Anda di halaman 1dari 24

Dinasti Umayyah Damaskus

Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah Damaskus

Dinasti Umayah selalu terbagi menjadi dua: Dinasti Umayah yang didirikan dan didirikan oleh
Mu'awiyah Ibn Abi Sufyan yang bermarkas di Damaskus (Syria). Fase ini berlangsung selama
kurang lebih 1 abad (sekitar 90 tahun) dan merubah sistem pemerintahan dari sistem khilafah
menjadi sistem mamlakat (kerajaan atau monarki. (Rachman, 2018). Dalam sejarah peradaban
Islam, Muawiyah muncul sebagai penguasa pertama yang mengubah sistem pemerintahan dalam
Islam, dari sistem pemerintahan yang demokrasi konsensus menjadi monarki absolut. Dinasti
Umayyah memerintah selama kurang lebih 90 tahun, yaitu dari tahun 661 M / 14 H s / d 750 M /
132 H, selama kurun waktu itu ada 14 khalifah yang pernah memerintah dengan urutan masa
kepemimpinan sebagai berikut.
1. Muawiyah I (661-680 M)
2. Yazid I (680-683 M)
3. Muawiyah II (683-684 M)
4. Marwan I (684-685 M)
5. Abdul-Malik (685-705 M)
6. Al-Walid I (705-715 M)
7. Sulaiman (715-717 M)
8. Umar II (717-720 M)
9. Yazid II (720-724 M)
10. Hisyam (724-743 M)
11. Al-Walid II (743-744 M)
12. Yazid III (744 M)
13. Ibrahim (744 M)
14. Marwan II (744-750 M)

Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Umayyah

Masa pemerintahan dinassti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah.
Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa dinasti ini dalam bidang administrasi misalnya, telah
terbentuk berbagai lembaga administrasi pemerintahan yang mendukung tambuk pimpinan dinasti
Umayyah. Banyak terjadi kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, di antaranya; 1) Pemisahan
kekuasaan; 2) Pembagian wilayah; 3) Bidang administrasi pemerintahan; 4) Organisasi keuangan;
5) Organisasi keteraturan; 6) Organisasi kehakiman; 7) Sosial dan budaya; 8) Bidang seni dan
sastra; 9) Bidang seni Rupa; 10) Bidang Arsitektur.

Di samping melakukan ekspansi territorial, pemerintah dinasti Umayyah juga menaruh perhatian
dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan
menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para
ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan
kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini; 1) Ilmu agama; 2)
Ilmu sejarah dan geografi; 3) Ilmu pengetahuan bidang bahasa; dan 4) Bidang Filsafat.
Khalifah Al-Walid mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para penderita kusta
meminta-minta di jalan bahkan khalifah menyediakan dana khusus bagi para penderita kusta. Pada
masa ini sudah ada jaminan untuk sosial bagi anak- anak yatim dan anak terlantar. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan merupakan suatu keahlian yang masuk pada bidang pemahaman dan
pemikiran yang memerlukan sistematika dalam penyusunannya. Golongan non-Arab sudah
terbiasa dengan keahlian ini. Golongan ini disebut Mawali, yaitu golongan yang berasal dari bangsa
asing atau keturunannya.
Mawali berasal dari maula, budak tawanan perang yang sudah dimerdekakan. Dalam
perkembangan selanjutnya, Mawali diperuntukan bagi bangsa non-Arab.
Demikian berbagai perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada pemerintahan
dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dinasti Umayyah mengalami kehancuran pada masa
kepemimpinan khalifah Walid bin Yazid karena terjadi peperangan yang dilakukan oleh bani
Abbas yang terjadi pada tahun 132 H atau 750 M.
Dinasti Abbasiyah

Bani Abbasiyah adalah kekhalifahan ketiga Islam untuk meneruskan Nabi Muhammad.

Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin
Abdul-Muththalib (566-652).Dinasti Abbasiyah memerintah sebagai khalifah di Baghdad,
Irak, setelah menggulingkan Kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah pada 750
masehi.Khalifah Abbasiyahmemindahkan Ibu Kota pemerintahan dari Damaskus ke
Baghdad.Selama lima abad pemerintahannya, kekhalifahan ini berhasil menjadikan dunia
Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Revolusi Abbasiyah Kekhalifahan Abbasiyah berusaha menggulingkan Kekhalifahan


Umayyah karena mengklaim sebagai penerus sejati Nabi Muhammad, berdasarkan garis
keturunan mereka yang lebih dekat. Pemberontakan yang dilakukan Bani Abbasiyah didukung
oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan dengan tambahan faksi Yaman dan Mawali
mereka. Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas, kemudian mulai menjalankan kampanye untuk
mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa
pemerintahan Khalifah Umar II. Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan
mereka semakin memuncak. Akhirnya pada 750 masehi, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil
meruntuhkan Dinasti Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.

