Disusun oleh :
KELAS C
2022
A. KATA PENGANTAR
Segal puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada bimbingan kita Rosulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan
karunianya penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
yang tulus dan sabar memberikan wawasan serta refrensi tentang materi pembahasan dan
bantuan lainnya yang tidak bisa di jelaskan satu persatu.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat memperluas wawasan
mengenai Masa Kekuasaan, Perkembangan, Peradaban, dan Kemunduran Dinasti Umayyah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan
penulis sendiri.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah penulis di masa yang akan dating dan mengharapkan keritik dan saran
dari pembaca
Penulis
1
B. ABSTRACK
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji kondisi Bani Umayyah pada puncak
kekuasaan nya, perkembangan peradaban, kemunduran, serta akhir dari Dinasti
Umayyah. Tulisan ini menggunakan metode library research, di mana penulis akan
membaca, menelaah, dan menganalisa berbagai sumber literature yang berkaitan
dengan puncak kekuasaan, perkembangan peradaban, kemunduran, dan akhir dari
Dinasti Umayyah. Kemudian di saring dan di tuangkan dalam kerangka pemikiran
yang teoritis. Jenis-jenis data yang di gunakan terdiri dari beberapa buku, jurnal
jurnal ilmiah, E book, dan beberapa artikel di website. Diawali dengan terbunuhnya
Ali bin Abi Thalib Mendorong masyarakat Madinah untuk membaiat Hasan bin Ali
sebagai khalifah penerus ayahnya. Namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatannya
kepada Muawiyah bin Abu Sufyan demi menjalin perdamaian di antara kaum
muslimin yang pada masa itu di landa berbagai fitnah sehingga menimbulkan banyak
perpecahan antar umat. Peristiwa ini menunjukkan awal mula berdirinya dinasti
Umayyah. Dinasti Umayyah yang berdiri hampir 90 tahun mampu memberikan peran
penting dalam perkembangan serta kemajuan peradaban umat islam dari berbagai
segi antara lain wilayah kekuasaan, ilmu pengetahuan, sistem pemerintahan, dan
lain sebagainya. Namun disisi lain, adapun penurunan Dinasti ini yang di sebabkan
banyak faktor sehingga tak bisa lepas dari keruntuhannya. Kajian ini mencoba
menelusuri sejarah kekuasaan, perkembangan peradaban, penurunan, serta
keruntuhan Dinasti Umayyah
2
C. DAFTAR ISI
3
D. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdirinya Dinasti Umayyah bermula dari peristiwa Tahkim atau Perang Shiffin. ini
adalah perang saudara antara kubu Muawiyah 1 kontra Ali bin Abi Thalib. Perang Shiffin
terjadi usai kematian khalifah ketiga, Utsman bin Affan, yang membuka peluang bagi Ali
bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad, untuk memimpin. Setelah Ali bin Abi Thalib
wafat, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh Hasan bin Ali selama beberapa bulan.
Hasan kemudian melepaskan jabatannya. Usai Hasan bin Ali mundur, Muawiyah I tampil
sebagai pemimpin meskipun diwarnai dengan berbagai polemik di antara umat Islam
sendiri. Dari sinilah sejarah Kekhalifahan Umayyah dimulai.
Dinasti Bani Umayyah meletakkan titik fokusnya pada perluasan dan penaklukan
wilayah atau ekspansi yang tumbuh dari jiwa khalifahnya sendiri. Oleh karnanya Dinasti
Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaannya sehingga menjadi salah satu
wasilah berkembangnya peradaban islam. Dengan banyaknya budaya serta ilmu
pengetahuan yang di kembangkan dari daerah yang di kuasai tersebut. Yang mana
menjadi prestasi tersendiri bagi Dinasti Bani Umayyah yang sangat berperan bagi
perkembangan peradaban islam di banyak bidang.
Namun tidak bisa di pungkiri, bahwa Dinasti Umayyah juga memiliki penurunan yang
sangat berpengaruh bagi kuatnya politik pemerintahan Daulah Umayyah juga pada
kepercayaan umat islam kala itu, Yang banyak datang dari para khalifah sendiri. terutama
pada masa khalifah orde akhir. Sehingga, lemahnya hal tersebut mampu memicu ketidak
1
Yuda Prinada, "Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya", https://tirto.id/f7Z7
(diakses 27 September 2022/ pukul 19.55)
4
percayaan umat dan bemberontakanpun tak dapat di hindari. inilah yang menjadi faktor
dari banyak faktor keruntuhan Dinasti Bani Umayyah.
