DINASTI UMAYYAH I”
DISUSUN OLEH:
AHMAD ZULFAN AJ
1
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
Latar Belakang ............................................................................................................ 3
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4
BAB II ........................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 5
Proses Berdirinya Dinasti Umayyah I ...................................................................... 5
Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Umayyah I ............................................. 5
Khalifah Dinasti Umayyah I .................................................................................... 12
Kemunduran Dinasti Umayyah I ............................................................................ 17
BAB III ........................................................................................................................................ 19
PENUTUP ................................................................................................................................... 19
Simpulan .................................................................................................................... 19
Kritik dan Saran ....................................................................................................... 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bani Umayyah atau kekhalifahan Umaiyah adalah kekhalifahan Islam pertama
setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661-750 M di jazirah Arab
yang berpusat di Damaskus, Syiria, serta dari 756-1031 di Cordoba-Andalusia,
Spanyol. Masa kekhalifahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai
pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan, dimana pemerintahan yang
bersifat Islamiyyah berubah menjadi kerajaan turun-temurun. Yaitu setelah Al-
Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada
Muawwiyah dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang
dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman bin Affan yakni pada peristiwa perang
Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah.
Nama Dinasti Umayyah diambil dari nama nenek moyang mereka yaitu
Umayyah bin Abdi Syams bin Abdimanaf. Ia adalah salah seorang terkemuka
dalam dalam persukuan pada zaman Jahiliyah, bergandeng dengan pamannya
Hasyim bin Abdimanaf. Umayyah dan Hasyim berebut pengaruh politik dalam
proses-proses sosial-politik pada zaman Jahiliyah, namun Umayyah lebih dominan.
Hal itu disebabkan karena ia merupakan pengusaha yang kaya, dan memiliki harta
yang melimpah. Harta dan kekayaan menjadi faktor dominan untuk merebut hati di
kalangan Qureisy, sehingga Hasyim tidak dapat mengimbangi keponaknnya
tersebut.
Dari dinasti Umayyah ini terdapat 14 Khalifah yang bergantian memimpin
dalam masa pemerintahan, dimulai dari Muawwiyah (661) sampai dengan Marwan
II (750).
Rumusan Masalah
1.1.1 Bagaimana proses berdirinya Dinasti Umayyah?
1.1.2 Bagaimana kemajuan Dinasti Umayyah I?
3
1.1.3 Siapa saja khalifah Dinasti Umayyah I?
1.1.4 Apa saja penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah I?
Tujuan Penulisan
1.1.5 Untuk mengetahui proses berdirinya Dinasti Umayyah.
1.1.6 Untuk mengetahui kemajuan Dinasti Umayyah.
1.1.7 Untuk mengetahui runtuhnya Dinasti Umayyah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabkan Muawiyah terus berusaha
merebut Bizantium, yaitu :
a. Kota tersebut adalah basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang
pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam.
b. Orang-orang Byzantium sering melakukan pemberontakan dan
pengrusakan ke daerah Islam.
c. Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Pada waktu Dinasti Umayyah berkuasa, daerah islam membentang ke
berbagai negara yang berada di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus
memperluas peta kekuasaannya ke daerah Afrika Utara pada masa Khalifah Walid
bin Abdul malik, dengan mengutus panglimanya Musa bin Nushair dan mengutus
Thariq bin Ziyad untuk merebut wilayah Andalusia.
Pada masa Dinasti umayyah beberapa kemajuan di berbagai sektor berhasil
dicapai. Antara lain :
2.1.1 Kemajuan Bidang Ilmu Hadits
Menurut ilmu hadits, hadits adalah segala ucapan, perbuatan, dan
keadaan Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum Islam kedua,
proses perkembangan ilmu hadits sangat panjang, perkembangan ilmu hadits
telah mencapai tujuh periode.
1. Periode Pertama
Periode pertama ialah periode turunnya wahyu, pembentukan
hukum, serta dasar-dasarnya. Periode ini berlangsung tahun 13 SH-11 H
ataumasa kerasulan Nabi Muhammad SAW.
2. Periode Kedua
Perode kedua disebut periode pembatasan hadits dan penyelidikan
riwayat. Periode ini berlangsung pada masa Khulafaur Rasyidin (11-41
H).
3. Periode Ketiga
Perode ketiga ialah periode penyebaran riwayat ke kota-kota.
Periode ini berlangsung pada masa sahabat kecil dan tabiin besar.
4. Periode Keempat
6
Periode keempat adalah periode penulisan dan kodifikasi resmi.
Periode ini berlangsung tahun 102 H hingga akhir abad ke-2 H.