Masa pemerintahan dan pucak keemasan Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan


Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial,
dan budaya. Kekuasaan dinasti ini berlangsung selama lima abad, yakni dari tahun 132 H (750
M) sampai 656 H (1258 M). Para ahli biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi lima periode, sebagai berikut.

Periode Pertama (750 M - 847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.

Periode Kedua (847 M - 945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

Periode Ketiga (945 M - 1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan
khilafah Abbasiyah, disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

Periode Keempat (1055 M - l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan
khilafah Abbasiyah, disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.

Periode Kelima (1194 M - 1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi
kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Sementara pemimpin yang berhasil membawa Kekhalifahan Abbasiyah pada masa
keemasannya adalah sebagai berikut.

Al-Mahdi (775-785 M)

Al-Hadi (775- 786 M)

Harun Ar-Rasyid (786-809 M)


Al-Ma'mun (813-833 M)

Al-Mu'tashim (833-842 M)

Al-Watsiq (842-847 M)

Al-Mutawakkil(847-861M)

Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah

Runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.


Persaingan antarbangsa Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia. Namun dalam prosesnya, orang-orang Persia tidak merasa puasdan
menginginkan sebuah dinasti dengan staf dari negaranya. Sementara bangsa Arab beranggapan
bahwa mereka istimewa dan menganggap rendah bangsa non-Arab. Oleh karena itu, muncullah
dinasti-dinasti yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad.
Dinasti Umayyah Andalusia

Masuknya Islam di Spanyol


Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol
sebelum kedatangan dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika
negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab
menyebutnya Andalusia.

Perkembangan Islam di Spanyol


1. Periode Pertama (711 - 755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun
dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa,
terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan
antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-
masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini

2. Periode Kedua (755 - 912 M)


Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang
oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil
mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam 1, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad
ibn Abd al Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.

3. Periode Ketiga (912 - 1013 M)


Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas
Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova
menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara
kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013 - 1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti
Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di
Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi
perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-
raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk
pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.

5. Periode Kelima (1086 - 1248 M)

Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan
dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun,
Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.

6. Periode Keenam (1248 - 1492 M)

Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan


Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-
orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia
memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya
terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan
kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat
mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan
Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak
kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah.
la menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand d Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah
itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.

Kemajuan Peradaban
A. Kemajuan Intelektual

1. Filsafat
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr
ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada wafat pada
usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.

2. Sains

Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. la orang yang pertama kali
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu
astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa
lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak tata surya
dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi
al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran
dari kalangan wanita.

3. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya
al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab
selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu
yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga
kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

4. Bahasa & Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara
para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu
Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-
Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al- Gharnathi.

B. Kemegahan Pembangunan Fisik

Orang-orang memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun
dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na'urah (Spanyol Noria) Namun
pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti
pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan yang
megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo,
istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.
C. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan

Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-
Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebu ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-
penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang
ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.

D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran

• Konflik Islam dengan Kristen


• Tidak adanya Ideologi Pemersatu
• Kesulitan Ekonomi
• Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
• Keterpencilan

Namun ada faktor lain yang menyebabkan kemunduran kebudayaan islam yaitu:
-Kelemahan dibidang politik
-Munculnya orang-orang Moghul
-Munculnya unsur Turki
-Ditemukannya Mesiu

E. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik,sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara:
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam
jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains
di samping bangunan fisik.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16
M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad
ke-14 M.
Dinasti Turki Usmani
By Luthfi Nurul Khoer

