Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

DINASTI UMAYYAH

DOSEN PENGAMPU : Dr. Moh. Sutrisno S.T., M.Sc

OLEH:

Nurul Kody Aqilah (60100122044)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS UIN ALAUDDIN MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Dinasti Umayyah”.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Moh. Sutrisno
S.T., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
memberikan materi, arahan, bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat
menyempurnakan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Gowa, Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
i
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah Timur
1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
2. Para Khalifah Dinasti Umayyah
3. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah Timur
4. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur
B. Peradaban Islam oada Masa Dinasti Umayyah Barat
1. Masuknya Islam di Spanyol
2. Faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol
3. Perkembangan Islam di Spanyol
4. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................................................
A. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah Timur..........................................................
1.1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah...............................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinasti Umayyah, sebagaimana dicatat dalam sejarah merupakan


kelanjutan dari Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Umayyah memerintah dari
661H-750M di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756M sampai
1031M di Kordoba, Spanyol. Dalam perkembangannya kemudian
berubah menjadi sistem kerajaan, yang peralihan kekuasaan-Nya
dijalankan berdasarkan keturunan. Masa kekuasaan Dinasti Umayyah
yang cukup panjang, kurang lebih 91 tahun merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan kejayaannya, sehingga mampu memberikan
kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan peradaban Islam.
Berdasarkan uraian di atas, kajian ini akan mencoba menelusuri sejarah
berdirinya Dinasti Umayyah, serta terkait peradaban Islam pada masa
Dinasti Umayyah, dari Umayyah Timur hingga Umayyah Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah Timur?


2. Bagaimana peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah Barat?

5
C. Tujuan

1. Dapat Dapat mengetahui bagaimana peradaban Islam pada masa


Dinasti Umayyah Timur.
2. Dapat mengetahui bagaimana peradaban Islam pada masa Dinasti
Umayyah Barat.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah Timur

1.1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah

Wafatnya Ali bin Abi Thalib menjadi suatu pembuka jalan bagi
Muawiyah bin Abu Sofyan untuk mewujudkan tekadnya menjadi seorang
khalifah, sebelumnya terdapat upaya dari Hasan bin Ali untuk naik
menjadi khalifah menggantikan ayahnya, akan tetapi Ia meragukan
kemampuan dan kekuatan dirinya, hingga pada akhirnya Hasan bersedia
untuk mengakui Muawiyah sebagai seorang khalifah dengan syarat
Muawiyah harus menyetujui keputusan perjanjian perdamaian (tahkim),
Muawiyah pun setuju sehingga pada tahun 41H Muawiyah mengucapkan
sumpah jabatan di hadapan Hasan bin Ali dan Husein bin Ali, kedua
putra Ali bin Abi Thalib.

Dinasti Umayyah terbentuk dan bertahan hingga 91 tahun lamanya


tentu tidak lepas dari jasa Muawiyah bin Abu Sofyan, seorang politikus,
tokoh militer, sahabat Nabi, ia juga sempat menjabat sebagai gubernur
Syiria selama hampir dua dekade, serta diangkat sebagai Amir al Bahr
(prince of the sea) yang menguasai daerah Syiria sampai ke Laut Tengah.

Ada beberapa faktor yang dibangun Muawiyah untuk Dinasti, yang


pertama: dukungan kuat dari masyarakat Syiria dan Bani Umayyah,
kedua: Muawiyah menempatkan ‘Amar bin ‘Ash, Mughirah bin Syu'bah
dan Ziyad bin Abihi pada jabatan yang strategis, mereka bertiga

7
mempunyai reputasi yang sangat baik di mata masyarakat Arab, ketiga:
Muawiyah adalah seorang negarawan sejati. Ketiga faktor inilah yang
berhasil menjadikan Dinasti Umayyah Timur menjadi Dinasti yang besar
dan berpengaruh terutama di Jazirah Arab dan bahkan dunia.

1.2 Para Khalifah Dinasti Umayyah

Dalam rentang waktu pemerintahan sekitar 90 tahun, pemerintahan


dinasti Bani Umayyah yang menganut sistem monarchiheridetis
(keturunan), terus berkembang di bawah pemerintahan raja-raja yang
berasal dari garis keturunan Umayyah bin Abd Syams.

Lihat genealogi berikut :


Periodisasi Pemerintahan Khalifah Bani Umayyah:
a. Muawiyah I bin Abu Sufyan, 41-61 H / 661-680 M
b. Yazid I bin Muawivah, 61-64 H / 680-683 M
c. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M
d. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M
e. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M
f. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M
g. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M
h. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M
i. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M
j. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M
k. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M
l. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M
m. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M

8
n. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133
H / 744-750 M

Dari empat belas khalifah Bani Umayyah, dengan berbagai tipikal


kepemimpinan masing-masing khalifah, telah berhasil mengantarkan
Islam mencapai puncak peradabannya, namun ada beberapa khalifah
yang memiliki peran cukup besar dalam catatan para ahli sejarah.