2. Literatur Review
Tahun : 2009
3. Metode Penelitian
4. Konsep Dasar
Tulisan ini membahas tentang Daulah Bani Umayyah pada masa puncak kekuasaan,
perkembangan peradaban, penurunan, serta keruntuhannya.
5
E. PEMBAHASAN
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa
khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan
menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul,. Sedangkan
angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus
dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin
Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil
menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya
2
Abrari Syauqi, Ahmad Kastalani, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yoyakarta: Aswaja Pressindo,
2016), hal.. 37-38.
6
bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai
ke Multan.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan
7
tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di
sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata
uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi
profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai
Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-
kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga berhasil melakukan
pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa
Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan
oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, di
antaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara
secara tetap. Serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah
dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid
yang megah.3
Adapun masa khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik adalah masa keemasan dan
puncak kekuasaan dari pada masa kekhalifahan Dinasti Umayyah. Yang pada masanya,
beliau memusatkan perhatian pada upaya penaklukan di timur dan barat. Dengan
memperkuat serta meletakkan perhatian besar pada pengembangan militer. Beliau juga
membangun angkatan laut terkuat di masa Dinasti Umayyah4. Sehingga Dinasti Umayyah
mampu menguasai Transoxiana (sekarang Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan dan
Turkmenistan), anak benua India, dan Semenanjung Iberia di Eropa.
3
Dr. Siti Zubaidah, M.Ag., SEJARAH PERADABAN ISLAM,(Medan, PERDANA PUBLISHING, 2016), hal 79 - 81
4
Wikipedia, “Al-Walid bin Abdul-Malik”, https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Walid_bin_Abdul-
Malik#Penaklukan_dan_pemerintahan (diakses 27 September 2022, pukul 20,23)
5
Taufiq Rahman, Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase, (Universitas Negeri Sumatera Utara,2018) hal 92
8
2. Perkembangan peradaban
Nama Dinasti Bani Umayyah diambil dari Umayyah bin Abd Al-Syam, kakek
Abu Sufyan. Umayyah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad
Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi Thalib berasal dari
keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah berasal dari keturunan Bani Umayyah.
Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Quraisy.
Cikal bakal berdirinya dinasti umayyah dimulai ketika masa khalifah Ali. Pada
saat itu Mu’awiyah yang menjabat sebagai gubernur di Damaskus yang juga masih
kerabat Utsman.
Masa pemerintahan bani umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, di mana
perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak
zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun,
banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam
kekuasaan islam, yang meliputi tanah spanyol, seluruh wilayah afrika utara, jazirah
arab, syiria, palestina, sebagian daerah anatolia, irak, persia, afganistan, india dan
negri-negri yang sekarang dinamakan turkmenistan, uzbekistan dan kirgiztan yang
termasuk soviet rusia.
6
Ely Zainudin, PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH, (Universitas Islam nahdlatul Ulama
Jepara,2015
9
Pertama, front melawan bangsa romawi di asia kecil dengan sasaran utama
pengepungan ke ibu kota konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di laut
tengah.
Kedua, front afrika utara. Selain menundukkan daerah hitam afrika, pasukan
muslim juga menyebrangi selat gibraltar, lalu masuk ke spanyol.
Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke
jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di sebrang
sungai jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri sind,
wilayah india bagian barat.
Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini ialah terjadi pada paruh
pertama dari seluruh masa kekhalifahan bani umayyah, yaitu ketika kedaulatan
dipegang oleh muawiyah bin abi sufyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman
kekuasaan abduk malik. Diluar masa-masa tersebut, usaha-usaha penaklukan
mengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat
tipis.
Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh muawiyah, lalu disempurnakan oleh
khalifah abdul malik. Di bawah komando gubernur irak, hajjaj bin yusuf, tentara
kaum muslimin menyebrangi sungai ammu darya dan menundukkan balkh, bukhara,
khawarizm, farghana dan samarkand. Pasukan islam juga melalui makran masuk ke
balukhistan, sind dan punjab sampai ke multan, islam mengijjakan kakinya untuk
pertama kalinya di bumi india.