Asal Mula Dinasti Turki Usmani


Setelah berakhirnya era abbasyiah, keadaan politik umat Islam mengalami kemajuan oleh 3
kerajaan besar:
1. Kerajaan Safawi dari Persia/Iran
2. Kerajaan Usmani dari Turki
3. Kerajaan Mughal dari India
Dari ketiganya, Dinasti Turki Usmani adalah dinasti yang paling besar dan terlama.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol
dan daerah utara negeri Cina yang dipimpin oleh Sulaiman. Sulaiman mengajak anggota
sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia Islam yang berada
di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm (1219-1220).
Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah Barat dan meminta perlindungan kepada Jalaluddin,
pemimpin terakhir Dinasti Khawariam di Transoxiana. Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar
pergi kearah Barat (Asia Kecil). Dari perjalanan ke Asia Kecil dalam rangka menghindari
serangan mongol tersebut. Rombongan Sulaiman mendapat kecelakaan. Mereka hanyut di
sungai Eufrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar pada tahun 1228.
Akhirnya mereka yang selamat terbagi menjadi kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri
asalnya dan yang kedua ingin meneruskan perjalanannya ke Asia kecil. Kelompok kedua ini
berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol) yang merupakan anak
dari sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada Sultan Alauddin II penguasa Seljuk yang
pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia, Asia Kecil.
Di sana mereka di bawah pimpinan Sultan Alauddin di Kunia. Saat Mongol menyerang sultan
Alauddin di Anggara (kini Angkara), al-Thugril membantu mengusir Mongol, sehingga berkat
jasanya itu, Alauddin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya. Al-Thugril, mendirikan
Ibukota bernama Sungut, di sana lahir anak pertama bernama Usman pad 1258 M. Al-Thugrit
meninggal pada 1288 M, dan la mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan.
Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.
Kerajaan Seljuk terpecah pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Lalu Usman menyatakan
kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usmani
dinyatakan berdiri. Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar
keluarga Usman) tahun 699 H (1300M)
Khalifah Pada Masa Dinasti Turki Usmani
Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa, tidak kurang dari 38 sultan, yang
sejarah kekuasaan mereka bisa di bagi menjadi lima periode.
1. Periode pertama
Periode I (1299-1402) : pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang disusul dengan
perluasan wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa.
Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
• Usman I 1299-1326
• Orkhan (putera Usman I) 1326-1359
• Murad (putera Orkhan) 1359-1389
• Bayazid I Yildirim (Putera Murad) 1389-1402

2. Periode Kedua
Periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansi
wilayah yang terbesar.
Sultan-sultannya adalah:
• Muhammad I (Putera Bayazid I) 1403-1421
• Murad II (Putera Muhammad I) 1421-1451
• Muhammad II Fatih (Putera Murad II) 1451-1481
• Bayazid II (Putera Muhammad II) 1481-1512
• Salim I (Putera Bayazid II) 1512-1520
• Sulaiman I Qanuni (Putera Salim I) 1520-1566

3. Periode Ketiga
Periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya, sampai
lepasnya Hungaria. Namun kemunduran segera terjadi. Sultan sultan yang berkuasa pada
periode ini, yaitu :
• Salim II (Putera Sulaiman I) 1566-1573
• Murad III (Putera Salim II) 1573-1596
• Muhammad III (Putera Murad III) 1596-1603
• Ahmad I (Putera Muhammad III) 1603-1617
• Mustafa I (Putera Ahmad |) 1617-1618
• Usman II (Putera Ahmad I) 1618-1622
• Mustafa I (Yang kedua kalinya) 1622-1623
• Murad IV (Putera Ahmad I) 1623-1640
• Ibrahim I (Putera Ahmad I) 1640-1648
• Muhammad IV (Putera Ibrahim |) 1648-1687
• Sulaiman III (Putera Ibrahim I) 1687-1691
• Ahmad II (Putera Ibrahim I) 1691-1695
• Mustafa II (Putera Muhammad IV) 1695-1703
4. Periode Keempat
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya
wilayah di tangan para penguasa wilayah.
Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
• Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730
• Mahmud II (Putera Mustafa II) 1730-1754
• Usman lIl (Putera Mustafa II) 1754-1757
• Mustafa III (Putera Ahmad III) 1757-1774
• Abdul Hamid (Putera Ahmad III) 1774-1788
• Salim III (Putera Mustafa III) 1789-1807
• Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I) 1807-1808
• Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II) 1808-1839

5. Periode Kelima
Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari negara di bawah
pengaruh ide-ide barat (terjadi modernisasi).
Sultan-sultanya adalah:
• Abdul Majid I (Putera Mahmuud II) 1839-1861
• Abdul Aziz (Putera Mahmud II) 1861-1876
• Murad V (Putera Abd. Majid I) 1876-1876
• Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I) 1876-1909
• Muhammad V (Putera Abd. Majid I) 1909-1918
• Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-1922
• Abdul Majid II 1922-1924
Sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilah Republik Islam Turki