A. Muawiyah bin Abu Sufyan


Muawiyah bin Abu Sufyan menjabat menjadi seorang khalifah
selama 20 tahun, dalan kurun waktu 20 tahun itu pula ia membawa
Dinasti Umayyah kepada kemajuan, sebagai khalifah ia sebusa mungkin
mengatasi permasalahan negara dari berbagai aspek. Ia juga melakukan
ekspansi besar-besaran sehingga seluruh wilayah Afrika Utara, Khurasan,
Sijistan, dan negeri-negeri di seberang sungai Jaihun dapat ditaklukkan
dan dikuasai oleh umat Islam. Muawiyah wafat pada bulan Rajab tahun
60 H/679 M di usia 77 tahun.

B. Abdul Malik bin Marwan


Dia dikenal sebagai sosok yang zuhud, faqih dan dianggap sebagai
ulama di Madinah, memulai karir politiknya sebagai pemimpin pada usia
16 tahun sebagai gubernur di Madinah, dan dinobatkan sebagai khalifah
kelima di Dinasti Umayyah pada usia 39 tahun pada 65 H / 685 M.

Pada masa jabatannya, ia telah berperan penting dalam


memadamkan api pemberotakan yang terjadi di kalangan bangsa Arab,
selain itu, ia melakukan ekspansi wilayah dan kekuasaan dengan
menyerang Romawi untuk merebut Asia kecil dan Armenia.

9
C. Walid bin Abdul Malik
Al-Walid diangkat menjadi khalifah ke 6 menggantikan ayahnya
Abdul Malik pada tahun 86 H. Masa pemerintahan al-Walid menjadi
zaman keemasan Dinasti Umayyah. Umat Islam saat itu memperoleh
ketentraman, kemakmuran dan ketertiban, tidak ada pemberontakan di
masa pemerintahannya.

Al-Walid meneruskan pemerintahan efektif yang ditinggalkan


avahnva. la mengembangkan sistem kesejahteraan bagi rakyatnya,
memberikan jaminan kehidupan, pendidikan dan kesehatan bagi anak
yatim dan penderita cacat, selain itu, ekspansi wilayah juga terus
dilakukan, ia berhasil menaklukkan Transoxiana (Uzbekistan), Sind,
Punjab, Khawarizm, Samarkand, Kabul, Tus dan tempat-tempat lain
termasuk menaklukkan Spanyol yang melegenda di bawah komando
Thariq bin Zivad.

D. Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul Aziz dibaiat meniadi Khalifah pada usia 36 tahun,
ia adalah seorang pemimpin yang sederhana, adil, jujur dan bijaksana.
Segera setelah diangkat menjadi khalifah ia menyerahkan seluruh
kekayaannya termasuk harta dan
perhiasan istrinya ke baitul maal. Menarik kembali fasilitas mewah
di istana negara dan mengembalikannya ke kas negara. Para pejabat yang
terindikasi korupsi dilengserkan tanpa terkecuali, ia banyak merubah
kebijakan dan mereformasi total pemerintahannya.

Dalam masa pemerintahannya yang sangat singkat, yaitu hanya


sekitar dua tahun lima bulan, ia wafat dalam keadaan tragis, menurut

10
beberapa riwayat ia diracun oleh pembantunya, namun, Umar telah
berhasil mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bag umat dan
bangsanya.

E. Hisyam bin Abdul Malik


Masa keemasan Dinasti Umayyah berakhir pada masa pemerintahan
Hisyam (724-743), anak keempat Abdul Malik. Oleh pakar Arab, ia
dipandang sebagai negarawan ketiga dalam Dinasti Umayyah setelah
Muawiyah dan Abdul Malik.

Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, sekitar 20 tahun,


ia berhasil memadamkan kemelut internasional, dan ia juga meluaskan
wilayahnya ke luar. la sukses menaklukkan wilayah Narbonne di selatan
Prancis, selanjutnya, a maju ke Marseille dan Avignon, serta Lyon,
menerobos wilayah Burgundy. Di wilayah utara, ia berhasil merebut
wilayah Toulouse, ibu kota wilayah Aquitania.

Hisyam juga banyak melakukan perbaikan-perbaikan di dalam


neger, a menjadikan tanah-tanah produktif, membangun kota Rashafah,
serta membereskan tata administrasi. Selama kepemimpinannya, ia sering
melakukan perluasan kekuasaan sampai ke Eropa dan Romawi, ia wafat
dalam usia 55 tahun pada tahun 125 H /742 M.

1.1. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah


Selama sembilan puluh tahun masa pemerintahan, Dinasti
Umayyah memberikan kontribusi besar dalam perjalanan membangun

11
peradaban Islam di dunia. Ada begitu banyak hal perkembangan dan
kemajuan Islam yang berhasil dirintis dan dicapai oleh Dinasti Umayyah
pada masanya, antara lain:

A. Ekspansi Wilayah yang Luas


Ekspansi kekuasaan meluas meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria,
Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afghanistan,
Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.
Serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel juga
terus dilakukan dengan mengerahkan Angkatan lautnya yang hebat, pada
masa Abdul Malik perluasan wilayah mencapai Balkanabad, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana, Samarkand, India, Balukhistan, Sind, Punjab
sampai ke Maltan.

