-hentinya dikagumi orang. Perhatian terhadap seni sastra
juga meningkat di zaman ini, terbukti dengan lahirnya tokoh-tokoh besar seperti al-
ahtal, farazdag, junair, dan lain-lain.

Sekalipun masa dinasti umayyah ini banyak negatifnya, namun dari segi
ilmiah, bahasa, sastra, dan lainnya tetap maju, menonjol dan mengambil kedudukan
yang layak. Bangsa arab adalah ahli syair, dan para penggemarnya rakyat dan orang-
orang kaya memberikan kedudukan khusus bagi para penyair itu dengan memberikan
hadiah yang cukup besar dan memuaskan. Pada saat itu para penyair memiliki
kedudukan penting terutama di masa jahiliah.

Pada masa itu abul aswad ad-duali (w.681 M) menyusun gramatika arab
dengan memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah yang semula tidak bertitik. Usaha ini
besar artinya dalam mengembangkan dan memperluas bahasa arab, serta
memudahkan orang membaca, mempelajari, dan menjaga barisan yang
menggantungkan gerak kata dan bunyi suara serta ayunan iramanya, hingga dapat

12
diketahui maknanya. Kerajaan ini pun telah mulai menempatkan dirinya dalam ilmu
pengetahuan dengan mementingkan buku-buku bahasa yunani dan kopti (Kristen
Mesir).

Hisyam bin abdul malik (105-125 H/724-743 M) merupakan raja bani


umayyah yang paling terkenal dilapangan ilmu pengetahuan dengan meletakkan
perhatian besar pada ilmu pengetahuan.

c. Kemajuan bidang peradaban

Dinasti umayyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang


telah dilakukan masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur
rasyidin. Dalam bidang peradaban dinasti umayyah telah menemukan jalan yang lebih
luas ke arah perkembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan
bahasa arab sebagai media utamanya.

Menurut jurji zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang


perkembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut.

1) Perkembangan Bahasa Arab


Para penguasa dinasti umayyah telah menjadikan islam sebagai daulah (negara),
kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa arab dalam wilayah kerajaan
islam. Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi
dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat
harus menggunakan bahasa arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa romawi atau
bahasa persia di daerah-daerah bekas jajahan mereka dan dipersia sendiri.
2) Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan
marbad, kota satelit dari damaskus. Di kota marbad inilah berkumpul para pujangga,
filsuf, ulama’, penyair, dan cendekiawan lainnya, ehingga kota ini diberi gelar ukadz
nya islam.
3) Ilmu Qiraat
Ilmu qiraat adalah ilmu seni baca al-qur’an. Ilmu qiraat merupakan ilmu syariat
tertua, yang telah dibina sejak zaman khulafaur rasyidin. Kemudian masa dinasti
umayyah dikembangluaskan sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat

13
penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti abdullah bin qusair
(w.120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w.127 H).
4) Ilmu Tafsir
Untuk memahami al-qur’an sebagai kitab suci diperlakukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan al-qur’an di kalangan
umat islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafisr, ulama yang membukukan
ilmu tafsir yaitu mujahid (w.104 H).
5) Ilmu Hadis
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami al-qur’an, ternyata ada satu hal
yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan nabi yang disebut hadis.
Oleh karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal
usulnya, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan
ilmu hadis. Salah satu ahli hadis yang termasyhur pada masa dinasti umayyah adalah
Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w.159 H).
6) Ilmu Fiqh
Setelah islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan adanya
peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Mereka kembali kepada al-qur’an dan hadis dan mengeluarkan syariat dari kedua
sember tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Al-qur’an
adalah dasar fiqh islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi satu cabang ilmu
syariat yang berdiri sendiri. Di antara ahli fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib,
Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.
7) Ilmu Nahwu
Pada masa dinasti umayyah karena wilayahnya berkembang secara luas,
khususnya ke wilayah berkembang secara luas, khususnya ke wilayah di luar Arab,
maka ilmu nahwu sangat diperlukan. Hal tersebut disebabkan pula bertambahnya
orang-orang ajam (non-Arab) yang masuk islam, sehingga keberadaan bahasa arab
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, dibukukanlah ilmu nahwu dan berkembanglah
satu cabang ilmu yang penting untuk mempelajari berbagai ilmu agama islam.
8) Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Jughrafi dan tarikh pada masa dinasti umayyah telah berkembang menjadi ilmu
tersendiri. Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik sejarah umum maupun
sejarah islam pada khususnya. Adanya perkembangan dakwah islam ke daerah-daerah
baru yang luas dan jauh menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu jughrafi (ilmu
14
bumi atau geografi), demikian pula ilmu tarikh. Ilmu jughrafi dan ilmu tarikh lahir
pada masa dinasti umayyah, barulah berkembang menjadi suatu ilmu yang betul-betul
berdiri sendiri pada masa ini.
9) Usaha Penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah islamiyah, pada masa dinasti umayyah
dimulai pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetauan dari bahasa-bahasa lain ke
dalam bahasa arab. Dengan demikian, jelaslah bahwa gerakan penerjemahan telah
dimulai pada zaman ini, hanya baru berkembang secara pesat pada zaman dinasti
abbasiah. Adapun yang mula-mula melakukan usaha penerjemahan yaitu khalid bin
yazid, seorang pangeran yang sangat cerdas dan ambisius. Ketika gagal memperoleh
kursi kekhalifaham, ia menumpahkannya dalam ilmu pengetahuan, antara lain
mengusahakan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa lain ke dalam
bahasa arab. Didatangkannyalah ke damaskus para ahli ilmu pengetahuan yang
melakukan penerjemahan dari berbagai bahasa. Maka diterjemahkan buku-buku
tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran, dan lain-lain.
Khalid sendiri adalah ahli dalam ilmu astronomi.
Demikianlah berbagai kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti umayyah
yang telah berkembang pesat sebagai embrio perkembangan ilmu pengetahuan
pengetahuan pada zaman dinasti Abbasiyah.9
3. Kemunduran dan akhir dinasti bani umayyah
a. Kemunduran Dan Keruntuhan Bani Umayyah

Sepeninggal Khalifah Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan dinasti Bani Umayyah


dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Masyarakat yang sebelumnya
hidup dalam keadaan lingkungan ketenteraman dan kedamaian, pada saat itu berubah
menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat
menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik yang
cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat.
Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin
Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan baru
dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah.
Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan

9
Drs. Samsul Munir Amin,M.A., SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta,AMZAH,2009) hal 129-131

15
Mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah
yang kuat dan terampil, akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat,
sehingga tidak berhasil dipadamkannya.

Setelah wafatnya Hisyam bin Abdul-Malik , khalifah-khalifah Bani Umayyah


yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga beretika buruk. Hal ini
semakin memperkuat golongan oposisi, dan akhirnya pada tahun 750 M, Daulah Bani
Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bagian dari Bani
Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, yaitu khalifah terakhir Bani
Umayyah, saat berhasil melarikan diri ke Mesir, kemudian beliau berhasil ditangkap
dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai berakhirnya
kekuasaan Bani Umayyah di Timur (Damaskus) yang digantikan oleh Daulah
Abbasiyah.

b. Sebab Kemunduran Bani Umayyah

Inti utama dinasti umayyah mengalami masa kemunduran adalah dengan


melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyaknya persoalan yang dihadapi
para penguasa dinasti ini. Temasuk diantaranya adalah masalah ekonomi, politik dan
lain sebagainya.

Sebab sebab kemunduran dinasti bani umayyah adalah sebagai berikut:

1) Khalifah mempunyai kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak


memahami kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya merupakan
peristiwa pembunuhan Husein serta para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini
menaruh dendam digolongan para penentang Bani Umayyah. Sehingga sepanjang
masa masa kekhalifahan Bani Umayyah terjalin pergolakan politik yang
menimbulkan suasana serta keadaan dalam negara serta pemerintahan terganggu.