Ekspansi Wilayah Pada Masa Dinasti Turki Usmani


1. Ke Eropa
Dengan modal wilayah sempit di Anatolia Tengah ditambah dengan bekas wilayah Saljuk
Rum, Turki Usmani mengembangkan sayapnya ke Eropa, Mula-mula mereka menaklukkan
Asia kecil dahulu kemudian menyeberang ke daratan Eropa.
Wilayah eropa yang dapat di kuasai turki usmani antara lain :
• Bursa, yang masih di daratan Asia yang terletak di tepi laut Marmara ditundukkan oleh
usmani ketika kekuasaannya masih dini, pada tahun 1324 M.
• Murad I, sebagai pengganti Orkhan dapat menaklukkan Adrianopel yang diganti namanya
dengan Edisne pada tahun 1361. Kota itu dijadikan ibu kota Usmani setelah dipindahkan
dari Bursa.
• Murad I menaklukkan Macedonia antara tahun 1371 sampai 1387.
• Bayazid, la berhasil menundukkan wilayah Turkeman di Anatolia Barat dan sisa-sisa
wilayah Anatolia lainnya.
• Murad II, ia dapat menaklukkan Salonika tahun 1430.

2. Penaklukkan Konstantinopel
Penaklukan konstantinopel sangat penting, hal ini dikarenakan penaklukan kota
konstantinopel selain atas dasar hadits nabi, penaklukan ini juga bermotif politik dan agamis,
karena di sanalah tempat yang strategis untuk penyebaran islam selanjutnya.
Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun
796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar
Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi,
usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa
Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Usaha berikutnya dilakukan oleh Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk
meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk
mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam.
Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha
Sultan Murad Il tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih.
Pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M, Usaha Penyerangan dilakukan
oleh Sultan Al-Fatih. Di hadapan tentaranya yang berjumlah 250.000 ribu pasukan, Sultan Al-
Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan
niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT. Ini semua memberikan semangat yang
tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada
Allah Subhana Wa Ta'ala
Namun dalam penyerangan yang di lakukan oleh sultan al fatih, tentu tidak akan mudah, hal
ini terlihat dari
• Kota Konstatinopel dengan benteng 510 m
• Di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 m.
• Dari sebelah barat pasukan artileri harus Tm membobol benteng dua lapis,
• Dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa,
pimpinan Giustiniani
• Dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah
dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Masa Kejayaan Dinasti Turki Usmani


1. Bidang Kemiliteran
Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan militer dengan
baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali
masuk ke Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara,
yaitu :
• Pertama, tentara Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya.
• Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan
perang (Mal al-Ghanimah).
• Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12
tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang
kuat).

2. Bidang Perekonomian
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya : Anatoli
selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi
pusat perdagangan dunia pada saat itu.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-
bangunan masjid yang indah. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah.
Selain itu, pada masa sultan Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di
bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan
pemandian umum.
4. Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga kebudayaannya
merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium, dan Arab.
• Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja.
• Dari Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap.
• Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf.

Masa Keruntuhan Dinasti Turki Usmani


Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu: secara internal dan eksternal
Faktor Internal, yaitu :
• Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-
orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya korupsi dan
meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keruntuhan kerajaan Usmani.
• Kehidupan yang istimewa dan bermegahan. Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana
jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta
memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani.
• Merosotnya perekonomian Negara akibat pemborosan dan peperangan Turki mengalami
kekalahan terus-menerus.
Faktor eksternal, yaitu :
• Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki
berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut, Maka walaupun kerajaan Usmani
memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila
Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka.
• Terjadinya kemajuan teknologi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Dimana
sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan Turki
Usmani.
• Pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana. Penyimpangan orientasi mereka Ini
membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan
perkembangan pendidikan mereka.
Dakwah Nabi periode Mekkah Madinnah

1. Dakwah Nabi periode Mekkah

Inilah ayat-ayat al-Quran Karim yang mula-mula diturunkan, ayatnya belum memerintahkan
Nabi Muhammad menyeru manusia kepada suatu agama, dan belum pula memberitahukan
kepadanya bahwa Nabi adalah utusan Allah. Akan tetapi ayat-ayat itu mengesankan sesuatu
yang luar biasa, yang belum diketahui oleh Nabi Muhammad. Itulah sebabnya maka ia segera
kembali ke rumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi ia dipeluk dengan keras oleh Jibril
beberapa kali, kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca, seperti disebutkan di atas (A.
Syalabi, 2003: 74).

Setelah turunnya wahyu yang pertama ini, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan
menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai
berikut: hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan
Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu bersabarlah (Al-Muddatsir: 1-7).

Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad saw dakwah dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, selanjutnya dakwah dilakukan dengan terang-terangan secara lisan,
misalnya memberi nasehat, memberi peringatan dsb. Hal ini dituturkan dalam QS. Al-Hijr ayat
94: “maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik”. Sejak turunnya ayat ini, nabi mulai
menyampaikan dakwah secara terbuka, sebuah langkah pertama untuk memasukkan gagasan
agama ke dalam aktualisasi social dan kehidupan politik. Satu hal yang sangat penting adalah
bahwasanya kelompok pengikutnya yang pertama adalah kalangan migran, kalangan miskin,
warga kalan yang lemah, dan anak-anak dari kalangan klan kuat (Ali bin Abi Thalib), dimana
mereka merupakan kalangan yang paling kecewa terhadap pergeseran moral dan social di
Mekah, dan mereka membuktikan pesan-pesan Nabi Muhammad saw sebagai sebuah
alternative yang vital (Ira Lapidus, 1999: 34-35).

Adapun metode yang dilakukan nabi dalam dakwah secara terang-terangan adalah: pertama,
mengundang Bani Abdul Muttalib ke rumahnya dan menjelaskan bahwa dia telah diutus oleh
Allah (A. Syalabi, 2003: 76), mendengar penjelasan nabi, Abu Lahab marah sambil berkata:
”celakalah engkau! Apa untuk inikah kami engkau panggil?” (A. Syalabi, 2003: 76). Hal inilah
yang melatarbelakangi turunnya Surah Al-Lahab. Kedua, undangan terbuka kepada seluruh
masyarakat quraisy di bukit Shafa. Nabi ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat
quraisy terhadap kepribadian beliau. Masyarakat quraisy sepakat bahwa beliau adalah orang
yang tak pernah berdusta. Setelah itu beliau mengumumkan kenabiannya (Wahyu Ilahi dan
Harjani Hefni, 2007:50). Ketiga, Muhammad saw memproklamirkan ke-Esa-an Tuhan dan
mengajarkan kesatuan dan persamaan antara manusia (Jamil Ahmad, 2000: 3). Keempat, nabi
mengadakan pertemuan khusus dengan orang-orang yang percaya kepada beliau untuk
aktivitas pembacaan (tilawah), pengajaran (ta‟lim), dan pensucian (tazkiyah), di rumah Arqam
bin Abil Arqam, dan merupakan sekolah Islam yang pertama. Kelima, beberapa pengikut nabi
meninggalkan Mekah dan mencari perlindungan atau mengungsi ke Ethiopia, sebuah negeri di
seberang Laut Merah (Bernard, 2000: 79).

Setelah dakwah secara terang-terangan, pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi


dakwah Rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan yang
dilancarkan kaum quraisy. Menurut Ahmad Syalabi (2003: 77-80), ada lima factor yang
mendorong orang quraisy menentang seruan itu: 1) persaingan berebut kekuasaan. Mereka
mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul
Muttalib. Sedang suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan
pengaruh. 2) penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya. Bangsa Arab
hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tak boleh
dilampauinya. Tetapi, seruan Nabi Muhammad memberikan hak sama kepada manusia. 3)
takut dibangkit. Agama Islam mengajarkan bahwa hari kiamat manusia akan dibangkit dari
kuburnya, dan bahwa semua perbuatan manusia akan dihisab. 4) taklid kepada nenek moyang.
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah-langkah mereka
dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berakar pada
bangsa Arab. 5) memperniagakan patung. Ini adalah satu sebab materi. Salah satu dari
perusahaan orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al-Lata,
al-Uzza, Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada Jemaah-jemaah haji.

Kaum quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama Islam dengan menempuh
jalan apa saja (H. Munzier Suparta & Harjani Hefni, 2003: 48), salah satunya dengan
memboikot Bani Hasyim. Isi piagam pemboikotan tersebut antara lain: mereka memutuskan
segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli
(Badri Yatim, 2008: 23).

C. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad saw

Selama tahun-tahun pertama masa kenabian, Nabi Muhammad SAW mendapatkan sejumlah
pengikut, mula-mula dari anggota keluarganya sendiri, pada dan kemudian dari lingkungan
masyarakat yang agak luas. Lambat laun, gagasan-gagasan baru dan tindakan-tindakan baru
yang mereka lakukan itu menimbulkan kecurigaan dan mendapat perlawanan dari kalangan
keluarga yang terkemuka di Mekah. Mereka memandang Nabi Muhammad saw dan ajaran
yang disebarkannya sebagai ancaman terhadap kedudukan mereka sendiri. Kaum quraisy
melakukan tekanan-tekanan, dan bahkan penyiksaan terhadap beberapa pengikut nabi yang
baru masuk Islam (Bernard, 2000:79). Hal inilah yang membuat nabi melakukan beberapa
strategi, di antaranya:

1. Hijrah ke Habsyi

Pada tahun 615, tanda-tanda kongkrit bahwa Nabi Muhammad akan menjadi pimpinan
komunitas baru berdasarkan ajarannya, dan terlepas dari komunitas Mekah lainnya. Bulan
ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita. Kemudian
rombongan berikut menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70 orang. Di
antaranya adalah Utsman bin Affan dan istrerinya (Ruqayyah puteri Nabi Muhammad saw),
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Ja‟far bin Abi Thalib, dan lain-lain. Mereka
melakukan hijrah untuk mengamankan agama yang baru mereka anut, bahkan bersedia
melepaskan keluarga dalam rangka membentuk kehidupan bersama di sebuah negeri asing.