B. Pembenahan Administrasi Pemerintahan


Bani Umayyah membagi wilavah administrasi pemerintahan
menjadi beberapa provinsi, secara bertahap beberapa provinsi digabung,
shingga tersisa lima provinsi yang masing-masing diperintah oleh
seorang wakil khalifah.
Pemerintah memiliki tiga tugas utama yang meliputi pengaturan
administrasi publik, pengumpulan pajak, dan pengaturan urusan-urusan
keagamaan. Sumber utama pendapatan negara adalah pajak dan zakat,
Muawiyah mengambil kebijakan untuk menarik pajak 2,5 persen, dari
pendapatan tahunan orang Islam, nilainya sama dengan pajak penghasilan
di negara modern saat ini.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

12
Bangsa Arab sebelumna tidak memiliki budava intelektualitas yang
tinggi, namun sejarah membuktikan, mereka haus akan ilmu dan cepat
belajar dari daerah-daerah yang mereka taklukkan. Ilmu pengetahuan
segera mengalami kemajuan yang begitu pesat, Khilafah Bani Umayyah
telah menabur benih-benih pengetahuan yang kelak pohonnya berbuah
begitu lebat pada masa dinasti Abbasiyah.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya
meliputi ilmu pengetahuan agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum
seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, filsafat, astoronomi, geografi, sejarah,
bahasa dan sebagainya. Dua kota Hijaz, Mekah dan Madinah, menjadi
tempat berkembangnya musik, lagu dan puisi. Sementara Kufah dan
Bashrah berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam.

D. Kemiliteran, Pertahanan, dan Keamanan


Berbeda pada masa-masa sebelumnya dimana prajurit-prajurit
perang direkrut atas dasar teologis dan loyalitas yang tinggi, pada masa
Umayyah kemiliteran dibuat secara profesional, para tentaranya diberikan
gaji dan penghidupan yang layak.
Selain berhasil membentuk kekuatan angkatan perang, salah satu
perkembangan pada Dinasti Bani Umayyah adalah dibuatnya pabrik
kapal laut. Untuk pertahanan dan keamanan dalam negeri dibentuk
departemen kepolisian.

E. Peradilan
Sebagaimana saat kekhalifahan sebelumnya, para hakim yang
diangkat pada masa Bani Umayyah adalah orang-orang pilihan yang
sangat taat kepada Allah SWT dan adil dalam menetapkan keputusan.
Keputusan-keputusan hakim sudah mulai dicatat. Peradilan dibagi

13
menjadi tiga tingkatan, Al- Qadha, peradilan yang menyelesaikan
persoalan yang berkaitan dengan agama, Al-Hisbah, yang mengurus
masalah-masalah pidana, dan Al-Mazhalim, lembaga
tertinggi yang mengadili para pejabat tinggi dan hakim-hakim, pada
masa sekarang fungsinya seperti Mahkamah Agung.

F. Perkembangan Arsitektur
Sebagai ikon dan simbol teologis keislaman, seni arsitektur dan
bangunan yang paling utama dan representatif dalam sebuah peradaban
Islam adalah rumah
ibadah (masjid). Masjid yang secara harfiahnya adalah tempat sujud
atau pusat ritual ibadah mengalami perkembangan makna dan fungsi,
masjid berperan seperti
sebuah ruang pertemuan besar, sebagai forum politik, dan ruang
pendidikan. Masjid Umayyah yang berdiri megah merupakan salah satu
bangungan yang paling impresif di dunia Islam, bahkan dianggap sebagai
sala satu keajaiban dunia. Selain masjid
Umayyah yang menjadi ikon di Damaskus, di Aleppo juga dibangun
masjid Jami' Bani Umayyah al-Kabir dan masid Ar-Rahman, dengan
arsitektur dan desain yang sangat megah. Selain rumah ibadah, arsitektur
dan bangunan yang megah pada Dinasti Bani Umayyah adalah
dibangunnya
istana-istana oleh para putra mahkkota keluarga khalifah, istana raja
Qashra al-Khadra yang terletak di ibu kota, al- Qubbah al-Khadra, tempat
kediamannya al-Hajjaj, istana al- Muwaqqar yang dibangun oleh Yazid,
dan al-Walid juga mendirikan istana bernama al-Musatta.

1.2. Masa Kehancuran Dinasti Umayyah Timur

14
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah
lemah dan membawanya kepada kehancuran, antara lain adalah:
A. Sistem pergantian khalifah yang sebelumnya menggunakan
asas dan sistem musyawarah, diganti menjadi sistem monarki atau
kerajaan, membuat persaingan tidak sehat dalam memperebutkan tampuk
kepemimpinan.

B. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah yang tidak terlepas


dari konflik-konflik pada masa Ali. Menimbulkan oposisi dari golongan
Syiah dan Khawarij yang terus menerus merongrong kekuasaan Bani
Umayyah.

C. Adanya pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani


Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam, semakin meruncing, sebagian besar golongan mawali
(non Arab) terutama di Irak tidak setuju dengan status mawali yang
menggambarkan suatu inferioritas. perselisihan in mendahului kejatuhan
dinasti in dan dampakya mulai dirasakan pada tahun-tahun berikutnya di
berbagai tempat yang berbeda.

D. Lemahnya pemerintahan Bani Umayyah disebabkan oleh sikap hidup


mewah di lingkungan istana. Setelah kekhalifahan Hisyam yang
mencapai puncak kesuksesan khilafah Bani Umayyah, khalifah
penerusnya adalah penguasa-penguasa yang bermoral buruk, suka
berfoya-foya, mabuk-mabukan, perempuan dan nyanyian, yang
menyebabkan keruntuhan dinasti Bani Umayyah.