10
muawiyah, dihidupkan kembalu dengan memberikan pukulan-pukulan yang cukup
kuat. Walaupun cita-cita untuk menundukkan ibu kota romawi tetap saja belum
berhasil, tetapi tindakan itu sedikit banyak berhasil menggeser tapal batas pertahanan
islam lebih jauh ke depan, dengan menguasai basis-basis militer kerajaan romawi di
mar’asy dan ‘amuriyah.
Prestasi yang lebih besar dicapai oleh al-walid I ialah di front afrika utara dan
sekitarnya. Setelah segenap tanah afrika bagian utara diduduki, pasukan muslim
dibawah pimpinan thariq bin ziyad menyebrangi selat gibraltar masuk ke spanyol.
Lalu ibu kotanya, cordova segera dapat direbut, menyusul kemudiankota-kota lain
seperti sevilla, elvira, dan toledo. Gubernur musa bin nushair kemudian
menyempurnakan penaklukan atas tanah eropa ini dengan menyisir kaki pegunungan
pyrenia dan menyerang carolingian prancis.7
7
Drs. Samsul Munir Amin,M.A., SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta,AMZAH,2009) hal 129-131.
8
Ely Zainudin, PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH, (Universitas Islam nahdlatul Ulama
Jepara,2015
11
pendamping, khalifah bani umayyah dibantu oleh bebrapa orang sekertaris untuk
membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi :
Dalam bidang sosial budaya, bani umayyah telah membuka terjadinya kontrak
antar bangsa-bangsa muslim (arab) dengan negri-negri taklukan yang terkenal
memiliki tradisi yang luhur seperti persis, mesir, eropa, dan sebagainya. Hubungan
tersebut lalu melahirkan kreativitas baru yang menajubkan di bidang seni, terutama
seni bangunan (arsitektur), bani umayyah mencatat suatu pencapaian yang gemilang
seperti Dome of the rock (qubah ash-shakhra) di yarusalem menjadi monumen terbaik
yang hingga kini tal henti-hentinya dikagumi orang. Perhatian terhadap seni sastra
juga meningkat di zaman ini, terbukti dengan lahirnya tokoh-tokoh besar seperti al-
ahtal, farazdag, junair, dan lain-lain.
Sekalipun masa dinasti umayyah ini banyak negatifnya, namun dari segi
ilmiah, bahasa, sastra, dan lainnya tetap maju, menonjol dan mengambil kedudukan
yang layak. Bangsa arab adalah ahli syair, dan para penggemarnya rakyat dan orang-
orang kaya memberikan kedudukan khusus bagi para penyair itu dengan memberikan
hadiah yang cukup besar dan memuaskan. Pada saat itu para penyair memiliki
kedudukan penting terutama di masa jahiliah.
Pada masa itu abul aswad ad-duali (w.681 M) menyusun gramatika arab
dengan memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah yang semula tidak bertitik. Usaha ini
besar artinya dalam mengembangkan dan memperluas bahasa arab, serta
memudahkan orang membaca, mempelajari, dan menjaga barisan yang
menggantungkan gerak kata dan bunyi suara serta ayunan iramanya, hingga dapat
12
diketahui maknanya. Kerajaan ini pun telah mulai menempatkan dirinya dalam ilmu
pengetahuan dengan mementingkan buku-buku bahasa yunani dan kopti (Kristen
Mesir).
13
penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti abdullah bin qusair
(w.120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w.127 H).
4) Ilmu Tafsir
Untuk memahami al-qur’an sebagai kitab suci diperlakukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan al-qur’an di kalangan
umat islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafisr, ulama yang membukukan
ilmu tafsir yaitu mujahid (w.104 H).
5) Ilmu Hadis
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami al-qur’an, ternyata ada satu hal
yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan nabi yang disebut hadis.
Oleh karena itu, timbullah usaha untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal
usulnya, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan
ilmu hadis. Salah satu ahli hadis yang termasyhur pada masa dinasti umayyah adalah
Al-Auzai Abdurrahman bin Amru (w.159 H).
6) Ilmu Fiqh
Setelah islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan adanya
peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Mereka kembali kepada al-qur’an dan hadis dan mengeluarkan syariat dari kedua
sember tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Al-qur’an
adalah dasar fiqh islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi satu cabang ilmu
syariat yang berdiri sendiri. Di antara ahli fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib,
Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.