5. Periode Kelima
Periode kelima adalah periode pemurniaan, penyehatan, dan
penyempurnaan. Periode ini berlangsung awal hingga akhir abad ke-3 H.
6. Periode Keenam
Periode keenam adalah periode pemeliharaan, penertiban,
penambahan, dan penghimpunan. Periode ini berlangsung abad ke-4 H
sampai pertengahan abad ke-7 H, pada saat Kota Bagdad jatuh ke tangan
bangsa Mongol.
7. Periode Ketujuh
Periode ketujuh merupakan periode pensyarah, penghimpunan,
pengeluaran riwayat, dan pembahasan. Periode ini berlangsung sejak
jatuhnya Kota Bagdad hingga sekarang.
Berdasarkan periodesasi tersebut perkembangan ilmu hadits pada
Dinasti Umayyah meliputi periode ketiga dan keempat.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-102 H),
dilakukan upaya pembukuan hadits-hadits yang tersebar di berbagai tempat
dan banyak para tabi’in.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, khalifah umar bin Abdul Aziz
memerintah kepada para gubernurnya dan para ulama terkemuka untuk
mengumpulkan dan membukukan hadits untuk disebarkan kepada masyarakat
Islam.
Gubernur Madinah, Ibn Hazm dikenal sebagai seorang ulama yang
memiliki pengetahuan keagamaan yang cukup luas. Karena itu, khalifah
member kepercayaan kepadanyauntuk menghimpun dan membukukan hadits-
hadits yang ada padanya dan yang ada pada sahabat lainnya di kota Madinah.
Di antara tugas yang diembannya adalah mengumpulkan hadis-hadits yang
ada pada Amrah bin Abdurrahmandan al-Qasim bin Muhammad bin Bakar.
Karena Amrah adalah anak angkat Siti aisyah dan orang yang paling
dipercaya untuk menerima hadits dari Siti Aisyah tersebut.
7
Sementara itu al-Qasim adalah salah seorang dari tujuh ulama fiqih di
Madinah. Selain mengirim surat perintah kepada para gubernur, Khalifah
Umar bin Abdul Aziz juga memerintahkan Ibn Syihab az-Zuhri (wafat tahun
124 H) dan ulama lainnya untuk mengumpulkan dan membukukan hadits
yang ada pada mereka serta mengirimkannya kepada khalifah. Bahkan beliau
sendiri ikut terlibat di dalam mendiskusikan dan menghimpun hadits-hadits.
Az-Zuhri adalah seorang ulama terkemuka di Hijaz dan Syria pada masa itu.
Karena itu, tidak salah apabila Khalifah Umar bin Abdul Aziz meminta
kepada mereka untuk mengumpulkan dan membukukan hadits-hadits. Uasaha
yang dilakukan para ulama dan tokoh terkemuka ketika itu di dalam upaya
pembukuan hadits cukup berhasil. Sebab az-Zuhri telah merampungkan
upaya pembukuan hadits tersebut, meskipun khalifah Umar bin Abdul Aziz
belum melihat secara langsung hasilnya. Karena khalifah sangat percaya
dengan kemampuan dan keahlian mereka di bidang hadits.
Usaha pembukuan hadits terus dilakukan setelah masa kepemimpinan
khalifah Umar bin Abdul Aziz (102 H). Di antara para ulama yang terus
berjuang mengumpulkan dan membukukan hadits adalah Ibnu Juraij (wafat
tahun 150 H) di Mekah. Muhammad bin Ishak (wafat tahun 151 H) di
Madinah. Said bin Urwah (wafat tahun 156 H) di Basrah. Sufyan As-Saury
(wafat tahun 161 H) di kufah. Al-Awa’il (wafat tahun 157 H) di Syria.
Kemudian abad ketiga hijriah (ke-3 H) dan keempat (ke-4 H) usaha
pembukuan hadits mengalami masa kejayaan.
8
atau ayat-ayat yang hanya memuat prinsip umum. Usaha-usaha untuk
menafsirkan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki otoritas dan tugas utama
dalam menjelaskan Al-Qur’an. Oleh karena itu, penafsiran yang diberikan
oleh nabi Muahammad SAW adalah penafsiran yang paling benar.
Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, penafsiran al-Qur’an
dilakukan oleh para sahabat, yaitu Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Abdullah bin Abbas, Zaid
bin Tsabit, Abu Muasa al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.
Abdullah bin Abbas merupakan seorang yang hidup hingga masa
Dinasti Umayyah. Beliau wafat pada masa pemerintahan Abdul malik bin
Marwan. Keahliannya dalam ilmu tafsir membuatnya dijuliki Tarjuman al-
Qur’an (Juru Bicara Al-Qur’an).