2. Pergi Ke Thaif

Tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad saw, sebab 2
orang yang sangat dicintainya telah meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib.
Dengan meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang kafir quraisy semakin berani
mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw, karena penderitaan yang dialami Nabi
Muhammad saw semakin hebat, maka ia berencana memperluas wilayah dakwahnya di luar
Mekah (Siti Muriah, 2000: 35) seperti ke Thaif. Beliau melakukan perjalanan ke Thaif ditemani
oleh Zaid bin Haritsah.

Namun beliau malah diusir dan dilempari batu oleh para pemuda Kota Thaif. Mereka
menganggap bahwa apa yang diajarkan Muhammad adalah kebohongan besar yang akan
menyesatkan bangsa Arab.

3. Perjanjian Aqabah

Perjanjian Aqabah di awali dengan dakwah yang dilakukan Nabi terhadap orang-orang Yastrib
yang datang ke Mekah pada musim haji. Sebagian mereka menerima seruan Nabi dan

masuk ke dalam Islam. Peristiwa ini merupakan titik terang dalam perjalanan dakwah nabi,
karena penerimaan masyarakat Yastrib terhadap misi yang disampaikannya membuka
lembaran baru dalam usaha beliau menyampaikan ajaran Islam. Akhirnya terjadilah perjanjian
Aqabah I pada tahun 621 dan setahun kemudian diadakan perjanjian Aqabah II. Isi perjanjian
tersebut, mereka mengundang nabi dan para pengikutnya datang dan tinggal di kota mereka,
dan bahkan menjadikan nabi sebagai penengah dan juru damai dalam pertikaian-pertikaian
yang terjadi di antara mereka. Mereka juga menyatakan kesanggupan membela nabi dan para
pengikutnya dan menyertai beliau pindah dari Mekah ke kota mereka, sebagaimana halnya
mereka membela warga mereka sendiri.

Dari perjanjian ini, nabi mengirimkan kira-kira 60 keluarga ke Yastrib terlebih dahulu,
kemudian nabi menyusul mereka ke Yastrib. Kepindahan nabi dan para pengikutnya dari Kota
Mekah ke Yastrib, dalam bahasa Arab dikenal hijrah, yang secara harfiah berarti migrasi atau
berpindah, peristiwa ini sangat menentukan sejarah kerasulan Muhammad, bahkan
penanggalan hijriah diambil dari peristiwa ini. Kota Yastrib menjadi pusat keagamaan dan
komunitas muslim, nama Yastrib berubah menjadi al-madinah yang berarti kota. Komunitas
muslim disebut ummat yang berarti masyarakat (Bernard Lewis, 2010: 80).

2. Dakwah Nabi periode Madinah

Keberhasilan dakwah nabi dapat dilihat pada sikap orang-orang Yastrib di perjanjian Aqabah
I dan II, dimana mereka mau mengubah sikap dan perilaku mereka, bahkan bersedia menjadi
pelindung nabi. Sebab dakwah pada hakekatnya merupakan suatu upaya seorang dai dan
sekaligus juga sebagai media untuk mengubah perilaku masyarakat dari yang negative menjadi
positif atau berakhlak mulia, tertinggal menjadi maju serta bodoh menjadi pandai (M. Bahri
Ghazali, 1997: 1). Inilah yang dilakukan Nabi terhadap masyarakat Yastrib, membentuk suatu
masyarakat baru, dan meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang
ditunggu oleh sejarah. Dalam mewujudkan semua ini, nabi menempuh langkah-langkah
dakwah sebagai berikut:
1. Membangun masjid

Beliau membangun Masjid Nabawi pada sebuah tanah milik kedua kedua orang anak yatim
bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr bin Amarah dibawah asuhan Mu‟adz bin Afra.
Masjid yang dibangun tersebut berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat. Selain
itu masjid Nabawi juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dan pusat pemerintahan.