E. Munculnya gerakan oposisi baru yang dipelopori oleh

15
Abbas bin Abdul Muthalib yang mendapat dukungan penuh dari Bani
Hasim, Siah, dan mawali yang merasa dikelasduakan ole pemerintahan
Bani Umayyah, yang kemudian menjadi cikal bakal terbentukya
peradaban baru, Dinasti Abbasiyah.

Akhirnya pada tahun 750 M, Dinasti Bani Umayyah digulingkan


oleh Bani Abbas yang telah menyusun kekuatan baru. Marwan bin
Muhammad Khalifah terakhir Bani Umayyah melarikan diri ke Mesir,
kemudian ditangkap dan dibunuh di sana. Maka berakhirlah kekuasaan
Bani Umayyah yang berlangsung selama kurang lebih 90 tahun.

A. Peradaban Islam pada Masa Dinasti Umayyah Barat


2.1. Masuknya Islam di Spanyol

Pada masa pemerintahan Khalifah al-walid (705-715 M), seorang


khalifah dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam
berhasil merebut wilayah Spanyol (Andalusia). Sebelumnya, umat
muslim telah memerintah Afrika Utara dan mengubahnya menjadi
provinsi di bawah kekuasaan Bani Umayyah. Hal ini terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah Abd Malik, Hasan ibn Nu'man al-Ghassani dipilih
untuk menjabat sebagai gubernur wilayah tersebut sebelum digantikan
oleh Musa ibn Nushair. Musa meningkatkan wilayah kekuasaannya saat
itu dengan menguasai Aljazair dan Maroko.

Begitu umat muslim memiliki otoritas penuh atas wilayah-wilayah


tersebut, mereka mengalihkan upaya mereka untuk merebut Spanyol.

16
Tiga pahlawan Islam yang berjasa membimbing pasukan mereka
dalam penaklukan Spanyol adalah Thariq bin Ziad, Musa bin Mushair,
dan Tharif bin Malik. Tharif berpartisipasi dalam penaklukan Spanyol
sebagai penyelidik dan perintis. Dia memimpin pasukan tentara yang
terdiri dari 500 penunggang kuda melintasi selat antara Maroko dan
Eropa, dan mereka berhasil memenangkan penyerbuan mereka sebelum
kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak harta rampasan.
Menyusul kesuksesan serangan sebelumnya dan menipisnya
benteng pertahanan Kerajaan Visigoth di Spanyol pada saat itu, Musa ibn
Nushair mengirim 7000 pasukan tambahan ke negara tersebut di bawah
komando Tariq ibn Ziad.
Mayoritas pasukan Thariq ibn Ziad terdiri dari suku Bar-bar.
Kemudian, para pasukan ini menyeberangi selat di Laut Tengah. Kaum
Muslim berhasil menguasai Algeciras ketika Raja Roderick berada di
utara. Gerbang untuk memasuki Spanyol terbuka lebar berkat penguasaan
wilayah ini.
Raja Roderick dikalahkan ketika dia akhirnya melanjutkan ke
selatan untuk melawan Muslim dalam pertempuran di Bakkah. Setelah
itu, Tariq dan pasukannya terus merebut kota-kota penting seperti
Kordoba, Granada, dan Toledo. Sebelum merebut Toledo, Tariq meminta
lebih banyak orang dari Afrika Utara, dan 5.000 orang dikirim. Ini
meningkatkan jumlah pasukan Tariq menjadi 12.000, tetapi masih tidak
sebesar pasukan Visigotik yang memiliki 100.000 pasukan.
Kesuksesan pertama Thariq ibn Ziad membuka pintu penaklukan
wilayah yang lebih luas. Musa ibn Nushair bergabung dalam upaya untuk
mendukung Tariq, dan pada bulan Juni 712 M, dia menyeberangi selat
dengan lebih banyak pasukan. Kota Medina, Sedonia, dan Carmona
semuanya ditaklukkan olehnya. Kota terbesar, Seville, berhasil

17
mempertahankan diri tetapi akhirnya direbut pada Juli 213 Masehi.
Menyusul kemenangan ini, Musa akhirnya bergabung dengan Tariq ke
Toledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai setiap kota penting di
Spanyol, dari Saragossa hingga Navarre.

2.2. Faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Spanyol

Keuntungan hal ini tidak lepas dari keberadaan faktor internal


dan eksternal yang menguntungkan umat Islam selama Kekhalifahan
Dinasti Umayyah. Kondisi yang ada di Spanyol sendiri merupakan
faktor eksternal tersebut. Situasi sosial, politik, dan ekonomi di Spanyol
pada masa penaklukan Islam sangat buruk. Spanyol secara politis
terfragmentasi dan dipecah menjadi negara-negara kecil. Penguasa
Gotik pada masa itu juga tidak toleran terhadap kaum Monofisit,
kepercayaan agama, dan juga penganut agama lain, Yudaisme.
Orang Yahudi merupakan mayoritas penduduk Spanyol, dan
mereka dipaksa untuk masuk Kristen. Mereka yang tidak setuju dibunuh
dan mengalami siksaan yang mengerikan. Perekonomian Spanyol
lumpuh ketika Islam datang. Meskipun Spanyol diperintah oleh
kekuasaan Romawi, tanahnya yang subur memungkinkan pertanian,
perdagangan, dan industri berkembang pesat. Namun, setelah Spanyol
diperintah oleh kerajaan Gothic, ekonomi lumpuh dan kesejahteraan
rakyat menurun.
Ketika Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville
ke Toledo dan Witiza, penguasa Toledo, digulingkan, kerajaan Gothic
mulai hancur. Oppas dan Achila, saudara laki-laki dan anak Witiza,
sangat marah dengan keadaan ini. Keduanya kemudian bangkit untuk
mengumpulkan kekuatan mereka untuk mengalahkan Roderick. Mereka