Pada masa berikutnya, tafsir para sahabat itu berkembang di berbagai
kota dan memunculkan generasi ahli tafsir dari kalangan tabi’in. Di Mekah,
tafsir Ibnu Abbas dikembangkan oleh murid-muridnya, seperti Sa’id bin
Jabir, Mujahid, Ata bin Abi Rabah, dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Di Kufah muncul generasi ahli tafsir yang bersumber dari Ibnu
Mas’ud. Di Madinah muncul pula para ahli tafsir, seperti Abdurrahman bin
Aslam dan Malik bin Anas. Pada masa itu, penafsiran ayat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, menafsirkan
Al-Qur’an dengan hadit-hadits Nabi Muhammad SAW, serta menefsirkan Al-
Qur’an dengan ijtihad sahabat. Metode tafsir yang terakhir itu disebut dengan
tafsir bil-ma’sur. Hasil-hasil penafsiran Al-Qur’an pada masa itu belum ada
yang dibukukan. Hasil karya para ulama di berbagai bidang tersebut baru
mulai dibukukan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
9
Menurut seorang ahli fiqih dan ahli usul fiqih yang bernama Mustafa
Ahmad Zarqa, perkembangan ilmu-ilmu fiqih terbagi dalam tujuh periode.
Periode pertama adalah periode risalah, yaitu periode yang berlangsung pada
masa hidup Nabi Muhammad SAW. Periode kedua berlangsung sejak zaman
Khlafaur Rasyidin sampai pertengahan abad pertama hijriah.
Periode ketiga berlangsung sejak pertengahan abad pertama hjriah
sampai permulaan abad kedua hijriah. Periode keempat dimulai pada
permulaan abad kedua hijriah dan berakhir pada pertengahan abad keempat
hijriah. Periode kelima berlangsung pada pertengahan abad ketujuh hijriah.
Periode keenam dimulai pada pertengahan abad ketujuh hijriah sampai
munculnya Mujallah al-Ahkam al-‘Adliyyah, yaitu sebuah kodifikasi hukum
perdata Islam di zaman Turki Usmaniyang diundangkannya kodifikasi hukum
perdata Islam tersebut hingga sekarang.
Perkembangan ilmu fiqih pada masa Dinasti Umayyah hampir
seluruhnya terjadi periode ketiga.
Pada masa pemeritahan Usman bin Affan, para sahabat mulai
berpencar ke berbagai daerah. Para sahabat tersebut menjumpai masyarakat
yang memiliki sistem sosial yang berbeda. Dengan demikian, makin banyak
pula hasil ijtihad yang muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Di Irak, ibnu Mas’ud berperan sebagai sahabat yang menjawab
berbagai persoalan di sana. System masyarakat di Irak berbeda dengan sistem
masyarakat di Mekah atau Madinah. Hal itu karena masyarakat irak lebih
heterogen dibanding masyarakat Mekah dan Madinah sehingga permasalahan
yang mereka hadapi juga lebih kompleks. Dalam berijtihad, Ibnu Mas’ud
mengikuti cara-cara Umar bin Khattab yang mengedepankan nalar dan akal.
Dari sinilah munculnya aliran ahlur-ra’yi di Irak.
Adapun ilmu fiqih dikembangkan oleh Zaid bin Tsabit dan Abdullah
bin Umar di madinah. Dalam berijtihad, mereka mengedepankan dalil-dalil
Al-Qur’an dan Hadits. Hal itu merupakan cikal bakal munculnya aliran ahlul-
hadits.
Murid-murid Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, dan Adullah bin Umar
selanjutnya meneruskan usaha mereka. Di antara murid-murid itu adalah
10
Sa’id bin Musayyab di Madinah, Ata bin Abi Rabah di Mekah, Ibrahim an-
Nakha’I di Kufah, Makhul di Suriah, dan Tawys bin Kisan al-Yamani di
yaman. Mereka dalah generasi tabi’in yang mengembangkan ilmu fiqih pada
periode selanjutnya.
11
Ketika Khalifah Abdul Mlik menjabat, mulailah dirintis pembuatan
tirai, yakni cap resmi pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
a. Seni sastra, berkembang dengan pesat sehinnga syair yang muncul
senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang
bermutu tinggi.
b. Seni suara, berkembang adalah seni baca Al-Qur’an, qasidah,
music, dan lagu-lagu yang bernafaskan cinta. Dan pada saat itu
muncul para seniman dan qori’ ternama.
c. Seni ukir, penggunaan khot Arab sebagai motif ukiran atau
pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan
tembok-tembok Istana yang diukir dengan khat Arab. Misal
Qushair Amrah.