7) Ilmu Nahwu
Pada masa dinasti umayyah karena wilayahnya berkembang secara luas,
khususnya ke wilayah berkembang secara luas, khususnya ke wilayah di luar Arab,
maka ilmu nahwu sangat diperlukan. Hal tersebut disebabkan pula bertambahnya
orang-orang ajam (non-Arab) yang masuk islam, sehingga keberadaan bahasa arab
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, dibukukanlah ilmu nahwu dan berkembanglah
satu cabang ilmu yang penting untuk mempelajari berbagai ilmu agama islam.
8) Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Jughrafi dan tarikh pada masa dinasti umayyah telah berkembang menjadi ilmu
tersendiri. Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik sejarah umum maupun
sejarah islam pada khususnya. Adanya perkembangan dakwah islam ke daerah-daerah
baru yang luas dan jauh menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu jughrafi (ilmu
14
bumi atau geografi), demikian pula ilmu tarikh. Ilmu jughrafi dan ilmu tarikh lahir
pada masa dinasti umayyah, barulah berkembang menjadi suatu ilmu yang betul-betul
berdiri sendiri pada masa ini.
9) Usaha Penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah islamiyah, pada masa dinasti umayyah
dimulai pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetauan dari bahasa-bahasa lain ke
dalam bahasa arab. Dengan demikian, jelaslah bahwa gerakan penerjemahan telah
dimulai pada zaman ini, hanya baru berkembang secara pesat pada zaman dinasti
abbasiah. Adapun yang mula-mula melakukan usaha penerjemahan yaitu khalid bin
yazid, seorang pangeran yang sangat cerdas dan ambisius. Ketika gagal memperoleh
kursi kekhalifaham, ia menumpahkannya dalam ilmu pengetahuan, antara lain
mengusahakan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa lain ke dalam
bahasa arab. Didatangkannyalah ke damaskus para ahli ilmu pengetahuan yang
melakukan penerjemahan dari berbagai bahasa. Maka diterjemahkan buku-buku
tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran, dan lain-lain.
Khalid sendiri adalah ahli dalam ilmu astronomi.
Demikianlah berbagai kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti umayyah
yang telah berkembang pesat sebagai embrio perkembangan ilmu pengetahuan
pengetahuan pada zaman dinasti Abbasiyah.9
3. Kemunduran dan akhir dinasti bani umayyah
a. Kemunduran Dan Keruntuhan Bani Umayyah
9
Drs. Samsul Munir Amin,M.A., SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta,AMZAH,2009) hal 129-131
15
Mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah
yang kuat dan terampil, akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat,
sehingga tidak berhasil dipadamkannya.
2) Gaya hidup mewah para khalifah serta kebiasaan pesta dan berfoya-
foya dikalangan istana, menjadi aspek pemicu rendahnya moralitas mereka,
disamping mengusik perekonomian negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin
Marwan diketahui selaku seorang khalifah yang suka berfoya- foya serta
menghamburkan uang Negara. Watak watak inilah yang tidak disukai warga,
sehingga lambat laun mereka melaksanakan gerakan pemberontakan untuk
16
menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dan puncaknya, pemberontakan
Bani Abbasyiyah lah yang mampu menggulingkan Dinasi bani Umayyah
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
17
Militer, Sosial budaya, Infrastruktur, Intelektual (Ilmu pengetahuan), juga Ilmu agama
Islam dan bahasa Arab
Faktor utama yang menjadi penyebab keruntuhnya Dinasti Bani Umayyah ada
pada internal Dinasti Umayyah tersendiri. Yaitu pada moral para khalifah serta para
jajarannya yang berfoya foya dan mementingkan pribadi masing masing. Terutama
pada masa orde terakhir. Sehingga berpengaruh pada kekuatan politik dan
kepercayaan ummat islam pun para Ulama. Keadaan ini mendorong banyak
masyarakat untuk memberontak Dinasti Umayyah. Sehingga banyak pemberontakan
yang muncul. Puncaknya, Bani Abbasyiah yang terhimpun dari para masyarakat yang
mendukungnya, mampu menggulingkan Dinasti Umayyah pada tahun 750 M pada
masa kekhalifahan Marwan bin Muhammad sebagai khalifah terakhir dari Dinasti
Umayyah.
G. DAFTAR PUSTAKA
W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990)
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009)
Taufiq Rahman, Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase, (Universitas Negeri Sumatera
Utara,2018)
18