18
mengikuti umat Islam ke Afrika Utara. Konflik muncul antara Roderick
dan Ratu Julian, penguasa Septah sebelumnya, pada saat yang
bersamaan. Pertengkaran bermula karena fitnah Roderick terhadap putri
Julian. Julian mencari pembalasan untuk menjaga kehormatan dan
reputasi putrinya.
Julian juga memihak Muslim dari Afrika Utara, membantu
rencana mereka untuk menaklukkan Spanyol dengan meminjamkan
empat kapal untuk menyeberangi selat itu. Hilangnya semangat perang
dalam pasukan budak yang ditindas Roderick adalah faktor lain yang
menguntungkan tentara Islam. Selain itu Yahudi yang berada di bawah
tekanan menghalangi komunitas dan membantu perjuangan Islam.
Meskipun pendapatan ditopang oleh faktor internal, Islam bagi
Spanyol adalah ruang yang terkandung dalam tubuh para gubernur,
pasukan, dan pasukan Islam yang melakukan invasi ke tanah Spanyol.
Pemimpin memiliki karakter kuat, pasukan yang kokoh, bersatu dan
percaya diri. Selain itu, mereka tak kenal takut, dan mampu menangani
tantangan apa pun. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam—
toleransi, persaudaraan, dan gotong royong—yang diwujudkan oleh
para prajurit Muslim. Muslim di Spanyol disambut baik karena toleransi
mereka terhadap agama lain dan rasa persaudaraan.

2.3. Perkembangan Islam di Spanyol

Islam memainkan peran penting sejak menguasai Spanyol hingga akhir


kekaisaran terakhir di sana. Selama lebih 7,5 abad . Secara global, ada tiga era
otoritas Islam yang berbeda di Spanyol:

19
a) Damaskus adalah provinsi kerajaan Umayyah. diperintah oleh seorang
wakil khalifah yang ditempatkan di sana antara tahun 93 - 138 H.
b) Didirikan pada tahun 138–315 H. dimulai oleh Amir Abd ar-Rahman
ad-Dakhil, terpisah dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. dan diperintah
oleh para amir yang berdiri sendiri
c) Antara tahun 315 dan 422 H, Abd ar-Rahman an-Nashir
memproklamasikan dirinya sebagai khalifah di Andalusia (Spanyol).

Penjelasan tentang kekuasaan Islam di Spanyol lebih rinci sebagai berikut:

A. Periode Pertama (711-755 M)

Spanyol diperintah saat ini oleh seorang wali yang dipilih di Damaskus
oleh Khalifah Umayyah. Stabilitas politik di Spanyol tidak sepenuhnya
tercapai selama ini. Gangguan terus ada di tingkat internal dan
eksternal. Gangguan internal di antara elit penguasa yang didasarkan
pada perbedaan etnis dan kelas. Sementara itu, gangguan eksternal
dikarenakan musnahnya musuh Muslim Spanyol yang tinggal di daerah
pegunungan yang tidak pernah berada di bawah kekuasaan Islam.
Mereka terus bertambah kuat, dan setelah pertempuran yang
berlangsung hampir 500 tahun, mereka mampu mengusir Islam dari
Spanyol. Karena seringnya perselisihan internal dan perang dengan
musuh asing, Islam Spanyol belum memulai perkembangan peradaban
dan budayanya. Berakhirnya periode ini degan kedatangan Abd ar-
Rahman ad-Dakhil di Spanyol pada 138 H/755 M.

B. Periode Kedua (755–912 M)

Spanyol diperintah oleh seorang emir (komandan atau gubernur), tetapi


tidak berada dibawah otoritas Islam pusat, yang berbasis di Bagdad di
bawah Dinasti Abbasiyah. Abd ar-Rahman I yang tiba di Spanyol pada
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar ad-Dakhil adalah amir pertama. Dia
adalah leluhur Bani Umayyah yang berhasil menghindari kejaran Bani
Abbasiyah setelah mereka mengalahkan Bani Umayyah di Damaskus.
Ia juga berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Abd ar-
Rahman ad-Dakhil, Hisham I, Hakam I, Abd ar-Rahman al-Awsath,
Muhammad Abd ar-Rahmanis, Munzir Muhammad, dan Abdullah ibn
Muhammad adalah penguasa Spanyol pada periode saat itu.