12
lain ia juga mengampanyekan bentuk pemerintahan monarki dengan
mengangkat anaknya Yazid menjadi putera mahkota.
Semasa pemerintahan Umayyah peta islam melebar ke timur sampai
kabu, Kandahar, Ghazni, Balakh, bahkan sampai kota Bukhara. Selain itu
kota Samarkand dan Tirmiz menjadi wilayah kekuasaannya. Di selatan
tentanranya sampai ke tepi sungai Sind (Indus), akan tetapi wilayah Sind
menjadi permanen dalam kekuasaan islam pada masa khalifah Walid bin
Abdul Malik tahun 707-715 M.
Di barat, panglima ‘Uqbah bin Nafi’ menaklukkan Carthage
(kartagona), ibukota Bizantium di Ifriqiya dan mendirikan masjid bersejarah
Qayrawan dengan membangun pusat militer di kota Qayrawan.
Muawwiyah juga berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel,
ibukota Romawi Timur yang selalu menjadi ancaman kedaulatan islam
sebanyak dua kali. Walaupun mengalami kegagalan, namun tentara
Muawwiyah berhasil menguasai pulau Rodes, Sijikas, Kreta, dan pulau-pulau
lain di laut tengah.
Muawwiyah juga seorang administrator ulung, dalam banyak hal ia
melakukan perubahan. Ia menerapkan untuk pertama kalinya Diwan Al
Khotim dan Diwan Al Barid, diwan-diwan ini kemudian berkembang maju
pada masa pemerintahan Abdul Malik, dan ia juga yang pertama kali
membentuk pasukan pengawal pribadi yang terkenal dengan pasukan
bertombak pengawal raja.
Muawwiyah meninggal dunia pada bulan Rajab, tahun 60 H. bagi
khalifah Bani Umayyah, Muawwiyah merupakan teladan dalam hal
kelembutan, semangat, kecerdasan, dan kenegarawanan. Bukan saja raja
pertama, tetapi raja arab yang terbaik.
13
Bizantium sebanyak 27 kali walaupun tidak berhasil menaklukkan
konstantinopel.
Masa pemerintahannya meskipun monarki, namun masih terdapat
majelis syuro dan para penguasa dinasti ini tetap menggunakan sebutan
Khalifah.
Pemerintahan Yazid ditandai dengan empat kejadian penting.Pertama,
cucu Nabi SAW Husein bin Ali terbunuh di Karbala menyebabkan golongan
Syiah lahir secara sempurna dan menjadi penentang utama
kekuasaannya1.Kedua, pasukan Yazid dibawah pimpinan Muslim bin ‘Uqbah
menyerang kota Madinah dalam peperangan di Harra, hal itu disebabkan
ketidak setujuan warga Madinah atas pemerintahan Yazid2. Ketiga,
penyerangan dan pengepungan kota Mekkahserta pengrusakan Ka’bah (yang
pada waktu itu mengakui Abdullah bin Zubair sebagai khalifah mereka) oleh
tentara Yazid yang masih dibawah pimpinan Hushain bin Numair. Namun
saat pengepungan dan penyerangan terjadi terdengar kabar bahwa Yazid
meninggal dunia pada tahun 683, maka para tentara tersebut menghentikan
penyerangan dan pengepungan kota Mekkah serta kembali ke
Damaskus3.Keempat, mengangkat kembali ‘Uqbah bin Nafi’ menjadi
gubernur kedua kalinya di Ifriqiyah.
Pemerintahan pun dipegang oleh putera Yazid, Muawwiyah II.Ia tidak
terlalu tertarik dengan kekuasaan, dan setelah memangku jabatan selama
beberapa bulan Muawwiyah II meninggal dunia, dialah khalifah terakhir dari
keluarga Abu Sufyan.
1
M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:
Yogyakarta, 2007), Cet 1, hal 118.
2
Tarikh Al Islam As Siyasi, hal 230.
3
M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:
Yogyakarta, 2007), Cet 1, hal 118.
14
Periode pemerintahannya adalah periode emas dinasti Umayyah.Ia
mengadakan berbagai macam pembaruan, diantaranya penggunaan Bahasa
arab secara resmi sebagai Bahasa Negara setelah sebelumnya kekhalifahan
menggunakan Bahasa Qibti, Suryani dan Yunani dalam pemerintahan.Ia juga
mencetak mata uang dengan nama Dinar, Dirham dan Fals. Kemudian ia
mendirikan kantor kas Negara di Damaskus. Selain itu, pertama kali dalam
sejarah Bahasa arab menggunakan (.) dan (,) dan pembaharuan kaidah yang
telah dimulai pada masa khalifah Ali bin Abi Tholib.