2. Menciptakan persaudaraan baru

Kaum muslimin yang berhijrah dari Mekah ke Madinah disebut “muhajirin” dan kaum
muslimin penduduk Madinah disebut “anshor”. Nabi Muhammad saw menciptakan
persaudaraan baru antara kaum muhajirin dengan kaum anshor. Ali ibn Abi Thalib dipilih
menjadi saudara nabi sendiri. Abu Bakar nabi saudarakan dengan Kharijah ibnu Zuhair. Ja‟far
ibnu Abi Thalib dengan Mu‟az ibnu Jabal. Rasulullah telah mempertalikan keluarga-keluarga
Islam. Masing-masing keluarga mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang
banyak, karena ikatan persaudaraan yang diadakan rasulullah.

3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah

Jalinan hubungan ini terwujud dalam bentuk perjanjian atau undang-undang yang kemudian
dikenal sebagai “Piagam Madinah” yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H. di
antara dictum perjanjian paling penting adalah sebagai berikut:

- Kaum muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan menjalankan
ajaran agamanya masing-masing.
- Orang-orang Yahudi berkewajiban memikul biaya mereka sendiri, dan kaum muslimin
wajib memikul biaya mereka sendiri.
- Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang
diserang.
- Di antara mereka saling mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan, serta tidak akan saling
berbuat kejahatan.
- Kaum muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk
kepentingan bersama.
- Bumi Yastrib menjadi tanah suci karena naskah perjanjian ini.
- Nabi Muhammad adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila terjadi
perselisihan di antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, maka penyelesaiannya
dikembalikan kepada nabi sebagai pemimpin tertinggi di Madinah (Wahyu Ilaihi & Harjani
Hefni, 2007: 59).

4. Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.

Madinah adalah wilayah pertanian, dihuni oleh berbagai klan dan tidak oleh sebuah kesukuan
yang tunggal, namun berbeda dengan Mekah, Madinah merupakan perkampungan yang
diributkan oleh permusuhan yang sengit dan anarkhis antara kelompok kesukuan yang
terpandang –Suku Aws dan Khazraj. Permusuhan yang berkepanjangan mengancam keamanan
rakyat kecil dan mendukung timbulnya permasalahan eksistensi Madinah. Berbeda dengan
masyarakat Badui, masyarakat Madinah telah hidup saling bertetangga dan tidak berpindah
dari tempat satu ke tempat lainnya. Selanjutnya berbeda dengan Mekah, Madinah senantiasa
mengalami perubahan social yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut model Badui.
Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang
daripada oleh system kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana
sebagian besar penduduknya lebih simpatik terhadap monotheisme (Ira. M. Lapidus, 1999: 38).
Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka mulai
menaruh rasa dendam dan tidak suka.

Islam di Madinah bukan hanya sebuah agama, tetapi juga mengatur Negara. Karena masyarakat
Islam telah terwujud, maka menjadi suatu keharusan Islam untuk menentukan dasar-dasar yang
kuat bagi masyarakat yang baru terwujud itu. Sebab itu ayat-ayat al-Quran yang diturunkan
dalam periode ini terutama ditujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat yang diturunkan itu
diberi penjelasan oleh rasulullah. Mana-mana yang belum jelas dan belum terperinci dijelaskan
oleh rasulullah dengan perbuatan-perbuatan beliau (A. Syalabi, 2003: 104).

E. Respon Masyarakat Madinah Terhadap Dakwah Nabi Muhammad Saw

Dakwah yang dilakukan nabi mendapat sambutan beragam, ada yang menerima kemudian
masuk Islam dan ada pula yang menolak secara diam-diam, misalnya, orang-orang Yahudi
yang tidak senang atas kehadiran nabi dan umat Islam. penolakan ini mereka lakukan secara
diam-diam dan tidak berani berterus terang untuk menantang nabi dan umat Islam yang
mayoritas tersebut. Kedengkian orang-orang Yahudi semakin menjadi-jadi. Akhirnya Yahudi
Madinah menggalang koalisi dengan kafir Quraisy Mekah, untuk menghancurkan kekuatan
umat Islam. Bahkan peperangan terjadi antara kaum muslim Madinah dengan musyrik quraisy
Mekah. Perang pertama yang sangat menentukan masa depan negara Islam ini adalah perang
Badar pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah, nabi bersama 305 orang muslim bergerak
keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana. Di daerah Badar, kurang lebih 120
kilometer dari Madinah, pasukan nabi bertemu dengan pasukan quraisy yang berjumlah sekitar
900 sampai 1000 orang. Nabi sendiri yang memegang komando. Dalam perang ini kaum
muslimin keluar sebagai pemenang (Badri Yatim, 2008: 27).