2) Gaya hidup mewah para khalifah serta kebiasaan pesta dan berfoya-
foya dikalangan istana, menjadi aspek pemicu rendahnya moralitas mereka,
disamping mengusik perekonomian negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin
Marwan diketahui selaku seorang khalifah yang suka berfoya- foya serta
menghamburkan uang Negara. Watak watak inilah yang tidak disukai warga,
sehingga lambat laun mereka melaksanakan gerakan pemberontakan untuk

16
menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dan puncaknya, pemberontakan
Bani Abbasyiyah lah yang mampu menggulingkan Dinasi bani Umayyah

3) Tidak adanya ketentuan yang tegas dan jelas terkait sistem


pengangkatan/pembaiatan khalifah. Hal ini berakibatkan pada perebutan kekuasaan
diantara para calon khalifah selanjutnya.

4) Banyaknya upaya gerakan pemberontakan selama masa-masa


pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. Usaha penumpasan para
pemberontak menghabiskan daya dan dana yang cukup banyak, sehingga kekuatan
Bani Umayyah melemah.

5) Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan


(Arab Himariyah) semakin memuncak, sehingga para petinggi Bani Umayah
mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan
Negara.

6) Banyaknya pemuka agama yang kecewa dengan kebijakan para


penguasa Bani Umayah, karena tidak sesuai dengan syari’at Islam.

F. PENUTUP
1. Kesimpulan

Dinasti Bani Umayyah adalah kekhalifahan pertama yang muncul setelah


Khulafaur Rosydin. Yang mampu menorehkan banyak prestasi walau hanya dalam
kurun kekuasaan 90 tahun. Terutama pada perluasan wilayah kekuasan islam yang
menjadi titik fokus seta prestasi kusus bagi Dinasti Umayyah. Yang mana meliputi
tanah spanyol, seluruh wilayah afrika utara, jazirah arab, syiria, palestina, sebagian
daerah anatolia, irak, persia, afganistan, india dan negri-negri yang sekarang
dinamakan turkmenistan, uzbekistan dan kirgiztan yang termasuk soviet rusia.
Adapun kekuasaan dan kejayaan dinasti ini mencapai puncaknya pada zaman Al-
Walid I. Sesudah itu, kekuasaan mereka menurun, sehingga akhirnya dipatahkan oleh
Bani Abbas pada tahun 750 M.

Selain perluasan wilayah kekuasaan, Dinasti Bani Umayyah juga berperan


dalam perkembangan peradaban islam dalam banyak bidang. Seperti Bidang politik,

17
Militer, Sosial budaya, Infrastruktur, Intelektual (Ilmu pengetahuan), juga Ilmu agama
Islam dan bahasa Arab

Faktor utama yang menjadi penyebab keruntuhnya Dinasti Bani Umayyah ada
pada internal Dinasti Umayyah tersendiri. Yaitu pada moral para khalifah serta para
jajarannya yang berfoya foya dan mementingkan pribadi masing masing. Terutama
pada masa orde terakhir. Sehingga berpengaruh pada kekuatan politik dan
kepercayaan ummat islam pun para Ulama. Keadaan ini mendorong banyak
masyarakat untuk memberontak Dinasti Umayyah. Sehingga banyak pemberontakan
yang muncul. Puncaknya, Bani Abbasyiah yang terhimpun dari para masyarakat yang
mendukungnya, mampu menggulingkan Dinasti Umayyah pada tahun 750 M pada
masa kekhalifahan Marwan bin Muhammad sebagai khalifah terakhir dari Dinasti
Umayyah.

G. DAFTAR PUSTAKA

Dr.Siti Zubaidah,M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Perdana Publishing, 2016)

W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990)

Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Lesfi, 2009)

Dr.H.Syamruddin Nasution. M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pustaka


Riau, 2007)

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009)

Taufiq Rahman, Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase, (Universitas Negeri Sumatera
Utara,2018)

Drs. Samsul Munir Amin,M.A., SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta,AMZAH,2009)

Wikipedia, “Kekhalifahan Umayyah”, https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Walid_bin_Abdul-


Malik#Penaklukan_dan_pemerintahan (diakses 27 September 2022, pukul 20,23)

Yuda Prinada, "Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya",


https://tirto.id/f7Z7 (diakses 27 September 2022/ pukul 19.55)

18

Anda mungkin juga menyukai