Muslim mulai membuat kemajuan politik dan peradaban pada saat ini.
Abd ar-Rahman ad-Dakhil mendirikan sekolah di kota-kota penting di

20
Spanyol serta masjid di Córdoba. Hisham memiliki reputasi sebagai
penganut hukum Islam. Hakam terkenal karena mendirikan tentara
bayaran di Spanyol sebagai pembaharu militer. Abd ar-Rahman al-
Awsath kembali sebagai penguasa yang mencintai ilmu. Periode kedua
ini juga mulai muncul pemikiran filosofis. Namun, ada juga sejumlah
kerusuhan dan ancaman. Sebuah gerakan Kristen fanatic yang
bersemangat mencari mati syahid muncul di pertengahan abad
kedelapan, menjungkirbalikkan kedamaian bangsa. Namun, gerakan ini
tidak didukung oleh gereja Spanyol lainnya.

C. Periode Ketiga (912-1013 M)

Dari masa Abd ar-Rahman III, juga dikenal sebagai an-Nasir, hingga
munculnya "raja-raja golongan" yang dikenal sebagai Muluk ath-
Thawaif, pada periode ini. Spanyol diperintah oleh seorang penguasa
yang memiliki khalifah selama ini. Ketika Abd ar-Rahman III
mengetahui bahwa al-Muqtadir, Khalifah dinasti Abbasiyah di
Baghdad, telah dibunuh oleh pengawalnya sendiri, penggunaan gelar
tersebut secara resmi dimulai. Selama masa ini, tiga khalifah penting—
Abd ar-Rahman an-Nasir (912–961), Hakam II (961–976), dan Hisham
II (976–1009 M)—memerintah. Muslim Spanyol mengalami puncak
kemakmuran dan kesuksesan dan menyaingi Kekaisaran Abbasiyah di
Bagdad. Universitas Cordova didirikan oleh Abd ar-Rahman an-Nasir.
Ada ratusan ribu buku di perpustakaan

Ketika Hisam naik takhta pada usia 11 tahun, Daula Umayyah di


Spanyol memulai kehancuran. Penguasa memiliki kendali atas kekuatan
sesungguhnya. Abi 'Amir ditunjuk sebagai pemegang kekuasaan mutlak
oleh Khalifah In pada tahun 981 M. Dia adalah individu yang
bersemangat yang berhasil menyingkirkan para pesaingnya dan
mengkonsolidasikan pengaruhnya. Anak laki-laki tanpa kemampuan
memegang jabatan setelah dia. Bangsa yang dulunya makmur jatuh ke
dalam ketidakstabilan dan akhirnya hancur dalam hitungan tahun.
Dewan Menteri di Kordoba memutuskan untuk menggulingkan
kekhalifahan pada tahun 1013 M. Spanyol pada saat itu terpecah
menjadi banyak negara kecil.

D. Periode Keempat (1013-1086 M)

21
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil selama ini,
masing-masing dipimpin oleh raja sempalan (muluk ath-thawaif), dan
berpusat pada tempat-tempat seperti Seville, Cordoba, Toledo, dll.
Abbadiyyah di Seville adalah yang terbesar. Selama waktu ini, Muslim
Spanyol sekali lagi terjerumus ke dalam kerusuhan domestik. Ironisnya,
beberapa pihak yang berperang meminta bantuan raja-raja Kristen
ketika perang saudara pecah. Orang-orang Kristen meluncurkan
serangan pertama mereka ketika mereka menyadari betapa lemah dan
tidak stabilnya Muslim. Meskipun kehidupan politik tidak dapat
diprediksi, kehidupan intelektual masih berkembang. Istana mendorong
para sarjana dan penulis untuk mencari perlindungan pada istana-istana
lainnya.

E. Periode Kelima (1086–1248 juta)

Meskipun Islam Spanyol terbagi menjadi beberapa wilayah,


dinasti Muwahhidun (1146-1235 M) dan Muwahhidun (1086–1143 M)
merupakan kekuatan yang mendominasi periode ini. Awalnya Yusuf
mendirikan dinasti Murabithun sebagai gerakan keagamaan di Tasyfin,
Afrika Utara. Ia berhasil mendirikan kerajaan dengan Marrakech
sebagai ibu kotanya pada tahun 1062. Akhirnya masuk ke Spanyol dan
menguasainya. Dinasti ini berakhir di Afrika Utara dan Spanyol pada
tahun 1143 M, dan Almohad menggantikannya. Zaragoza ditaklukkan
oleh orang-orang Kristen pada tahun 1118, selama dinasti Murabithun.

Ada sebuah dinasti kecil di Spanyol setelah dinasti Murabithun


tetapi hanya bertahan tiga tahun. Dinasti Muwahhidun menguasai
wilayah tersebut pada tahun 1146 M. Di Tumart, Muhammad
mendirikan Muwahhidun. Di bawah Abd al-Mun'im, dinasti ini tiba di
Spanyol. Córdoba ditaklukkan oleh raja-raja Kristen pada 1238 M, dan
Seville pada 1248. Kecuali Granada, Spanyol dibebaskan dari islam

F. Periode Keenam (1248-1492 M)

Islam secara eksklusif memerintah di Granada selama ini (1232–


1492 M) di bawah dinasti Ahmar. Peradaban telah maju sekali lagi
seperti di bawah Abd ar-Rahman an-Nasir. Namun, dinasti tersebut
hanya menguasai wilayah kecil. Konflik antara para pejabat istana
menyebabkan berakhirnya pemerintahan Islam, yang merupakan garis
pertahanan terakhir Spanyol. Fakta bahwa ayah Abu Abdullah