Dalam beberapa tahun berikutnya, pihak Quraisy Mekah menyerang pihak Muhammad di
Madinah. Sehingga terjadi lagi peperangan, yakni perang Uhud (625) dan kemudian disusul
perang Khandak (627). Dalam perang Uhud pihak Muhammad menderita kekalahan, sedang
dalam perang Khandaq pihak Muhammad berhasil menghancurkan dan membuat kecewa
pihak Mekah, pihak Muhammad diuntungkan dalam kedua peperangan tersebut.

Enam tahun meninggalkan Mekah, mereka ingin kembali mengunjungi kampung halamannya
untuk bertemu dengan kerabat, dan menziarahi Ka‟bah. Namun keinginan mereka tak dapat
terpenuhi, sehingga terjadilah Perjanjian Hudaibiah. Perjanjian Hudaibiah ini memperlihatkan
bahwa suku Quraisy yang ada di Mekah sudah mengakui nabi Muhammad sebagai pemimpin
negara Madinah. Sebuah perjanjian baru terjadi apabila ada pengakuan setara dengan kedua
belah pihak. Memasuki tahun ke-8 H terjadi perang Mu‟tah yang disebabkan utusan (Al-Harits
ibnu Umar al-Azdi) yang dikirim nabi kepada Ghasasinah (Bani Ghassan) dibunuh oleh
mereka. perang Mu‟tah merupakan cikal bakal perluasan Islam keluar Jazirah Arab. Pada tahun
yang sama terjadi peperangan menaklukkan kota Mekah, peristiwa ini disebabkan
pengkhianatan Quraisy terhadap perjanjian yang telah dibuat antara Quraisy dengan kaum
Muslimin. Pada kejadian ini umat Islam menang tanpa terjadi pertumpahan darah, bahkan
Abbas dan Abu Sufyan menyatakan keislamannya. Takluknya kota Mekah membuat delegasi
dari berbagai penjuru di Jazirah Arab mendatangi nabi sehingga tahun ke-9 H dianggap sebagai
tahun delegasi. Agama Islam telah meratai seluruh Jazirah Arab, nabi Muhammad telah
merasakan kenikmatan yang tak terhingga, dia telah menyaksikan sendiri dakwah yang
dilaksanakan telah berbuah. Bahkan ini dianggap sebagai asbabun nuzulnya Surat an Nashr.
Pada tahun 10 H Nabi mengerjakan haji terakhir, yang dikenal dalam sejarah dengan “Hijjatul
Wada”.
KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
DAN MUGHAL DI INDIA

1. Asal Usul Kerajaan Safawi

Pada awalnya gerakan tarekat tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang
yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah.Safi Al-Din menempatkan
seorang wakil yang memimpin murid-muridnya, sehingga dalam perkembangannya penganut
tarekat Safawiyah sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya ( ajaran Syi’ah). Pada masa tiga
raja (masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad
Khudabanda (1577-1567M), kerajaan Safawi mengalami kelemahan.Hal ini di karenakan
sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi
pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Kondisi yang lemah dan memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima,
Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam
rangka memulihkan kerajaan Safawi yaitu,berusaha menghilangkan dominasi pasukan
Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan
perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia. Dan juga dengan mengadakan perjanjian damai
dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping
itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar
dan Usman) dalam khutbah-khutbah Jum'at.

2. Kemajuan Kerajaan Safawi

1. Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan penguasaan atas kepulauan Hurmuz
dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas.Dengan demikian Safawiyah
menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur.Di samping sector perdagangan,
Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari
daerah Bulan Sabit yang sangat subur (Fertille Crescent).

2. Bidang Ilmu Pengetahuan


Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi
dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu
hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah,
teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakanobservasi tentang kehidupan lebah
(Brockelmann, 1974:503-504).
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah
yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah
sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.Kota Isfahan juga
diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat
sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya
terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.

3. Kemunduran Kerajaan Safawi

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan


Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak
pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang
juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik
dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan
diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semang-at Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka tidak
memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal
rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya
ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.

4. Asal Usul Kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaan besar Islam.Kerajaan ini
didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530).Babur dengan bantuan Raja Safawi dapat
menaklukkan Samarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504 M dapat menduduki Kabul ibukota
Afganistan.Setelah itu, Raja Babur mengadakan ekspansi terus-menerus.

5. Kemajuan Kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah.Bagaimanapun, umat Islam di


masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal
tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut;
1. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat.Politik toleransi dinilai dapat
menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-
non India (Persia-Turki).
2. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola
kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
3. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang
tinggi.Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
4. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan
Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas
berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra

6. Kemunduran Kerajaan Mughal

1. Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan


2. Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
3. Kekuatan mililernya juga lemah.

Anda mungkin juga menyukai