Pelayanan pos dan telekomunikasi juga ditingkatkan dnegan
menugaskan seorang dinas pos yang akan segera mengirim berita penting.
Khalifah Abdul Malik terkenal sebagai seorang yang suka arsitektur,
ia mendirikan masjid Qubbatus Syaqra’ dan istana-istana serta bangunan yang
indah4.
4
M.Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Pustaka Book Publisher:
Yogyakarta, 2007), Cet 1, hal 120.
15
yang didapat dari pemberian ayahnya.Ia menanggalkan semua kemewahan
hidupnya demi memikul amanah ini.
Suatu ketika ia pernah terlmabat perg ke masjid di hari jumat, karena
pakaian satu-satunya yang dipenuhi tempelan jahitan belum kering dicuci. Di
lain hari anak bungsunya menghadap kepadanya karena sudah tidak tahan
dengan makanan-makanan kasar yang menjadi konsumsi mereka, ia berkata:
wahai anakku, apakah kau senang makan makanan lezat sedangkan yahmu
masuk neraka?”.
Kebijakan Umar dalam menata adminstrasi terfokus untuk
memberikan jaminan keamanan bagi rakyat, demi memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi rakyat ia meninggalkan kebijakan-kebijakan pendahulunya
yang memfokuskan pada perluasan dan penguasaan Negara.
Kebijakan yang ditetapkan; mengatur para penguasa dan pejabat
daerah. Netral dan adil dalam pemberian hak dan kewajiban kepada orang
arab dan mawali. Mereka yang tidak cakap dan mampu, ber-KKN dan Zalim
serta tidak memihak kepada kepentingan rakyat dipecat tanpa pandang bulu.
Ia adalah satu-satunya khalifah Bani Umayyah yang mampu meredam
konflik antar golongan dan sekte, para da’I, alim ulama, dan sufi berbondong-
bondong dating dari berbagai kawasan, masa itu betul-betul masa keemasan
islam.
Umar pun telah memikirkan penggantinya yang lain dari pada yang
diwasiatkan Abdul Malik yakni Yazid bin Abdul Malik. Ia sadar Yazid bin
Abdul Malik tidak layak untuk memangku jabatan itu. Tetapi sebelum ia
melakukan apa yang sebaiknya dilakukan maut telah menyambutnya, ia
meninggal pada tahun 720.
2.1.15 Yazid bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam (101-105 H / 717-720
M)
Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan
kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya
hidup dalam ketentraman berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan
16
kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap
pemerinyahannya.
17
meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa mendapat
kesulitan untuk menggalang persatuan dn kesatuan.
d. Ketidakpuasan golongan mawali, terutama di Irak dan wilayah bagian
timur lainnya, terhadap perbedaan tingkat sosial.
e. Lemahnya pemerintahan juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di
samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian
para pemerintah sangat kurang terhadap perkembangan agama.
f. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas
Ibn Abdul Muthalib.
18
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bani Umayyah atau kekhalifahan Umaiyah adalah kekhalifahan Islam
pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661-750 M di
jazirah Arab yang berpusat di Damaskus, Syiria, serta dari 756-1031 di Cordoba-
Andalusia, Spanyol. Masa kekhalifahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun
yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan. Nama Dinasti
Umayyah diambil dari nama nenek moyang mereka yaitu Umayyah bin Abdi Syams
bin Abdimanaf. Ia adalah salah seorang terkemuka dalam dalam persukuan pada
zaman Jahiliyah, bergandeng dengan pamannya Hasyim bin Abdimanaf. Umayyah
dan Hasyim berebut pengaruh politik dalam proses-proses sosial-politik pada zaman
Jahiliyah, namun Umayyah lebih dominan.
Dari dinasti Umayyah ini terdapat 14 Khalifah yang bergantian memimpin
dalam masa pemerintahan, dimulai dari Muawwiyah (661) sampai dengan Marwan
II (750).
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, pemerintahan agama Islam
mengalami banyak kemajuan baik dalam politik, seni budaya, maupun ilmu
pengetahuan. Tetapi, pemerintahan Dinasti Umayyah runtuh akibat banyaknya
penguasa yang berfoya-foya dan adanya pemberontakan dari golongan yang tidak
puas.
19
ini dapat memberikan pengetahuan tentang Fungsi Al-Qur’an bagi Umat
Manusia.
3.2.2. Bagi penulis, diharapkan mampu lebih berhati-hati dalam menulis dan
selalu memperhatikan kaidah tulisan dan senantiasa memperbanyak
literature mengenai makalah yang telah dibuat.
20