22
Muhammad menunjuk putra lain sebagai raja membuatnya marah. Dia
berusaha untuk mengambil alih dan memberontak.

Muhammad Sa'adis menggantikan ayahnya, yang dibunuh


selama pemberontakan ini. Kemudian, dalam upaya menjatuhkannya,
Abu Abdullah meminta bantuan Ferdinand dan Isabella. Kedua raja
Kristen ini setuju untuk menggulingkan raja yang sah, dan Abu
Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella, yang menikah
satu sama lain untuk menggabungkan dua negara besar Kristen, tidak
sepenuhnya puas. Keduanya ingin menggantikan kedaulatan Islam
Spanyol sebelumnya. Abu Abdullah akhirnya mengakui kekalahan
setelah tidak mampu menahan serangan Kristen. Dia pindah ke Afrika
Utara setelah turun tahta demi Ferdinand dan Isabella. Di Spanyol, era
Islam berakhir pada 1492. Kemudian, umat Islam harus memutuskan
apakah akan meninggalkan Spanyol atau masuk Kristen. Dapat
dikatakan bahwa tidak ada lagi umat Islam di daerah tersebut pada 1609
M.

2.4. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol


Pertumbuhan Islam di Spanyol terlihat dalam banyak bidang, antara lain dalam
bidang intelektual yang turut melahirkan Eropa saat ini, bidang budaya yang
dalam hal ini konstruksi fisik atau arsitektur, serta bidang-bidang lainnya.
Tingginya budaya Islam di Spanyol berdampak pada bangkitnya peradaban
Eropa

A. Perkembangan intelektual
1. Filsafat

Islam Spanyol meninggalkan warisan budaya yang sangat mengesankan. Pada


abad ke-12, itu berfungsi sebagai saluran pertukaran akademik Yunani-Arab
dengan Eropa. Pada masa pemerintahan khalifah Muhammad ibn Abd ar
Rahman pada abad ke-8 M, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan
mulai tumbuh. Abu Bakar Muhammad ibn as-Sayigh, sering dikenal sebagai
Bajjah, adalah tokoh penting pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol. Dia
menimbulkan pertanyaan bersifat etis dan eskatologis, seperti al-Farabi dan
Ibnu Sina di Timur. Tadbir al-Mutawahhid adalah karyanya yang paling
terkenal. Abu Bakar adalah tokoh terkemuka lainnya di Thufail. Dia banyak
menerbitkan tentang astronomi, filsafat, dan masalah medis. Hay in Hagzhaan

23
adalah karya filosofisnya yang paling terkenal. Penerus terbesar Aristoteles
dalam filsafat Islam, Cordova Rushdis (Averros), lahir sekitar akhir abad ke-
12. Itu dibedakan oleh keakuratan interpretasi tulisan-tulisan Aristoteles dan
kehati-hatian dalam menangani masalah kronis keselarasan antara filsafat dan
agama. Dalam bukunya Bidaayah al-Mujtahid, ia juga dianggap sebagai ahli
hukum. Al-Kulliyyah fi ath-Tsibb, buku kedokteran, adalah karya lain yang
dihasilkannya.

2. Sains
Ilmu lain yang berkembang dengan baik termasuk yang berkaitan dengan
kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, dan
farmasi. Banyak pemikir terkenal di bidang sejarah dan geografi lahir di
wilayah Islam barat. Menulis tentang Sisilia dan negara-negara Muslim di
dekat Mediterania, Valencia Jubayr. Jelajahi dunia dari Tangier di Batuta
hingga Samudera Pasai dan Tiongkok. Khatib menyusun sejarah Granada.
Pencipta filsafat sejarah adalah seorang Tunisia Di Khaldun. Abbas Farnas,
Ibrahim ibn Yahya an-Naqgash, Ibn Safar, dan al-Bitruji adalah beberapa
astronom terkemuka. Misalnya, Abd ar-Rahman ibn Syuhayd, Juljuli, Hazmi,
dan Ahmad Cordova di Ibas semuanya berkecimpung di industri farmasi.
Saudari Al-Hafizh dan Umm al-Hasan binti Abi Ja'far keduanya adalah ahli
medis wanita.

3) Bahasa dan sastra

Spanyol memiliki sejumlah besar profesional yang fasih berbahasa Arab lisan
dan tulisan selama era Islam. Mereka antara lain Abu Ali al-Isybili, Ibnu
Malik, Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu al-Hasan bin 'Ushfur, dan Abu Hayyan
al-Gharnathi, penulis Alfiyyah nazham. Ada beberapa karya sastra yang pernah
diterbitkan, antara lain Kitab adz-Dzakirah fi Mahas Ahl al-Jazirah karya Ibnu
Bassam, Kitab al-Qalaaid karya al-Fath bin Khagan, dan masih banyak lagi
karya sastra lainnya yang diterbitkan.

4) Musik dan seni

Selama era Islam, Spanyol memiliki kancah musik dan seni yang berkembang
pesat. Para penguasa sangat menghargai seni dan musik. Salah satu tokohnya
adalah al-Hasan bin Nafi yang juga dikenal dengan nama Zaryab. Dia terkenal
karena menulis lagu

5) Tafsir

24
Salah satu komentator Andalusia yang paling terkenal adalah Al-Qurthubi. Abu
Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh al-Ansari al-Andalusi
adalah nama lengkapnya. Karyanya Al-Jami®' li Ahkaam al-Qu'an, juga dikenal
sebagai Tafsir al-Qurthubi, memiliki 20 jilid buku.

1. Fiqh

Islam Spanyol terkenal sebagai pusat filsuf Maliki dalam bidang fikih. Ziyad
Abd ar-Rahman dengan kali memperkenalkan madzhad dalam bahasa Spanyol.
In Yahya, yang ditunjuk sebagai kadli oleh Hisham ibn Abd ar-Rahman,
membuat keputusan terkait perkembangan selanjutnya. Abu Bakar ibn al-
Quthiyah, Muniz Said al-Baluthissa, In Rusyd, asy-Syatibi, dan In Hazm
adalah pengalam tetap lainnya.

b) Kemajuan Arsitektur Bangunan

Struktur fisik Islam Spanyol sangat indah, menarik perhatian publik dan
pejabat. Secara arsitektural, struktur Andalusia memiliki nilai sangat tinggi.
Sebagai jalur perdagangan, jalan dibangun. Pasar dibangun untuk mendukung
ekonomi. Juga dengan jembatan, kanal, saluran air, dan bendungan.

1) Kordoba

Córdoba merupakan pusat kota Spanyol pra-Islam sebelum dikuasai Dinasti


Omejada. Kota Cordoba diciptakan dan dihias oleh raja-raja Muslim. Sungai
yang mengalir melalui jantung kota itu dilintasi oleh sebuah jembatan besar.
Kebun-kebun dibangun untuk merapikan ibu kota Islam Spanyol. mengimpor
pohon-pohon indah dari timur. Istana megah mengelilingi ibu kota, yang
meningkatkan keindahan daerah sekitarnya. Masjid Córdoba yang dikonversi,
sering dikenal sebagai La Mezquita, adalah sumber kebanggaan lain bagi
masyarakat. Masjid ini memiliki pintu emas murni, pintu tembaga emas, dan
menara marmer. Di kota ini terdapat 491 masjid.

2) Granada
Granada adalah benteng Islam terakhir di Spanyol. Arsitektur bangunannya
terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah
pusat dan puncak arsitektur Islam di Spanyol. Kisah progres pembangunan
fisik berlanjut dengan Istana az-Zahra, Istana al-Gazari dan Menara Girilda.

Benteng Islam terakhir di Spanyol terletak di Granada. Desain strukturnya


terkenal di seluruh Eropa. Jantung dan puncak arsitektur Islam di Spanyol

25
adalah istana al-Hambra yang menakjubkan dan megah. Istana az-Zahra, Istana
al-Gazari, dan Menara Girilda melanjutkan proses pertumbuhan konstruksi
fisik.

3) Sevilla

Masa pemerintahan Al-Muwahhidun kota Seville dibangun. Seville


sebelumnya berfungsi sebagai ibu kota sejarah yang menakjubkan. Kota ini
dulunya adalah rawa. Romula Agusta adalah nama romawi kota itu kemudian
diubah menjadi Assybiliyah (Seville). Kedaulatan Islam telah berlangsung
selama sekitar 500 tahun di Sevilla. Masjid yang dibangun pada tahun 1171, di
bawah pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya'kub, kini dikenal sebagai Santa
Maria de la Sede. Ferdinand menaklukkan Sevilla pada tahun 1248.

4) Toledo

Sebelum Islam mengambil alih, Toledo adalah kota penting di Andalusia.


Toledo dijadikan ibu kota kekaisaran setelah Romawi menguasai. Setelah
Tariq Ziyadissa menguasainya, kota ini berkembang menjadi pusat aktivitas
umat Islam, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan.
Alfonso VI dari Castile, raja, menguasai Toledo. Umat Kristen kini beribadah
di sebagian sisa bangunan masjid Toledo. Ada banyak faktor yang mendukung
pertumbuhan Islam di Spanyol. Antara lain didukung oleh keberadaan
penguasa yang kuat dan berwibawa yang mampu menghimpun kekuatan umat
Islam.

Kesuksesan politik para pemimpin ini didukung oleh wawasan para perintis
ilmiah lainnya. Para raja juga mendorong rasa toleransi terhadap orang Kristen
dan Yahudi. Karena itu mereka memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban Islam di Spanyol. Bani Abbasiyah di Bagdad dan Bani Umayyah di
Spanyol terkadang terlibat persaingan sengit, tetapi konflik tidak selalu
menjadi bagian dari hubungan budaya mereka. Dimulai pada abad kesepuluh,
banyak sarjana memindahkan buku dan gagasan dari barat jauh ke timur
wilayah Islam. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada apa yang disebut
sebagai kesatuan budaya dalam Islam meskipun pada kenyataannya umat Islam
dipisahkan menjadi beberapa entitas pemerintahan.

Referensi :

26
Dr. H. Anwar Sewang, MA. 2015. Sejarah Peradaban Islam, Malang, Wineka
Media

Drs. H. Syamruddin Nasution. M.A., 2007. Sejarah Perkembangan Peradaban


Islam, Riau, CV Mulia Indah Kemala

Dr. Siti Zubaidah, M.Ag., 2016, Sejarah Peradaban Islam, Medan, Perdana
Publishing

27
28
29
.

30

Anda mungkin juga menyukai